Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TENTANG PERAN PARTAI POLITIK DALAM


PEMBANGUNAN DAERAH-DAERAH

DI SUSUN OLEH :

ALI AKBAR
B 101 20 176

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
TAHUN 2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Peran Partai Politik Dalam Pembangunan
Daerah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
pengantar ilmu politik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Peran Partai Politik Dalam Pembangunan Daerah bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Arif Miladi, S.Sos, M.Si. selaku dosen
pengantar ilmu politik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membantu akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Labuan Toposo 12 November 2020

Ali Akbar

i
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………………….1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………….1
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………….2

A. Tujuan dan peran partai politik ………………………………………………………………….2


B. Bagaimana peran partai poltik dalam pembangunan daerah-daerah..…….3

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………7

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………….7
B. Saran …………………………………………………………………………………………………………..7

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..…….8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demokrasi di Indonesia sudah berlangsung 18 tahun sejak tahun 2000 an. Hingga tahun 2016 ini,
demokrasi di Indonesia telah melewati berbagai proses yang penuh dengan dinamika kehidupan
demokrasi. Dalam periode 18 tahun ke belakang telah banyak perubahan yang dialami Indonesia
dalam menjalankan proses demokratisasi ini, diantaranya adalah Amandemen UUD 1945,
kebebasan pers, kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, dan lain-lain. Selain itu sekarang ini
juga terdapat banyak partai politik sebagai wadah untuk menyalurkan informasi dari pemerintah
menuju masyarakat begitu pula sebaliknya, dari masyarakat menuju pemerintah.

Partai politik merupakan kelompok warga negara yang terorganisasikan, yang bertindak sebagai
suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan untuk
menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijakan umum. Partai politik merupakan hasil
pengorganisasian dari sekelompok orang agar memperoleh kekuasaan untuk menjalankan
program yang telah direncanakan.

Demokrasi adalah pemerintahan oleh semua orang yang merupakan kebalikan dari konsep
pemerintahan oleh satu orang (otokrasi). Sehingga dalam membangun demokrasi ini diperlukan
adanya partisipasi aktif dari masyarakat. Partisipasi tersebut dapat terlihat dari pelaksanaan
pemilu. Masyarakat dapat menggunakan haknya untuk memilih sesuai dengan hati nurani.

Namun, sekarang ini banyak masyarakat yang enggan memilih atau lebih tepatnya adalah golput.
Salah satu faktornya adalah sekarang ini terlalu banyak partai politik yang justru membuat
masyarakat bingung karena hanya menyatakan janji-janji palsu semata, tidak merealisasikan visi
misi yang diutarakan terhadap masyarakat. Partai politik sekarang lebih banyak mencari untuk
kepentingan pribadi partai politik itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Sejauh ini peran parpol dalam membangun daerah belumlah sesuai dengan yang seharusnya
dilakukan. Parpol cenderung mencari keuntungan untuk parpol itu sendiri. Sehingga dari
permasalahan tersebut dapat kita rumuskan :

“Bagaimanakah peran dan fungsi partai politik dalam membangun demokrasi di Indonesia?”

C. Tujuan Penulisan

· Mengetahui Fungsi dan Tujuan Partai Politik

· Mengetahui bagaimana peran partai politik dalam Pembangunan Di Daerah-daerah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TUJUAN DAN FUNGSI PARTAI POLITIK

Tujuan dari partai politik yaitu untuk meraih dan mempertahankan tahta kekuasaan untuk
mewujudkan rencana program yang telah disusun oleh mereka sesuai ideology yang dianut.

Fungsi dari partai politik yaitu :

· Sebagai sarana komunikasi politik, Yang memperbincangkan dan memperluaskan


rencana-rencana kebijakan pemerintah. Menurut Sigmund Neumann bahwa partai politik
merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideology sosial
dengan lembaga pemerintah yang resmi dan mengaitkannya dengan aksi politik didalam
masyarakat politik yang lebih luas.

· Sebagai sarana sosialisasi politik, Sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang yang
memperolehnya sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam
masyarakat yang dia berada

· Sebagai sarana rekrutmen politik, Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi
kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih
luas.

· Sebagai sarana pengatur konflik, Partai politik diperlukan untuk membantu mengatasi atas
sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat di tekan
seminimal mungkin

2
B. BAGAIMANA PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN DI DAERAH-
DAERAH

Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi tingkah laku
orang lain sehingga orang lain menjadi sesuai dengan yang diinginkan oleh orang yang memiliki
kekuasaan tersebut. Namun dalam mempelajari kehidupan politik, kekuasaan tidak hanya
sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain akan tetapi juga dipandang sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi proses pembuatan kebijaksanaan yang mengikat seluruh
anggota masyarakat. Suatu kekuasaan akan memunculkan sebuah kewenangan. Laswell dan
Kaplan menyatakan bahwa “wewenang (authority) merupakan sebuah kekuasaan formal” atau
dengan kata lain wewenang merupakan kekuasaan yang memiliki keabsahan atau legitimasi.

Kewenangan seseorang belum lengkap jika seseorang belum mendapatkan legitimasi. Legitimasi
merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk
memerintah, membuat, dan melaksanakan keputusan politik. Secara garis besar legitimasi
merupakan hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin, hubungan itu lebih ditentukan
oleh yang dipimpin karena penerimaan dan pengakuan atas kewenangan hanya berasal dari yang
diperintah. Secara umum alasan utama mengapa legitimasi menjadi penting bagi pemimpin
pemerintahan. Pertama, legitimasi akan mendatangkan kestabilan politik dari kemungkinan-
kemungkinan untuk perubahan sosial. Pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap pihak yang
berwenang akan menciptakan pemerintahan yang stabil sehingga pemerintah dapat membuat dan
melaksanakan keputusan yang menguntungkan masyarakat umum. Pemerintah yang memiliki
legitimasi akan lebih mudah mengatasi permasalahan daripada pemerintah yang kurang
mendapatkan legitimasi.

Di Indonesia, dalam upaya membangun legitimasi politik berawal dari pemilu 1999 yang
merupakan pemilu perdana pasca mundurnya presiden Suharto dari tampuk kekuasaan. Habibie,
selaku pengganti Suharto, melaksanakan pemilu tiga tahun lebih cepat dari waktu yang
seharusnya dijadwalkan, yaitu tahun 2002. Percepatan pemilu ini adalah hasil tekanan rakyat
pada pemerintahan habibie yang di pandang tidak memiliki legitimasi untuk memegang
kekuasaan. Pada fase setelah keruntuhan Orde Baru kecilnya penolakan terhadap di buangnya
format politik dua Partai dengan menggantikannya dengan sistem multi partai. Agar mencapai
format politik yang lebih demokratis. Dan pemilu menjadi semacam simpang jalan : apakah
proses politik itu terus setia pada jalur demokratisasi, berbelok jalan, atau bahkan berbalik arah
sama sekali.

Namun ternyata berdasarkan hasil pengamatan semenjak di berlakukannya sistem multi partai
semakin banyak pula hal-hal yang berbalik arah (tidak sesuai dengan Tujuan dan fungsi Parpol)
sehingga menyebabkan Krisis Legitimasi pada lembaga legislative Di Negara ini.

Hampir seluruh Negara di penjuru dunia ini mengalami krisis legitimasi, terkecuali
dengan Negara superpower yaitu Amerika serikat, jika dibandingkan dengan Indonesia yang

3
berlarut dalam kencang nya arus permasalahan, seperti kata pepatah “ Mati satu tumbuh seribu”
dalam arti permasalahan di Indonesia ini jika telah selesai satu permasalahan maka akan ada
lebih banyak permasalahan yang akan timbul. Pantas saja kenapa permasalahan kemiskinan,
keadilan, dan kesejahteraan di Indonesia ini tidak terimplementasi secara baik, aspirasi-aspirasi
masyarakat tidak terakomodir secara baik, ternyata para pengatur konflik (Anggota legislative)
malah menjadi actor konflik. Mereka lupa pada janji mereka sebelum mendapatkan kekuasaan
tersebut, mereka lupa pada tugas mereka yang akan mengayomi masyarakat, yang akan menjadi
jembatan penghubung antara mayarakat dengan lembaga pemerintahan, seharusnya mereka bisa
meredakan permasalahan apabila terjadi konflik di lembaga pemerintahan atau dilingkungan
masyarakat, bukan sebaliknya. Apa yang salah dengan sistem di Negara ini, apakah itu penyebab
dari sistem multiparty, terlalu banyak perwakilan, sehingga banyak nya perbedaan pendapat dan
tujuan memicu terjadinya konflik di ranah partai politik sendiri. Dan dengan adanya kekuasaan
menjadi alat sebagai pendorong agar bisa mencapai tujuan dan keinginan para anggota partai.
Tidak heran kenapa orang –orang rela menghabiskan uang banyak di saat Pemilu Legislative,
tidak lain di karenakan ada tujuan tertentu.

Dalam Teori Peran dan Fungsi Partai Politik yang sudah jelas dikatakan bahwa, Partai politik
sebagai organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia
secara suka rela atas jasa kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, Negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan
pancasila (UU No 2 Tahun 2011). Dengan berbagai fungsi-fungsi partai politik seperti sosialisasi
politik yang akan memberikan wawasan bagi masyarakat tentang betapa pentingnya itu politik
sehinga masyarakat tidak lagi di kategorikan sebagai masyarakat qaula/primitive yang tidak mau
tahu tentang apa itu politik dan pemerintahan, partai politik sebagai control politik yang akan
mengatur segala peran elit maupun kegiatan yang menyangkut akan politik dan pemerintahan,
partai politik sebagai rekrutmen politik dalam arti mengajak setiap individual yang dianggap
mampu untuk mendapatkan posisi sebagai wakil rakyat, partisipasi politik yang ikut serta
berperan dan berpatisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang menyangkut akan sosial, dan
pengendali konflik yang di harapkan mampu mengakomodir segala permasalahan atau konflik
yang terjadi di ranah pemerintahan atau partai politik sebagai penengah/pereda konflik.

Dari berbagai peran dan fungsi partai politik tersebut yang seharusnya mampu menciptakan
kesejahteraan. Namun sangat jauh ketercapaiannya di Negara ibu pertiwi ini, Para anggota partai
yang telah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga terpilih menjadi perwakilan
rakyat yang akan mengakomodir segala aspirasi-aspirasi masyarakat menjadi kenyataan, apa
boleh buat harapan tidak sesuai dengna kenyataan. Yang terjadi di Negara ini adalah
mengutamakan aspirasi sendiri demi kepentingan sendiri, Artinya para anggota partai yang sudah
terpilih malah saling berlomba mengemukakan doktrin nya seakan-akan itu adalah demi
kepentingan rakyat, namun nyatanya itu adalah kepentingan mereka sendiri.

Aceh misalnya, dengan pemerintahan yang otonomi sehingga aceh diberikan wewenang dalam
mengatur dan mengatasi segala permasalahan yang ada di aceh, dengan adanya otonmi daerah
4
tersebut diharapkan mampu meninggal ketertinggalan yang dialami masyarakat aceh akibat
pasca perperangan dimasa perjuangan kemerdekaan dahulu. Dari otonomi daerah tersebut selain
dengan besarnya anggaran yang masuk dalam kas pemerintahan aceh, ternyata aceh juga
mendapatkan sesuatu yang tidak ada pada daerah lain yaitu adanya Partai Lokal

Keberadaan Partai Lokal di Aceh lahir berdasarkan proses perdamaian Aceh antara pemerintahan
Republik Indonesia (RI) dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki, Fillandia 15
Agustus 2005. Pembentukan partai poltik local di Aceh juga telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 20/2007 yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 16 Maret 2007.

Dengan Adanya Partai Lokal yang dianggap lebih mampu untuk memperhatikan dan
memperjuangkan kepentingan-kepentingan yang sesuai dengan apa yang di inginkan rakyat
aceh. Adapun beberapa manfaat dengan adanya Partai Politik Lokal :

1. Mampu mendukung pelaksanaan Otonomi Khusus dan mampu menanggulangi separatisme

2. Mampu meminimalisir tuntutan Aceh dalam memisahkan diri dari NKRI

3. Dengan Adanya Partai Politik diharapkan mampu mengatasi masalah/konflik yang


diselesaikan melalui jalur politik

4. Dianggap sebagai alat penyalur aspirasi yang unggul bagi masyarakat aceh

Ternyata banyak kegamangan dengan lahirnya Partai Lokal tersebut. Kegamangan tersebut yaitu
berupa ketakutan jika suatu saat Partai Lokal sebagai saran disintegrasi bangsa yang memisahkan
diri dari Indonesia.

Melihat kondisi dan bagaimana kontribusi dari Partai Lokal yang ada di Aceh saat ini, apa
kontruksi dari subangsi dan eksistensi mereka (Para Partai Lokal) dalam pembangunan aceh ?
sampai sejauh ini memang sesuai dengan beberapa kesepakatan dalam penandatanganan
perjanjian perdamaian Aceh-Indonesia, bahwa dengan adanya partai local partisipasi poltik
masyarakat aceh lebih terbangun, dan kesadaran terhadap cinta Tanah Air (NKRI) yang
diharapkan aceh tidak lagi menuntut agar tidak memisahkan diri dari NKRI, serta mampu
mengakomodir segala aspirasi masyarakat. Namun nyatanya sekarang, jumlah partai yang saat
ini ada 3 partai :

1. Partai Aceh (PA)

2. Partai Nasional Aceh (PNA)

3. Partai Damai Aceh (PDA)

Dari ketiga partai Lokal saat sekarang ini, diharapkan semakin banyak kontribusi dari partai
politik local yang melahirkan hasil yang konkrit bagi pemerintahan aceh. Namun banyak

5
diantaranya yang mengamati tentang bagaimana peran dari partai local tersebut dari sisi negatife
nya. Partai Politik Lokal sudah 3, seharusnya mampu mengakomodir segala aspirasi masyarakat
dan memberikan jaminan bagi masyarakat akan ketentraman dan kesejehteraan tapi nyatanya
mereka para pengurus Parpol sibuk maslah intervensi kekuasaan, sibuk berlomba demi mencapai
keinginan, dan saling menjatuhak demi sebuah jabatan, pada akhirnya aspirasi masyarakat
terbengkali dan para anggota Parpol sibuk dengan konflik internal partai.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulam

Partai politik menurut UU No.2 Tahun 2008 adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak cita cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasrkan pancasila dan
UUD 1945.

Pada dasarnya sistem di Negara ini sangat bagus. Bukan hanya di Indonesia saja, di Negara-
negara lain demikian. Tapi ada hal-hal yang membuat sitem itu tidak bagus, bahkan akan
berdampak pada kehancuran. Disebabkan karena terjadinya krisis Legitimasi sehingga pada
akhirnya terjadilah tidak berkesinambungan antara para elit partai, keadilan dan kesejahteraan
tidak dirasakan oleh para rakyat, yang ada hanya kemiskinan. Di Negara ini bagaikan pepatah
“Maju tak gentar membela yang bayar” artinya many money is king (banyak uang kita adalah
raja) yang bisa melakukan apa saja sekehendak kita. Kenapa terjadi dis-integrasi antar sesama
elit politik ? tidak lain karena perbedaan tujuan. Ada yang betul-betul menjalankan tugas dari
posisi jabatannya, ada yang hanya ingin memperjuangkan kepentingan pribadi nya. Namun pada
akhirnya banyak diantaranya yang memperjuangkan kepentingannya sendiri yang banyak
memenangkan jika ada permasalahan, dikarenakan ada tunai sebelum bekerja, ada perjanjian
setelah masalah. Dan hal itu terus menjadi buadaya di Negara ini, peran dan fungsi para anggota
partai politik tidak lagi sesuai pada jalurnya. Sampai pada akhirnya Negara ini sebagai Negara
yang “ maju tak gentar membela yang bayar”

B. Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh
dari kesempurnaan.

Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah
diatas.

7
Daftar Pustaka
- Pamungkas, sigit, Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia, Perum Griya Saka Permai :
Yogyakarta 2010

- Subagyo, Firman, Menata Partai Politik dalam arus Demokratisasi Indonesia, PT. Wahana
Semesta intermedia, Jakarta :2009

- MD, Maruto dan WHK, Anwar, Reformasi Politik dan kekuatan masyarakat kendala dan
peluang menuju Demokratisasi, pusaka LP3ES Indonesia : Jakarta, 2002

- Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Komsep, teori, dan Strategi/hafied Cangara Ed. 1,2
– Jakarta : Rajawali Pers, 2009

- Chilcote, Ronald H, Teori Perbandingan Politik : Penelusuran paradigma/Ronald


H.Chilcote, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta : 2004

- Winarno Budi, Kebijakan Publik “Teori, Proses, Dan Studi Kasus” (Seturan Utara, Sleman,
Yogyakarta : 2012

Anda mungkin juga menyukai