Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN

“Kesenjangan Kondisi Hidup Di Dunia”

Dosen Pengampu :

Novia Sri Dwijayanti, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Ramdhani Alfiansyah A1A120005


2. Safitri A1A120035
3. Sara Yasnalia A1A120036
4. Ribka Yuliyanti A1A120068
5. Rosi Aina Azizah A1A120069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Sholawat dan salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena atas rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
“Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran Ekonomi” di Universitas Jambi,dengan
judul “Kesenjangan kondisi hidup di dunia.”

Sehubungan dengan selesainya tugas ini, kami yakin bahwa tanpa adanya bantuan dari
semua pihak, tugas ini tidak akan terwujud. Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik kedalaman materi maupun pembahasannya. Hal ini tidak lepas dari
keterbatasan kemampuan kami dalam menyelesaikan tugas ini.

Namun demikian, kesadaran akan keterbatasan inilah yang memberikan dorongan bagi
kami untuk menyelesaikan tugas ini. Akhirnya kami memohonkan kritikan dan saran yang
kontruktif demi perbaikan tugas selanjutnya di waktu yang akan datang. Kami berharap
semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Jambi, 15 February 2022

Penulis

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………........ 4

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………… 5

1.3. Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan Dan Pembangunan Ekonomi ……………….. 6

2.2 Pengertian Kesenjangan Hidup Di Dunia 7

2.3 Penyebab Kesenjangan Kondisi Hidup Di Dunia 7

2.4 Masalah – masalah kesenjangan hidup di dunia .. 10

BAB III STUDI KASUS

Ketimpangan Ekonomi Semakin Melebar Akibat Pandemi Covid-19.................... 12

BAB VI PENUTUP

4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………...15


4.2 Saran …………………………………………………………………………………..15

DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………………… 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara
sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini.
Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka
kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas
wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan, semakin
tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya. Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan
antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah
garis kemiskinan merupakan dua masalah besar di banyak negara berkembang, tidak
terkecuali Indonesia (dalam Astika, 2010).

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan untuk memenuhi


kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun
sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah
global, sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan (Rosyidi, 2006).

Dalam literatur, banyak mendefinisikan kemiskinan, namun pada dasarnya dapat


dibedakan menjadi tiga pengertian kemiskinan antara lain; kemiskinan absolut,
kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut
apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan.
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan
namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan miskin
kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak
mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain
yang membantunya (Prawoto, 2009) Berbagai cara dilakukan individu untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan melakukan bermacam-macam hal untuk menyambung hidup, ada

4
dengan cara yang benar dan ada juga dengan cara yang salah. Ada sebagian orang miskin
yang mencari rezeki dengan cara salah seperti yang sering kita lihat di media sosial
maupun yang kita temui secara langsung yaitu seperti mencuri, mengemis dan bahkan ada
yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Tidak semua orang miskin mencari
rezeki dengan cara salah, ada pula yang bekerja dan berusaha untuk menyambung
hidupnya walaupun pekerjaan tersebut dibayar dengan harga murah.

1.2 Rumusan Masalah


Dari Latar Belakang  masalah tersebut di atas, maka dapat di rumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dasar ekonomi pembangunan dan pembangunan ekonomi?


2. Apa pengertian dari masalah kesenjangan hidup di dunia?
3. Faktor penyebab kesenjangan kondisi hidup di dunia?
4. Apakah ketimpangan ekonomi semakin melebar akibat covid-19?

1.3 Tujuan Pembahasan

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara
rasa syukur dengan resiliensi pada penduduk miskin di Kelurahan Pulau Karam, Kecamatan
Sukajadi

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan Dan Pembangunan Ekonomi

Ekonomi Pembangunan adalah suatu cabang ilmu yang ditujukan untuk mengatasi


masalah - masalah yang dihadapi oleh negara - negara berkembang. Sasaran utamanya adalah
bagaimana kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan ekonomi dan sosial antar individu
bisa teratasi, sehingga kesejahteraan dapat diraih.

Pembangunan ekonomi mengandung pengertian yang lebih luas dan mencakup perubahan
pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan merupakan proses
transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai dengan perubahan struktural yakni
perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi
masyarakat yang bersangkutan.

2.2 Pengertian Kesenjangan Hidup Di Dunia

Kesenjangan merupakan suatu kondisi dimana ada hal yang tidak seimbang di dalam
kehidupan masyarakat. Entah itu secara personal maupun kelompok. Dimana ada
ketimpangan sosial yang terbentuk dari sebuah ketidakadilan distribusi banyak hal yang
dianggap penting oleh masyarakat.

Kesenjangan tersebut seringkali dikaitkan dengan adanya suatu bentuk perbedaan yang
sangat nyata serta dapat dilihat dalam segi keuangan masyarakat, seperti kekayaan harta.
Terlebih untuk hal kesenjangan dalam bidang ekonomi. Sekarang ini sangat mudah dilihat
dari adanya potensi serta peluang yang tidak sama dalam posisi sosial di masyarakat.Selain
hal di atas, kesenjangan juga dapat dilihat dari adanya ketidaksetaraan antara beberapa factor.

Kesenjangan sosial merupakan fenomena yang terjadi di berbagai negara, termasuk


Indonesia. Kesenjangan sosial disebut juga ketimpangan sosial karena ketidakseimbangan
masyarakat sehingga terlihat perbedaan yang mencolok. Contoh fenomena kesenjangan sosial
dilihat dari segi ekonomi, antara masyarakat kaya dan miskin, pejabat dan rakyat biasa.
Faktor utama penyebab kesenjangan sosial karena kurangnya lapangan kerja sampai

6
kemiskinan. Kesenjangan sosial masuk dalam masalah sosial yang berdampak pada konflik.
Tidak hanya dari segi ekonomi, konflik bisa karena masalah hukum, pelayanan publik,
birokrasi, pendidikan, agama, dan suku.

Menurut Robert Chambers Chambers mengungkapkan bahwa kesenjangan sosial


merupakan semua gejala yang terjadi di seluruh lapisan masyarakat. Gejala ini muncul karena
adanya perbedaan keuangan atau ekonomi antara masyarakat yang berada di wilayah tertentu.

2.3 Penyebab Kesenjangan Kondisi Hidup Di Dunia


Ketimpangan sosial ini mengakibatkan ketidak adilan dan kedudukan di lingkungan
masyarakat. Perbedaan mencolok ada pada kemampuan finansial dan status sosial masyarakat
yang tinggal di lingkungan tertentu. Bentuk ketimpangan sosial ini, membuat masyarakat
kelas bawah sulit mendapatkan akses hasil pembangunan sampai pendidikan. Mengutip dari
modul Sosiologi kelas XII, ada dua faktor internal dan eksternal yang bisa menyebabkan
kesenjangan sosial.

- Faktor internal berasal dari dalam diri seseorang, contohnya kemiskinan yang
mengekang masyarakat.
- Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri seseorang. Contohnya aturan hukum
yang mengekang masyarakat untuk mengembangkan diri. Sehingga menimbulkan
ketimpangan sosial dan memicu kemiskinan.

Mengutip dari kemdikbud.go.id, faktor penyebab kesenjangan sosial ekonomi karena


pendidikan, demografi, kurangnya lapangan kerja, perbedaan status sosial, dan kemiskinan.
Berikut penjelasannya:

1) Demografi

Faktor pertama kesenjangan sosial berhubungan dengan masalah kependudukan. Ada tiga
faktor demografi yang mempengaruhi kesenjangan sosial berdasarkan jumlah penduduk,
komposisi penduduk, dan persebaran penduduk.

 Jumlah Penduduk
Contoh kesenjangan sosial terjadi di kota besar yang padat penduduk. Kota besar
seperti Jakarta misalnya, lebih banyak jumlah penduduk dibandingkan daerah lain.
Penyebabnya karena permasalahan di kota besar lebih kompleks daripada di desa.

7
 Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk dilihat dari jumlah penduduk produktif (orang dewasa) dan
tidak produktif (anak-anak dan lansia) yang ada di daerah tersebut.
 Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata dari daerah satu ke yang lain.
Contohnya saja pulau Jawa memiliki penduduk paling padat dibanding pulau yang
lain.

2) Pendidikan

Pendidikan termasuk faktor penyebab kesenjangan sosial, karena pendidikan bisa


meningkatkan status dan mobilitas sosial. Majunya suatu negara dipengaruhi oleh kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Di Indonesia, fasilitas pendidikan belum merata
dilihat dari segi kualitas dan mutu pendidikan.

3) Perbedaan Status Sosial

Status sosial bisa menjadi penyebab kesenjangan sosial berdasarkan kekuasaan,


kekayaan, usia, dan pribadi. Status sosial terjadi karena stratifikasi sosial yaitu penggolongan
masyarakat ke dalam kelas yang bisa disusun secara bertingkat.

Contoh status sosial antara lain:

- Majikan dengan buruh.
- Pemimpin partai politik dan anggota.
- Pendidikan semakin tinggi akan mempengaruhi status sosial.
- Adanya kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah.

4) Kurangnya Lapangan Kerja

Selain pendidikan, lapangan kerja juga mempengaruhi perekonomian dan kesenjangan


sosial. Sempitnya lapangan kerja bisa meningkatkan jumlah pengangguran di sebuah negara.
Penyebab pengangguran diakibatkan karena rendahnya kualitas SDM, kurangnya jumlah
lapangan kerja, angkatan kerja makin tinggi, tidak berani membuat lapangan kerja sendiri.

8
5) Kondisi Kesehatan

Fasilitas kesehatan mempengaruhi kesenjangan sosial tiap daerah. Contohnya saja


masyarakat kelas menengah dan atas bisa menikmati fasilitas kesehatan terbaik di rumah
sakit. Fasilik,tas SDM ini bisa mempengaruhi SDM di daerah setempat.

6) Ekonomi

Faktor kesenjangan sosial disebabkan oleh tidak meratanya sumber daya dan faktor
produksi. Sehingga pendapatan antar daerah bisa berbeda yang menyebabkan ketimpangan
sosial. Contoh faktor ekonomi yaitu tidak meratanya pembangunan antar wilayah, kurangnya
pengambangan sumber daya alam, dan faktor produksi. Jumlah pendapatan tiap daerah bisa
mempengaruhi kesenjangan sosial.

7) Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan individu atau kelompok yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasar, seperti pendidikan, pakaian, tempat tinggal, dan makanan. Kemiskinan
terjadi karena masalah sosial dan ekonomi.

Contoh Kesenjangan Sosial

1. Kurangnya fasilitas umum yang bisa membantu orang-orang disabilitas, misal sarana
transportasi dan jalan.
2. Standar pendidikan tinggi bisa berpengaruh pada kualitas pendidikan di berbagai
daerah yang tidak merata.
3. Orang yang berpendidikan lebih tinggi mendapatkan akses pekerjaan lebih mudah
dibandingkan orang yang tidak mempunyai pendidikan atau sertifikasi formal.
4. Hukum dan pengadilan lebih memihak kalangan atas dibandingkan kelas bawah.
5. Orang yang berpenampilan menarik, berpakaian rapi, dan bajunya mahal mendapat
perlakuan lebih istimewa di beberapa tempat.

Dilihat dari segi sebabnya, kesenjangan dapat digolongkan atas kesenjangan natural,
kesenjangan kultural, dan kesenjangan struktural.

1) Kesenjangan natural adalah kesen jangan yang disebabkan oleh faktor-faktor aiamiah,
baik pada segi sumberdaya manusianya, maupun pada segi sumberdaya alamnya.

9
2) Kesenjangan kultural adalah kesen jangan yang disebabkan oleh faktor-faktor budaya,
yaitu yang menyebabkan terjadinya proses pelestarian kemiskinan di satu pihak, dan
percepatan kemakmuran dl pihak yang lain. Sedangkan
3) kesenjangan struktural adalah kesenjangan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan
manusia seperti: kebijakan ekonomi yang tidak adil, korupsi dan kolusi, serta tatanan
perekonomian dunia yang bias bagi keuntungan kelompok masyarakat tertentu

2.4 Masalah – masalah kesenjangan hidup di dunia


Perekonomian Indonesia tumbuh 6,1 persen, melampaui target 5,8 persen. Nilai produk
domestik bruto naik dari Rp. 5.603,9 triliun pada 2009 menjadi Rp. 6.422,9 triliun tahun lalu.
Namun, pertumbuhan ekonomi ini meninmbulkan kesenjangan di masyarakat
(Kompas,8/2/2011).

Mayoritas negara-negara muslim adalah negara yang sedang berkembang dan masih
dihadapkan pada permasalahan pembangunan ekonomi. Problematika tersebut antara lain:

1) kemiskinan
2) kesenjangan ekonomi
3) pengangguran
4) kesempatan kerja
5) kualitas sumber daya manusia
6) utang luar negeri
7) Inflasi
8) defisit neraca perdagangan dan pembayaran
9) serta depresiasi mata uang domestik.

Permasalahan pembangunan ekonomi terutama terkait kemiskinan, kesenjangan


ekonomi, dan pengangguran terjadi di banyak negara di berbagai belahan dunia, baik di
negara dengan penduduknya mayoritas Muslim maupun non-Muslim. Hal tersebut menjadi
fakta yang menunjukkan bahwa agama Islam identik dengan kemiskinan dan
keterbelakangan. Padahal kemiskinan dan keterbelakangan juga terjadi di berbagai negara
yang sebagian besar penduduknya beragama non-Islam seperti di berbagai negara Amerika
Latin, Eropa dan Afrika, di Filipina, Vietnam, Kamboja, Thailand, Timor Leste, India, China
dan negara lainnya.

10
Dampak Kesenjangan Sosial

Kesenjangan sosial tidak selamanya berdampak negatif pada masyarakat dan pemerintah.
Ada dampak positif yang bisa diambil untuk mengatasi ketimpangan sosial.

Dampak positif  kesenjangan sosial:

1. Ketimpangan sosial membuat beberapa daerah memaksimalkan potensi


sumberdaya dan produktivitas.
2. Kesenjangan sosial menumbuhkan rasa empati, sehingga beberapa kelompok
membantu demi mendapatkan kesetaraan dan keadilan.
3. Ketimpangan sosial bisa mendorong individu supaya tidak gampang puas dan
terus berkontribusi ke arah yang lebih baik.
4. Mendorong manusia untuk selalu bersyukur atas apa yang terjadi.
5. Mengajarkan arti penting kehidupan yang beragam.

Dampak Negatif Kesenjangan Sosial

1. Melemahnya minat untuk berwirausaha atau wiraswasta.


2. Diskriminasi sosial.
3. Kecemburuan sosial.
4. Kriminalitas.
5. Konflik sosial.

11
BAB III
STUDI KASUS

“Ketimpangan Ekonomi Semakin Melebar Akibat Pandemi Covid-19”

Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) diperkirakan menginfeksi jutaan orang di


seluruh dunia. Dampak terhadap ekonomi diperkirakan akan besar dan dapat menyebabkan
resesi global. Jutaan orang akan jatuh ke dalam jurang kemiskinan. Dalam kertas kerja ini,
kami mengestimasikan dampak COVID-19 terhadap kemiskinan di Indonesia.
Ketimpangan Ekonomi Semakin Melebar Akibat Pandemi,BPS mencatat tingkat
ketimpangan atau rasio gini nasional pada September 2020 mencapai 0,385. Kesenjangan yang
melebar terlihat juga dari distribusi simpanan yang dicatat oleh LPS. Pemerintah kembali
menambah alokasi anggaran program bantuan sosial untuk rakyat miskin.
Edi andemi Covid-19 mengakibatkan kesenjangan penduduk antara yang kaya dan
miskin semakin melebar. Badan Pusat Statistik mencatat ketimpangan pengeluaran penduduk
RI yang diukur oleh rasio gini (gini ratio) sebesar 0,385 per September 2020. Rasio
ketimpangan menunjukkan peningkatan dibandingkan pada masa awal pandemi atau Maret
2020 yang sebesar 0,381 dan September 2019 yang sebesar 0,380. Secara nasional, angka gini
ratio mengalami penurunan sejak September 2014 hingga September 2019. Kondisi ini
menunjukkan bahwa selama periode pemerintahan lima tahun Presiden Joko Widodo terjadi
perbaikan pemerataan pengeluaran di Indonesia. Namun, pandemi membuat gini ratio kembali
mengalami kenaikan yang terlihat pada data Maret 2020 dan September 2020.
Yuliawati 15/2/2021 20.08 WIB BPS mencatat tingkat ketimpangan atau rasio gini
nasional pada September 2020 mencapai 0,385. Kesenjangan yang melebar terlihat juga dari
distribusi simpanan yang dicatat oleh LPS. Pemerintah kembali menambah alokasi anggaran
program bantuan sosial untuk rakyat miskin. Pandemi Covid-19 mengakibatkan kesenjangan
penduduk antara yang kaya dan miskin semakin melebar. Badan Pusat Statistik mencatat
ketimpangan pengeluaran penduduk RI yang diukur oleh rasio gini (gini ratio) sebesar 0,385
per September 2020. Rasio ketimpangan menunjukkan peningkatan dibandingkan pada masa
awal pandemi atau Maret 2020 yang sebesar 0,381 dan September 2019 yang sebesar 0,380.
Secara nasional, angka gini ratio mengalami penurunan sejak September 2014 hingga
September 2019. Kondisi ini menunjukkan bahwa selama periode pemerintahan lima tahun
Presiden Joko Widodo terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran di Indonesia. Namun,

12
pandemi membuat gini ratio kembali mengalami kenaikan yang terlihat pada data Maret 2020
dan September 2020. BACA JUGA Efek Covid-19, Jumlah Penduduk Miskin RI Bertambah
2,76 Juta Orang Berdasarkan daerah tempat tinggal, gini ratio perkotaan pada September 2020
adalah 0,399, naik dari Maret 2020 yang sebesar 0,393 dan September 2019 yang sebesar
0,391.
Untuk pedesaan, gini ratio pada September 2020 tercatat 0,319, naik dari Maret 2020
0,317 dan 0,31 pada September 2019. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa nilai gini
ratio berada di antara 0 dan 1. "Semakin mendekati angka 1, gini ratio semakin
dikhawatirkan," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers Perkembangan Tingkat Ketimpangan
Pengeluaran Penduduk September 2020 secara virtual, Senin (15/2).Agatha Olivia Victoria
Provinsi yang mempunyai nilai gini ratio tertinggi yakni Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu
sebesar 0,437. Sementara, terendah tercatat di Kepulauan Bangka Belitung dengan gini ratio
sebesar 0,257. Jika dibandingkan dengan gini ratio nasional yang sebesar 0,385, terdapat tujuh
provinsi dengan angka gini ratio lebih tinggi, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta 0,437,
Gorontalo 0,406, DKI Jakarta 0,400, Jawa Barat 0,398, Papua 0,395, Sulawesi Tenggara 0,388,
dan Nusa Tenggara Barat 0,386. Selain gini ratio, ukuran ketimpangan lain yang sering
digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah atau yang
dikenal dengan ukuran Bank Dunia.
Berdasarkan ukuran ini, tingkat ketimpangan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40% terbawah
angkanya di bawah 12%, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12–17%,serta
ketimpangan rendah jika angkanya berada di atas 17%. BPS melaporkan, persentase
pengeluaran pada kelompok 40% terbawah adalah sebesar 17,93% pada September 2020,
berada pada kategori ketimpangan rendah. Namun, kondisi tersebut meningkat jika
dibandingkan dengan Maret 2020 yang sebesar 17,73% dan September 2019 yang sebesar
17,71%. Berdasarkan daerah, persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah
di perkotaan adalah 17,08% pada September 2020.
Sementara persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah di
perdesaan tercatat 20,89%. Sugiyono Madelan Ibrahim memperkirakan kesenjangan
perekonomian akan lebih tinggi lagi sepanjang 2021. "Perkiraannya rata-rata gini ratio sekitar
0,385 pada tahun ini," ujar Sugiyono kepada Katadata.co.id, Senin (15/2). Penyebabnya, yakni
perbandingan antara pertumbuhan ekonomi dan rasio gini. "Jadi semakin rendah
perekonomiannya gini ratio menjadi cenderung lebih tinggi," kata dia. Pada 2018 lalu, saat
pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17% pada 2018, gini ratio tercatat 0,389 pada Maret dan
13
0,384 pada September. Kemudian, saat ekonomi tumbuh 5,02% pada 2019, gini ratio tercatat
0,382 pada Maret dan 0,380 pada September. Selanjutnya pada 2020 dengan pertumbuhan
ekonomi yang terkontraksi 2,07% membuat gini rationya tercatat 0,385 pada September.
Faktor lainnya yang akan mempengaruhi kenaikan rasio gini tahun ini yakni ekonomi
yang belum akan pulih dalam waktu dekat meski program vaksinasi berjalan. Pemulihan
ekonomi akan dipengaruhi herd immunity atau kekebalan kelompok yang tercipta dari
vaksinasi terhadap 70% penduduk RI. Dengan target vaksinasi 1 juta perhari, pemerintah
menghitung herd immunity akan tercapai tahun depan. Namun, saat ini realisasi vaksinasi
kurang dari 100 ribu per hari. Meski gini ratio pada 2021 akan meningkat, tak akan mencapai
level 0,41 yang tercapai di era Susilo Bambang Yudhoyono."Pada era tersebut gini ratio lebih
tinggi karena fenomena perkembangan harga komoditas pangan yang lebih tinggi
dibandingkan pada periode Joko Widodo

14
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara
sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini.
Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka
kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas
wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan, semakin
tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya. Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan antara
kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah
serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan
merupakan dua masalah besar di banyak negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.

3.2. Saran

Dengan banyaknya permasalah yang terjadi akibat kesenjangan sosial seperti


kriminalitas, maka pemerintah benar-benar diharapkan ikut andil dalam masalah ini.
Pemerintah harus menegakkan hukum yang berlaku dan memberantas Kesenjangan Sosial
agar tercipta Negara yang satu yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

15
DAFTAR RUJUKAN

https://www.gramedia.com/literasi/kesenjangan-sosial/

Ahmad Erani Yustika, 2009. Ekonomi Politik Kajian Teoritis dan Analisis Empiris, Pustaka
Pelajar, Yogakarta.

Didik J Rachbini, 2010. Kemiskinan dan Politik Ekonomi, Media Indonesia, 12/01/2010.

Dumairy, 1997. Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta

Kecuk Suhariyanto, 2011. “Jumlah Si Miskin,” Kompas.

Kurnia JR, 2011. “Bangsa Paling Merepotkan,” Kompas.

Mochtar Naim, 2011. “Kita Belum Merdeka,” Kompas.

Moeljarto T, 1987, Politik Pembangunan Sebuah Analisis Konsep, Arah, dan Strategi,
Yogyakarta; Tiara Wacana.

Musa Asy’arie, 2011, “Kebangkitan Nasional, Perspektif Kebudayaan,” Kompas.

Oman Sukmana, 2005. Sosiologi dan Politik Ekonomi, Malang, UMM Press.

Saifur Rohman, 2011, “Memaknai Ekonomi Tiwul,” Kompas.

Sayidiman Suryohadiprojo, 2011. “Kesenjangan adalah Kerawanan,” Kompas.

16

Anda mungkin juga menyukai