PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ada dua posisi yang berbeda untuk perhitungan bagi hasil dari pendapatan yang diterima
bank syariah. Pertama, bagi hasil pendapatan antara bank dengan nasabah dimana bank
sebagai mudharib dan nasabah sebagai sahibul maal. Kedua, bagi hasil pendapatan antara
bank dengan nasabah di mana bank sebagai sahibul maal dan nasabah sebagai mudharib.
Berbeda dengan mekanisme ekonomi kovensional yang menggunakan instrumen bunga,
mekanisme ekonomi Islam menggunakan instrumen profit yaitu berupa sistem bagi hasil,
salah satunya adalah lembaga keuangan syariah. Hal ini menjadi ciri khas ekonomi
Islam. Ekonomi syariah terbebas dari kedua kedhaliman kapitalisme dan sosialisme,
serta mengajarkan tegaknya nilai-nilai keadilan, kejujuran, transparansi, anti korupsi dan
eksploitasi. Artinya, misi utama ekonomi syariah ialah tegaknya nilai-nilai akhlak moral
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.
keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat
keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal
perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung
bersama sesuai porsi masing-masing.
Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya
secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan
upah/hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah dilakukannya.
Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan
pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya yang
telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa
negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan
dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi
balance. Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan bersih (net profit) yang
merupakan lebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue.
2.1.2.
harta.
Anggota syarikat percaya mempercayai.
Mencampurkan harta yang akan disyarikatkan.
Mengenai rukun mudlarabah, ada beberapa hal yang harus dipenuhi, yakni:
Barang yang diserahkan adalah mata uang. Tidak sah menyerahkan harta
benda atau emas perak yang masih dicampur atau masih berbentuk perhiasan.
Melafadzkan ijab dari yang punya modal, dan qobul dari yang
menjalankannya.
Diterapkan dengan jelas, bagi hasil bagian pemilik modal dan mudharib.
Dibedakan dengan jelas antara modal dan hasil yang akan dibagihasilkan
dengan kesepakatan.
Sebelumnya telah kita ketahui bahwa dalam ekonomi islam tidak ada instrumen bunga,
karena didalamnya mengandung unsur riba. Mengapa harus menggunakan bagi hasil dan
menghindari sistem bunga?. Jawaban dari pertanyaan ini berdasarkan pijakan dari AlQuran, yaitu:
Doktrin kerjasama dalam ekonomi Islam dapat menciptakan kerja produktif seharihari dalam masyarakat. Dalam surah Al-Baqarah : 190
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
sehancur-hancurnya.
Melindungi kepentingan ekonomi lemah.
Membangun organisasi yang berprinsip syarikah, sehingga terjadi proses yang kuat
membantu yang lemah.
Az-Zukhruf: 32
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu
2.2.
laba yang diperolah pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran
mingguan atau bulanan, dan lain-lain.
Sebenarnya inti dari mekanisme investasi bagi hasil adalah terletak pada kerjasama yang
baik antara shohibul maal dan mudharib. Hal ini merupakan karakter dari masyarakat
ekonomi Islam sendiri dalam segala bidang kegiatan ekonominya.
Faktor yang mempengaruhi bagi hasil ada 2 yaitu langsung dan tidak langsung.
2.2.1. Faktor Langsung
Diantara faktor yang langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan
bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi
hasil (profit sharing ratio).
Investment rate merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari
total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80%, hal ini berarti
20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan dana dari berbagai
sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung
dengan menggunakan salah satu metode ini:
Rata-rata saldo minimum bulanan,
Rata-rata total saldo harian.
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk
diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.
nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).
Salah satuciri al-mudharabah adalah nisbah bagi hasilyang harus ditentukan
Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit
and sharing). Pendapatan yang dibagi hasilkan merupakan pendapatan
2.3.
of
fund (penghimpunan
dana),
selanjutnya
pengelola
akan
2.4. ANALISIS
Pengumpulan dana yang dilakukan oleh Bank Syariah yang berasal dari para Nasabah,
para pemilik modal atau dana titipan dari pihak ketiga perlu dikelola dengan penuh
amanah dan istiqomah, dengan harapan dana tersebut mendatangkan keuntungan yang
besar, baik untuk nasabah maupun syariah.
Prinsip utama yang harus dikembangkan bank syariah dalam kaitan dengan manajemen
dana adalah bahwa Bank Syariah harus mampu memberikan bagi hasil kepada
penyimpan dana, minimal sama dengan atau lebih besar dari suku bunga yang berlaku di
bank-bank konvensional dan mampu menarik bagi hasil dari debitur lebih rendah
daripada bunga yang berlaku di bank konvensional. Oleh karena itu upaya manajemen
dana bank syariah perlu dilakukan secara baik. Hal tersebut harus dilakukan guna untuk
mencapai hasil keuntugan yang besar, agar bagi hasil yang dilakukan dapat peningkatan
tabungan nasabah.
