Anda di halaman 1dari 9

CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA) DALAM PEMBELAJARAN A.

Pendahuluan Konsep cara belajar siswa aktif (CBSA) bukanlah suatu hal yang baru dalam proses pendidikan dan pengajaran. Dalam proses pembelajaran kita sadari bahwa peserta didik harus dilibatkan, meskipun sudah barang tentu keaktifan mereka bera-da dalam kadar atau derajat yang berbeda-beda. Terdapat diantara mereka men-gikuti proses pengajaran dengan cara melihat, mendengar, dan memperhatikan guru, kemudian mereka mencatat dalam berbagai hal menurut apa yang diperitahkan guru sementara anak-anak lain, melakukan percobaan, mengamati dengan senang dan penuh kesunguhan, mencatat halhal yang terjadi, dan melaporkannya kepada te-man-teman yang lain. Mereka aktif berdiskusi tentang proses dan hasil atau temuan yang diperoleh melalui percobaan itu. Kehadiran CBSA nampaknya mengandung maksud hendaknya mendorong guru-guru untuk bersungguh-sungguh menyelengarakan proses pengajaran yang memungkinkan peserta didik-terlibat dalam kadar keaktifan belajar yang tinggi. Se-bagaimana halnya yang kita ketahui bahwa dalam proses belajar mengajar yang be-lajar itu sesungguhnya adalah peserta didik bukan guru. Guru sudah jelas tugasnya yaitu mengajar ( menciptakan suatu kondisi agar terjadi proses belajar pada peserta didik ) bukan belajar. Maksudnya, bahwa pengajaran yang berpusat pada guru ( theacer centered ) sudah saatnya melalui untuk mempertimbangkan pengajaran yang berpusat pada peserta didik ( student centered ) mengajar bukanlah pekerjaan yang dilakukan menurut maunya guru saja, apalagi dalam keadaan terpaksa tetapi harus memperhatikan berbagai asfek yang terkait dengan tugas mengajarnya tersebut. uN-tuk maksud diatas berikut ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar, hal ini lebih ba-nyak membahas tentang CBSA B. Tujuan Dengan mempelajari bahan pelajaran yang dipaparkan pada bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan pengertian CBSA. 2. Mengungkapkan alasan yang kuat mengapa CBSA itu penting dipelajari 3. Mengemukakan prinsip-prinsip CBSA secara umum 4. Mengemukakan prinsip-prinsip CBSA dilihat dari pada dimensi peserta didik. 5. Mengemukakan prinsip-prinsip CBSA dilihat pada dimensi guru 6. Mengemukakan prinsip-prisip CBSA dilihat pada dimensi program pem-belajaran 7. Mengemukakan prinsip-prinsip CBSA dilihat pada dimensi situasi belajar mengajar C. Pengertian CBSA Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA) merupakan istilah yang berupa makna sama dengan Studend Active Learning (SAL). Cara Belajar Siswa Aktif bukan disiplin ilmu atau dalam masa populer bukan teori melainkan merupakan cara, teknik, dan ada juga mengatakan sebagai sutau pendekatan. Dalam dunia pendidikan CBSA bukanlah suatu

yang baru, bahkan dalam teori pengajaran CBSA me-rupakan konsekwensi logis dari pengajaran yang seharusnya. Artinya merupakan tuntutan logis dari hakekat belajar dan pembelajaran. Hampir tidak ada atau tidak pernah tejadi proses belajar tanpa adanya keaktifan individu atau siwa yang bela-jar. Permasalahannya hanya terletak dalam kadar atau bobot keaktifan belajar siswa. Sebagai konsep CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Sejalan den-gan pengertian di atas, pengertian CBSA menurut Muhamad Ali (1984) menya-rankan dua sudut pandang, yaitu CBSA sebagai suatu konsep dan CBSA sebagai pendekatan dalam belajar mengajar. Sebagai suatau konsep, CBSA merupakan konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar, baik keaktifan mengenai kegiatan guru maupun keaktifan mengenai kegiatan peserta didik. Untuk meningkatkan proses pen-gajaran