Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fitratunnisa

NIM : A031181366
M.K : Pengauditan Internal
RMK (VI)

STANDAR PROFESI INTERNAL AUDIT DAN SERTIFIKAT PROFESI INTERNAL


AUDITOR

Standar Audit Internal


Standar yang diterbitkan oleh The IIA (2016) dalam (Rustendi, 2017) merupakan
acuan praktek audit internal diberbagai organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun
nirlaba, termasuk sector public. Standar praktek audit internal yang dimaskud terdiri atas dua
kategori, yaitu : Standar Atribut dan Standar Kinerja.
Standar artibut yaitu standar yang mengatur atribut organisasi audit internal, dan individu
auditor internal sebagai pelaksana aktivitas audit internal :
a. Adanya piagam audit Internal yang mendefinisikan secara formal mengenai tujuan,
kewenangan, dan tanggung jawab aktivitas audit internal.
b. Memiliki idependensi organisasional dan objektivitas individual.
c. Bagian audit internal dan auditor internal harus memiliki kecakapan dan ketelitian
profesional yang semestinya.
d. Adanya program penjaminan kualitas.
Standar kinerja yaitu standar yang menjelaskan sifat audit internal dan kriteria
kualitas kinerja audit internal yang dapat diukur. Aktivitas audit internal harus dikelola secara
efektif guna memberikan nilai tambah bagi organisasi yang meliputi (Rustendi, 2017):
a. Aktivitas dari audit internal harus melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi
dalam meningkatkan proses governance ,manajemen risiko dan pengendalian dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis dan terarah.
b. Auditor internal harus menyusun dan mendokumentasikan rencana untuk setiap
penugasan yang meliputi tujuan,ruang lingkup, waktu dan alokasi sumber daya.
c. Auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan
mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan.
d. Setelah melakukan semua aktivitasnya auditor internal harus mengkomunikasikan
hasil dari tugasnya kepada manajemen.
e. Selanjutnya bagian Kepala auditor internal harus menetapkan dan memelihara sistem
guna untuk memantau disposisi atas hasil penugasan yang telah dikomunikasikan
kepada manajemen.
f. Kepala bagian auditor internal harus mengkomunikasi penerimaan risiko oleh
manajemen terkait temuan dan rekomendasi hasil audit dengan manajemen senior dan
dewan komisaris/komite audit.
The IIA secara berkesinambungan mereview dan mengembangkan standar yang
diterbitkannya guna menyesuaikan dengan perkembangan praktek audit internal, dinamika
organisasi secara umum,dan sebagai upaya menyelaraskan standar dengan prinsip-prinsip
utama IPPF, sehingga diharapkan fungsi audit internal dapat memberikan manfaat optimal
bagi manajemen organisasi dalam mencapai tujuannya (Rustendi, 2017).
Jenis Standar Atribut Audit Internal
a. Piagam Audit Internal
Kedudukan bagian/unit/satuan kerja audit internal dalam organisasi berikut
penetapan tujuan serta wewenang dan tanggungjawab yang jelas perlu ditetapkan
dalam dokumen resmi (Piagam Audit Internal) yang disetujui oleh Dewan Komisaris
(untuk Perseroan). Hal tersebut merupakan bentuk komitmen manajemen organisasi
dalam mendukung fungsi audit internal dalam organisasinya berupa pengakuan atas
fungsi audit internal dalam hal status dan organisasionalnya (dasar tujuan dan ruang
lingkup), menjamin akses yang luas bagi auditor internal terhadap sumber informasi
yang berkaitan dengan penugasan audit, dan kesiapan 4 untuk merespon hasil audit
internal. Di sisi lain, piagam audit internal juga memuat keharusan bagi auditor
internal untuk mematuhi kode etik, dan mempertanggungjawabkan hasil
penugasannya kepada pihak yang berwenang dalam organisasi. Sebagai ilustrasi,
Otoritas Jasa Keuangan dalam peraturan OJK No 56/POJK.04/2015 tentang
pembentukan dan pedoman penyusunan Piagam Unit Audit Internal yang berlaku
untuk emiten (perusahaan publik) di BEI, menetapkan bahwa Piagam Audit Internal
setidaknya memuat informasi (Rustendi, 2017) :
1. Struktur dan kedudukan dari Unit Audit Internal;
2. Tugas dan Tanggungjawab, serta wewenang dari Unit Audit Internal;
3. Kode Etik Unit Audit Internal yang mengacu kepada kode etik yang berlaku di
Indonesia, atau yang lazim berlaku secara Internasional;
4. Persyaratan auditor internal dalam Unit Auditor Internal;
5. Pertanggungjawaban Unit Auditor Internal; dan
6. Larangan perangkapan tugas dan jabatan auditor internal pada kegiatan/jabatan
nonaudit dan anak perusahaannya.
b. Independensi dan Objektivitas
Independensi menurut Arens dkk. (2008) dalam (Tjun, L. dkk. 2012) dapat
diartikan mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus
independen dalam fakta (independence in fact) apabila auditor benar-benar mampu
mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi
dalam penampilan (independent in apprearance) adalah hasil dari intepretasi lain atas
independensi ini.
Independensi auditor internal baik secara individu maupun organisasional
merupakan topik yang selalu menjadi sorotan karena sangat menentukan kualitas hasil
audit, dan rentan terhadap timbulnya persepsi negatif pihak lain yang berkepentingan.
Independensi auditor diartikan sebagai keadaan bebas dari pengaruh (misalnya :
interferensi, dan tekanan situasional) yang dapat menganggu atau mengancam
aktivitas auditor dalam melaksanakan tanggungjawabnya secara mandiri ( dicirikan
dengan status organisasional yang layak dan pemisahan organisasional pada fungsi
audit). Sedangkan objektivitas merupakan sikap mental yang tidak bias (netral atau
tidak memihak) yang ditunjukan oleh auditor dalam melaksanakan penugasan
auditnya, dimana auditor memiliki keyakinan bahwa hasil auditnya reliabel,
berdasarkan fakta, dan bukan merupakan hasil kompromi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan atau mengandung unsur subjektif. Dalam pelaksanaan penugasan
audit, independensi dan objektivitas auditor internal dapat dipenuhi dengan indikator
(Rustendi, 2017) :
1. Independensi dan objektivitas dalam penyusanan program audit :
a) Program audit tidak diinterfensi oleh manajemen.
b) Prosedur audit tidak diinterfensi oleh pihak-pihak yang berkepentingan
c) Review atas tugas audit terbebas dari syarat-syarat yang biasanya akan
menyertai proses audit.
2. Independensi dan objektivitas dalam pengujian :
a) Memiliki akses yang luas dan bersifat langsung terhadap sumber informasi
yang diperlukan (catatan, properti, fasilitas, dan personal/pegawai) dan sumber
daya tidak dibatasi secara signifikan oleh manajemen.
b) Terbebas dari upaya-upaya manajemen dalam aktivitas tertentu yang diuji,
atau dalam penentuan persoalan pembuktian yang dapat diterima.
c) Terbebas dari kepentingan pribadi auditor yang mengarah kepada upaya
mengeyampingkan atau membatasi pengujian.
3. Independensi dan objektivitas dalam pelaporan :
a) Fakta yang dilaporkan baik makna atau arti maupun pengaruhnya tidak
direkayasa atau dimodifikasi.
b) Terbebas dari tekanan pihak tertentu untuk meniadakan atau menghilangkan
persoalan atau masalah penting dan substansial dari laporan audit.
c) Menghindari ambiguitas makna melalui penggunaan bahasa dalam pernyataan
mengenai fakta, pendapat atau rekomendasi, yang dapat mempengaruhi
interpretasi pengguna informasi hasil audit.
d) Terbebas dari upaya untuk mengeyampingkan atau menolak pertimbangan
auditor sebagai fakta atau pendapat lain dalam laporan audit. (Rustendi,
2017:39)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa independensi dan objektivitas
dari auditor internal yaitu suatu cara pandang yang dimiliki oleh auditor interal
dmana ia harus bersikap berdiri sendiri, mandiri, tidak terikat dengan pihak
manapun dan tidak mudah terpengaruhi dalam menentukan keputusan dan
mengambil kebijakan.
Kecakapan Auditor Internal
Menurut Standar Internasional Profesional Audit Internal (2012:12) dalam Dwitami
(2017) definisi kecakapan adalah sebagai berikut:
“Pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lain merupakan istilah kolektif yang
menunjukan keahlian/kecakapan profesional yang diperlukan auditor internal untuk
melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif”.
Aktivitas audit internal , secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
Kecakapan yang harus dimiliki audit internal menurut Standar Internasional Profesional
Audit Internal (2012:12) adalah sebagai berikut:
1. Kepala audit internal harus memperoleh bantuan saran dan asistensi yang kompeten
jika auditor internal tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, atau kompetensi yang
memadai untuk melaksanakan seluruh atau sebagian penugasan.
2. Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat
mengevaluasi risiko kecurangan, dan cara organisasi mengelola risiko tersebut,
namun tidak diharapkan memiliki keahlian seperti layaknya seseorang yang
tanggungjawab utamanya adalah mendeteksi dan menginvestigasi kecurangan.
3. Auditor Internal harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai risiko dan
pengendalian kunci/utama, serta teknik berbasis teknologi informasi yang dapat
digunakan untuk melaksanakan tugasnya
Kecermatan Profesional
Auditor internal harus menggunakan kecermatan dan keahlian sebagaimana diharapkan
dari seorang auditor internal yang cukup hati-hati (reasonably prudent) dan kompeten.
Cermat secara profesional tidak berarti tidak akan terjadi kekeliruan. Menurut Standar Profesi
Audit Internal (2012:13) dalam Dwitami (2017) dalam menerapkan kecermatan profesional
auditor internal perlu mempertimbangkan:
1. Luasnya cakupan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan penugasan;
2. Kompleksitas, materialitas, atau signifikansi yang relatif dari permasalahan, yang
prosedur penugasan asurans akan dilaksanakan terhadapnya;
3. Kecukupan dan efektivitas proses tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian;
4. Peluang terjadinya kesalahan fatal, kecurangan atau ketidakpatuhan; dan
5. Biaya penugasan asurans dalam kaitannya dengan potensi manfaat.
Program Quality Assurance fungsi Audit Internal
Menurut Nurhafizh dan Nurwulan (2019) Penanggung jawab Fungsi Audit Internal harus
mengembangkan dan memelihara program quality assurance, yang mencakup seluruh aspek
dari fungsi audit internal dan secara terus menerus memonitor efektivitasnya. Program ini
mencakup penilaian kualitas internal dan eksternal secara periodik serta pemantauan internal
yang berkelanjutan. Program ini harus dirancang untuk membantu fungsi audit internal dalam
menambah nilai dan meningkatkan operasi perusahaan serta memberikan jaminan bahwa
fungsi audit internal telah sesuai dengan Standar dan Kode Etik Audit Internal.
1. Penilaian terhadap Program Quality Assurance Fungsi audit internal harus
menyelenggarakan suatu proses untuk memonitor dan menilai efektivitas program
quality assurance secara keseluruhan. Proses ini harus mencakup penilaian
(assessment) internal maupun eksternal.
2. Pelaporan Program Quality Assurance, Penanggung jawab fungsi audit internal harus
melaporkan hasil reviu dari pihak eksternal kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas
Organisasi.
3. Pernyataan Kesesuaian dengan SPAI, Dalam laporan kegiatan periodiknya, auditor
internal harus memuat pernyataan bahwa aktivitasnya ‘dilaksanakan sesuai dengan
Standar Profesi Audit Internal’. Pernyataan ini harus didukung dengan hasil penilaian
Program Quality Assurance.
4. Pengungkapan atas Ketidakpatuhan, Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap
SPAI dan Kode Etik yang mempengaruhi ruang lingkup dan aktivitas fungsi audit
internal secara signifikan, maka hal ini harus diungkapkan kepada Pimpinan dan
Dewan Pengawas Organisasi.
Kode Etik Auditor Internal
Merupakan seperangkat nilai atau norma atau kaidah atau prinsip tertulis untuk
mengatur atau menata perilaku auditor internal dalam profesinya. Zamzami, dkk (2013)
Tujuan Kode etik adalah untuk mengembangkan budaya etik didalam profesi audit internal.
Setiap individu maupun entitas organisasi yang menyediakan jasa audit internal harus bisa
menerapkan kode etik. Pada IIA, yang dimaksud dengan “audit internal” adalah anggota IIA,
yaitu penerima sertifikat profesinal IIA (CIA, CGAP, CCSA dan CFSA) dan kandidat
penerima sertifikatsertifikat tersebut. dalam peraturan yang dibuat oleh panduan administrasi
dan IIA dijelaskan bahwa penyimpangan auditor internal terhadap kode etik akan dievaluasi
dalam peraturan tersebut.
Berikut terdapat prinsip dan aturan pelaksanaan yang diterbitkan oleh The IIA bagi
auditor internal baik secara Individual maupun organisasional:
a. Integritas
Ayuningtyas (2012) Integritas adalah sikap jujur, berani, bijaksana dan
tanggungjawab auditor dalam melaksanakan audit. integritas merupakan kualitas yang
melandasi kepercayaan serta kepatuhan terhadap hukum dan regulasi serta merupakan
patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Penyalahgunaan
kepercayaan, tindakan ilegal atau iregularitas, dan tindakan abuse merupakan masalah
yang mungkin terjadi dalam profesi auditor internal. Rustendi (2017).
Zamzami, dkk (2013) Auditor Internal Harus:
1. Menjalankan pekerjaan dengan jujur, tekun, dan bertanggungjawab;
2. Menaati hukum dan membuat pengungkapan yang diisyaratkan oleh hukum
maupun profesi;
3. Tidak dengan sengaja menjadi bagian dari aktivitas ilegal apapun atau terlibat
dalam tindakan yang tidak terpuji, baik bagi profesi audit internal maupun
organisasi;
4. Menghormati dan memberikan kontribusi bagi tujuan yang sah dan etis bagi
organisasi.
b. Objektivitas
Zamzami, dkk (2013) Auditor internal menunjukan tingkatan objektivitas
profesional tertinggi dalam mengumpulkan, mengevaluasi dan mengkomunikasikan
informasi tentang aktivitas atau proses yang sedang diperiksa.
Rustendi (2017) Guna memastikan auditor internal memiliki objektivitas yang tinggi,
maka perlu ada aturan pelaksanaan dalam kode etik yang berkenaan dengan larangan
terlibat dalam penugasan non-audit atau berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang
dapat menumbuhkan konflik kepentingan, seorang auditor dilarang untuk menerima
hadiah atau imbalan yang tidak semestinya atau ilegal.

Auditor Internal Harus:


1. Tidak berpartisipasi dalam beberapa aktivitas atau hubungan yang dapat
mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian mereka; partisipasi ini
mencakup aktivitasaktivitass atau hubungan-hubungan yang bertolak belakang
dengan kepentingan organisasi.
2. Tidak akan menerima apapun yang dapat mengganggu atau dianggap
mengganggu keputusan profesional mereka dan;
3. Mengungkap semua fakta materil yang diketahui, jika tidak diungkapkan dapat
mengubah laporan aktivitas yang sedang diperiksa jika fakta tersebut tidak
diungkap.
c. Kompetensi
Zamzami, dkk (2013) Auditor Internal merupakan pengetahuan, keahlian dan
pengalaman yang diperlukan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya pada
jasa layanan audit internal.
Auditor Internal Harus:
1. Menjalankan jasa jika auditor memiliki pengetahuan, keahlian dan pengalaman
yang dibutuhkan.
2. Menjalankan Jasa audit internal sesuai dengan standar praktik profesional audit
internal.
3. Meningkatkan keahlian maupun efektivitas serta kualitas jasa audit secara
terusmenerus.
Rustendi (2017) Kegagalan auditor dalam mendeteksi tindak kecurangan atau
perhitungan kewajiban perpajakan yang keliru direview karena dasar peraturan yang
digunakan tidak tepat atau kesimpulan audit yang buruk karena auditor tidak memiliki
pengetahuan terkait sistem baru yang digunakan dalam organisasi atau keputusan
manajemen yang lebih memilih akuntan publik atau profesional lain di luar organisai
untuk melakukan review, merupakan tamparan bagi profesi audit internal.Kegagalan
auditor dalam mendeteksi tindak kecurangan atau perhitungan kewajiban perpajakan
yang keliru direview karena dasar peraturan yang digunakan tidak tepat atau
kesimpulan audit yang buruk karena auditor tidak memiliki pengetahuan terkait
sistem baru yang digunakan dalam organisasi atau keputusan manajemen yang lebih
memilih akuntan publik atau profesional lain di luar organisai untuk melakukan
review, merupakan tamparan bagi profesi audit internal.
d. Kerahasiaan
Rustendi (2017) Auditor berada dalam posisi yang mampu mengakses sumber
informasi secara leluasa, sehingga informasi yang bersifat rahasia pun dapat diperoleh
selama relevan dengan aktifitas auditnya. Disisi output, auditor mungkin memperoleh
temuan audit yang rentan menimbulkan konflik bila disampaikan terbuka, atau
berpotensi merusak reputasi manajemen atau citra dan brand organisasi bila bocor
kepada pihak lain yang tidak berwenang. Terdapat dua kategori informasi rahasia
yang perlu dijaga oleh auditor, yaitu:
1. Informasi rahasia menurut kebijakan internal organisasi, dan ketentuan hukum dan
regulasi, yang dimanfaatkan untuk melaksanakan aktivitas audit.
2. Informasi berupa temuan audit yang bersifat rahasia atau perlu diisolasi dan hanya
disampaikan kepada pihak tertentu yang berwenang dalam organisasi.
Zamzami, dkk (2013) maka Auditor Internal Harus;
1. Berhati-Hati dalam menggunakan dan menjaga informasi yang diperoleh bagi
tugas mereka;
2. Tidak akan menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi atau hal-hal yang
bertentangan dengan hukum atau merugikan tujuan yang sah dan etis bagi
organisasi.
Keempat prinsip tersebut dipandang penting dalam etika karena merupakan
variabel latent dan hanya tercermin dari attitude, sehingga menyasar pada unsur nilai
atau prinsip moral merupakan langkah yang logis dan tepat.
Kode etik yang diterapkan oleh setiap organisasi disesuaikan dengan nilai yang
dianut oleh organisasi tersebut yang mungkin memiliki perbedaan terutama dalam
aturan pelaksanaan (rules of conduct). Hal tersebut dapat dipahami, karena etika
profesi audit internal dipengaruhi oleh etika organisasi, dan nilai-nilai yang dianut
oleh lingkungan diluar organisasi dalam arti pemangku kepentingan.

Anda mungkin juga menyukai