MAKALAH
Di susun oleh :
Fina Afidatul Khusna (190431626474)
Hana Fitriyatul Laili (190431626518)
Huliya Sofariyanti (190431626544)
Indra Setyowati (190431626484)
Mei Rina Dewi (190431626453)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Masalah Dasar Pertumbuhan Penduduk dan Kualitas Hidup 3
2.2 Pertumbuhan Populasi Dunia 3
2.2.1 Sejarah Pertumbuhan Penduduk Dunia 3
2.3.2. Struktur Penduduk Dunia 6
2.2.3 Momentum Tersembunyi dari Pertumbuhan Penduduk 7
2.3 Transisi Demografis 10
2.4 Penyebab Kesuburan Tinggi di Negara Berkembang 13
2.4.1. The Malthusian Trap 13
2.4.2. Kritik terhadap Model Malthusian 14
2.4.3. Teori Mikroekonomi Rumah Tangga tentang Kesuburan 15
2.4.4. Permintaan Anak di Negara Berkembang 17
2.4.5. Implikasi Bagi Perkembangan dan Kesuburan 17
2.5 Konsekuensi: Beberapa perbedaan Pandangan 18
2.5.1. Pertumbuhan Penduduk Bukanlah Masalah yang Sebenarnya 18
2.52. Pertumbuhan Penduduk adalah Masalah yang Sebenarnya 19
2.5.3. Tujuan dan Sasaran: Menuju Sebuah Konsensus 21
2.6 Kebijakan di Negara Berkembang 23
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan dan Saran 24
DAFTAR RUJUKAN 25
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa saja masalah dasar dari pertumbuhan penduduk dan kualitas hidup?
2. Bagaimana pertumbuhan penduduk baik di masa lalu, masa kini maupun masa
depan?
3. Bagaimana gambaran dari transisi demografis?
4. Apa saja penyebab tingginya fertilitas di negara berkembang berdasarkan teori
Maltus dan rumah tangga?
5. Sejauh mana konsekuensi fertilitas yang tinggi dari berbagai sudut pandangan?
6. Apa saja pendekatan kebijakan yang digunakan pemerintah baik Negara maju
maupun Negara berkembang?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui masalah dasar dari pertumbuhan penduduk dan kualitas hidup.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan penduduk baik di masa lalu, masa kini maupun
masa depan.
3. Untuk mengetahui transisi demografis.
4. Untuk mengetahui penyebab tingginya fertilitas di negara berkembang
berdasarkan teori Maltus dan rumah tangga.
5. Untuk mengetahui konsekuensi fertilitas yang tinggi dari berbagai sudut
pandangan.
6. Untuk mengetahui pendekatan kebijakan yang digunakan pemerintah baik Negara
maju maupun negara berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Pertumbuhan Penduduk di Masa Lalu, Masa Kini maupun Masa Depan
2.2.1 Sejarah Pertumbuhan Penduduk Dunia
Pada saat manusia pertama kali mulai menanam makanan melalui pertanian,
yaitu sekitar 12.000 tahun yang lalu, perkiraan jumlah populasi dunia tidak lebih dari
5 juta jiwa (lihat Tabel 6.1). Dua ribu tahun yang lalu, populasi dunia telah tumbuh
hampir 250 juta jiwa. Dari tahun pertama dalam kalender hingga permulaan Revolusi
Industri, sekitar tahun 1750-an, jumlah populasi dunia mencapai 728 juta jiwa.
Selama 200 tahun berikutnya (1750–1950), sekitar 1,7 miliar orang telah
ditambahkan ke dalam planet bumi ini. Namun, hanya dalam empat dekade setelah
itu (1950–1990), populasi manusia di bumi berlipat ganda lebih dari dua kali lipat,
sehingga total jumlah populasi menjadi sekitar 5,3 miliar jiwa. Hingga pada saat
dunia memasuki abad ke 21, jumlah populasi manusia lebih dari 6 miliar orang.
Seperti terlihat pada Gambar 6.1, pada tahun 1950 sekitar 1,7 miliar orang
tinggal di negara berkembang, mewakili sekitar dua pertiga dari total dunia. Pada
tahun 2050, populasi negara-negara kurang berkembang akan mencapai lebih dari 8
miliar, hampir tujuh per delapan populasi dunia. Pada periode yang sama, populasi
dari negara kurang berkembang akan meningkat sepuluh kali lipat, dari sekitar 200
juta orang menjadi 2 miliar orang. Sebaliknya, populasi negara maju akan tumbuh
sangat sedikit antara sekarang dan 2050, bahkan terhitung imigrasi dari negara
berkembang.
Beralih dari angka absolut ke persentase laju pertumbuhan, hampir seluruh
keberadaan manusia di bumi hingga sekitar 300 tahun yang lalu, populasi tumbuh
dengan laju tahunan tidak lebih dari nol (0,002%, atau 20 per juta). Secara alami,
angka keseluruhan ini tidak stabil, banyak pasang surut akibat bencana alam dan
variasi laju pertumbuhan antar wilayah. Pada tahun 1750, tingkat pertumbuhan
penduduk meningkat menjadi 0, 3% per tahun. Pada tahun 1950-an, angka itu
kembali meningkat tiga kali lipat menjadi sekitar 1, 0% per tahun. Hal ini terus
meningkat hingga sekitar tahun 1970, ketika mencapai puncaknya pada 2, 35%. Saat
ini tingkat pertumbuhan populasi dunia tetap pada tingkat historis yang tinggi, yaitu
hampir1, 2% per tahun, tetapi tingkat peningkatannya melambat. Namun, tingkat
pertumbuhan penduduk di Afrika masih sangat tinggi, yaitu 2,3% per tahun.
Sedangkan di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil sensus penduduk (SP) yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 tercatat bahwa laju
pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% per tahun dengan jumlah penduduk
237.641.326 jiwa.
Hubungan antara peningkatan persentase tahunan dan waktu yang dibutuhkan
populasi untuk menggandakan ukuran jumlahnya atau masa penggandaan (doubling
time), terlihat dalam kolom paling kanan pada table 6.1. Seperti yang dapat dilihat,
bahwa sebelum tahun 1650 dunia membutuhkan waktu 36.000 tahun atau sekitar
1.400 generasi untuk melipat gandakan jumlah penduduknya. Sekarang hanya
membutuhkan waktu sekitar 58 tahun atau dua generasi untuk menambah jumlah
penduduk dunia hingga dua kali lipat. Terlebih lagi, jika pada periode tahun pertama
masehi sampai terjadinya revolusi industri, dunia memerlukan waktu 1.750 tahun
untuk menambah jumlah penduduk dunia sebesar 480 juta orang, kini tambahan
jumlah orang yang sama hanya memerlukan waktu kurang dari 7 tahun.
Berdasarkan catatan sejarah, perubahan mendadak dalam tren pertambahan
penduduk secara menyeluruh yang diakibatkan oleh naik turunnya jumlah penduduk
sangat dipengaruhi oleh kombinasi peristiwa kelaparan, penyakit, kurang nutrisi,
wabah, dan perang - semua kondisi yang mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi
dan berfluktuasi. Pada abad ke-20, kondisi seperti ini semakin dikendalikan oleh
teknologi dan ekonomi. Akibatnya, mortalitas (tingkat kematian) manusia mencapai
titik terendahnya dalam sejarah eksistensi manusia. Penurunan angka kematian akibat
kemajuan teknologi yang pesat dalam pengobatan modern, perbaikan gizi, dan
penyebaran tindakan sanitasi modern ke seluruh dunia, terutama dalam setengah abad
terakhir, menyebabkan peningkatan pertumbuhan penduduk dunia yang belum pernah
terjadi sebelumnya, terutama di negara berkembang. Singkatnya, pertumbuhan
populasi saat ini terutama diakibatkan oleh cepatnya peralihan dari era sejarah
panjang yang dicirikan dengan tingginya angka kelahiran dan kematian ke era yang
dicirikan dengan angka kematian yang menurun tajam.
Kesimpulan
Penduduk dunia meningkat lebih dari 75 juta orang tiap tahunnya. Nyaris
seluruh pertambahan penduduk neto ini 97% terjalin di negara- negara berkembang.
Jumlah peningkatan yang sedemikian besar itu tidak pernah terjadi dalam ekspedisi
sejarah manusia. Permasalahan perkembangan penduduk bukan hanya perkara angka,
melainkan permasalahan kesejahteraan serta pembangunan manusia, memunculkan
konsekuensi serius bagi kesejahteraan manusia secara keseluruhan. Pada saat manusia
pertama kali mulai menanam makanan melalui pertanian, yaitu sekitar 12.000 tahun
yang lalu, perkiraan jumlah populasi dunia tidak lebih dari 5 juta jiwa. Hingga pada
saat dunia memasuki abad ke 21, jumlah populasi manusia lebih dari 6 miliar orang.
Distribusi penduduk dunia sangat tidak merata menurut wilayah geografi, tingkat
fertilitas dan mortalitas, serta struktur usia.
Proses yang menunjukkan tingkat fertilitas yang akhirnya menurun sampai
pada tingkat pertumbuhan stabil telah dijelaskan melalui konsep terkenal dalam studi
demografi ekonomi yang diacu sebagai transisi demografis. Transisi demografis
berupaya menjelaskan mengapa semua negara maju saat ini telah melalui tiga tahap
sejarah kependudukan modern yang hampir serupa, tahapan ini yaitu sebelum
mencapai modernisasi ekonomi dan saat modernisasi.
Penyebab kesuburan Tinggi di Negara berkembang, Malthus mengajukan
teorinya mengenai hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan
ekonomi. Dalam tulisannya dalam buku Essay on the principle of population,
Malthus mengajukan tesis adanya kecenderungan universal penduduk suatu negara
kecuali terdapat bencana kelaparan. Pada tahun yang sama dikarenakan faktor tetap
yakni lahan semakin sempit maka hasil produksi juga semakin menurun dan
pendapatan perkapita pun juga menurun.
Menurut hasil penelitian empiris terakhir, segenap konsekuensi negative yang
potensial dari pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan ekonomi dapat dipilah-
pilah menjadi tujuh kategori, yakni dampak-dampaknya terhadap pertumbuhan
ekonomi; kemiskinan dan ketimpangan pendapatan; pendidikan; kesehatan;
ketersediaan bahan pangan; lingkungan hidup serta migrasi internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Todaro. Michael P. & Smith. Stephen C. 2001. Pembangunan Ekonomi. Edisi ke 11.
Jakarta: Erlangga Sawit, M. H. (2017). Indonesia dalam perjanjian pertanian
wto: Proposal harbinson. Analisis Kebijakan Pertanian, 1(1), 42-53.