Anda di halaman 1dari 7

JAWABAN STUDI KASUS TUBERCULOSIS (TBC)

NAMA : ANDI SAHPUTRA

NPM : 200202002

STASE : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

DOSEN : Ns.HENNY SYAFITRI, M.Kep

KASUS: TUBERCULOSIS PARU


Seorang pasien laki-laki usia 45 tahun datang ke IGD di RS X, setelah dilakukan anamnese,
hasil yang didapatkan : Pasien mengeluh batuk dan sesak, pasien tampak sesak, RR 30x/i,
terdapat retraksi dinding dada, tampak batuk berdahak, dengan karakteristik dahak berwarna 
hijau kemerahan disertai adanya darah, terdengar bunyi nafas ronchi, terdapat retraksi
dinding dada. Pasien juga mengeluh lemas,  pasien tampak lemas, aktivitas terbatas, pucat,
keringat berlebih, kemudian pasien mengeluhkan tidak nafsu makan, pasien tampak mual,
muntah, porsi makan hanya habis ½ porsi, BB 48 Kg, menurun 8 KG dalam 1 bulan terakhir.
Instruksi:
1. Apa yang harus segera anda lakukan untuk menilai keadaan pasien ?
2. Identifikasi faktor resiko terjadinya tuberculosis?
3. Tentukan pemeriksaan diagnostik pendukung pada kasus tersebut?
4. Tentukan rencana tindakan & rasionalisasi tindakan pada kasus tersebut?
5. Tentukan tindakan (implementasi)  yang harus dilakukan pada pasien tersebut?
6. Apa yang harus di evaluasi dari pasien setelah diberikan imlementasi pd kasus
tersebut?

JAWABAN :

1. Lakukan pengkajian lebih lengkap kepada pasien terkait dengan kondisinya serta
tanyakan bagaimana cara pasien apakah mengalami kesusahan saat hendak
mengeluarkan dahak supaya bisa diketahui apa tindakan lanjutan yang cocok untuk
kondisi pasien. Kaji tentang riwayat kesehatan sebelumnya, saat ini dan apakah ada
keluarga yang sebelumnya TBC, kaji apakah pasien mengalami gangguan istirahat tidur
karena kondisinya yang sesak dan juga kaji keletihan yang dialami pasien apakah
dampak keletihan mempengaruhi kegiatan dan aktivitas pasien, kaji TTV lengkap dan
lakukan pengkajian head to toe

2. Faktor resiko terjadinya tuberculosis

TBC (tuberkulosis) disebabkan oleh infeksi kuman dengan nama yang sama, yaitu
Mycobacterium tuberculosis. Kuman atau bakteri ini menyebar di udara melalui percikan
ludah penderita, misalnya saat berbicara, batuk, atau bersin. Meski demikian, penularan
TBC membutuhkan kontak yang cukup dekat dan cukup lama dengan penderita, tidak
semudah penyebaran flu.
Makin lama seseorang berinteraksi dengan penderita TBC, semakin tinggi risiko untuk
tertular. Misalnya, anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita TBC.
Pada penderita TBC yang tidak menimbulkan gejala (TBC laten), kuman TBC tetap
tinggal di dalam tubuhnya. Kuman TBC dapat berkembang menjadi aktif jika daya tahan
tubuh orang tersebut melemah, seperti pada penderita AIDS. Namun, TBC laten ini tidak
menular.
Seperti telah dikatakan sebelumnya, penularan TBC tidak semudah flu, sehingga Anda
tidak akan tertular TBC jika hanya sekadar berjabat tangan dengan penderita TBC.
Namun, ada beberapa kelompok orang yang lebih mudah tertular penyakit ini, yaitu:
a. Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.
b. Petugas medis yang sering berhubungan dengan penderita TBC.
c. Lansia dan anak-anak.
d. Pengguna NAPZA.
e. Orang yang kecanduan alkohol.
f. Perokok.
g. Penderita penyakit ginjal stadium lanjut.
h. Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita AIDS, diabetes,
kanker, serta orang yang kekurangan gizi.

Selain penyakit, terdapat beberapa jenis obat-obatan yang dapat melemahkan kekebalan
tubuh (obat imunosupresif). Obat-obatan tersebut umumnya digunakan untuk mengobati:
a. Lupus
b. Psoriasis
c. Rheumatoid arthritis
d. Penyakit Crohn

3. Pemeriksaan diagnostik pendukung pada kasus tersebut adalah


Mantoux test atau tuberculin skin test (TST), pemeriksaan foto rontgen dada, sputum
BTA, kultur sputum, ataupun interferon-gamma release assay (IGRA) spesific antigen.

