Anda di halaman 1dari 10

M.

K : Akuntansi Biaya dan Manajemen Islam

RMK (II)

Oleh:
FITRATUNNISA (A031181366)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020/2021
A. Pengertian Maslahah
Maslahah, secara etimologi adalah kata tunggal dari al-masalih, yang searti
dengan kata salah, yaitu "mendatangkan kebaikan” terkadang digunakan juga istilah
lain yaitu al-islislah yang berarti "mencari kebaikan" Tak jarang kata maslahah atau
istislah ini disertai dengan kata al-mu nasib yang berarti "hal-hal yang cocok, sesuai
dan tepat penggunaannya.3 Dari beberapa arti ini dapat diambil suatu pemahaman
bahwa setiap sesuatu , apa saja, yang mengandung manfaat di dalamnya baik untuk
memperoleh kemanfaatan, kebaikan, maupun untuk menolak kemudaratan, maka
semua itu disebut dengan maslahah.
Dalam konteks kajian ilmu ushul al-fiqh, kata tersebut menjadi sebuah istilah
teknis, yang berarti "berbagai manfaat yang dimaksudkan Syari' dalam penetapan
hukum bagi hamba-hamba-Nya, yang mencakup tujuan untuk memelihara agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta kekayaan, serta mencegah hal-hal yang dapat
mengakibatkan luputnya seseorang dari kelima kepentingan tersebut.4
Maslahah merupakan salah satu metode analisa yang dipakai oleh ulama
ushul dalam menetapkan hukum (istinbat) yang persoalannya tidak diatur secara
eksplisit dalam al-Qur'an dan al-Hadis Hanya saja metode ini lebih menekankan pada
aspek maslahat secara langsung
Maslahah mursalah dalam pengertiannya dapat dimaknai dengan sesuatu yang
mutlak Menurut istilah para ahli ilmu ushul fiqhi ialah suatu kemaslahatan, di mana
syari'ah tidak mensyariatkan suatu hukum untuk merealisir kemaslahatan itu dan tidak
ada dalil yang menunjukkan atas pengakuan dan penolakannya.5
Maslahah mursalah adalah pengertian maslahat secara umum, yaitu yang dapat
menarik manfaat dan menolak mudarat, serta yang direalisasikan oleh syari at Islam
dalam bentuk umum. Nash-nash pokok ajaran Islam telah menetapkan kewajiban
memelihara kemaslahatan dan memperhatikannya ketika mengatur berbagai aspek
kehidupan. Pembuat syara' (Allah swt dan Rasul-Nya) tidak menentukan bentuk-
bentuk dan macam-macam maslahat, sehingga maslahat seperti ini disebut dengan
mursalah, yaitu mutlak tidak terbatas.

Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/240260-maslahah-dalam-perspektif-hukiim-islam-d0758bcd.pdf
B. Konsep Ekonomi dan Bisnis Konvensional (Kapitalis)
Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi yang aset-aset produktif dan atau
faktor-faktor produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta. Menurut
Milton H. Spencer, penulis buku Contemporary Economics (1977), kapitalis merupakan
sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik individu (private ownership) atas
alat-alat produksi dan distribusi dan pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang
kompetitif.
Pada sistem ekonomi ini terdapat keleluasaan bagi perorangan untuk memiliki
sumber daya, seperti kompetisi antar individu dalam memenuhi kebutuhan hidup, persaingan
antar badan usaha dalam mencari keuntungan. Prinsip “Keadilan” yang dianut oleh ekonomi
kapitalis adalah setiap orang menerima imbalan berdasarkan prestasi kerjanya. Dalam hal ini
campur tangan pemerintah sangat minim, sebab pemerintah berkedudukan sebagai
“Pengamat” dan “Pelindung” dalam perekonomian. adapun tokoh pendiri sistem ekonomi
kapitalis yaitu Adam Smith .

Ekonomi Kapitalis mempunyai prinsip dasar yaitu :

1) Kebebasan memiliki harta secara perorangan


Setiap individu dapat memiliki harta secara perorangan, membeli, dan menjual
hartanya menurut yang dikehendakinya tanpa batas. Individu mempunyai kuasa penuh
terhadap hartanya dan bebas menggunakan sumber-sumber ekonomi menurut cara yang
dikehendaki. Setiap individu berhak menikmati manfaat yang diperoleh dari produksi dan
distribusi serta bebas untuk melakukan pekerjaan.
Teori yang menjadi landasan bangunan yang menjadi prinsip ini adalah bahwa
individu adalah menjadi pemilik satu-satunya apa yang dihasilkannya, sedangkan orang
lain tidak mempunyai hak apa-apa terhadap hasil kerja kerasnya . Ia berhak memonopoli
semua alat produksi yang diperoleh dengan usahanya, berhak untuk tidak
mengeluarkanya kecuali pada sector yang mendatangkan keuntungan pada dirinya.
2) Kebebasan ekonomi dan persaingan
Setiap Individu berhak untuk mendirikan, mengorganisir dan mengelola perusahaan
yang diinginkan. Individu juga berhak terjun dalam semua bidang perniagaan dan
memperoleh keuntungan sebanyakbanyaknya. Negara tidak boleh ikut campur tangan
dalam semua kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk mencari keuntungan selagi
kegiatan tersebut sah dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Prinsip ini memang diakui mempunyai kelebihan dan kekurangan berupa :
1. Kebebasan ekonomi yang dianut dalam ekonomi kapitalis akan meningkatkan
produktifitas masyarakat. Kondisi ini akan berpengaruh pada pendistribusian
kekayaan yang rasional dalam masyarakat secara tidak langsung akan berimplikasi
pada peningkatan kekayaan Negara.
2. Persaingan bebas diantara individu-individu akan mewujudkan tahap produksi dan
tingkat harga pada tingkat yang wajar dan akan membantu mempertahankan
penyusuaian yang rasional diantara dua variable tersebut. Persaingan bebas akan
mempertahankan tahap keuntungan dan upah pada tingkat yang sederhana dan
rasional. Penganut sistem ini menegaskan bahwa persaingan bebas akan menghalangi
sikap egoism individu dan melampui batas dalam perekonomian liberal. Individu-
individulah yang menegakkan keseimbangan dan keadilan diantara mereka. Itu
alamiah, jika dalam pasar bebas terdapat beberapa banyak orang yang memproduksi
satu jenis barang dan banyak perdagangan yang membelinya pasti akan tercipta
harga yang pantas sehingga keuntungan yang diperoleh masing-masing individu akan
seimbang, tidak lebih dan tidak kurang.
3. Motivasi untuk mendapatkan keuntungan merupakan tujuan yang terbaik, sebanding
dalam tujuan yang terbaik. Sebanding dengan tujuan dalam memalksimalkan
produksi. Kalau motifasi tersebut dipertahankan akan memberikan peluag yang besar
pada setiap individu untuk bekerja keras dengan tenaga yang maksimum. Dengan
cara tersebut kuantitas dan kualitas produksi akan diperbaiki.
Kelebihan dan Kekurangan Ekonomi Kapitalis :
1) Kelebihan ekonomi kapitalis
a) Penganut mazhab kapitalis menyatakan bahwa kebebasan ekonomi dapat membuat
masyarakat memiliki banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Persaingan bebas di antara individu akan mewujudkan tahap “produksi“ dan tingkat
“harga“ pada tingkat yang wajar dan akan membantu mempertahankan penyesuaian
yang rasional di antara kedua variabel. Persaingan akan mempertahankan keuntungan
dan upah pada tingkat yang sederhana.
c) Para ahli ekonomi kapitalis menyatakan bahwa motivasi untuk mendapatkan
keuntungan merupakan tujuan yang terbaik, sebanding dengan tujuan untuk
memaksimumkan hasil.
2) Kelemahan ekonomi kapitalis
a) Persaingan bebas yang tidak terbatas, mengakibatkan banyak keburukan dalam
masyarakat apabila ia mengganggu kapasitas kerja dan sistem ekonomi serta
munculnya semangat persaingan diantara individu. Sebagai contoh hak individu yang
tidak terbatas untuk memiliki harta mengakibatkan distribusi kekayaan yang tidak
seimbang dalam masyarakat dan pada akhirnya akan merusak sistem perekonomian.
b) Adanya perbedaan yang radikal (jelas) antara hak-hak majikan dan pekerja, penerima
upah tidak mempunyai kesempatan yang sama dengan saingannya, sehingga
ketidakadilan ini memperdalam gap (jurang) antara yang kaya dan miskin.
c) Sistem ekonomi kapitalis, disatu pihak memberikan seluruh manfaat produksi dan
distribusi di bawah penguasaan para ahli, yang mengesampingkan masalah
kesejahteraan masyarakat banyak dan membatasi mengalirkan kekayaan di kalangan
orang-orang tertentu saja. Di pihak lain menjamin kesejahteraan semua pekerja
kepada beberapa orang yang hanya mementingkan diri sendiri.
C. Konsep Ekonomi dan Bisnis Humanis (Sosialis)
Sistem ekonomi sosialis merupakan bentuk resistensi dari sistem ekonomi
kapitalis yang dituding sebagai penyebab tidak tercapainya kesejahteraan yang
merata. Jika sistem ekonomi kapitalis sepenuhnya menyerahkan siklus ekonomi pada
mekanisme pasar yang berkembang. Maka dalam sistem ekonomi sosialis, pemerintah
mempunyai andil besar dalam mengatur roda perekonomian di sebuah negara. Mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pengawasan terhadap rantai perekonomian
masyarakat. Adapun tokoh pendiri sistem ekonomi adalah Karl Marx.
Prinsip Dasar Sistem Ekonomi Sosialis
1) Pemilikan harta oleh Negara
Seluruh bentuk produksi dan sumber pendapatan menjadi milik masyarakat secara
keseluruhan. Hak individu untuk memiliki harta atau memanfaatkan produksi
tidak diperbolehkan. Sistem ini dibangun atas dasar bahwa alat-alat produksi
seluruhnya menjadi milik bersama antara anggota masyarakat. Individu secara
perorangan tidak mempunyai hak untuk memiliki dan memanfaatkan sumber-
sumber produksi. Apalagi bertindak atas kemauan pribadi. Individu-individu tidak
mungkin memperoleh sesuatu kecuali dari upah dan jasanya terhadap masyarakat.
Jadi masyarakatlah yang sebenarnya menyediakan kebutuhan hidup bagi mereka-
mereka yang sedang mengerjakan pekerjaanya. Didalam sistem ini tidak ada yang
namanya “hak milik perorangan”. Hal ini sangat berbeda dengan sistem ekonomi
kapitalis yang memberikan hak sepenuhnya kepada perorangan untuk memiliki
dan menikmati sumber-sumber produksi.16
2) Kesamaan ekonomi Sistem ekonomi sosialis menyatakan bahwa, hak-hak individu
dalam suatu bidang ekonomi ditentukan oleh prinsip kesamaan. Setiap individu
disediakan kebutuhan hidup menurut keperluan masing-masing. Untuk mencapai
tujuan kesamaan ekonomi, seluruh urusan Negara diletakkan dibawah peraturan
kaum buruh yang mengambil alih semua aturan produksi dan distribusi.
Sebaliknya, kebebbasan ekonomi serta hak kepemilikan harta secara perorangan
dihapuskan.
3) Disiplin politik Untuk mencapai tujuan diatas, keseluruhan Negara diletakkan
dibawah peraturan kaum buruh, yang mengambil alih semua aturan produksi dan
distribusi. Kebebasan ekonomi serta hak kepemilikan harta dihapus. Aturan yang
diperlakukan sangat ketat untuk lebih menggefektifkan praktek sosialisme.

