Anda di halaman 1dari 10

Pendekatan CBSA dalam Pembelajaran

Feb 23
Posted by BADARUDIN
5.1. KONSEP CBSA DALAM PEMBELAJARAN
Cara belajar siswa aktif merupakan suatu upaya dalam pembaruan pendidikan dan pembelajaran.
Kendatipun cara ini tergolong baru, namun sesungguhnya konsep ini telah lama dikembangkan,
hanya perwujudannya yang masih baru dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita.
Karena itu, ada baiknya guru-guru mengenal dan memahaminya lebih seksama agar mampu
menerapkan secara efektif.
5.1.1. Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
CBSA adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan
siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Pada hakekatnya, keaktifan belajar terjadi dan
terdapat pada semua perbuatan belajar, tetapi kadamya yang berbeda tergantung pada
kegiatannya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti:
mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah,
memberikan prakarsa/gagasan, menyusun rencana, dan sebagainya- Keaktifan itu da yang dapat
diamati dan ada pula yang tidak dapat diamati secara langsung. Setiap kegiatan tersebut
menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran melalui asimilasi,
dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman
langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif dan sosial), penghayatan
serta internalisasi nilat-nilai dalam pembentukan sikap (Raka Joni, 1980, h. 2).
Sejak dimunculkannya pendekatan CBSA dalam lingkungan pendidikan ditanah air, konsep
CBSA telah mengalami perkembangan yang cukup jauh. Pendekatan CBSA dinilai sebagai suatu
sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan
emosional guna memperole hasil belajar yang bempa perpaduan antara matra kognitif, afekisi.
dan psikomotorik, (A. Yasin, 1984,h.24).
Dalam kerangka sistem belajar mengajar, terdapat komponen proses yakni keaktifan fisik,
mental, intelektual dan emosional dan komponen produk, yakni hasil belajar berupa keterpaduan
aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik Secara lebili rinci komponen produk tersebut
mencakup berbagai kemampuan: menamati, menginterprestasikan, meramalkan. mengkaji,
menggeneralisasikan, menemukan, mendiskusikan, dan mengkomonikasikan hasil penemuan.
Aspek-aspek kemampun tersebut dikembangkan secara terpadu melalui sistem pembelajaran
berdasarkan pendekatan CBSA.

5.1.2 Rasional CBSA dalam pembelajaran


Penerapan dan pendayagunaan konsep CBSA dalam pembelajaran merupakan kebutuhan dan
sekaligus sebaga. keharusan dalam kaitannya dengan upaya merealisasikan Sistem Pendidikan
Nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang pada gilirannya berimplikasi terhadap
sistem pembelajaran yang efektif.
Siswa peserta didik dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai objek pembelajaran
dan sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai subjek dipandang sebagai manusia yang potensial
sedang berkembang, memiliki keinginan-keinginan-harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan
motivasi dan berbagai kemungkinan potensi lainnya. Siswa sebagai objek dipandan: sebagai
yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui proses
pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
manusiawi (humanistik), misainya melalm suasana kekeluargaan terbuka dan bergairah serta
berpariasi sesuai dengan keadaan perkembangan siswa bersangkutan.
Pelaksanaan proses pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa belajar dan keaktifan
guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Penerapan CBSA dilakukan
dengan cara mengfungsionalisasikan seluruh potensi manusiawi siswa melalui penyediaan
lingkungan belajar yang meliputi aspek-aspek bahan pelajaran, guru, media pembelajaran,
suasana kelas dan sebagainya. Cara belajar di sesuaikan dengan minat dim pemberian
kemudahan kepada siswa untuk memperoleh pemahaman, pendalaman, dan pengendapan
sehingga hasil belajar berintemalisasi dengan pribadi siswa. Dalam kondisi ini semua unsur
pribadi siswa aktif seperti emosi, perasaan, intelektual, pengindran, fisik dan sebagainya.
CBSA dapat berlangsung dengan efektif, bila guru melaksanakan peran dan fungsinya secara
aktif dan kreatif, mendorong dan membantu serta berupaya mempenguruhi siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan belajar yang telah ditentukan. Keaktifan guru dilakukan pada
tahap-tahap
kegiatan
perencanaan,
pelaksanaan,
pellilaian
dan
tindak
lanjut
pembelajaran.Peranan guru bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada
siswa, melainkan bertindak sebagai pembantu dan pelayanan bagi siswanya. Siswa aktif belajar,
sedangkan guru memberikan fasilitas belajar, bantuan dan pelayanan. Beherapa kegiatan yang
dapat dilakukan oleh guru, ialah:
1)

menyiapkan lembaran kerja

2)

Menyusun tugas bersama siswa;

3)

Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan;

4)

Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa apabila siswa mendapat kesulitan;

5)

Menyampaikan pertanyaan yang bersifat asuhan;

6)

Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum;

7)

Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lambat;

8)

Menyalurkan bakat dan minat siswa;

9)

Mengamati setiap aktivitas siswa.

Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA


tidak diartikan guru menjadi fasif, melainkan tetap harus aktif namun tidak bersikap
mendominasi siswa dan menghambat perkembangan potensinya Guru bertindak sebagai guru
inquiry, dan fasilitator.
5.1.3 Kadar Cara Belajar Siswa Aktif
Kadar MA ditandai oleh semakin banyaknya dan bervariasinya keaktifan dan keterlibatan siswa
dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak dan semakin beragamnya keaktifan dan
keterlibatan siswa, maka semakin tinggi pula kadar ke-CBSA-annya. Sebaliknya, semakin
sedikit keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, maka berarti semakin
rendah kadar CBSA tersebut.
Kadar CBSA itu dalam rangka sistem belajar mengajar menunjukkan ciri-ciri, sebagai berilmu :
1)

Pada tingkat masukan, ditandai oleh:


1. Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan
kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, aspirasi yang telah dimiliki sebagai baban
masukan untuk melakukan kegiatan belajar.
2. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan pembelajaran, yang
menjadi acuan baik bagi siswa mupun bagi guru.
3. Adanya keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber bahan pembelajaran.
4. Adanya keterlibatan siswa dalam pengadaan media pembelajaran yang akan digunakan
sebagai alat bantu belajar.
5. Adanya kesadaran dan keinginan belajar yang tinggi serta motivasi untuk melakukan
kegiatan belajar.

2)

Pada tingkat proses, kadar CBSA ditandai dengan:


1. Adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual, dan personal
dalam proses belajar.
2. Adanya berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis, berbuat,
memutuskan, dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang mengandung unsur kemandirian
yang cukup tinggi.

3. Keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan suasana belajar yang serasi,
selaras dan seimbang dalam proses belajar dan pembelajaran.
4. Keterlibatan siswa menunjang upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk
memperoleh pengalaman belajar serta turut membantu mengorganisasikan lingkungan
belajar itu, baik secara individual maupun secara kelompok.
5. Keterlibatan siswa dalam meneari imformasi dari berbagai sumber yang berdaya guna
dan tepat guna bagi mereka sesuai dengan rencana kegiatan belajar yang telah mereka
rumuskan sendiri.
6. Keterlibatan siswa dalam mengajukan prakarsa, memberikan jawaban atas penanyaan
guru, mengajukan penanyaan/ masalah dam berupaya menjawabnya sendiri, menilai
jawaban dari rekannya, dan memecahkan masalah yang timbul selama berlangsungnya
proses belajar mengajar tersebut.
3)

Pada tingkat produk, kadar CBSA ditandai oleh:


1. Ketertibatan siswa dalam menilai diri sendiri, menilai teman sekelas.
2. Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas menjawab tes dan mengisi
instrumen penilaian lainnya yang diajukan oleh guru.
3. Keterlibatan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang berkenaan dengan
hasil belajar.
4. Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagal hasil belajar dan
pembelajaran.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat ditentukan derajat kadar CBSA dalam suatu proses belajar
mengajar, dan bila mungkin di klasifikasikan menjadi: kadar tinggi, kadar sedang, dan kadar
rendah. Kendatipun tampak, bahwa keaktifan guru sangat menonjol, namun tidak berarti
keaktifan guru di abaikan. Tanpa upaya dan pengaruh serta arahan guru sebagai fasilitator dan
pengorganisasian belajar, maka kadar CBSA yang diinginkan tak mungkin tercapai. Guru tetap
bertanggungjawab menciptakan lingkungan belajar yang mampu mengundang / menantang siswa
untuk belajar.
5.1.4 Rambu-Rambu Penyelenggaraan CBSA
Pembelajaran berdasarkan CBSA menuntut kondisi-kondisi tertentu untuk menjamin kadar
CBSA yang tinggi guna mencapai tujuan pembelajaran atau hasil belajar siswa pada tingkat
optimal. Penyelenggaraan pembelajaran CBSA tersebut ditandai oleh indikator-indikator sebagai
berikut:
1)
Derajat partisipasi dan responsif siswa yang tinggi. Para siswa berperan serta secara aktif
dan bersikap responsif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak tinggal diam hanya menunggu

stimuli yang disampaikan oleh guru, melainkan berperan aktif menentukan stimuli misalnya
merumuskan suatu masalah dan mencari jawahan serdiri (responsif) atas masalah tersebut. Pada
waktu guru menyajikan suatu topik, siswa aktif-responsif mempertanyakan materi yang
terkandung didalamnya. Kedua contoh tersebut sebagai landa, bahwa siswa berperan serta dalam
proses pembelajaran.
2)
Keterlibatan siswa dalam pelaksanaan pembuatan tugas. Pada dasarnya sejak disusunnya
perencanaan tugas-tugas, para siswa telah dapat diaktifkan peran sertanya. Siswa dapat
mengajukan usul dan minat tugas yang diinginkannya dengan asumsi bahwa tugas tersebut
sesuai dengan kemampuannya. Pada waktu pembuatan tugas, siswa melaksanakan kegiatan
kelompok atau dengan belajar mandiri. Pada waktu penilaian tugas (hasil pekerjaannya), siswa
hendaknya aktif menilai tugas-tugas temannya dan hasil kerjanya sendiri dalam bentuk menilai
dirinya sendiri (self evaluation). Hal ini menunjukan, bahwa tersedia berbagai kemungkinan
dimana siswa dapat berperan aktif dalam pelaksarman tugas-tugas yang dikondisikan dalam
pembelajaran.
3)
Peningkatan kadar CBSA dalam proses pembelajaran juga ditentukan oleh faktor guru.
Guru hendaknya menyadari tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai, baik dalam arti efek
instruksional maupun efek pengiring, dan dalam pada itu memiliki wawasan dan penguasaan
yang memadai tentang bermacam-macam stategi belajar mengajar yang dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan belajar. Sudah barang tentu penguasaan teknik yang mantap juga merupakan
persyaratan sebelum seorang guru bisa secara Kreatif merancang dan menginformasikan
program belajar mengajar (T.R aka Joni, 1985, h. 18),
4)
Pendekatan CBSA pada dasarnya dapat diterapkan sentua strategi dan metode mengajar,
walaupun kadaannya berbeda- beda. Penggunaan metode mengajar, secara berpariasi dapat
memberikan peluang penerapan CBSA dengan kadar yang tinggi. Namun demikian, pemilihan
metode tersebut tetap harus ditandasi oleh tujuan yang hendak dicapai, bahan pelajaran yang
hendak dipelajari, kondisi subjek belajar itu sendiri (motivasi, pengalaman awal, kondisi
kesehatan, keadaan mental, dan lain-lain), serta penguasaan guru terhadap metode tersebut.
Dengan demikian, keaktivan siswa belajar tetap terarah, terbimbing, dan diharapkan mencapai
hasil secara optimal.
5)
Penyediaan media dan peralatan serta berbagai fasilitas belajar tetap diperlukan, agar
tercipta lingkungan belajar yang menantang dan merangsang serta meningkatkan kegiatan belajar
siswa. Pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kemediaan dan teknologi hardware sangat
diisyaratkan. Media dan alat merupakan alat bantu bagi siswa kendatipun mereka diminta untuk
memilih dan menggunakannya sendiri sesuai dengan aktivitas belajarnya.
6)
Keaktifan belajar berdasarkan CBSA tidak jarang menimbulkan kesulitan balajar pada
siswa, misalnya teknik-teknik belajar, memilih bahan, menilai hasil kegiatan, tim masalahmasalah lain. Itu sebabnya, bimbingan dan pembelajaran remedial pada waktu tertentu
diperlukan untuk membantu siswa bersangkutan, sehingga kecepatan belajar dan penyelesaian
tugas-tugas tetap terus berlangsung menyertai rekan-rekannya yang tidak mendapat kesulitan.

7)
Kondisi lingkungan kelas/sekolah turut berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan CBSA. Pengaturan, dan pembinaan lingkungan ini perlu mendapat dari pihak guru
melalui kerja sama dengan guru-guru lainnya serta para siswa sendiri. Termasuk dalam
lingkungan kelas juga suasana. disiplin kelas yang baik.
5.2 PENERAPAN CBSA
Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk dan teknik:
Pemanfaatan waktu luang
Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa memungkinkan dilakukanya kegiatan belajar
aktif, dengan cara menyusun rencana belajar, memilah bahan untuk dipelajari, dan menilai
penguasaan bahan sendiri. Jika pemanfaman waktu tersebut dilakukan secara saksama dan
berkesinambungan akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang keberhasilan belajar
di sekolah.

Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan
individu tiap siswa, seperti: minat abilitet, bakat, kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat
mempersiapkan / merencanakan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan
oleh siswa masing-masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik
lain, kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan, minat bakat yang sama.

Belajar kelompok
Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. teknik pelaksanaannya dapat dalam
bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi
ceramah. Dalam situasi belajar kelompok, masing-msing anggota dapat mengajukan gagasan,
pendapat, pertanyaan, jawaban, keritik dan sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan
berinteraksi satu dengan yang lainya.

Bertanya jawab
Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara kelompok
siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar
aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan timbul dan diajukan oleh
pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya. Guru bertindak sebagai pengatur lalulintas atau
distributor, dan dianggap perlu guru melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan
jawaban-jawaban tersebut.
Belajar Inquiry/discovery (belajar mandiri)

Dalam strategi belajar ini siswa melakukan proses mental intelektual dalann upaya memecahkan
masalah. Dia sendiri merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini, keaktifan siswa
belajar memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya mengarah membimbing,
memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan inquirynya. Strategi dan
kemampun inquiry ini, akan diuraikan lebih lanjut dalam pembahasan mengenai keterampilan
proses sebagai bagian dari CBSA.

Pengajaran unit
Strategi pengajaran ini berpusat pada suatu masalah atau suatu proyek. Pada tahap-tahap
kegiatan belajar ditempuh tahap-tahap kegiatan utama, yakni: tahap pendahuluan dimana siswa
melakukan orientasi dan perencanaan awal; tahap pengembangan dimana siswa melakukan
kegiatan mencari sendin informasi selanjumya menggunakan informasi itu dalam kegiatan
praktik, tahap kegiatan kulminasi, dimana siswa mengalami kegiatan penilaian, pembuatan
laporan dan tiddak lanjut.
Berdasarkan beberapa contoh strategi pembelajaran tersebut di atas, maka semakin jelas tentang
bagai mana penerapan pendekatan CBSA tersebut dalam proses pembelajaran. kendatipun
dengan kadar yang berbeda-beda.
5.3 PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SEBAGAI BAGIAN DARI CBSA
3.3.1

Rasional keterampilan proses dalam pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dengan siswa.
Dalam proses tersebut memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang
dapat mendorong siswa belajar dan untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan
dan pembentukan kepribadian.
Proses pembelajaran melibatkan terbagi kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa
untuk memperoleh basil belajar yang baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan
hasil belajar ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru-siswa dalam proses
pembelajaran tersebut.
Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran ialah belajar melalui proses mengalami
secara langsung untuk memperoleh basil belajar yang bermakna. Proses tersebut dilaksanakan
melalui interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Dalam proses im siswa bermotivasi dan
sering melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Ini berarti, peranan
pendekatan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannya dengan keberhasilan belajar.
Dalam kurikulum telah ditegaskan, bahwa penerapan pendekatan dalam proses belajar mengajar
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam diri siswa supaya
mampu menemukan dan mengelola perolehannya. Pendekatan mi disebut pendekatan proses.

Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan ini mengacu kepada siswa agar belajar
berorientasi pada belajar bagaimana belajar (Depdikbud, 1980).
5.3.2 Pengertian keterampilan proses dan kaitannya dengan CBSA
Pendekatan dalam keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan
mengembangkan sejumiah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan
kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Kemampuan-kemampun fisik dan mental tersebut
pada dasarnya leiah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu dirangsang agar.
Menunjukkan jati dirinya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses
perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Keterampilan-keterampilan
itu sendiri menjadi roda penggerak dan penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta
pertumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Seluruh gerak atau tindakan dalan proses
belajar mengajar akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif (Conny Se a 1990).
Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa dengan keterampilan proses siswa berupaya
menemukan mengembangkan konsep dalam materi ajaran. Konsep-konsep yang telah
dikembangkan int berguna untuk menunjang pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi
antara kemampuan dan konsep melalui proses balajar mengajar selanjutnya mengembangkan
sikap dan nilai pada diri siswa misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampu memecahkan
masalah.
Pendapat yang senada diungkapkan oleh Gagne yang merumuskan pengertian keterampilan
proses dalam bidang ilmu pengetahuan alam (sains): pengetahuan tentang konsep-konsep dari
prinsip-prinsip yang dapat diperoleh siswa bila dia memilhi kemampum-kemampuan dasar
tertentu, yaitu keterampilan proses sains yang dibutuhkan untuk menggunakan sains.
Keterampilan-keterampilan dalam bidang sains itu meliputi: mengamati. menggolongkan,
berkomunikasi, mengukur, mengenal dengan menggunakan hubungan ruang/waktu, menarik
kesimpulan menyusun definisi operasional, mengendalikan variabel. menafsirkan data, dan
bereksperimen.
Berdasarkan konsep pemikiran di atas maka pendekatan keterampilan proses diartikan sebagai
pendekatan dalam perencanaan pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas dan
kreativitas. siswa untuk mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang sudah dimiliki
ketingkat yang lebih tinggi dalam memproses perolehan belajamya. Hal ini menunjukkan, babwa
ketempilan proses erat kaitannya dengan CBSA.
5.3.3

Kemampuan keterampilan dasar yang perlu dilatih dalam keterampilan proses

Keterampilan proses sebagai suatu pendekatan proses pembelajaran mengarah pada


pengembangan kennampman fisik dan mental yang mendasar sebagai pendorong untuk
mengembangkan kemampman yang lebih tinggi pada diri siswa.
Ada tujuh jenis kemampuan yang hendak dikembangkan melalui proses pembelajuan
berdasarkan pendekatan keterampilan proses, yakni:

1)
Mengamati ; Siswa harus mampu menggunakan alat-alat inderanya : melihat, mendengar,
meraba, mencium dan merasa. Dengan kemampuan ini, dia dapat mengumpulkan data /
informasi yang relevan dengan kepentingan belajarnya.
2)
Menggolongkan / mengklasifikasikan ; Siswa harus terampil mengenal perbedaan dan
persaman atas hasil pengamatannya terhadap suatu objek, serta mengadakan klasifikasi
berdasarkan ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu. Pembuatan klasifikasi memerlukan
kecermatan dalam melakukan pengamatan.
3)
Menafsirkan (meginterpretasikan) ; Siswa harus memiliki keterampilan menafsirkan fakta,
data, informasi, atau peristiwa. Keterampilan ini diperlukan untuk melakukan percobaan atau
penelitian sederhana.
4)
Meramalkan ; Siswa harus memiliki keterampilan menghubungkan data, fakta, dan
informasi. Siswa dituntut terampil mengantisipasi dan meramalkan kegiatan atau peristiwa yang
mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
5)
Menerapkem; siswa harus mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dan dikuasai
ke dalam situasi dan pengalaman baru. Keterampilan ini digunakan untuk menjelaskan tentang
apa yang akan terjadi dan dialami oleh siswa dalam proses belajarnya.
6)
Merencanakan penelitian; siswa harus mampu menentukan masalah dan variabel-vatiabel
yang akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian. Dia harus menentukan langkah-langkah
kerja pengumpulan dan pengolahan data serta prosedur melakukan penelitian.
7)
Mengkomunikasikan; Siswa harus mampu menyusun dan menyampaikan laporan secara
sistimatis dan menyampaikan perolehannya, baik proses maupun hasil belajarnya kepada siswa
lain dan peminat lainnya.
5.3.4 Penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran
Siswa bentuk penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran adalah pemecahan masalah
atau inquiry (penemuan).
1) Pengertian pemecahan masalah
Masalah pads. hakekatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Tiap orang tidak pernah
luput dari masalah, baik yang bersifat sederhana maupun yang sulit. Masalah yang sederhana
dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit
memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakekatnya adalah
mengundang jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan
tepat, bila pertanyaan iu dirumuskan dengan baik dan sistematis. lni berarti, pemecahan suatu
masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah
tersebut.

Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu nasalah
dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil
kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses penecahan masalah memberikan kesempatan peserta
didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari dan menemukan sendiri informasil data untuk
diolah menjadi konsep, prinsip, read, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah
menuntut kemampuan memproses infomasi untuk membuat keputusan tertentu.
Kemampuan memecahkan masalah harus ditunjang oleh kemampuan penalaran, yakni
kemampuan melihat hubungan sebab akibat. Kemampuan penalaran memerlukam upaya
peningkatan kemampuan dalam mengamati, bertanya, berkomunikasi dan berinteraksi dengan
lingkungan. Pemikiran terarah pada hal-hal yang bertalian dengan upaya mencari jawaban
terhadap persoalan yang dibadapi. Upaya ini memerlukan berpikir kneatif dan kemampuan
menjajaki bidang-bidang baru serta menghasilkan temuan-temuan baru.
Para peserta didik harus dilatih tentang tata cara memecahkan masalah dengan mengembangkan
kemampun berpikir yang terarah untuk menghasilkan gagasan mengenai berbagai kemungkinan
memecahkan masalah, dalam kaitannya dengan upaya mencapai tujuan.
2)

Langkah-langkah pemecahan masalah

Dalam proses pembelajaran, di samping perlunya penalaran yang baik, tetapi juga penting
menguasai lingkungan langkah-langkah memecahkan masalah secara tepat.
Langkah-lmgkah tersebut pada umumnya terdiri dari
1. Siswa menghadapi masalah, artinya dia menyadari adanya suatu masalah tertentu;
2. Siswa merumuskan masalah, artinya menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifikasi;
3. Siswa merumuskan hipotesis, artinya merumuskan kemungkinan-kemungkinan jawaban
atas masalah tersebut, yang masih perlu diuji kebenarannya;
4. Siswa mengumpulkan dan mengolah data / informasi dengan teknik dan prosedur
tertentu;
Tentang iklan-iklan ini

Anda mungkin juga menyukai