4. Rencana tindakan & rasionalisasi tindakan pada kasus ini adalah :

DIGANOSA INTERVENSI RASIONAL


1. Bersihan jalan napas 1. kaji fungsi 1. Untuk mengetahui
tidak efektif pernapasan (bunyi keparahan dan
berhubungan dengan napas, kecepatan, keefektifan pernapasan
penumpukan sekret, kedalaman, pasien
sekret kental. penggunaan otot
asseroris).
2. Catat kemampuan 2. Untuk mengetahui
untuk mengeluarkan apakah diperlukan
mulkosa/batuk tindakan batuk efektif,
efektif. fisioterapi dada
ataupun suction
3. Berikan pasien 3. Agar pasien lebih
posisi semi/fowler nyaman dan bernafas
tinggi, ajarkan dengan lebih lega
batuk efektif dan
latihan napas dalam.
4. Bersihkan sekret 4. Untuk membersihkan
dari mulut dan jalan nafas agar
trakea, penghisapan pernafasan menjadi
sesuai keperluan. efektif
5. Kolaborasi dengan 5. Untuk mengetahui
dokter dalam obat apa yang tepat
pemberian terapi. diberikan

2. Gangguan pola tidur 1. observasi pola tidur 1. Untuk mengetahui


berhubungan dengan pasien dan TTV. kenyamanyan pasien
sesak napas dan batuk saat beristirahat
menetap 2. Identifikasi faktor 2. Untuk mengetahui
yang mempengaruhi mengapa pasien susah
masalah tidur. tidur
3. Berikan lingkungan 3. Agar pasien bisa
yang nyaman dan beristirahat dengan
tenang. nyenyak
4. Berikan posisi yang 4. Agar pasien bisa
nyaman. menikmati istirahat
dengan posisi yang
benar
5. Kolaborasi dengan 5. Agar diketahui apakah
dokter dalam perlu obat penenang
pemberian terapi. agar pasien bisa tidur
atau obat lainnya
3. Intoleransi aktivitas 1. observasi respon 1. Unutk melihat
berhubungan dengan pasien terhadap kemampuan pasien
keletihan dan inadekuat aktivitas. untuk beraktifitas
oksigen untuk 2. Catat laporan 2. Untuk mengetahui
beraktivitas dispnea, kondisi kekuatan dan
peningkatan kelemahan pasien
kelemahan atau
kelelahan.
3. Jelaskan pentingnya 3. Agar pasien mengerti
istirahat dalam bahwa saat ini istirahat
rencana cukup penting untuk
pengobatandan membantu proses
perlunya penyembuhannya
keseimbangan
aktivitas dan
istirahat.
4. Bantu pasien 4. Agar tidak
memilih posisi memperparah
nyaman untuk keletihan yang dialami
istirahat.
5. Bantu aktivitas 5. Agar pasien bisa
perawatan diri yang mandiri
diperlukan.
6. Berikan kemajuan 6. Agar pasien perlahan

peningkatan bisa pulih secara

aktivitas selama fase bertahap

penyembuhan.

5 DAN 6 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Bersihan jalan napas tidak S : masih batuk dan sesak napas berkurang,
efektif berhubungan dengan O : pasien bernapas menggunakan otot bantu
penumpukan sekret, sekret pernapasan leher
kental. A: Masalah teratasi sebagian
a. Mengkaji kemampuan P : Lanjutkan Intervensi
batuk untuk
mengeluarkan secret
b. memberikan pasien posisi
semi/fowler tinggi,
ajarkan batuk efektif dan
latihan napas dalam.
c. Membersihkan sekret dari
mulut dan trakea,
penghisapan sesuai
keperluan.
d. Menkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
terapi.
2. Gangguan pola tidur S : Pasien mengatakan tidur sudah nyenyak
berhubungan dengan sesak dan sedikit bangun karena batuk
napas dan batuk menetap O : Pasien tidur 7-8 jam pada malam hari
a. Memberikan lingkungan dan siang hari 1 jam
yang nyaman dan tenang A : Masalah Teratasi
b. Mengidentifikasi faktor P : Intervensi dihentikan
yang mempengaruhi
masalah tidur.
c. Memberikan lingkungan
yang nyaman dan tenang.
d. Memberikan posisi yang
nyaman.
e. mengolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
terapi.

3. Intoleransi aktivitas S : pasien mengatakan masih lemes dan


berhubungan dengan hanya mampu beraktivitas sedikit,
keletihan dan inadekuat O : pasien masih dibantu jika beraktivitas,
oksigen untuk beraktivitas RR : 28 x/menit yang dibandingkan
a. Mengobservasi respon dengan kriteria hasil melaporkan atau
pasien terhadap aktivitas. menunjukan peningkatan toleransi
b. Mencatat laporan terhadap aktivitas yang dapat diukur
dispnea, peningkatan dengan adanya dispnea, kelemahan
kelemahan atau berlebihan, dan tanda vital normal.
kelelahan. A : Masalah Teratasi sebagian
c. Menjelaskan pentingnya P : Intervensi dilanjutkan
istirahat dalam rencana
pengobatandan perlunya
keseimbangan aktivitas
dan istirahat.
d. Membantu pasien
memilih posisi nyaman
untuk istirahat.
e. Membantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.
f. Memberikan kemajuan
peningkatan aktivitas
selama fase
penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai