Anda di halaman 1dari 9

M.

K : Akuntansi Biaya dan Manajemen Islam

RMK (IV)

Oleh:

FITRATUNNISA (A031181366)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020/2021
A. Filosofi Pendapatan Bunga Dan Bagi Hasil

Pendapatan bunga adalah pendapatan yang dihasilkan dari bank atau lembaga keuangan
lainnya, di mana pendapatan ini diperoleh dari jasa penyimpanan yang disebut dengan
bunga. Pengertian lainnya, pendapatan bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh individu
atau perusahaan dari hasil sejumlah dana yang mereka simpan di bank. Tetapi dalam skala yang
lebih besar, definisi pendapatan bunga adalah jumlah yang diperoleh dari uang investor karena
menaruh uangnya di suatu investasi atau proyek. Pendapatan bunga saat ini masih di dominasi
dari bank sehingga sering disebut juga sebagai pendapatan bunga bank dan bunganya disebut
beban bunga bank.
Metode umum yang digunakan untuk menghitung pendapatan bunga bank adalah dengan
mengalikan jumlah pokok dengan tingkat bunga yang berlaku serta menghitung jangka waktu
penyimpanan atau peminjaman uang tersebut. Setiap bank memberikan tingkat bunga yang
berbeda, tergantung pada kebijakan bank yang bersangkutan. Bunga yang merupakan
keuntungan biasanya didapatkan ketika nasabah menyimpan uang di bank. Bunga akan menjadi
keuntungan bagi bank jika nasabah meminjam uang pada bank dan membayar sejumlah beban
bunga tertentu.
Pendapatan bunga dalam investasi terkadang disebut juga sebagai pendapatan bunga
modal. Maksud dari pendapatan bunga modal yaitu investor mendapatkan keuntungan bunga dari
modal yang disetor. Pendapatan bunga modal juga merupakan timbal balik kepada perusahaan
dalam kontribusinya terhadap pengelolaan investasi yang dilakukan. Beberapa karakteristik
pendapatan bunga yang akan mempengaruhi pengendalian arus kas perusahaan antara lain :
1. Pendapatan bunga bank bersifat fluktuatif dan jangka pendek.
2. Pendapatan bunga bank mempunyai biaya dana yang relatif murah.
3. Pendapatan bunga bank hanya dapat digunakan untuk jangka pendek.
4. Pendapatan bunga bank memiliki administrasi yang rumit.

Adapun untuk bagi hasil, dalam surah Al-Baqarah ayat 275 Islam dengan jelas
mengharamkan riba dan menghalalkan jual beli. Riba dalam hal ini adalah sistem bunga yang
sering dipraktekkan oleh perbankan konvensional. Sebagai bentuk penghindaran dari unsur
riba/bunga, Islam menawarkan sistem bagi hasil sebagai penerapan dari prinsip keadilan
sebagaimana yang dianjurkan oleh syariat Islam. Model ekonomi syariah dibangun atas dasar
filosofi religiusitas, dan institusi keadilan, serta instrumen kemaslahatan (Q.S. At-Takaatsur: 1–
2, Al-Munaafiquun: 9, An-Nuur: 37, Al-Hasyr: 7, Al-Baqarah: 188, 273–281, Al-Maidah: 38,
90-91, Al-Muthaffifin: 1-6). Filosofi religiusitas melahirkan basis ekonomi dengan atribut
pelarangan riba/bunga. Institusi keadilan melahirkan basis teori profit and loss sharing (PLS)
dengan atribut nisbah bagi hasil. Instrumen kemaslahatan melahirkan kebijakan pelembagaan
zakat, pelarangan israf, dan pembiayaan (bisnis) halal, yang semuanya itu dituntun oleh nilai
falah (bukan utilitarianisme dan rasionalisme). Ketiga dasar di atas, yakni filosofi relijiusitas,
institusi keadilan, dan instrumen kemaslahatan merupakan aspek dasar yang membedakan
dengan mainstream ekonomi konvensional.

Bagi hasil adalah proporsi pembagian hasil usaha dalam ukuran prosentase atas
kemungkinan keuntungan/kerugian riil yang akan diperoleh pihak-pihak yang bekerja sama.
Jumlah nominal bagi hasil akan berfluktuasi sesuai dengan keuntungan riil dari pemanfaatan
dana. Model bagi hasil paling sesuai dengan fitrah dalam berusaha yaitu kondisi untung, rugi,
juga brek even point/ pulang pokok.

Model bagi hasil sangat menghargai nilai manusia dan sesuai dengan fitroh berusaha,
dimana hasil riil yang akan menjadi patokan dalam pengupahan. Dengan Model bagi hasil
pengusaha tidak menjadikan upah sebagai biaya, karena yang menjadi biaya sesungguhnya
adalah biaya-biaya yang muncul dalam rangka menghasilkan laba. Tanpa menganggung biaya
upah berarti pengusaha akan punya kesempatan bayak untuk pengembangan usaha/ekspansi
usaha.Di sisi lain, model bagi hasil akan memotivasi karyawan untuk mengasilkan laba yang
paling banyak karena semakin besar laba yang diperoleh akan berdampak pada besarnya bagi
hasil yang diterima, dan semakin kecil laba yang diperoleh, maka semakin sedikit bagi hasil yang
diterima. Model bagi hasil akan memotivasi, sehingga dengan sistim bagi hasil ini karyawan
dengan pekerjaan yang sama akan dapat memperoleh hasil riil yang berbeda pada cabang usaha
yang berbeda karenanya dengan upah model bagi hasil karyawan tidak akan begitu peduli
dengan jabatan pekerjaan, tetapi justru akan sangat peduli dengan hasil riil usaha yang dijalankan
karena hasil ini yang akan dibagikan. Jadi dengan kerangka fikir yang demikian dapat ditarik
benang merah bahwa sistem upah bagi hasil terhindar dari konflik penentuan upah antara
pengusaha dan pekerja.
Keharaman bunga dalam syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga
secara mutlak. Teori PLS dibangun sebagai tawaran baru di luar sistem bunga yang cen derung
tidak mencerminkan keadilan (injustice/dzalim) karena memberikan diskriminasi terhadap
pembagian resiko maupun untung bagi para pelaku ekonomi (Sadeq, 1992). Principles of Islamic
finance di bangun atas dasar larangan riba, larangan gharar, tuntunan bisnis halal, resiko bisnis
ditanggung bersama, dan transaksi ekonomi berlandaskan pada pertimbangan memenuhi rasa
keadilan (Alsadek, et al., 2006). Profit-loss sharing berarti keuntungan dan atau kerugian yang
mungkin timbul dari kegiatan ekonomi/bisnis ditanggung bersamasama. Dalam atribut nisbah
bagi hasil tidak terdapat suatu fixed and certain return sebagaimana bunga, tetapi dilakukan
profit and loss sharing berdasarkan produktifitas nyata dari produk tersebut (Adiwarman Karim,
2001).

Menurut Karim (2007: 116-117), nisbah bagi hasil yaitu pedoman pembagian usaha bila
usaha tersebut menghasilkan untung. Selain disepakati pembagian untung, juga disepakati
penanggungan biaya, bila biaya ditanggung oleh pelaksana, maka yang dilakukan adalah bagi
penerimaan (reveneu sharing), dan bila disepakati biaya ditanggung oleh pemodal berati yang
dilakukan adalah bagi untung (profit sharing).

Menurut Muhammad (2002:42) yang dimaksud sistim bagi hasil adalah kerjasama antara
pemilik modal dan pengusaha untuk saling berbagi keuntungan atau kerugian, sehingga dengan
adanya kerjasama ekonomi akan terbangun pemerataan dan kebersamaan.

Menurut Nafik (2007 : hal 11-13) sistim bagi hasil merupakan alat pengikat antara
pengusaha dan pekerja, merupakan satu sumber penting dan permanen dari perolehan
keuntungan yang akan menghasilkan efisiensi yang lebih besar bagi para pekerja industri, karena
ada bagian keuntungan yang mereka peroleh diharapkan akan lebih giat dan tekun untuk
memelihara barang-barang dan alatalat produksi.Sehingga ketika mereka semakin giat bagian
untuk mereka akan meningkat dan pengusaha memperoleh hasil keuntungan yang meningkat.
Bahwa model pengupahan biasa mengakibatkan pemborosan material maupun spiritual dan tidak
ditemui dalam bagi hasil.

Sistem bagi hasil dapat diterapkan dalam empat model. Pertama, bagi sistem hasil berdasarkan
pendapatan (Revenue Sharing System,RSS). Kedua, sistem bagi hasil berdasarkan laba kotor
(Gross Profit Sharing System(GPSS). Ketiga, sistem bagi hasil berdasarkan laba operasi bersih
(Operating Profit Sharing System, OPSS). Dan keempat, sistem bagi hasil berdasarkan laba
bersih (Net Profit Sharing System, NPSS).

B. Cara perhitungan pendapatan Bunga dan bagi hasil

Nisbah (persentase) bagi hasil akan disepakati pada awal transaksi. Nisbah bagi hasil
adalah besaran yang akan diterima oleh masingmasing pihak yang bekerjasama, karena itu,
jumlahnya harus 1 atau 100%. Nisbah tersebut akan berbeda-beda untuk setiap transaksi , karena,
nisbah menggambarkan beban yang akan ditanggung masing-masing pihak sesuai dengan porsi
(share) dan tanggungjawabnya. Kita gunakan kasus pada bank syariah untuk memudahkan
perhitungan.

Misalnya, Ali mendepositokan dananya sebesar Rp1.000.000 (satu juta rupia) dengan
akad mudharabah selama 1 bulan. Bagi hasil dilakukan bank syariah setiap bulan pada akhir
bulan tersebut, kecuali untuk deposito sesuai dengan jatuh temponya. Bank syariah umumnya
mempunyai sistem bagi hasil yang berbeda, namun demikian semangat dan prosesnya sama.
Salah satu model perhitungan bagi hasil adalah bagi hasil = (rata-rata dana nasabah/1000) x HI-
1000 x nisbah bagi hasil. Berarti kita akan menghitung HI-1000, yaitu angka yang menunjukkan
hasil investasi yang diperoleh bank dari penyaluran dananya setiap Rp1000 dana nasabah. Asrian
Hendicaya 2 Bagi hasil didasarkan pada saldo rata-rata harian dalam sebulan. Karena contoh kita
adalah deposito maka saldonya tetap yaitu sebesar nilai nominalnya (Rp 1 juta). Jika nisbah bagi
hasil yang disepakati adalah 60:40, yaitu 60% untuk nasabah dan 40% untuk bank. Sedangkan
HI-1000 sebesar 20, yaitu dari setiap Rp1000 dana nasabah yang disalurkan maka bank akan
memperoleh hasil Rp20. Berdasarkan data tersebut maka bagi hasil yang akan diterima Ali
sebesar = (Rp1.000.000/1000) x Rp20 x 60% = Rp1000 x Rp20 x 0,60 = Rp12.000 (dua belas
ribu rupiah). Artinya, Ali akan menerima bagi hasil sebesar Rp12.000 atas depositonya selama
sebulan. Nilai bagi hasil ini bersifat fluktuatif (berubah-ubah) dari waktu ke waktu sesuai dengan
hasil yang diperoleh bank.

Itulah sebabnya bank syariah mengejar perputaran dana agar hasil yang diperoleh besar
sehingga bagi hasilnya juga besar. Hal ini tercermin pada FDR (financing deposit ratio) yaitu
perbandingan antara dana yang dihimpun dengan dana yang disalurkan bank syariah yang
mencapai rata-rata diatas 100. Nasabah ‘rasional’ akan mengejar hasil (return) yang diterima.
Untuk itu, mereka akan membandingkan dengan bank konvensional. Dengan nilai bagi hasil
sebesar Rp12.000 berarti setara dengan 1,2% perbulan tingkat pengembaliannya. Bila bank
konvensional memberikan bunga sebesar 1% perbulan maka hasil yang akan diperoleh Ali dari
depositonya adalah Rp10.000 (sepuluh ribu rupiah).

Perhitungan Bunga Akrual Kredit

Untuk menghitung bunga akrual kredit, tentunya perlu mempersiapkan data terlebih dahulu.
Langkah-langkah apa yang harus dilakukan dalam melakukan perhitungan tersebut? Secara
berurutan lakunlah hal-hal berikut:

1. Hitung bunga perbulan


Misalkan pada Tn A, maka bunga kredit yang harus dibayar setiap bulannya adalah:
= Rp. 5.000.000 x 2%
= Rp. 100.000,-
2. Menentukan jumlah hari akrual
Berdasarkan data Tn A maka, misalkan posisi laporan adalah 30 Juni 2017, maka untuk
menentukan hari akrual adalah dengan melakukan pengurangan dari jumlah hari pada
bulan laporan dikurangi dengan tanggal pencairan kredit. Namun perlu diperhatikan
bahwa apabila tanggal pencairan sama dengan atau lebih besar dari tanggal pelaporan
maka bunga akrualnya adalah 0 sebelum ditambahkan tunggakan bunga.
= Tgl Pelaporan - Tgl Pencairan
= 30 – 1
= 29
3. Menghitung bunga akrual
Bunga akrual dihitung berdasarkan jumlah hari dari tanggal pencairan sampai tanggal
terakhir bulan laporan. Dimana jumlah hari akrual dibagi dengan jumlah hari pelaporan,
sehingga:
= (Hari Akrual/ Hari Pelaporan) x Bunga Kredit per bulan + Tunggakan Bunga Jika ada
= (29/30) x 100.000 + 0
= Rp. 96.667
Cara menghitung suku bunga menggunakan simple interest rate

Secara matematis deskripsi tersebut ditulis dengan: P x I x T

Di mana : P = Jumlah pokok pinjaman;

I = Interest rate atau persentase suku bunga

T= Time atau waktu

Waktu (T) disini bisa jadi tahunan, bulanan atau bahkan harian tergantung dengan kontrak
pinjaman yang anda buat.

C. Keuntungan dan kelemahan penentuan pendapatan dan bagi hasil

Kelebihan utama dari bagi hasil selain sesuai dengan syariat Islam adalah adanya
transparansi terhadap apa yang dilakukan serta keuntungan yang didapatkan. Hal ini penting agar
dianggap tidak merugikan kedua belah pihak. Meskipun begitu, kekurangan dari sistem ini
dibandingkan sistem lainnya adalah perlunya supervisi terhadap pengelola usaha terutama untuk
menurunkan risiko itikad kurang baik. Pihak-pihak yang kurang mengenal satu sama lain cukup
rentan menghadapi fenomena tersebut. Umumnya, karena memiliki kesamaan visi untuk
memakmurkan perekonomian syariah, mereka akan melakukan kesepakatan. Hal itu berbeda
dengan sistem konvensional yang terdapat prosedur-prosedur yang memungkinkan terjaringnya
pihak-pihak dengan itikad semacam itu. Adapun berikut kelebihan dan kekurangan dari suku
bunga fixed dan floating.

Fixed interest rate

Berdasarkan pengertiannya, keuntungan dari suku bunga tetap bagi debitur KPR adalah
kepastian angsuran. Nilai angsuran per bulan bisa sama atau tetap dari awal hingga akhir masa
kredit. Dengan begitu, debitur tidak harus memikirkan nilai angsurannya tiap bulannya. Selain
itu, jika terjadi pelunasan ditengah masa pinjaman, debitur tidak akan dikenakan biaya penalti
dan tidak akan diminta membayar biaya provisi (administrasi) sebesar 1%. Meski keuntungannya
menggiurkan, suku bunga tetap juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, nilai angsurannya
terkadang sedikit lebih tinggi jika dibandingkan bunga floating. Tak hanya itu, jika terjadi
penurunan suku bunga perbankan karena kebijakan yang dikeluarkan oleh Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), debitur pun tidak bisa menikmatinya. Apabila suku bunga pasar berada di
bawah suku bunga tetap, maka suku bunga kredit menjadi lebih mahal sehingga pengurangan
nilai cicilan tidak bisa diterapkan. Hal ini karena jumlah angsurannya telah dipatok tetap sejak
awal cicilan.

Floating interest rate

Nilai plus suku bunga fluktuatif dapat dirasakan jika terjadi penurunan suku bunga pasar,
karena sudah pasti tingkat suku bunga kredit pun ikut turun. Saat ini terjadi, besaran bunga yang
harus dibayar pada periode itu menjadi lebih rendah daripada waktu sebelumnya. Bunga floating
lebih cocok untuk calon pembeli yang bisa mengambil risiko, seperti pengusaha atau karyawan
swasta berpenghasilan mumpuni. Adapun kelemahannya adalah naik turunnya suku bunga itu
sendiri. Pada kenyataannya, suku bunga mengambang lebih sering naik daripada turun.

SUMBER :

Rahim, A. 2015. Diakses dari


http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/humanfalah/article/download/184/131 pada tanggal 12
Maret 2021

Azaubin, A. 2016. Diakses dari http://repository.unissula.ac.id/6391/5/BAB%20I_1.pdf pada


tanggal 12 Maret 2021

Yahya, M. Diakses dari


https://ejournal.undip.ac.id/index.php/dinamika_pembangunan/article/download/1661/143
4 pada tanggal 12 Maret 2021

Salam, A. Diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/268505145.pdf pada tanggal 12 Maret


2021

Emalia, Z. Diakses dari http://feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/2.-heru.pdf pada


tanggal 12 Maret 2021

http://feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/Menghitung-Bagi-Hasil.pdf
https://www.harmony.co.id/blog/apa-itu-pendapatan-bunga-contoh-dan-pengaruhnya-bagi-bisnis

https://terbaikterjitu2t.blogspot.com/2018/01/cara-menghitung-bunga-akrual-kredit.html?m=1

https://glints.com/id/lowongan/bagi-hasil/

https://www.rumah.com/berita-properti/2016/4/121501/plus-minus-suku-bunga-tetap-dan-suku-
bunga-fluktuasi

Anda mungkin juga menyukai