Selain mengenai pengumpulan dana, yang perlu di analisis lagi adalah mengenai
perbedaan
anatara
bagi
hasil
dengan
bunga
bank
pada
perbankan
BAGI HASIL
Pcnentuan besarnya rasio/nisbah bagi
hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan
untung rugi.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
dipinjamkan.
diperoleh
Bagi hasil bergantung pada
pihak.
Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai
pendapatan
Dari tabel diatas dapat dilihat beberapa perbedaan mendasar tentang bank syariah dan
bank konvensional, sehingga dalam waktu yang relative muda bank syariah mampu
dijadikan rekonstruksiasi perbankan nasional.
2.5.
pada
umumnya bank syariah menggunakan kontrak kerjasama pada akad Musyarakah dan
Mudharabah.
2.5.1. Musyarakah
Musyarakah atau sering disebut sharikah berasal dari fiil madhi yang mempunyai
arti: sekutu atau teman sepersekutuan, perkumpulan, perserikatan. Syirkah dari segi
etimologi berarti: al-ihtilath mempunyai arti: campur atau percampuran. Maksud
dari percampuran disini adalah seorang mencampurkan hartanya dengan harta
orang lain sehingga antara bagian yang satu dengan bagian yang lainya sulit untuk
dibedakan lagi.
Adapun secara terminologi para ahli fikih mendefinisikan sebagai akad antara
orang-orang yang berserikat dalam modal maupun keuntungan. Hasil keuntungan
dibagihasilkan sesuai dengan kesepakatan bersama di awal sebelum melakukan
usaha. Sedang kerugian ditanggung secara proposional sampai batas modal masingmasing. Secara umum dapat diartikan patungan modal usaha dengan bagi hasil
menurut kesepakatan, sedangkan pelaksananya bisa ditunjuk salah satu dari mereka.
Akad Syirkah diperbolehkan menurut Ulama Fiqih, berdasarkan Al-quran dan Alhadits. Dalam Al-quran Allah Subhanahu Wa Taala Berfirman dalam QS. Shaad:
24
Artinya: Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan
meminta
kambingmu
itu
untuk
ditambahkan
kepada
kambingnya.
Dan
beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". Dan
Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada
Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.
Ayat di atas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah akan adanya perserikatan
dalam kepemilikan harta. dalam surat Shad: 24 Perserikatan terjadi atas dasar Akad
(ikhtiyary).
Dalam Hadits Qudsi dinyatakan sebagai berikut :
Artinya: Dari Abi Hurairah Radhiallahu anhu ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: Allah Subhanahu Wa Taala berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari
dua orang yang sedang berserikat selama salah satu dari keduanya tidak khianat
terhadap saudaranya (temanya). Apabila diantara
mereka ada yang saling berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka (H.R Abu
Dawud)
Dalam Hadits diatas menunjukan bahwa Rahmat Allah Subhanahu Wa Taala
tercurahkan atas dua pihak yang sedang berkongsi selama mereka tidak melakukan
penghianatan, manakala berkhianat maka bisnisnya akan tercela dan keberkahanpun
akan sirna dari padanya.
Berdasarkan keterangan Al-quran dan Hadits Rasul tersebut diatas pada prinsipnya
seluruh Fuqaha sepakat menetapkan bahwa hukum syirkah adalah Mubah,
meskipun Mereka memperselisihkan keabsahan beberapa jenis hukum syirkah.
Ulama fiqih membagi Syirkah menjadi 2 macam yaitu:
2.5.1.1. Syirkah Amlak (milik)
Syirkah Amlak ialah: persekutuan antara dua orang atau lebih untuk
memiliki harta bersama tanpa melalui akad Syirkah. Syirkah dalam
kategori ini dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Syirkah Ikhtiyariyah
yaitu: Syirkah yang terjadi atas perbuatan dan kehendak pihak-pihak
b.
yang berserikat.
Syirkah Ijbariyah
yaitu: Syirkah yang terjadi tanpa keinginan para pihak yang
bersangkutan, seperti persekutuan ahli waris.
mengikatkan
diri
dalam
perserikatan
modal
dan
kesepakatan antara kedua pihak yang bersyarikat. Namun definisi ini tidak
menegaskan kategorisasi mudlarabah sebagai suatu akad (kontrak), melainkan
ia menyebutkan bahwa mudlarabah adalah pembayaran (penyerahan modal) itu
sendiri.
Demikian pula definisi ini telah menetapkan wakalah bagi pihak mudharib
('amil) sebelum pengelola modal mudlarabah dan mempengaruhi keabsahannya
bukannya sebelum akad. Sebagaimana terdapat perbedaan antara seorang wakil
kadang mengambil jumlah tertentu dari keuntungan kerjanya. Seorang wakil
kadang mengambil jumlah tertentu dari keuntungan baik modal itu
mendapatkan keuntungan atau tidak mendapatkan keuntungan, sedangkan
seorang mudharib tidak berhak mendapatkan apapun kecuali pada saat
mengalami keuntungan dan baginya adalah sejumlah tertentu dari rasio
pembagian. Definisi ini juga tidak menyebutkan apa yang harus dipenuhi oleh
masing-masing pihak yang melakukan akad.
c. Mazhab Syafi'i mendefiniskan mudlarabah sebagai suatu akad yang memuat
penyerahan
modal
kepada
orang
lain
untuk
mengusahakannya
dan
penyerahan modal
khusus atau semaknanya tertentu dalam jumlah, jenis dan karakternya (sifatnya)
dari orang yang diperbolehkan mengelola harta (jaiz attasharruf) kepada orang
lain yang 'aqil, mumayyiz dan bijaksana, yang ia pergunakan untuk berdagang
dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya menurut nisbah
pembagiannya dalam kesepakatan. Secara lebih sederhana mudlarabah adalah
akad yang dilakukan oleh pemilik modal dengan pengelola, di mana keuntungan
disepakati di awal untuk dibagi dua dan kerugian ditanggung oleh pemodal.
Dasar yang dijadikan landasan hukumnya adalah firman Allah dalam Surat
Muzammil 20:
Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri kurang
dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan
segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan
ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batasbatas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah dari Al Qur'an. Dia mengetahui
bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang
lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah dari Al
Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah
pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh nya di sisi Allah sebagai
balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah
ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Firman Allah dalam surat al-Jumu'ah: 10:
Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyakbanyak supaya
kamu beruntung.
Firman Allah dalam surat al-Baqarah: 198
Artinya: "Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu. Maka
apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di
Masy'arilharam . Dan berdzikirlah Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya
kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orangorang yang sesat".
2.6.
usaha bank-bank tersebut. Berikut contoh cara menghitung bagi hasil pada bank syariah:
1. Menghitung saldo rata-rata dari sumber dana bank yang berdasar data dari hasil
perhitungan di atas.
Giro Wadiah
Tabungan Mudharabah
Deposito Mudharabah 1 bulan
Deposito Mudharabah 3 bulan
Deposito Mudharabah 6 bulan
Deposito Mudharabah 12 bulan
Total Sumber Dana
: Rp. 60.000
: Rp. 150.000
: Rp. 50.000
: Rp. 40.000
: Rp. 175.000
: Rp. 75.000
: Rp. 550.000
2. Menghitung rata-rata pelemparan dana yang dilakukan oleh bank dalam sebulan,
kemudian menghitung jumlah total pelemparan dana baik dalam bentuk pembiayaan
bagi hasil, jual beli maupun SBPU.
Jumlah posisi rata-rata pelemparan dana dari hasil perhitungan diatas adalah :
3.
Pembiayaan
SBPU
: Rp. 480.000
: Rp. 100.000
= 8.000
= 1.400 +
9.400
= 9.06%
= 13.09%
= 13.28%
= 13.28%
= 13.49%
BAB 3
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Bagi hasil adalah suatu sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni
pembagian hasil usaha antara pemilik modal (shahibul maa/) dan pengelola (Mudharib).
Pada penerapannya prinsip yang digunakan pada sistem bagi hasil, menggunakan dua
macam
kontrak
kerjasama
yaitu
musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu tertentu
dimana masing-mating pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan
Mudharabah adalah perjanjian antara pemilik modal (uang dan barang) dengan
pengusaha dimana pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu usaha
/proyek dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan bagi hasil sesuai
dengan perjanjian.
Sedangkan mekanisme penghitungan bagi hasil dapat dilakukan dengan dua macam
pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan profit sharing (bagi laba)
b. Pendekatan revenue sharing (bagi pendapatan).
DAFTAR PUSTAKA
http://ekowaluyoekonommuda.blogspot.co.id/2014/03/makalah-sistem-bagi-hasil-
dalam.html
https://nonkshe.wordpress.com/2012/03/13/bagi-hasil-dalam-pembiayaan-pada-
perbankan-syariah/
http://blog.umy.ac.id/cahminang/perbedaan-sistem-bunga-dan-bagi-hasil/