Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Gunung Sinabung (bahasa Karo: Deleng Sinabung) adalah gunung api di Dataran
Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Gunung Sinabung bersama
Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan
menjadi puncak tertinggi ke 2 di provinsi itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.451
meter. Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600 dan dianggap
sebagai gunung mati, akan tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun
2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak Mei 2016 dan berlangsung hingga kini.

Letusan ini menyemburkan abu vulkanik ke udara. Hujan abu mencapai


kawasan Sibolangit dan Berastagi (Wikipedia, 2013). Material yang dilontarkan ke
atmosfer saat letusan gunung api adalah gas dan material vulkanik (Robock, 2002).
Karakteristik debu vulkanik yang terdapat pada Gunung Merapi memiliki kandungan
P dalam abu volkan berkisar antara rendah sampai tinggi (8-232 ppm P 2O5). KTK
(1,77-7,10 me/100g) dan kandungan Mg (0,13-2,40 me/100g), yang tergolong rendah,
namun kadar Ca cukup tinggi (2,13- 15,47 me/100g). Sulfur (2- 160 ppm), kandungan
logam berat Fe (13-57 ppm), Mn (1.5-6,8 ppm), Pb (0,1-0,5 ppm) dan Cd cukup
rendah (0,01-0,03 ppm). (Sudaryo dan Sucipto, 2009).

Abu vulkanik yang baru keluar dari gunung berapi berdampak negatif bagi
lingkungan. Abu vulkanik yang membentuk awan panas, baik karena temperaturnya
maupun kandungannya, dapat berefek mematikan dan bersifat toksik, baik bagi
manusia, tumbuhan, dan hewan. Komposisi kimia dari abu vulkanik yang bersifat
asam dapat mencemari air tanah, merusak tumbuh tumbuhan, dan apabila bersenyawa
dengan air hujan dapat menyebabkan hujan asam yang bersifat korosif (Suryani ,2014)
2

Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor


dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan
bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut
sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan
kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan
ikan dan tanaman.

Dampak utama akibat hujan asam yaitu korosi. Korosi atau disebut perkaratan
adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang
tidak dikehendaki. Pada desa di bawah kaki gunung Sinabung sendiri, sebagian besar
masyarakat memakai seng sebagai atap rumah masing-masing. Akibatnya, atap rumah
menjadi rentan dan rapuh akibat pengakaratan pada seng tersebut. Keberadaan karat
ini sangat merugikan dan pada kondisi tertentu dapat mengancam keselamatan jiwa.

Penulis melakukan penelitian laju korosi pada logam Zn menggunakan metode


kehilangan berat dan metode elektrokimia menggunakan alat potensiostatik untuk
mencegah bahaya yang ditimbulkan korosi pada atap rumah masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Untuk lebih memfokuskan permasalahan dalam penelitian ini maka peneliti


merumuskan:

1. Korosi pada logam seng (Zn) akibat dampak letusan gunung Sinabung

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis laju korosi pada logam Zn dilingkungan larutan abu vulkanik


gunung Sinabung menggunakan metode kehilangan berat.
3

2. Menganalisis laju korosi pada logam Zn menggunakan metode elektrokimia


dengan alat potensiostat.

3. Mengetahui morfologi permukaan logam dengan menggunakan alat SEM.

1.4 BATASAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN

Untuk mempermudah memahami penelitian ini, maka penulis menerapkan beberapa


batasan masalah, yaitu:

1. Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah logam seng berukuran
1x1 cm. Dimana bahan tersebut harus steril atau bersih dari debu.

2. Pelarut yang digunakan berupa abu vulkanik gunung sinabung dan air dengan
berbandingan sebanyak 1 gram pada 100 ml air dan 2 gram pada 100 ml air.

3. Periode waktu perendaman selama 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4


minggu.

4. Metode perhitungan laju korosi menggunakan metode kehilangan berat dan


metode elektrokimia menggunakan alat potensiostatik.

5. Menganalisa laju korosi pada Logam Zn menjadi perhatian pada penelitian ini.
4

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam sistematika penulisan bertujuan untuk menghasilkan suatu konsep penulisan


yang berurutan sehingga diperoleh kerangka alur pemikiran yang mudah dan praktis.

Bab I Pendahuluan bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan dan
ruang lingkup penelitian beserta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka
menjelaskan mengenai uraian yang berisi tentang dasar-dasar logam ZN dan korosi
pada logam ZN serta tentang hujan asam. Bab III Metodologi Penelitian ini
menjelaskan metode penelitian yang berisi tentang teori dan langkah-langkah peneliti
dalam melaksanakan penelitian menganalisa laju korosi pada logam ZN dengan
menggunakan larutan berupa abu vulkanik gunung sinabung dan air dengan
berbandingan sebanyak 1 gram pada 100 ml air dan 2 gram pada 100 ml air. Bab IV
hasil yang dicapai dan potensi khusus. Data berisi tentang data-data yang diperoleh
dari hasil pengujian atau penelitian yang akan diolah untuk melanjutkan penelitian
selanjutnya. Bab V Penutup, ini berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis yang
telah dilakukan serta saran-saran kepada pihak yang berkepentingan sehingga tujuan
penelitian ini dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai