Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 1
UNIVERSITAS JAMBI
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Sholawat dan salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena atas rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
“Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran Ekonomi” di Universitas Jambi,dengan
judul “Kesenjangan kondisi hidup di dunia.”
Sehubungan dengan selesainya tugas ini, kami yakin bahwa tanpa adanya bantuan dari
semua pihak, tugas ini tidak akan terwujud. Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik kedalaman materi maupun pembahasannya. Hal ini tidak lepas dari
keterbatasan kemampuan kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Namun demikian, kesadaran akan keterbatasan inilah yang memberikan dorongan bagi
kami untuk menyelesaikan tugas ini. Akhirnya kami memohonkan kritikan dan saran yang
kontruktif demi perbaikan tugas selanjutnya di waktu yang akan datang. Kami berharap
semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penulis
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………………… 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara
sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini.
Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka
kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas
wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan, semakin
tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya. Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan
antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah
garis kemiskinan merupakan dua masalah besar di banyak negara berkembang, tidak
terkecuali Indonesia (dalam Astika, 2010).
4
dengan cara yang benar dan ada juga dengan cara yang salah. Ada sebagian orang miskin
yang mencari rezeki dengan cara salah seperti yang sering kita lihat di media sosial
maupun yang kita temui secara langsung yaitu seperti mencuri, mengemis dan bahkan ada
yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Tidak semua orang miskin mencari
rezeki dengan cara salah, ada pula yang bekerja dan berusaha untuk menyambung
hidupnya walaupun pekerjaan tersebut dibayar dengan harga murah.
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara
rasa syukur dengan resiliensi pada penduduk miskin di Kelurahan Pulau Karam, Kecamatan
Sukajadi
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pembangunan ekonomi mengandung pengertian yang lebih luas dan mencakup perubahan
pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan merupakan proses
transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai dengan perubahan struktural yakni
perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi
masyarakat yang bersangkutan.
Kesenjangan merupakan suatu kondisi dimana ada hal yang tidak seimbang di dalam
kehidupan masyarakat. Entah itu secara personal maupun kelompok. Dimana ada
ketimpangan sosial yang terbentuk dari sebuah ketidakadilan distribusi banyak hal yang
dianggap penting oleh masyarakat.
Kesenjangan tersebut seringkali dikaitkan dengan adanya suatu bentuk perbedaan yang
sangat nyata serta dapat dilihat dalam segi keuangan masyarakat, seperti kekayaan harta.
Terlebih untuk hal kesenjangan dalam bidang ekonomi. Sekarang ini sangat mudah dilihat
dari adanya potensi serta peluang yang tidak sama dalam posisi sosial di masyarakat.Selain
hal di atas, kesenjangan juga dapat dilihat dari adanya ketidaksetaraan antara beberapa factor.
6
kemiskinan. Kesenjangan sosial masuk dalam masalah sosial yang berdampak pada konflik.
Tidak hanya dari segi ekonomi, konflik bisa karena masalah hukum, pelayanan publik,
birokrasi, pendidikan, agama, dan suku.
- Faktor internal berasal dari dalam diri seseorang, contohnya kemiskinan yang
mengekang masyarakat.
- Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri seseorang. Contohnya aturan hukum
yang mengekang masyarakat untuk mengembangkan diri. Sehingga menimbulkan
ketimpangan sosial dan memicu kemiskinan.
1) Demografi
Faktor pertama kesenjangan sosial berhubungan dengan masalah kependudukan. Ada tiga
faktor demografi yang mempengaruhi kesenjangan sosial berdasarkan jumlah penduduk,
komposisi penduduk, dan persebaran penduduk.
Jumlah Penduduk
Contoh kesenjangan sosial terjadi di kota besar yang padat penduduk. Kota besar
seperti Jakarta misalnya, lebih banyak jumlah penduduk dibandingkan daerah lain.
Penyebabnya karena permasalahan di kota besar lebih kompleks daripada di desa.
7
Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk dilihat dari jumlah penduduk produktif (orang dewasa) dan
tidak produktif (anak-anak dan lansia) yang ada di daerah tersebut.
Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata dari daerah satu ke yang lain.
Contohnya saja pulau Jawa memiliki penduduk paling padat dibanding pulau yang
lain.
2) Pendidikan
- Majikan dengan buruh.
- Pemimpin partai politik dan anggota.
- Pendidikan semakin tinggi akan mempengaruhi status sosial.
- Adanya kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah.
8
5) Kondisi Kesehatan
6) Ekonomi
Faktor kesenjangan sosial disebabkan oleh tidak meratanya sumber daya dan faktor
produksi. Sehingga pendapatan antar daerah bisa berbeda yang menyebabkan ketimpangan
sosial. Contoh faktor ekonomi yaitu tidak meratanya pembangunan antar wilayah, kurangnya
pengambangan sumber daya alam, dan faktor produksi. Jumlah pendapatan tiap daerah bisa
mempengaruhi kesenjangan sosial.
7) Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan individu atau kelompok yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasar, seperti pendidikan, pakaian, tempat tinggal, dan makanan. Kemiskinan
terjadi karena masalah sosial dan ekonomi.
1. Kurangnya fasilitas umum yang bisa membantu orang-orang disabilitas, misal sarana
transportasi dan jalan.
2. Standar pendidikan tinggi bisa berpengaruh pada kualitas pendidikan di berbagai
daerah yang tidak merata.
3. Orang yang berpendidikan lebih tinggi mendapatkan akses pekerjaan lebih mudah
dibandingkan orang yang tidak mempunyai pendidikan atau sertifikasi formal.
4. Hukum dan pengadilan lebih memihak kalangan atas dibandingkan kelas bawah.
5. Orang yang berpenampilan menarik, berpakaian rapi, dan bajunya mahal mendapat
perlakuan lebih istimewa di beberapa tempat.
Dilihat dari segi sebabnya, kesenjangan dapat digolongkan atas kesenjangan natural,
kesenjangan kultural, dan kesenjangan struktural.
1) Kesenjangan natural adalah kesen jangan yang disebabkan oleh faktor-faktor aiamiah,
baik pada segi sumberdaya manusianya, maupun pada segi sumberdaya alamnya.
9
2) Kesenjangan kultural adalah kesen jangan yang disebabkan oleh faktor-faktor budaya,
yaitu yang menyebabkan terjadinya proses pelestarian kemiskinan di satu pihak, dan
percepatan kemakmuran dl pihak yang lain. Sedangkan
3) kesenjangan struktural adalah kesenjangan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan
manusia seperti: kebijakan ekonomi yang tidak adil, korupsi dan kolusi, serta tatanan
perekonomian dunia yang bias bagi keuntungan kelompok masyarakat tertentu
Mayoritas negara-negara muslim adalah negara yang sedang berkembang dan masih
dihadapkan pada permasalahan pembangunan ekonomi. Problematika tersebut antara lain:
1) kemiskinan
2) kesenjangan ekonomi
3) pengangguran
4) kesempatan kerja
5) kualitas sumber daya manusia
6) utang luar negeri
7) Inflasi
8) defisit neraca perdagangan dan pembayaran
9) serta depresiasi mata uang domestik.
10
Dampak Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial tidak selamanya berdampak negatif pada masyarakat dan pemerintah.
Ada dampak positif yang bisa diambil untuk mengatasi ketimpangan sosial.
11
BAB III
STUDI KASUS
12
pandemi membuat gini ratio kembali mengalami kenaikan yang terlihat pada data Maret 2020
dan September 2020. BACA JUGA Efek Covid-19, Jumlah Penduduk Miskin RI Bertambah
2,76 Juta Orang Berdasarkan daerah tempat tinggal, gini ratio perkotaan pada September 2020
adalah 0,399, naik dari Maret 2020 yang sebesar 0,393 dan September 2019 yang sebesar
0,391.
Untuk pedesaan, gini ratio pada September 2020 tercatat 0,319, naik dari Maret 2020
0,317 dan 0,31 pada September 2019. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa nilai gini
ratio berada di antara 0 dan 1. "Semakin mendekati angka 1, gini ratio semakin
dikhawatirkan," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers Perkembangan Tingkat Ketimpangan
Pengeluaran Penduduk September 2020 secara virtual, Senin (15/2).Agatha Olivia Victoria
Provinsi yang mempunyai nilai gini ratio tertinggi yakni Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu
sebesar 0,437. Sementara, terendah tercatat di Kepulauan Bangka Belitung dengan gini ratio
sebesar 0,257. Jika dibandingkan dengan gini ratio nasional yang sebesar 0,385, terdapat tujuh
provinsi dengan angka gini ratio lebih tinggi, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta 0,437,
Gorontalo 0,406, DKI Jakarta 0,400, Jawa Barat 0,398, Papua 0,395, Sulawesi Tenggara 0,388,
dan Nusa Tenggara Barat 0,386. Selain gini ratio, ukuran ketimpangan lain yang sering
digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah atau yang
dikenal dengan ukuran Bank Dunia.
Berdasarkan ukuran ini, tingkat ketimpangan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40% terbawah
angkanya di bawah 12%, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12–17%,serta
ketimpangan rendah jika angkanya berada di atas 17%. BPS melaporkan, persentase
pengeluaran pada kelompok 40% terbawah adalah sebesar 17,93% pada September 2020,
berada pada kategori ketimpangan rendah. Namun, kondisi tersebut meningkat jika
dibandingkan dengan Maret 2020 yang sebesar 17,73% dan September 2019 yang sebesar
17,71%. Berdasarkan daerah, persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah
di perkotaan adalah 17,08% pada September 2020.
Sementara persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah di
perdesaan tercatat 20,89%. Sugiyono Madelan Ibrahim memperkirakan kesenjangan
perekonomian akan lebih tinggi lagi sepanjang 2021. "Perkiraannya rata-rata gini ratio sekitar
0,385 pada tahun ini," ujar Sugiyono kepada Katadata.co.id, Senin (15/2). Penyebabnya, yakni
perbandingan antara pertumbuhan ekonomi dan rasio gini. "Jadi semakin rendah
perekonomiannya gini ratio menjadi cenderung lebih tinggi," kata dia. Pada 2018 lalu, saat
pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17% pada 2018, gini ratio tercatat 0,389 pada Maret dan
13
0,384 pada September. Kemudian, saat ekonomi tumbuh 5,02% pada 2019, gini ratio tercatat
0,382 pada Maret dan 0,380 pada September. Selanjutnya pada 2020 dengan pertumbuhan
ekonomi yang terkontraksi 2,07% membuat gini rationya tercatat 0,385 pada September.
Faktor lainnya yang akan mempengaruhi kenaikan rasio gini tahun ini yakni ekonomi
yang belum akan pulih dalam waktu dekat meski program vaksinasi berjalan. Pemulihan
ekonomi akan dipengaruhi herd immunity atau kekebalan kelompok yang tercipta dari
vaksinasi terhadap 70% penduduk RI. Dengan target vaksinasi 1 juta perhari, pemerintah
menghitung herd immunity akan tercapai tahun depan. Namun, saat ini realisasi vaksinasi
kurang dari 100 ribu per hari. Meski gini ratio pada 2021 akan meningkat, tak akan mencapai
level 0,41 yang tercapai di era Susilo Bambang Yudhoyono."Pada era tersebut gini ratio lebih
tinggi karena fenomena perkembangan harga komoditas pangan yang lebih tinggi
dibandingkan pada periode Joko Widodo
14
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara
sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini.
Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka
kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas
wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan, semakin
tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya. Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan antara
kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah
serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan
merupakan dua masalah besar di banyak negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.
3.2. Saran
15
DAFTAR RUJUKAN
https://www.gramedia.com/literasi/kesenjangan-sosial/
Ahmad Erani Yustika, 2009. Ekonomi Politik Kajian Teoritis dan Analisis Empiris, Pustaka
Pelajar, Yogakarta.
Didik J Rachbini, 2010. Kemiskinan dan Politik Ekonomi, Media Indonesia, 12/01/2010.
Moeljarto T, 1987, Politik Pembangunan Sebuah Analisis Konsep, Arah, dan Strategi,
Yogyakarta; Tiara Wacana.
Oman Sukmana, 2005. Sosiologi dan Politik Ekonomi, Malang, UMM Press.
16