Anda di halaman 1dari 4

PENCEGAHAN DAN MANAJEMEN PADA PRE-EKLAMSIA

Sarma N. Lumbanraja
Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine University of Sumatera Utara
Medan, Indonesia, 2018

Latar Belakang
Pre-eklamsia adalah gangguan yang terjadi pada wanita hamil yang berefek pada maternal dan fetal.
Selain itu masih merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal sampai lima kali
lipat setelah perdarahan dan infeksi. Di Indonesia, pre-eklamsia memiliki insidensi 3-10%.1Perjalanan penyakit
pre-eklamsia pada awalnya tidak memberi gejala dan tanda, namun pada suatu ketika dapat memburuk dengan
cepat.2Pada pre-eklamsia akan terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi pada berbagai organ seperti
sistem hemodinamik, ginjal, retina, dan kimia darah. Kondisi nutrisi yang baik sebelum hamil memegang peranan
yang penting dalam mencegah terjadinya pre-eklamsia.1Sampai saat ini terdapat berbagai temuan biomarker yang
dapat digunakan untuk meramalkan kejadian pre-eklamsia, namun belum ada satu tes pun yang memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.2
Selama etiologi pre-eklamsia masih tidak jelas, pengobatan pre-eklamsia secara umum masih berdasarkan
pengobatan empirik dan simptomatik.3 Pre-eklamsia dan eklamsia memiliki dampak besar pada morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi baru lahir. Namun mayoritas yang terkait dengan pre-eklamsia dan eklamsia dapat
dihindari jika wanita menerima perawatan yang efektif dan tepat waktu.4Praktisi kesehatan diharapkan dapat
mengidentifikasi faktor resiko pre-eklamsia dan mengkontrolnya, sehingga memungkinkan dilakukan pencegahan
dan manajemen pre-eklamsia yang tidak hanya bermanfaat bagi ibu dan janin, bahkan lebih jauh akan berdampak
pada biaya pemeliharaan kesehatan nantinya. Maka dari latar belakang tersebut didapatkan pertanyaan penelitian,
bagaimana manajemen dan pencegahan pre-eklamsia?

Pencegahan Pre-eklamsia
Pada dasarnya upaya pencegahan penyakit pre-eklamsia dapat dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu : (1)
Pencegahan primer yaitu upaya untuk menghindari terjadinya peyakit (2) Pencegahan sekunder yaitu memutus
proses terjadinya penyakit yang sedang berlangsung sebelum timbul gejala atau kedaruratan klinis karena penyakit
tersebut. (3) Pencegahan tersier yaitu pencegahan dari komplikasi yang disebabkan oleh proses penyakit, sehingga
pencegahan ini juga merupakan tata laksana.2,5

Pencegahan primer pre-eklamsia


Pemeriksaan antenatal care dilakukan secara rutin untuk deteksi awal faktor-faktor resiko.3Berdasarkan
pengumpulan beberapa studi pada PNPK tahun 2016 didapatkan 17 faktor yang terbukti meningkatkan risiko pre-
eklamsia yang sebenarnya bisa dinilai pada kunjungan antenatal pertama, umur >40 tahun, nulipara, multipara
dengan riwayat preeklampsia sebelumnya, multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru, multipara yang jarak
kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih, riwayat pre-eklamsia pada ibu atau saudara perempuan, kehamilan
multiple, IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus), Hipertensi Kronik, Penyakit Ginjal, Sindrom antifosfolipid,
kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio, obesitas sebelum hamil; serta didapatkannya indeks
massa tubuh >35, tekanan darah diastolic >80 mmHg, proteinuria (dipstick >+1 pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6
jam atau secara kuantitatif 300 mg/24 jam) pada pemeriksaan fisik. 5

Pencegahan sekunder pre-eklamsia


Agen antitrombotik : aspirin dosis rendah 60 mg per hari diberikan pada awal kehamilan pada pasien dengan
resiko tinggi. Hal ini secara selektif mengurangi produksi tromboksan. Aspirin dosis rendah diketahui dapat
menghambat siklooksigenase pada platelet dengan mencegah pembentukan tromboksan A2 tanpa mengganggu
prostasiklin.3Penggunaan aspirin dosis rendah (75 mg/hari) direkomendasikan untuk prevensi pre-eklamsia pada
wanita dengan risiko tinggi. Aspirin dosis rendah sebagai prevensi pre-eklamsia sebaiknya mulai digunakan
sebelum usia kehamilan 20 minggu.6,7Suplementasi kalsium direkomendasikan terutama pada wanita dengan
asupan kalsium yang rendah. Penggunaan aspirin dosis rendah dan suplemen kalsium direkomendasikan sebagai
prevensi pre-eklamsia pada wanita dengan risiko tinggi terjadinya pre-eklamsia.3 Penelitian yang dilakukan
Hofmeyr, dkk pada tahun 2010 pada wanita yang pre-eklamsia mendapatkan dosis 1 mg/hari sebagai dosis
rekomendasi sebagai prevensi pre-eklamsia pada wanita dengan risiko tinggi.8Antioksidan, vitamin E dan C dan
suplemen dengan magnesium, zinc, minyak ikan, dan diet rendah garam telah dicoba namun manfaatnya masih
terbatas.3 Pada penelitian Rumbold, dkk tahun 2008 didapatkan hasil bahwa pemberian vitamin C dan E dosis
tinggi tidak menurunkan risiko hipertensi dalam kehamilan, pre-eklamsia dan eklamsia.9Diet seimbang kaya
protein mungkin dapat mengurangi resiko.3Heparin atau heparin low-molecular-wieghtbermanfaat pada wanita
dengan trombofilia dan dengan kehamilan dengan resiko tinggi. 3

16
Manajemen Pre-eklamsia
Selama etiologi pre-eklamsia masih tidak jelas, pengobatan pre-eklamsia secara umum masih berdasarkan
pengobatan empirik dan simptomatik. Sementara pengukuran secara langsung melalui pengobatan edema dan
hipertensi belum ada terapi spesifik untuk proteinuria yang secara otomatis berkurang dengan mengontrol
hipertensi.3Pengelolaan kehamilan menurut HKFM (Himpunan Kedokteran Fetomaternal) terbagi menjadi dua,
yaitu :Manajemen aktif .Manajemen aktif / agresif dilakukan jika usia kehamilan >37 minggu, kehamilan diakhiri
setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu. Manajemen ekspektatif.Manajemen ekspektatif /
konservatif dilakukan jika usia kehamilan <37 minggu, maka kehamilan selama mungkin dipertahankan dengan
memberikan terapi medikamentosadengan syarat kondisi ibu dan janin yang stabil. Bagi wanita yang melakukan
perawatan ekspektatif pre-eklamsia berat, pemberian kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu
pematangan paru janin.10

Diagram manajemen preeklamsia tanpa gejala pemberat

17
Diagram manajemen preeklamsia dengan usia kehamilan di bawah 34 minggu

Referensi
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Hypertensive
Disorders in Pregnancy. William Obstetrics. 22 nd ed, McGraw-Hill Publisher; Chapter 34: 763-765
2. Dekker G, Sibai BM. Primary, secondary, and tertiary prevention of pre-eclampsia. Lancet 2001;
357:209-15
3. Dutta DC. Text book of Obstetrics including Perinatology and Contraception. 6 th edition. New
Central book agency India; 2015: pp256
4. WHO recommendations for prevention and treatment of preeclampsia and eclampsia
5. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Diagnosis dan Tata Laksana Pre-eklamsia. Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Himpunan Kedokteran Feto Maternal.2016

18
6. Sibai BM, Dekker G, Kupferminc M. Preeclampsia. Lancet 2005:365:785-99
7. L Duley. DJ Henderson-Smart, S Meher, JF King. Antiplatelet agents for preventing preeclampsia
and its complications. Cochrane database of systematic reviews. 2010
8. Hofmeyr GJ, Lawrie TA, Atallah AN, Duley L. Calcium supplementation during pregnancy for
preventing hypertensive disorders and related problems. Cochrane database of systematic reviews.
2010
9. Rumbold A, Duley L, Crowther CA, Haslam RR. Antioxidants for preventing preeclampsia.
Cochrane database of systematic reviews. 2008
10. Canadian Hypertensive Disorders of Pregnancy Working Group, Diagnosis, Evaluation, and
Magement of the Hypertensive Disorders of Pregnancy: Executive Summary. Journal of Obstetrics
Gynaecology Canada. 2014: 36
11. American College of Obstetricians and Ginecologist. Task force on Hypertension in Pregnancy.
2013.

19

Anda mungkin juga menyukai