Ciri- Ciri Ekonomi Sosialis

1) Lebih mengutamakan kebersamaan (kolektivisme) Masyarakat dianggap sebagai


satu-satunya kenyataan sosial, sebagai individu-individu fiksi belaka. Dan tidak
adanya pengakuan atas hak-hak pribadi (individu) dalam sistem sosialis.
2) Peran pemerintah sangat kuat Pemerintah bertindak aktif mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga tahap pengawasan. Alat-alat produksi dan kebijaksanaan
ekonomi semuanya diatur oleh negara.
3) Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi Pola produksi (aset dikuasai
masyarakat) melahirkan kesadaran kolektivisme (masyarakat sosialis) dan Pola
produksi (aset dikuasai individu) melahirkan kesadaran individualisme
(masyarakat kapitalis).

Kelemahan dan Kelebihan Ekonomi Sosialis :

1) Kelemahan ekonomi sosialis:


a) Sulit melakukan transaksi
b) Membatasi
c) Mengabaikan pendidikan moral
2) Kelebihan ekonomi sosialis
a) Disediakannya kebutuhan pokok
b) Didasarkan perencanaan Negara
c) Produksi dikelola oleh Negara

Namun, ternyata sistem ini justru menyengsarakan rakyat diatas slogan Demi
Kesejahteraan Rakyat Bersama. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

a) Tawar menawar sangat sulit dilakukan oleh individu yang terpaksa mengorbankan
kebebasan pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadinya.
b) Asistem ini secara tidak langsung terikat oleh sistem sistem ekonomi dictator.
Buruh dijadikan budak masyarakat dan memaksanya bekerja seperti mesin.
c) Dalam sistem ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai tujuan ekonomi,
sementara pendidikan moral individu diabaikan. Akibatnya masyarakat akan
terbagi beberapa kelompok (buruh dan majikan). Seluruh kekuasaan akan berada
ditangan buruh (proletariat) yang kurang berpendidikan.
d) Sistem ekonomi sosialis mencoba untuk mencapai tujuan melalui larangan-
larangan eksternal dan menyampingkan pendidikan moral. Dibalik upaya
memupuk semangat persaudaraan dan kerjasama yang baik antara majikan dengan
buruh, sistem sosialis menimbulkan rasa permusuhan dan dendam.

Sumber : Itang & Adib Daenuri, “ SISTEM EKONOMI KAPITALIS, SOSIALIS DAN ISLAM”, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

D. Konsep Ekonomi dan Bisnis Maslahah


Maslahah adalah prinsip yang dikenal dalam hukum Islam. Maslahah berarti
memelihara tujuan syara’ (syariat) dan meraih manfaat serta mencegah diri dari
kemudharatan. Implementasi konsep maslahah dalam kegiatan ekonomi memiliki
ruang lingkup yang lebih luas jika dibandingkan bidang lain.
Nash-nash (dalil) terkait ekonomi yang pada umumnya bersifat global
membuat ruang gerak ijtihad (penetapan hukum baru berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadis) menjadi lebih luas. Sedikitnya nash-nash yang membahas aspek ekonomi
secara khusus membuat ijtihad berbasis maslahah menjadi jalan keluar.
Sebab hal ini berbeda dengan bidang-bidang lain seperti ibadah yang bersifat
dogmatik (berbasis kepercayaan). Dengan demikian, prinsip maslahah menjadi acuan
dan patokan penting dalam bidang ekonomi.
Maslahah telah menjadi dasar pengembangan ekonomi Islam dalam
menghadapi perubahan dan kemajuan zaman. Dengan pertimbangan maslahah,
regulasi perekonomian bisa berubah dari teks nash menjadi konteks nash yang
mengandung prinsip maslahah.
Implementasi maslahah dalam kegiatan ekonomi dapat dijumpai dalam
berbagai contoh, seperti pada penentuan mekanisme pasar, pengelolaan zakat
produktif, dan lembaga keuangan syariah.
Pertama, konsep maslahah pada mekanisme pasar yaitu dilakukannya
intervensi harga. Menurut konsep maslahah, pemerintahan Islam perlu melakukan
intervensi harga saat terjadi situasi dan kondisi tertentu seperti terancamnya
kebutuhan masyarakat, terjadinya monopoli, pemboikotan, atau terjadinya kolusi
antar penjual. Hal ini sangat berbeda pada masa Rasulullah SAW yang melarang
adanya Intervensi harga. Situasi dan kondisi saat ini sangat berbeda karena pergerakan
harga yang sewaktu-waktu dapat merusak mekanisme pasar sehingga pemerintahan
Islam perlu melakukan intervensi agar harga tetap stabil. Adapun tujuannya semata-
mata untuk mencegah terjadinya tindak kezaliman terhadap masyarakat dalam rangka
mewujudkan kemaslahatan.
Kedua, konsep maslahah dalam kebijakan pengelolaan zakat yaitu
pengelolaan zakat produktif. Pengelolaan zakat di Indonesia diatur dalam UU No.23
Tahun 2011 tentang pengelolaan Zakat. Secara umum, pendistribusian zakat yang
sering kita jumpai berupa zakat konsumtif kepada para mustahik (penerima zakat)
yang tergolong ke dalam 8 asnaf untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Akan tetapi, kelemahan zakat konsumtif ini kurang begitu membantu untuk
kebutuhan jangka panjang mustahik. Hal ini dikarenakan zakat konsumtif hanya
memenuhi kebutuhan sehari-hari (kebutuhan jangka pendek). Maka dari itu,
diperlukan juga pola pendistribusian zakat yang bersifat zakat produktif. Berbeda
dengan zakat komsumtif, zakat produktif dapat didayagunakan untuk usaha produktif.
Zakat produktif dapat dimanfaatkan sebagai program pengentasan kemiskinan
dengan cara pendistribusian zakat berupa modal usaha, alat-alat usaha, pelatihan
keterampilan, serta bimbingan usaha. Zakat produktif untuk para mustahik akan
berefek pada kehidupan mereka yang mandiri sehingga mereka tidak butuh lagi
menerima zakat ketika ekonominya telah mapan. Oleh sebab itu, paradigma distribusi
zakat dari orientasi konsumtif harus dapat diubah menjadi orientasi produktif, agar
dapat menangani mengubah kemiskinan menjadi sejahtera. Pengelolaan zakat
produktif harus dipahami oleh semua laposan masyarakat, baik muzakki (pembayar
zakat), amil (pengelola zakat) maupun mustahik (penerima zakat).
Ketiga, konsep maslahah pada lembaga-lembaga perbankan dan keuangan
syari’ah. Perekonomian yang saat ini masih berbasis bunga atau riba telah
menciptakan corak interaksi keuangan menjadi amburadul. Bunga membuat sistem
keuangan dunia menjadi pincang karena terciptanya ketidakadilan bagi masyarakat
sehingga negara-negara miskin dan berkembang akan terus bergantung secara
finansial kepada negara maju. Sifat pre-determined return yang dimiliki bunga akan
membuat perilaku para pemegang kapital cenderung memutar uangnya sebagai alat
untuk men-generate pendapatan melalui sektor finansial ketimbang mendapatkan
keuntungan melalui aktivitas produktif disektor riil.
Sebagai solusi, Islam menawarkan sistem bagi hasil dimana setiap usaha akan
mengalami pemerataan resiko, yaitu adanya resiko untung atau rugi. Setiap pihak
harus menerima resiko untung ataupun rugi sesuai dengan akad yang telah ditentukan
di awal perjanjian. Selain itu, dalam mekanismenya bagi hasil harus sesuai dengan
prinsip syariah, tidak diperkenankan mengandung unsur riba, judi dan gharar
(ketidakpastian), serta larangan memproduksi barang haram seperti khamr (minuman
keras). Dari sudut pandang tersebut menunjukkan konsep maslahah merupakan
konsep fundamental dalam perkembangan ekonomi Islam.

Sumber : https://www.mediasulsel.com/konsep-maslahah-dalam-ekonomi-syariah/#:~:text=OPINI
%20%E2%80%93%20Maslahah%20adalah%20prinsip%20yang,serta%20mencegah%20diri%20dari
%20kemudharatan.&text=Maslahah%20telah%20menjadi%20dasar%20pengembangan,menghadapi
%20perubahan%20dan%20kemajuan%20zaman.

E. Konsekuensi Konsep Ekonomi dan Bisnis Maslahah dalam Perencanaan dan


Penilaian Kinerja
Sistem kinerja MaP (Maslahah Performance)/ kinerja mashalah
dikembangkan dengan mempertimbangkan konsep ‘radar’ (Sokovic, 2010). Radar
berarti results, approach, deploy, assess and refine. Sistem kinerja MaP berorientasi
pada hasil. Sistem yang terintegrasi dengan pendekatan perencanaan dan
pengembangan. Sistem kinerja MaP menghubungkan pencapaian kinerja saat ini dan
di masa datang. Dalam penerapannya, Sistem kinerja MaP memiliki
tahapansosialisasi yang dilakukan secara sistematis dan melibatkan seluruh staff.
Sistem kinerja MaP tidak hanya melakukan proses pengukuran kinerja, tetapi juga
proses tinjau ulang atau review yang dilakukan melalui proses monitoring dan analisis
terhadap hasil yang dicapai.Selanjutnya, hasil tinjau ulang menjadi bahan
pembelajaran untuk perbaikan di masa datang.
Sistem kinerja MaP memenuhi delapan kriteria sistem pengukuran kinerja
yang baik, sebagaimana dijelaskan oleh Max Moullin (2004). Moullin menjabarkan
delapan kriteria penting bagi suatu sistem pengukuran kinerja yaitu penggunaan
keseimbangan ukuran yang menggambarkan seluruh aktiftas dan area, memastikan
bahwa apa yang diukur adalah permasalahan yang terkait dengan user (pengguna) dan
pemangku kepentingan, melibatkan seluruh staff dalam menentukan ukuran,
memasukan ukuran bersifat persepsi juga memiliki indikator kinerja, menggunakan
kombinasi antara outcome dan ukuran proses, memasukan unsur biaya efektifitas dan
nilai yang dihantarkan kepada pelanggan, memiliki sistem yang jelas untuk
menterjemahkan strategi organisasi ke dalam ukuran-ukuran kinerja. Terakhir, sistem
pengukuran kinerja harus berpola pada perbaikan berkelanjutan bukan sistem yang
lebih banyak menyalahkan sesuatu apabila kinerja tidak sesuai dengan harapan.

Anda mungkin juga menyukai