ini, sudah tentu guru membuat perencanaan dengan sebaik-baiknya dan melaksanakan pengajaran tersebut berdasarkan rencana yang telah dibuat itu. Dengan cara demikian hasil belajar peserta didik diharapkan menjadi lebih baik dibanding dengan pengajaran yang berpusat pada peserta didik. CBSA merupakan usaha pertemuan dua kutub ekstrim dalam pengajaran, yaitu guru aktif pesrta didik pasif atau guru pasif peserta didik aktif, sehingga terjadi keseimbangan keaktifan tersebut baik dipihak guru maupun dipihak peserta didk. Sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran, CBSA merupakan suatu upaya yang dilakukan guru yang dimulai dengan perencanaan pengajaran, pelaksanaan proses belajar mengajar, dan diakhiri dengan penilaian hasil belajar berdasarkan konsep tertentu. CBSA mencakup pengembangan strategi, metode dan teknik mengajar. Pengembangan srategi merupakan siasat untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam pengajaran yang mencakup metode dan teknik. Pengembangan metode menunjukkan bahwa mengajar itu sendiri memerlukan berbagai cara, seperti cara ceramah, tanya jawab, atau diskusi dan sebagainya. Sedangkan pengembangan teknik menunjukkan bahwa pengajaran sebagai pen-dekatan CBSA menuntut kejelasan cara-cara yang lebih khusus lagi, seperti teknik bertanya, teknik memberi penguatan, dan sebagainya. Lebih lanjut, Dimyati dan Mujiono (2002) mengatakan bahwa pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah pada pengop-timalisasian pelibatan intelektual emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual emosionalfisik secara optimal dalam pembelajaran diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Raka Joni (1992) dalam Dimyati dan Mujiono (2002) mengemukakan bahwa sekolah yang memiliki CBSA dengan baik menuntukkan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pembelajaran yang dilakukan berpusat kepada kepentingan peserta didik. Peserta didik dipandang sebagai komponen terpenting dalam sistem dan proses pengajaran. Karena itu peranannya menjadi lebih kuat dalam pengembangan dan

menetuan cara-cara belajarnya. Mereka berpeluang untuk berperan aktif dalam menetapkan rencana pelajaran, proses kegiatan belajar mengajar dan penilaian yang dilakukan. Pengalaman belajar mereka benar-benar menjadi titik tillah kegiatan belajar mengajar. Peserta didik sangat dimungkinkan menjadi lebih mandiri dalam menempuh kegiatan belajarnya. 2. Guru berperan sebagai pembimbing bagi terjadinya pengalaman belajar peserta didik. Guru sebagai pembimbing memperlihatkan cara-cara belajar yang tidak pernah didikte si anak. Sebaliknya anak-anak itu memperoleh peluang, kemudahan dan dorongan untuk berbuat banyak dalam belajar. Mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pengetahuan belajarnya yang berharga melalui usahanya sendiri. Guru suka mensiasati peserta didiknya agar peserta didiknya selalu memiliki motivasi dan rasa harga diri dalam belajar, dan mereka selalu berusaha untuk berkarya secara nyata. 3. Tujuan kegiatan belajar berorientasi pada perkembangan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang Tujuan belajar bukanlah mewujudkan salah satu aspek saja. Mereka belajar bukan sekedar mencapai standard akademik saja, melainkan menyangkut selu-ruh aspek kehidupan baik secara utuh dan seimbang. Ini berarti menyangkut segi-segi wawasan pengetahuan, keterampilan yang dimilikinya, sikap yang dibentuknya, kepercayaan akan nilai-nilai yang diyakininya, sruktur emosi yang dipunyainya, rasa keindahan atau estetikanya yang dikembangkannya, dan lain-lain. Semua aspek kepribadiannya dikembangkan secara menyeluruh dan terpadu melalui kegiatan-kegiatan belajar yang diciptakan guru. 4. Penyelengaraan kegiatan belajar lebih berorientasi pada kreativitas peserta didik. Kegiatan belajar yang diciptaan guru sangatlah dituntut untuk menghadapi berbagai permasalahan dan mengarahkan mereka untuk mampu mencari pe-mecahannya. Ini berarti pula bahwa peserta ini dituntut untuk terbiasa bekerja keras dengan penuh kesungguhan sehingga menghasilkan karya-karya nyata yang bermanfaat. 5. Penilaian diarahkan pada kegiatan dan kemajuan peserta didik Proses penilaian yang dilakukan, adalah benar-benar memantau setiap bentuk kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dan mengukur setiap bentuk kemajuan yang diraih. Berbagai keterampilan seperti keterampilan berbahasa, keterampilan sosial, keterampilan matematika, keterampilan berpikir dan ber-tindak, keterampilan dalam proses belajar itu sendiri senantiasa mendapat per-timbangan penilaian. D. Rasional CBSA Tidak bisa kita pungkiri bahwa masih banyak diantara guru-guru menyelenga-rakan pengajaran secara tidak menarik dan karena kurang dapat mencapai sasaran-sasaran yang diharapkan. Pengunaan metode ceramah masih mendominasi kegiatan guru seharihari. Peserta didik kegiatannya berulang-ulang sekitar mendengar, mem-perhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yan diperintahkan guru. Kegiatan belajar telah menjadi sesuatu yang rutin, monoton dan membosankan, bukan lagi sebagai ke-giatan yang menarik, menantang, dan menuntut partisipasi aktif peserta didik Dalam kehidupan yang penuh perubahan untuk berbagai sektor, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, aman yang makin menglobal, dan

persaingan hidup yang makin ketat, membawa implikasi ke dalam pentingnya reorientasi proses pengajaran. Proses pengajaran seperti digambarkan dalam alinea pertama bagian ini, jelas tidak mungkin dapat mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing dalam kehidupan dan menyesuaikan diri terhadap berbagai tantangan yang makin berat. Pengajaran harus diorientasikan pada kemampuan bersikap dan berpikir kritis, dibangun dari konsep-konsep dari filosofis yang kuat, dilakukan melalui proses pengajaran yang memberikan berbagai peluang dan pengalaman belajar yang penuh arti, dan dilakukannya penilaian yang benar-benar akurat, jujur, obyektif dan penuh antisipasi dalam menjawab tantangan hidup masa depan. Pada gilirannya, wawasan pendidikan sepanjang hayat tidak boleh terabaikan dari perhatian guru dan peserta didik sebagaimana keterlibatan mereka dalam proses belajar mengajar sehari-hari. Motivasi yang kuat dari peserta didik maupun guru, se-benarnya untuk belajar terus mesti tumbuh, terpelihara dan giat belajar nampaknya harus dilatihkan mereka sepantasnya dibiasakan menghadapi masalah dan berusaha mencoba dan mencari jawaban atas masalah yang dihadapi itu. Mereka harus benar-benar dipersiapkan untuk benar-benar sudi dan mampu bersaing tidak hanya dengan temanteman sekelasnya, tetapi juga dengan siapa saja sebayanya di daerah, di tingkat wilayah, secara nasional, bahkan bersaing dengan bangsa lain secara internasional. Guruguru sudah seharusnya mampu melibat-aktifkan peserta didik dengan penuh kemerdekaan. Peserta didik harus merasa senang dalam belajar, dalam mencari ilmu pengetahuan dan teknologi. Demokratisasi juga harus terjadi dalam proses pen-gajaran sehari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Mereka-pun harus memperoleh prestasi belajar yang tinggi. CBSA baik sebagai konsep mau-pun pendekatan dalam pengajaran bermaksud merespon berbagai tantangan sebagai-mana diuraikan di atas. Karena itu CBSA sepantasnya mendapat prioritas tinggi un-tuk dikuasai semua kalangan, khususnya guru dan siswa dalam pelaksanaan proses belajar pembelajaran. E. Prinsip-prinsip CBSA Sebagaimana diungkapkan Moejiono dan Dimyati dalam strategi belajar men-gajar (1992) prinsip-prinsip CBSA ini dapat di kelompokkan menjadi : pertama : prinsipprinsip CBSA secara umum yang diturunkan dari prinsip-prinsip belajar. Ke-dua : adalah prinsip-prinsip CBSA yang secara khusus dilihat dari beberapa dimensi, yaitu pada dimensi guru, dimensi peserta didik, dimensi program pembelajaran dan pada dimensi situasi belajar mengajar. 1. Prinsip-prinsip CBSA secara umum Secara umum prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam CBSA ini adalah : a. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajari sendiri tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut b. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya sendiri dan untuk se-tiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar) c. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberi penguatan (reinforcement) d. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara

keseluruhan lebih berarti e. Apabila murid diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara le-bih baik. 2. Prinsip-prinsip CBSA pada dimensi peserta didik Menyangkut dimensi peserta didik, berbagai hal yang mesti diperhati-kan adalah : a. keberanian peserta didik untuk menunjukkan minat, keinginan, dan do-rongan yang ada pada dirinya. Yang penting mendapat perhatian disini adalah bahwa peserta didik menyadari betul belajar sebagai tugasnya. Ia terlihat aktif dengan menunjukkan minatnya, berusaha meraih keinginan-nya dan melakukan kegiatan belajar untuk mewujudkan dorongan atau motifnya. b. Keinginan dan keberanian untuk ikut dalam kegiatan belajar prinsip ini menuntut peserta didik untuk terdorong keinginannya berpatisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Dengan kaa lain, keinginan dan keberanian untuk terlibat aktif harus dibangkitkan. Kehendak mereka tidak boleh terpen-dam, keinginan tidak perlu tertunda dan keberanian mereka tidak boleh menjadi kendor sebelum teraktiaslisasikan dalam pengalaman belajar me-reka sendiri c. Usaha dan kreativitas peserta didik. Kerja keras peserta didik dalam berusaha mencari pemecahan masalah yang dihadapi dalam belajar perlu menjadi perhatian yang penting. Mereka tidak diharapkan mengindari tantangan dan masalah-masalah yang di-hadapi, kreativitas mereka justru harus muncul dan berkembang dengan optimal d. Keinginan yang kuat Sifat keingintahuan (curiosity) yang kuat, yang secara alamiah telah ada dalam diri anak sejak kecil, tidak boleh terhambat. Peristiwa pembelajaran hendaknya memelihara kondisi belajar peserta didik untuk selalu bertanya dan berusaha mencari jawabannya secara memuaskan. Mereka menjadi lebih aktif dalam belajar karena berbagai hal yang merangsang untuk dita-nyakan dan dicari respon-responnya secara tepat. e. Rasa lapang dan bebas Kegiatan belajar sepatutnya menyenangkan, menimbulkan rasa lapang dan perasaan bebas, kegiatan itu bukanlah sesuatu yang menimbulkan beban, perasaan strees, situasi yang mencekan dan menakutkan. Mereka tidak bo-leh terganggu untuk mengekakan ide-ide atau gagasannya dalam kegiatan belajar. Mereka harus terbiasa dalam keadaan merdeka, memiliki kebeba-san yang bertanggung jawab. 3. Prinsip-prinsip CBSA pada dimensi guru Dilihat dari dimensi guru, sejumlah prinsip yang harus dipatuhi adalah: a. usaha guru menbina dan mendorong peserta didik prinsip ini menuntut guru untuk senangtiasa bertindak sebagai motivator dan mempertahankan keterlibatan aktif peserta didik selama berlangsung-nya kegiatan belajar mengajar b. guru sebagai inovator dan fasilitator guru adalah seseorang yang selalu tanggap terhadap setiap perubahan dan pembaruan atau inovasi. Ia harus responsif terhadap ide-ide atau gagasan baru dan berusaha untuk menerapkan dan menyebarluaskannya kepada pi-hak-pihak yang berkepentingan. Ia juga dituntut untuk selalu berusaha menberikan bantuan, peluang dan kemudahan-

kemudahan bagi terjadinya proses belajar peserta didiknya. c. Sikap tidak mendominasi Hal yang harus disadari guru adalah peran peserta didik dalam kegiatan be-lajar mengajar menduduki posisinya yang promer. Sedangkan guru sendiri menduduki posisinya yang sekunder. Peserta didiklah yang lebih penting dari pada guru. Karena itu guru tidak boleh mendikte atau mendominasi peserta didik. Peserta didik adalah seorang yang aktif belajar. Mereka pada dasrnya mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan cara-cara yang di-lakukan sendiri pula. d. Menberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut irama,cara dan kemampuannya. Setiap peserta didik hendaklah disadari sebagai seorang individu yang me-miliki karakteristik masing-masing. Mereka itu memiliki keunikan, berbeda antara yang satu dengan yang alinnya dalam hal kekuatan motivasi belajar-nya, kebutuhan belajarnya, kemampuan , dan kecepatan belajarnya. Guru dituntut berusaha melayani kepentingan peserta didik yang berbeda itu. Pengajaran yang diciptakan guru hendaklah semakin membuka adanya ke-mungkinan pelayanan yang bersifat individual. 4. Prinsip- prinsip CBSA pada dimensi proyek pengajaran Dari dimensi program pengajaran, prinsip-prinsip CBSA yang harus diperhatikan adalah : a. Tujuan dan isi pelajaran memenuhi kebutuhan, minat, serta kemampuan peserta didik. Menurut prinsip ini, tujuan dan isi program pengajaran hendaknya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan peserta didik b. Kemungkinan terjadinya pengembangan konsep dan aktifitas peserta didik Program pengajaran yang disusun dan dilaksanakan guru, hendaklah pro-gram yang menyediakan berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik mengembangkan konsep-konsep dan aktifitas belajarnya c. Pengunaan dan pemilihan berbagai metode dan media. Suatu strategi dan metode mengajar yang bisa dipilih serta media yang bisa digunakan hen-daknya dapat ditelusuri dari program pengajaran itu mencerminkan tuntu-tan pemilihan suatu strategi dan metode belajar mengajar yang penuh makna (meaningfull learning). d. Penentuan metode dan media yang fleksibel. Program pengajaran hendak-lah menyediakan pula adanya alternatif atau metode media secara fleksi-bel. Pilihan ini dilakukan bukanlah mengurangi keberartian proses belajar mengajar yang dilakukan, melainkan merupakan penetapan atas tindakan-tindakan atau pilihan-pilihan yang nilainya setara 5. Prinsip-prinsip CBSA pada dimensi situasi belajar mengajar Prinsip-prinsip CBSA yang penting dipertimbangkan pada dimensi situasi be-lajar mengajar ini adalah : a. Komunikasi guru-peserta didik yang intim dan hangat Prinsip ini menunjukkan bahwa kedudukan guru dan peserta didik dalam peristiwa komunikasi (belajar-mengajar) menempati posisi yang sederajat. Hal demikian dimaksudkan agar hubungan diantara keduanya berada da-lam situasi keterbukaan, kebersamaan kekeluargaan, intim dan hangat. Da-lam situasi yang tercipta semacam ini tidaklah kewibawaan guru akan ber-kurang, melainkan hal ini dapat memperlancar

jalannya proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan usaha pencapaian pres-tasi belajar peserta didik yang tinggi. b. Terjadinya kegairahan dan kegembiraan dalam belajar c. Guru-guru hendaknya mempertimbangkan betul karakteristik peserta didik dan melakukan penyesuaian pada situasi belajar mengajar yang dikondisi-kannya. F. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) sebagai Suatu Strategi Pembelajaran Sebagaimana juga telah disinggung pada uraian sebelumnya, bahwa setiap kegiatan pembelajaran diyakini adanya keterlibatan dan keaktifan peserta didik. Hanya, permasalahannya adalah terletak pada bobot atau kadar keterlibatan dan keaktifan belajar peserta didik. Terdapat keterlibatan dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dalam kategori rendah, sedang atau tinggi. Jika dibuat suatu skala keaktifan 1-10 maka setiap proses pembelajaran tentu ada dalam skala tersebut. Tidak ada skala keaktifan nol seberapapun keaktifan itu. Adapun keha-diran CBSA sebagai sebuah alternatif strategi pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi atau mengoptimalkan aktifitas dan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, khususnya belajar. Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran yang diha-rapkan adalah keterlibatan secara mental (intelektual dan emosional) yang dalam beberapa hal diikuti dengan keaktifan fisik. Sehingga peserta didik betul-betul berperan serta dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, CBSA menempatkan kedudukan peserta didik sebagai subjek, pihak yang penting dan merupakan inti dalam kegiatan belajar mengajar. Derajat ke CBSA-an yang bisa mengarah secara optimal bagi keterlibatan dan keaktifan peserta didik adalah jika diterapkan suatu pola pembelajaran stu-dent cetered instruction yaitu suatu pengajaran yang menempatkan peserta didik sebagai kedudukan sentral, berorientasi pada keaktifan belajar, dan guru memberi-kan kesempatan peserta didik untuk memecahkan masalah sendiri. McKenchie sebagaimana dikutip oleh Roestiyah (1991 : 58) mengisyaratkan bahwa variasi kadar CBSA itu dipengaruhi oleh 7 (tujuh) faktor : 1. Faktor partisipasi peserta didik dalam menetapkan tujuan pengajaran. Misalnya, tujuan dirumuskan suatu peserta didik mempelajari bunyi-bunyi vokal Bahasa Indonesia. Maka dalam kegiatannya peserta didik meneliti bunyi-bunyi yang didengarkan lewat rekaman wacana lisan Bahasa Indonesia. 2. Stressing pada segi afektif dalam pengajaran, seperti tujuan tersebut maka segi efektif dapat ditumbuhkan dengan menjelaskan peranan bunyi-bunyi vokal da-lam menentukan makna kata. 3. Interaksi antara guru dengan siswa dalam kelas pengajaran. Hendaknya di-upayakan oleh guru suatu interaksi optimal (komunikasi multi arah). 4. Tanggapan guru terhadap peserta didik. Bahwa guru jangan sekali-kali men-ganggap dirinya serba tahu dan paling tahu. Guru harus memandang peserta didiknya sebagai manusia yang punya potensi dan daya kemandirian. 5. Rasa keterpaduan dalam kelompok kelas. 6. Pengambilan keputusan terhadap sesuatu masalah oleh peserta didik, hendak-nya

mereka diberi waktu yang cukup. 7. Ada cukup waktu untuk memberikan bimbingan bagi peserta didik. Lebih lanjut, Sudjana (1989) berpendapat bahwa, optimalitas keterlibatan atau keaktifan belajar peserta didik itu dapat dikondisikan. Menurutnya, melalui indikator CBSA dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses pengajaran berdasarkan apa yang dirancang oleh guru. Indikator-indikator dimak-sud sebagaiman digambarkan dalam prinsip-prinsip penerapan CBSA itu sendiri. Dari indikator tersebut setidaknya dapat memberikan rambu-rambu bagi guru untuk merancang dan melaksanakan pengajaran. Sejalan dengan itu, Raka Joni (1985) menyarankan yang penting, yang harus ditandaskan dalam gerakan meningkatkan kadar CBSA dalam proses pengajaran adalah bahwa apapun strategi pengajaran yang dipergunakan hendaknya diusahakan kadar keterlibatan mental peserta didik yang setinggi/seoptimal mungkin. Peserta didik diberi kesempatan : 1. Menyerap informasi ke dalam strukstur kognitif atau menyesuaikan struktur kognitif dengan informasi-informasi baru yang diperoleh (diakomodasi) se-hingga dapat dicapai kebermaknaan (meaningfulness) yang setinggi-tingginya. 2. Menghayati sendiri peristiwa-peristiwa untuk membentuk sikap dan internali-sasi nilai-nilai. 3. Melakukan sesuatu secara langsung dalam rangka pembentukan keterampilan yang menjalin percobaan perbuatan langsung dengan pengkajian teoritis secara fungsional. Kegiatan pengajaran dalam konteks strategi CBSA tentu selalu melibatkan peserta didik secara aktif untuk mengembangkan kemampuan dan penalarannya seperti memahami, mengamati, menginterprestasikan konsep, merancang penelitian, melaksanakan penelitian, mengkomunikasikan hasilnya dan seterusnya, dengan mengikuti prosedur/langkah-langkah yang teratur dan urut Rangkuman Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan istilah yang berupa makna sa-ma dengan Student Active Learning (SAL). CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dan melakukan kegiatan belajar. Ciri-ciri CBSA alam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran yang dilakukan berpusat kepada kepentingan peserta didik 2. Guru berperan sebagai pembimbing bagi terjadinya pengalaman belajar peserta didik 3. Tujuan kegiatan belajar berorientasi pada pengembangan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang 4. Penyelenggaraan kegiatan belajar lebih berorientasi pada kreativitas peserta didik 5. Penilaian diarahkan pada kegiatan dan kemajuan peserta didik. Prinsip-prinsip CBSA dapat dikelompokkan menjadi : pertama : prinsip-prinsip CBSA secara umum yang diturunkan dari prinsip-prinsip belajar. Kedua : adalah prinsipprinsip CBSA yang secara khusus dilihat dari beberapa dimensi, yaitu pada dimensi guru, dimensi peserta didik, dimensi program pembelajaran dan pada dimensi situasi belajar mengajar. Kegiatan pengajaran dalam konteks strategi, CBSA tentu selalu melibatkan peserta

didik secara aktif untuk mengembangkan kemampuan dan penalarannya seperti memahami, mengamati, menginterprestasikan konsep, merancang penelitian, melaksanakan penelitian, mengkomunikasikan hasilnya dan seterusnya, dengan mengikuti prosedur/langkah-langkah yang teratur dan urut. Pertanyaan dan Tugas Anda diminta untuk menjawab pertanyaan dan tugas dibawah ini : 1. Jelaskan pengertian CBSA yang anda ketahui. 2. Coba anda kemukakan ciri-ciri sekolah yang memiliki CBSA 3. Coba anda ungkapkan pula alasan yang kuat mengapa CBSA itu penting dikembangkan dan diterapkan disekolah-sekolah. 4. Kemukakan yang anda ketahui tentang empat prinsip CBSA secara umum 5. Kemukakan empat prinsip CBSA dilihat pada dimensi peserta didik . 6. Kemukakan tiga prinsip CBSA dilihat pada dimensi guru 7. Kemukakan tiga prinsip CBSA dilihat pada dimensi program pembelajaran Daftar Pustaka Dimyati dan Mudjiono (1994), Belajar dan Pembelajaran Depdikbud Dikti JJ. Hasibuan dan Moedjiono, (1986), Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja karya Mohammad Ali, (1984), Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru T. Raka Joni, (1985), Strategi Belajar Mengajar, Suatu Tinjauan Pengantar, Depdikbud, Jakarta Ditjen Dikti Depdikbud. Nana Sujana, dan Ahmad Rivai, (1989), Teknologi Pendidikan, Bandung : Sinar Ba-ru. T. Raka Joni, (1985), Strategi Belajar Mengajar, Suatu Tinjauan Pengantar, Depdikbud, Jakarta Ditjen Dikti Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai