Anda di halaman 1dari 9

6.

2 Pertumbuhan Penduduk : di Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan

6.2.1 Sejarah Pertumbuhan Penduduk Dunia

Pada saat manusia pertama kali mulai menanam makanan melalui pertanian, yaitu
sekitar 12.000 tahun yang lalu, perkiraan jumlah populasi dunia tidak lebih dari 5 juta
jiwa (lihat Tabel 6.1). Dua ribu tahun yang lalu, populasi dunia telah tumbuh hampir 250
juta jiwa. Dari tahun pertama dalam kalender hingga permulaan Revolusi Industri, sekitar
tahun 1750-an, jumlah populasi dunia mencapai 728 juta jiwa. Selama 200 tahun
berikutnya (1750–1950), sekitar 1,7 miliar orang telah ditambahkan ke dalam planet
bumi ini. Namun, hanya dalam empat dekade setelah itu (1950–1990), populasi manusia
di bumi berlipat ganda lebih dari dua kali lipat, sehingga total jumlah populasi menjadi
sekitar 5,3 miliar jiwa. Hingga pada saat dunia memasuki abad ke 21, jumlah populasi
manusia lebih dari 6 miliar orang.
Seperti terlihat pada Gambar 6.1, pada tahun 1950 sekitar 1,7 miliar orang tinggal
di negara berkembang, mewakili sekitar dua pertiga dari total dunia. Pada tahun 2050,
populasi negara-negara kurang berkembang akan mencapai lebih dari 8 miliar, hampir
tujuh per delapan populasi dunia. Pada periode yang sama, populasi dari negara kurang
berkembang akan meningkat sepuluh kali lipat, dari sekitar 200 juta orang menjadi 2
miliar orang. Sebaliknya, populasi negara maju akan tumbuh sangat sedikit antara
sekarang dan 2050, bahkan terhitung imigrasi dari negara berkembang.

Beralih dari angka absolut ke persentase laju pertumbuhan, hampir seluruh


keberadaan manusia di bumi hingga sekitar 300 tahun yang lalu, populasi tumbuh dengan
laju tahunan tidak lebih dari nol (0,002%, atau 20 per juta). Secara alami, angka
keseluruhan ini tidak stabil, banyak pasang surut akibat bencana alam dan variasi laju
pertumbuhan antar wilayah. Pada tahun 1750, tingkat pertumbuhan penduduk meningkat
menjadi 0, 3% per tahun. Pada tahun 1950-an, angka itu kembali meningkat tiga kali lipat
menjadi sekitar 1, 0% per tahun. Hal ini terus meningkat hingga sekitar tahun 1970,
ketika mencapai puncaknya pada 2, 35%. Saat ini tingkat pertumbuhan populasi dunia
tetap pada tingkat historis yang tinggi, yaitu hampir1, 2% per tahun, tetapi tingkat
peningkatannya melambat. Namun, tingkat pertumbuhan penduduk di Afrika masih
sangat tinggi, yaitu 2,3% per tahun. Sedangkan di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil
sensus penduduk (SP) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010
tercatat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% per tahun dengan
jumlah penduduk 237.641.326 jiwa.

Hubungan antara peningkatan persentase tahunan dan waktu yang dibutuhkan


populasi untuk menggandakan ukuran jumlahnya atau masa penggandaan (doubling
time), terlihat dalam kolom paling kanan pada table 6.1. Seperti yang dapat dilihat, bahwa
sebelum tahun 1650 dunia membutuhkan waktu 36.000 tahun atau sekitar 1.400 generasi
untuk melipat gandakan jumlah penduduknya. Sekarang hanya membutuhkan waktu
sekitar 58 tahun atau dua generasi untuk menambah jumlah penduduk dunia hingga dua
kali lipat. Terlebih lagi, jika pada periode tahun pertama masehi sampai terjadinya
revolusi industri, dunia memerlukan waktu 1.750 tahun untuk menambah jumlah
penduduk dunia sebesar 480 juta orang, kini tambahan jumlah orang yang sama hanya
memerlukan waktu kurang dari 7 tahun.

Berdasarkan catatan sejarah, perubahan mendadak dalam tren pertambahan


penduduk secara menyeluruh yang diakibatkan oleh naik turunnya jumlah penduduk
sangat dipengaruhi oleh kombinasi peristiwa kelaparan, penyakit, kurang nutrisi, wabah,
dan perang - semua kondisi yang mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi dan
berfluktuasi. Pada abad ke-20, kondisi seperti ini semakin dikendalikan oleh teknologi
dan ekonomi. Akibatnya, mortalitas (tingkat kematian) manusia mencapai titik
terendahnya dalam sejarah eksistensi manusia. Penurunan angka kematian akibat
kemajuan teknologi yang pesat dalam pengobatan modern, perbaikan gizi, dan
penyebaran tindakan sanitasi modern ke seluruh dunia, terutama dalam setengah abad
terakhir, menyebabkan peningkatan pertumbuhan penduduk dunia yang belum pernah
terjadi sebelumnya, terutama di negara berkembang. Singkatnya, pertumbuhan populasi
saat ini terutama diakibatkan oleh cepatnya peralihan dari era sejarah panjang yang
dicirikan dengan tingginya angka kelahiran dan kematian ke era yang dicirikan dengan
angka kematian yang menurun tajam.

6.2.2 Struktur Penduduk Dunia

Distribusi penduduk dunia sangat tidak merata menurut wilayah geografi, tingkat
fertilitas dan mortalitas, serta struktur usia.

a. Wilayah Geografis

Lebih dari tiga perempat penduduk dunia tinggal di negara berkembang;


kurang dari seperempat jumlah itu hidup di negara yang perekonomiannya maju.
Gambar 6.2 menunjukkan distribusi regional dari populasi dunia seperti yang ada
pada tahun 2010 dan seperti yang diproyeksikan untuk 2050.
b. Tren Fertilitas dan Mortalitas

Tingkat pertambahan penduduk secara kuantitatif diukur sebagai persentase


peningkatan (penurunan) relatif bersih dari jumlah penduduk per tahun karena
pertambahan alamiah dan migrasi internasional bersih. Peningkatan alami hanya
mengukur selisih jumlah kelahiran dan kematian atau, dalam istilah yang lebih teknis,
pertambahan alamiah menunjukkan selisih antara tingkat fertilitas dan tingkat
mortalitas. Meskipun berkembang, migrasi internasional neto relative tidak terlalu
penting saat ini (meskipun pada abad ke 19-an awal dan abad ke 20 itu adalah sumber
yang sangat penting dari peningkatan populasi di Amerika Utara, Australia, dan
Selandia Baru serta menyebabkan penurunan relatif jumlah penduduk Eropa). Oleh
karena itu, peningkatan populasi di negara berkembang hampir seluruhnya
bergantung pada perbedaan antara angka kelahiran kasar (atau cukup disebut angka
kelahiran) dan angka kematian.

c. Struktur Usia dan Beban Ketergantungan

Populasi di negara berkembang relatif muda. Pada tahun 2011, anak-anak di


bawah usia 15 tahun mencakup lebih dari 40% dari total populasi negara-negara
berpenghasilan rendah, 32% dari negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah,
dan hanya 17% dari negara-negara berpenghasilan tinggi. Di negara-negara dengan
struktur usia yang demikian, rasio ketergantungan remaja - proporsi pemuda (di
bawah usia 15) dibandingkan dengan orang dewasa yang aktif secara ekonomi (usia
15 sampai 64) sangat tinggi. Dengan demikian, angkatan kerja di negara berkembang
harus menghidupi anak-anak yang jumlahnya hampir dua kali lebih banyak daripada
angkatan kerja di negara kaya.

Di Amerika Serikat, kelompok usia angkatan kerja (15 hingga 64) berjumlah
sekitar 67% dari total populasi, dengan 20% di bawah usia 15 dan 13% di atas usia
65 pada tahun 2011; rasio yang sesuai di Inggris adalah serupa: masing-masing 66%,
18%, dan 17%. Di kawasan euro, sekitar 19% penduduk berusia di atas 65 tahun; dan
di Jepang hamper seperempat penduduk telah mencapai usia 65 tahun. Masalah utama
di negara yang lebih maju lebih berkaitan dengan pertumbuhan penduduk
yang rendah dan tanggungan usia lanjut (di atas 65 tahun). Sebaliknya, di sub Sahara
Afrika, angkatan kerja yang aktif secara ekonomi mencapai sekitar 54% dari total
populasi (hanya 3% dari populasi yang berusia di atas 65 tahun) pada tahun 2011.
Secara umum, semakin cepat tingkat pertumbuhan penduduk, semakin besar pula
proporsi anak yang menjadi tanggungan dalam populasi total dan semakin sulit bagi
orang yang bekerja untuk menopang mereka. Fenomena ketergantungan pemuda ini
juga mengarah pada konsep penting, momentum tersembunyi pertumbuhan
penduduk.

6.2.3 Momentum Tersembunyi dari Pertumbuhan Penduduk

Mungkin aspek pertumbuhan penduduk yang paling sedikit dipahami adalah


kecenderungannya untuk terus meningkat sekalipun setelah tingkat kelahiran menurun
cukup besar. Pertumbuhan penduduk memiliki kecenderungan bawaan untuk terus
berlanjut, suatu momentum kuat yang, seperti mobil yang melaju kencang saat rem
diterapkan, cenderung terus berjalan selama beberapa waktu sebelum berhenti. Dalam
kasus pertumbuhan penduduk, momentum ini dapat bertahan selama beberapa dekade
setelah tingkat kelahiran turun.

Ada dua alasan dasar mengenai hal ini. Pertama, angka kelahiran yang tinggi
tidak dapat diubah secara substansial dalam semalam. Kekuatan sosial, ekonomi, dan
kelembagaan yang telah memengaruhi tingkat kesuburan selama berabad-abad tidak
hilang begitu saja atas desakan para pemimpin nasional. Kami tahu dari pengalaman
negara-negara Eropa, bahwa penurunan angka kelahiran bisa memakan waktu beberapa
dekade. Akibatnya, bahkan jika negara berkembang menetapkan prioritas utama pada
pembatasan pertumbuhan penduduk, masih perlu waktu bertahun-tahun untuk
menurunkan kesuburan nasional ke tingkat yang diinginkan.

Alasan kedua yang kurang begitu mudah dilihat mengenai momentum


tersembunyi dari pertumbuhan penduduk tersebut, yaitu berkaitan dengan struktur usia
populasi di banyak negara berkembang. Gambar 6.4 mengilustrasikan perbedaan besar
antara struktur usia di negara-negara kurang berkembang dan negara maju melalui dua
piramida populasi untuk tahun 2010. Setiap piramida naik dengan interval usia lima
tahun untuk laki-laki dan perempuan, dengan jumlah total di setiap kelompok usia diukur
berdasarkan sumbu horizontal. Panel A (panel kiri dan tengah) menunjukkan piramida
penduduk untuk negara maju dan berkembang, masing-masing (skala usia tertera di
antara kedua gambar ini). Dinyatakan dalam jutaan orang, bukan persentase, gambar
tersebut dengan jelas mengungkapkan bahwa sebagian besar pertumbuhan populasi di
masa depan akan terjadi di negara berkembang. Anak tangga terbawah yang lebih curam
untuk negara berkembang secara keseluruhan, berbeda dengan negara berpenghasilan
sangat rendah seperti Ethiopia (panel kanan), mencerminkan penurunan besar dalam
pertumbuhan populasi di negara berkembang berpenghasilan menengah ke bawah selama
seperempat abad terakhir, dan khususnya di China. Untuk negara maju, dalam periode
sementara populasi pada kelompok menengah biasanya lebih besar daripada kelompok
muda; ini sebagian tetapi tentu saja tidak secara eksklusif dipandang sebagai fitur transisi
dari suatu periode di mana wanita telah menunda kelahiran sampai di kemudian hari.

Dari piramida Ethiopia (Panel B) yang dinyatakan sebagai bagian dari populasi,
jumlah orang muda jauh lebih banyak daripada orang tua mereka (skala usia dalam hal ini
ditemukan di sebelah kanan gambar). Ketika generasi mereka mencapai usia dewasa,
jumlah calon orang tua pasti akan jauh lebih banyak daripada saat ini. Oleh karena itu,
meskipun orang tua baru ini hanya memiliki cukup anak untuk menggantikan diri mereka
sendiri (dua per pasangan, dibandingkan dengan orang tua mereka, yang mungkin
memiliki empat anak atau lebih), fakta bahwa jumlah total pasangan yang memiliki dua
anak jauh lebih besar. Dibandingkan jumlah pasangan yang sebelumnya memiliki lebih
banyak anak, jumlah penduduk masih akan meningkat secara substansial sebelum
mendatar.

Panel A juga memusatkan perhatian pada fakta bahwa beberapa kelompok usia
bertambah ukurannya di beberapa negara, sementara di negara lain menurun. Hal ini
mencerminkan bahwa dalam transisi demografis, sebagian kecil penduduk usia kerja naik
dan kemudian turun. Di satu sisi, negara-negara di mana fraksi penduduk usia kerja
utama meningkat menghadapi potensi krisis jika banyak yang tetap menganggur, karena
hal ini terkait dengan ketidaksetaraan dan (terutama di kalangan laki-laki) keresahan
sosial, belum lagi potensi hilangnya output. Di sisi lain, kenaikan ini juga merupakan
jendela peluang penting untuk memperoleh pendapatan dan produktivitas yang kuat, yang
disebut sebagai bonus demografis, periode di mana ada lebih sedikit anak yang harus
didukung, sebagian besar perempuan bergabung atau tetap menjadi angkatan kerja untuk
jangka waktu yang lebih lama, dan ada lebih banyak sumber daya yang tersedia untuk
diinvestasikan dalam modal manusia.

Sebaliknya, di mana sebagian kecil penduduk usia kerja menurun akibat penuaan
populasi, sumber daya yang dibutuhkan untuk dukungan hari tua semakin meningkat. Ini
sudah menjadi tantangan bagi sebagian besar negara berpenghasilan tinggi. Menjelang
periode ini, diperlukan tingkat tabungan yang lebih tinggi; tetapi mengizinkan lebih
banyak imigrasi juga dapat membantu. Transisi ini kemungkinan akan menjadi tantangan
yang lebih besar bagi beberapa negara berpenghasilan menengah dengan penurunan besar
dalam kesuburan di depan pola historis sebelumnya, terutama China, tetapi juga di
beberapa negara Asia lainnya.
Daftar Rujukan

Smith, Stephen C. dan Michael P. Todaro.2011.Pembangunan Ekonomi Edisi kesebelas

Jilid 1.Jakarta: Erlangga.

Smith, Stephen C. dan Michael P. Todaro.2015.Economic Development 12th Edition.

Nugrahani, E. H., R.S. Sukandar dan Sumarno.Proyeksi Penduduk Multiregional untuk Tiga

Wilayah di Indonesia. Dari https://journal.ipb.ac.id/index.php/jmap/article/view/20036/13791

Anda mungkin juga menyukai