Anda di halaman 1dari 6

M.

K : Akuntansi Biaya dan Manajemen Islam

RMK

Konsep Principal dan Agent dalam pandangan Islam dan Konvensional, Fisolosi
Akuntansi Biaya dan Manajemen Islam, dan Model Pertanggungjawaban dalam
Perspektif Islam

Oleh:

FITRATUNNISA (A031181366)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020/2021
A. Konsep Principal dan Agent dalam pandangan Islam dan Konvensional
Agency theory lahir sebagai dampak dari pengaruh kapitalisme yang begitu
kental dalam bidang bisnis. Kelahiran Agency theory sendiri tidak bias dilepaskan
dari pemikiran kaum professional kapitalis lebih khususnya lagi para akuntan kapitalis
sebagai usaha untuk mengurangi pertentangan atau konflik dari pihak-pihak yang
mengadakan kontrak karena usahanya memperoleh keuntuhgan yang sebesarbesarnya
dari adanya kontrak tersebut. Masalah yang timbul akibat adanya Agency theory ini
sangat banyak sekali diantaranya persoalan agency cost, agency equity, agency cost of
debt sampai pada persoalan ketidakseimbangan informasi.
Disisi lain dalam konsepsi Islam diberikan suatu kejelasan mengenai hubungan yang
berkaitan dengan suatu bentuk kerjasama antara manajer (Agent) dan pemilik (Principal).
Bentuk relasi yang mendasari keberadaan hubungan tersebut muncul dari konsep dasar
amanah dalam kerangka kemutlakan tunggal atas kuasa Illahi. Dalam hal ini Triyuwono
menjelaskan (1997, 18):
Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan kepada orang lain untuk digunakan
semestinya sesuai dengan keinginan yang mengamanahkan. Ini artinya bahwa pihak yang
mendapat amanah tidak memiliki kewajiban penguasaan (pemilikan) mutlak atas apa yang
diamanahkan. Ia memiliki kewajiban untuk memelihara amanah tersebut
dengan baik dan memanfaatkannya sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberi
amanah .......... pemberi amanah, dalam hal ini adalah Tuhan sang pencipta alam semesta.
Dengan kekuasaannya Tuhan menciptakan manusia sebagai wakilnya di bumi atau
Khalifatullah Fill Ardh.
Merujuk apa yang diutarakan oleh Triyuwono diatas, berarti nilai kemutlakan yang
muncul dalam interaksi antara pengamanah dan yang diberi amanah adalah semata-mata atas
kuasa Illahi. Dengan kata lain ketika terjadi suatu kontrak antara Manajer
(Agent) dengan Pemilik (Principal), essensi yang terjadi pada kedua belah pihak bahwa
mereka sama-sama mengemban amanah atas suatu kepemilikan yang dipercayakan oleh
Allah kepada mereka sebagai bentuk manifestasi atas fungsi manusia sebagai
Khalifatullah Fill Ardh. Dalam hubungannya dengan eksistensi manusia sebagai tersebut
diatas, maka tujuan utama dari keberadaan manusia sebagai pengemban amanah adalah
menyebarkan rachmatan HI alamiin. Dalam konteks hubungan antara manajer dan pemilik
dalam konsepsi Islam tidak ada alasan untuk mengarahkan tujuan tersebut ke dalam
kekuasaan nafsu untuk mengejar keuntungan belaka.
Dengan demikian mereka memiliki suatu posisi yang sama atas orientasi dari tujuan
yang menyebabkan keberadaan ikatan tersebut yaitu memberikan nilai rachmatan HI alamin
pada seluruh umat dan alam. Dengan meminjam konsep amanah seperti yang dipaparkan oleh
Triyuwono dalam mendesain organisasi, maka pancaran dari nilai-nilai akuntabilitas yang
hakiki akan lebih bisa terealisir.
Akuntansi yang bernafaskan Islam dimana nilai-nilai syari'ah dijunjung tinggi dalam
eksistensinya menjadi sangat diperlukan :; dalam bingkai organisasi dalam metafora amanah
Akuntansi yang bernafaskan Islam idealnya akan mempunyai perangkat tersendiri dan konsep
yang berbeda pula dengan akuntansi konvensional. Dimana dalam konteks tersebut akuntansi
akan digunakan sebagai, suatu media pertanggungjawaban kepada Tuhan. Berdasarkan uraian
tersebut diatas maka dalam mendekonstruksi konsep Agency theory dengan nilai-nilai
syari'ah dimungkinkan untuk mengadopsi nilai-nilai yang terkandung dalam Agency theory.
Dalam Agency theory nilai dasar yang terkandung adalah pendelegasian wewenang dan
pertanggungjawaban, sedangkan Islam sendiri mempunyai karakteristik yang sama, yaitu
adanya dua hal tersebut sebagai suatu hal yang mendasar dalam pelaksanaan perspektif
Khalifatullah Fill Ardh. Dengan adanya persamaan dari konsep dasar tersebut maka akan
sangat ilmiah untuk mendekonstruksi hal tersebut dalam dimensi yang berbeda yang
mempunyai keterkaitan karakteristik. Tetapi perlu disadari bahwa dalam pendekonstruksian
tersebut, ada suatu "meta rule" yang harus diperhatikan. Dimana dalam Agency theory,
penekanan pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban hanya terbatas pada hubungan
manusia (khususnya bagi pemilik). Sedangkan dalam Islam kedua hal pokok tersebut
mengandung suatu nilai yang lebih tinggi yang mempunyai nuansa religius, dimana
pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban yang ada dalam Islam merupakan
manifestasi dari Khalifatullah Fill Ardh.

B. Fisolosi Akuntansi Biaya dan Manajemen Islam


Hadirnya akuntansi dalam bentuk standar akuntansi keuangan sebagai
formula praktek atau aplikasi lapangan, dipengaruhi oleh prinsip – prinsip ekonomi
yang dianut yang melandasi kegiatan berekonomi. Bahwa sekali lagi bentuk
akuntansi sarat dipengaruhi situasi objektif (seperti lingkungan, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan lain-lain) yang dianut suatu negara. Sebab jika akuntansi
dianggap sebagai teknologi, maka ia adalah merupakan „bentukan‟ yang
dipergunakan untuk kepentingan tujuan tertentu. Lain hal yang bersifat substansial,
ia tidak dipengaruhi dimensi ruang dan waktu, tetapi bentuk itu sendiri sangat
terpengaruh oleh ruang dan waktu. Wajarlah dengan demikian, bentuk-bentuk yang
terepresentasikan dalam standar akuntansi keuangan masing-masing negara menjadi
beragam dan boleh jadi tidak ada persamaan baik secara bentuk maupun substansial.
Sedangkan Dalam sejarah Islam, dikenal seorang penulis bernama Abdullah
bin Muhammad bin Kayah Al Mazindarani yang telah menghasilkan sebuah
manuskrip yang berjudul “ Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqat” tahun 1363 M.
Manuskrip ini mengupas tentang akuntansi dan sistem akuntansi yang digunakan di
negara-negara Islam namun manuskrip ini tidak perna dicetak dan diterbitkan.
Standar akuntansi tersebut menjadi kunci sukses bank Islam dalam melayani
masyarakat di sekitarnya sehingga, seperti lazim-nya, harus dapat menyajikan
informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi para penggunanya, namun
tetap dalam konteks syariah Islam.
Kemunculan bank-bank dan lembaga keuangan Islam sebagai organisasi
yang relatif baru menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam dan
akuntansi harus mencari dasar bagi penerapan dan pengembangan standar akuntansi
yang berbeda dengan standar akuntansi bank dan lembaga keuangan konvensional
seperti telah dikenal selama ini.
Penyajian informasi pengembangan standar akuntansi semacam itu penting
bagi proses pembuatan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berhubungan
dengan bank Islam. Lebih dari itu, akan memiliki dampak positif terhadap distribusi
sumber-sumber ekonomi untuk kepentingan masyarakat. Hal ini karena prinsipprinsip
syariah Islam memberi-kan keseimbangan antara kepentingan individu dan
masyarakat.
Penyajian informasi pengembangan standar akuntansi semacam itu penting
bagi proses pembuatan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berhubungan
dengan bank Islam. Lebih dari itu, akan memiliki dampak positif terhadap distribusi
sumber-sumber ekonomi untuk kepentingan masyarakat. Hal ini karena prinsipprinsip
syariah Islam memberi-kan keseimbangan antara kepentingan individu dan
masyarakat.
Investasi merupakan dasar aktivitas ekonomi pada suatu masyarakat. Tetapi
tidak setiap individu mampu menginvestasikan tabungannya secara langsung.
Karenanya, bank Islam memainkan peran penting dengan bertindak sebagai sarana
untuk menarik tabungan para individu dan menginvestasikan tabungan-tabungan ini
untuk kepentingan individu dan masyarakat. Islam juga mendorong investasi dan
perputaran dana. Tetapi, untuk mendorong individu menginvestasikan dananya
melalui bank Islam, perlu disadari bahwa individu-individu itu harus terlebih dahulu
percaya bahwa bank Islam mampu merealisasikan tujuan-tujuan investasinya.
Ketiadaan kepercayaan pada ke-mampuan bank Islam untuk berinvestasi secara
efisien dan penuh kepatuhan kepada syariah Islam, menyebabkan banyak individu
yang menahan diri untuk berinvestasi melalui bank Islam.
Salah satu prasyarat pengembangan kepercayaan itu adalah ketersediaan
informasi yang meyakinkan nasabah terhadap kemampuan bank Islam dalam
mencapai tujuannya. Di antara sumber-sumber informasi yang penting adalah
laporan keuangan dari bank Islam yang disiapkan sesuai dengan standar yang dapat
diterapkan pada bank Islam.
Untuk mengembangkan standar tersebut, penting untuk mendefinisikan
tujuan dan konsep akuntansi keuangan bank Islam terlebih dahulu. Dalam hal, ini
tidak ada salahnya untuk mulai mengembangkannya dari standar akuntansi
keuangan bank yang ada, tentu saja dengan berbagai perubahan dan modifikasi.
Syaratnya, standar yang telah ada tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
muamalah Islam.

C. Model Pertanggungjawaban dalam Perspektif Islam


Islam mempunyai prinsip pertanggungjawaban yang seimbang dalam segala
bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara individu dan keluarga,
antara individu dan sosial, dan antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain.
Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajibankewajiban sebuah perusahaan untuk
melindungi dan memberi kontribusi kepada masyarakat dimana perusahaan itu
berada. Sebuah perusahaan mengemban tanggung jawab sosial dalam tiga domain:
1. Pelaku-pelaku Organisasi, meliputi:
a. Hubungan Perusahaan dengan Pekerja
1) Keputusan Perekrutan, Promosi, dll bagi pekerja.
Islam mendorong kita untuk memperlakukan setiap muslim secara adil.
Sebagai contoh, dalam perekrutan, promosi dan keputusan-keputusan lain
dimana seorang manajer harus menilai kinerja seseorang terhadap orang
lain, kejujuran dan keadilan adalah sebuah keharusan.
2) Upah yang adil
Dalam organisasi Islam, upah harus direncanakan dengan cara yang
adil baik bagi pekerja maupun juga majikan. Pada hari pembalasan,
Rasulullah SAW akan menjadi saksi terhadap orang yang
mempekerjakan buruh dan mendapatkan pekerjaannya diselesaikan
olehnya namun tidak memberikan upah kepadanya.
3) Penghargaan terhadap keyakinan pekerja
Prinsip umum tauhid atau keesaan berlaku untuk semua aspek
hubungan antara perusahaan dan pekerjaannya. Pengusaha Muslim
tidak boleh memperlakukan perkerjaannya seolah-olah Islam tidak
berlaku selama waktu kerja. Sebagai contoh, pekerja Muslim harus
diberi waktu untuk mengerjakan shalat, tidak boleh dipaksa untuk
melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan moral Islam,
harus di beri waktu istirahat bila mereka sakit dan tidak dapat bekerja,
dan lain-lain. Untuk menegakkan keadilan dan keseimbangan,
keyakinan para pekerja non-muslim juga harus dihargai.12
4) Hak Pribadi
Jika seorang pekerja memiliki masalah fisik yang membuatnya tidak
dapat mengerjakan tugas terentu atau jika seorang pekerja telah berbuat
kesalahan di masa lalu, sang majikan tidak boleh menyiarkan berita
tersebut. Hal ini akan melanggar hak pribadi sang pekerja.
b. Hubungan Pekerja dengan Perusahaan
Berbagai persoalan etis mewarnai hubungan antara pekerja dengan
perusahaan, terutama berkaitan dengan persoalan kejujuran,
kerahasiaan, dan konflik kepentingan. Dengan demikian, seorang
pekerja tidak boleh menggelapkan uang perusahaan dan jyga tidak
boleh membocorkan rahasia perusahaan kepada orang luar. Praktek
tidak etis lain terjadi jka para manajer menambahkan harga palsu untuk
makanan dan pelayanan dlam pembukuan keuanan perusahaan mereka.
Beberapa dari mereka melakukan penipuan karena merasa dibayar
rendah dan ingin mendapatkan upah yang adil. Pada saat yang lain, hal
ini dilakukan hanya karena ketamakkan. Bagi para pekerja Muslim,
Allah SWT memberikan peringatan yang jelas di dalam Al-Quran
suarah Al A’raaf ayat 33 ;

“Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji,


baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa,
melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar”
Pekerja Muslim yang menyadari makna ayat diatas seharusnya
tidak berbuat sesuatu dengan cara-cara yang tidak etis.
c. Hubungan Perusahaan dan Pelaku Usaha Lain
1) Distributor
Berkaitan dengan distributor, etika bisnis menyatakan bahwa seseorang
harus melakukan negosiasi dengan harga yang adil dan tidak
mengambil keuntungan berdasarkan bagian atau kekuasaan yang lebih
besar. Untuk menghindari kesalahpahaman di masa depan, Allah SWT
telah memerintahkan kita untuk membuat perjanjian kewajiban bisnis
secara tertulis. Transaksi gharar antara perusahaan dan pemasoknya
juga dilarang dalam Islam.selain persoalan di perbolehkannya praktek
agensi secara umum, pedagang dilarang campurtangan dalam sistem
pasar bebas melalui suatu bentuk perantaraan tertentu. Perantaraan
semacam ini mungkin akan menyebabkan terjadinya inflasi harga
2) Pembeli atau Konsumen
Pembeli seharusnya menerima barang dalam kondisi baik dalam
kondisi baik dan dengan harga yang wajar.mereka juga harus di beri tau bila
terdapat kekurangan kekurangan pada suatu barang Islam melarang praktek
praktek di bawah ini ketika berhubungan dengan konsumen atau pembeli:
a) Penggunaan alat ukur atau timbanagan yang tidak tepat
b) Penimbunan dan manipulasi harga
c) Penjualan barang palsu atau rusak
d) Bersumbah palsu untuk mendukung sebuah penjualan
e) Membeli barang curian
f) Larangan mengambil bunga atau riba
3) Pesaing
Meskipun negara negara barat menyatakan diri sebagai kawasan
berdasarkan prinsip persaingan pasar, publikasi publikasi bisnis utama
akan memperlihatkan bahwa sebuah bisnis akan brusaha memenangkan
dirinya dan mengeliminasi para pesaingnya. Dengan mengeliminasi
para pesaingnya, sebuah perusahaan selanjutnya akan dapat
memperoleh hasil ekonomi di atas rata rata melalui praktek praktek
penimbunan dan monopoli harga.

Anda mungkin juga menyukai