Anda di halaman 1dari 2

Analisis pendekatan pembelajaran belajar siswa aktif (CBSA) untuk generasi milenials

di sekolah

Cara Belajar Siswa Aktif adalah cara mengajar dengan melibatkan aktivitas siswa
secara maksimal dalam proses belajar baik kegiatan mental intelektual, kegiatan emosional,
maupun kegiatan fisik secara terpadu. Keterampilan memproseskan perolehan pada siswa
meliputi keterampilan - keterampilan mengamati/observasi, membuat hipotesis,
merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data, menyusun kesimpulan,
membuat prediksi, menerapkan dan mengkomunikasikan. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
merupakan istilah yang bermakna sama dengan Student Active Learning (SAL). 

Dilihat dari subjek didik maka CBSA merupakan proses kegiatan yang dilakukan siswa
dalam rangka belajar. Dilihat dari segi guru/pengajar maka CBSA merupakan bagian strategi
mengajar yang menuntut keaktifan optimal subjek didik, sehingga siswa mampu mengubah
tingkah lakunya seecara lebih efektif dan efisien.

Para murid saat masih sangat ketergantungan pada guru. Tanpa perubahan perilaku guru
dalam mengajar, Sedangkan pergantian kurikulum adalah hal yang wajar terjadi karena
kurikulum harus mengikuti perkembangan zaman. Pada praktiknya bayak guru kehilangan
fungsi tugasnya. Guru mengalami kesulitan untuk mengaktifkan murid dalam belajar. Murid
tidak biasa belajar aktif. Mereka hanya bisa belajar jika ada guru. Itupun aktifitas belajarnya
hanya melihat dan mendengarkan guru berceramah. Murid tidak pernah bertanya ataupun
menjawab pertanyaan. Murid hanya bisa diam dan tersenyum. Budaya diam dan malu
berbicara di muka umum adalah faktor mengapa mereka hanya melihat dan mendengar dalam
belajar. Guru akhirnya mengalami kebingungan untuk mengaktifkan muridnya dalam belajar.
Sementara tuntutan kurikulum, siswa harus aktif dalam belajar.

Penerapan CBSA di Indonesia

Setelah melihat penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa belum semua system
pendidikan di indonesia sesuai dengan kurikulum cara belajar siswa aktif (CBSA). Meskipun
kurikulum dan metode belajarnya sudah menjadi metode belajar di indonesia saat ini, namun
kenyataannya masih belum berjalan dengan lancar. Para murid kita masih sangat
ketergantungan pada guru. Tanpa perubahan perilaku guru dalam mengajar, Sedangkan
pergantian kurikulum adalah hal yang wajar terjadi karena kurikulum harus mengikuti
perkembangan zaman. Pada praktiknya bayak guru kehilangan fungsi tugasnya. Guru
mengalami kesulitan untuk mengaktifkan murid dalam belajar. Murid tidak biasa belajar
aktif. Mereka hanya bisa belajar jika ada guru. Itupun aktifitas belajarnya hanya melihat dan
mendengarkan guru berceramah. Murid tidak pernah bertanya ataupun menjawab pertanyaan.
Murid hanya bisa diam dan tersenyum. Budaya diam dan malu berbicara di muka umum
adalah faktor mengapa mereka hanya melihat dan mendengar dalam belajar. Guru akhirnya
mengalami kebingungan untuk mengaktifkan muridnya dalam belajar. Sementara tuntutan
kurikulum, siswa harus aktif dalam belajar.
Oleh sebab itu, penerapan CBSA harus dimulai sejak dini, dari usia pra sekolah anak harus
didik untuk berani dan aktif, dalam sekolah dasar anak sudah mulia di didik dengan metode
CBSA, dengan kata lain, pemerintah harus lebih memperhatikan pendidikan secara
mendetail, bukan hanya menyalurkan dan memperbesar anggaran APBN. Apabila anak sudah
dibiasakan dengan system CBSA sejak dini, dengan sendirinya anak akan tarus berkembang
dengan baik dan dapat menggali potensinya semaksimal mungkin, tak ada ketergantungan
terhadap guru, dan memiliki rasa kreatif, inovatif dan mandiri. Untuk memperoleh
pendidikan yang seperti ini di indonesia tidaklah mudah, karena bisa kita lihat sendiri system
pembelajaran di indonesia. Namun masih bisa diperbaiki sedikit demi sedikit asalkan ada
keterlibatan dan kesadaran dari orang tua, guru, sekolah dan penerintah. 

Anda mungkin juga menyukai