Anda di halaman 1dari 7

Modul 4 kelompok kontrol sebesar 10,76%.

Tingkat infeksi saluran genital secara signifikan


lebih tinggi pada kasus KPD dibandingkan dengan kelompok kontrol, sehingga infeksi
KPD (ketuban pecah dini) saluran reproduksi dan kejadian KPD sangat terkait.

Kelemahan selaput ketuban dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri yang
terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu infeksi asenderen oleh bakteri, aktifitas enzim
Definisi
phospolipase A2 yang merangsang pelepasan prostaglandin, interleukin maternal,
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran spontan cairan dari endotoksin bakteri, dan produksi enzim proteolitik yang menyebabkan lemahnya
kantung amnion sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Kejadian KPD dapat terjadi selaput ketuban. Sedangkan dilepaskannya radikal bebas dan reaksi peroksidase dapat
sebelum atau sesudah masa kehamilan 40 minggu.11 Berdasarkan waktunya, KPD merusak selaput ketuban.
dapat terjadi pada kehamilan preterm atau kehamilan kurang bulan terjadi sebelum
Kehamilan kembar dan polihidramnion dapat meningkatkan tekanan intrauterin.
minggu ke-37 usia kehamilan, sedangkan pada kehamilan aterm atau kehamilan cukup
Ketika terdapat juga kelainan selaput ketuban, seperti kehilangan elastisitas dan
bulan terjadi setelah minggu ke-37 dari usia kehamilan.
pengurangan kolagen, peningkatan tekanan tersebut jugs akan memperlemah kondisi
Pada KPD kehamilan preterm dan KPD kehamilan aterm kemudian dibagi selaput ketuban janin dan dapat menyebabkan KPD.
menjadi KPD awal yaitu kurang dari dua belas jam setelah pecah ketuban dan KPD
Kondisi posisi janin yang abnormal dan Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
berkepanjangan yang terjadi dua belas jam atau lebih setelah pecah ketuban.
dapat menyebabkan kegagalan kepala janin memasuki pintu masuk panggul. Panggul
Ketuban pecah dini (KPD) disebutkan sebagai pecahnya ketuban sebelum yang kosong dapat mengakibatkan tekanan intrauterin yang tidak merata disebabkan
pembukaan. oleh cairan ketuban yang memasuki rongga kosong tersebut sehingga dapat
menyebabkan KPD.
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of the Membranes (PROM)
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya proses persalinan pada Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum juga berpengaruh terhadap
kehamilan aterm. Sedangkan Preterm Premature Rupture of the Membranes (PPROM) produksi struktur kolagen yang menurun pada kulit ketuban.
adalah pecahnya ketuban pada pasien dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
Faktor-faktor seperti trauma kelahiran dan kelainan kongenital pada struktur
serviks yang rentan dapat merusak fungsi otot pada serviks. Konsekuensinya adalah
serviks akan melonggar sehingga membuat bagian depan kulit cairan ketuban dapat
Faktor Risiko dengan mudah mendesak ke dalam, menyebabkan tekanan yang tidak merata pada
kapsul cairan ketuban.
Penyebab terjadinya KPD masih belum dapat ditentukan secara pasti.Dalam
kebanyakan kasus, berbagai faktor risiko saling berinteraksi sebagai penyebab KPD,
mesikupun secara garis besar KPD dapat terjadi karena lemahnya selaput ketuban, di
mana terjadi abnormalitas berupa berkurangnya ketebalan kolagen atau terdapatnya Epidemiologi
enzim kolagenase dan protease yang menyebabkan depolimerisasi kolagen sehingga
elastisitas dari kolagen berkurang.
Pada tahun 2005, WHO memperkirakan 12,9 juta kelahiran (9,6%) di seluruh
Pada penelitian Ning Li, dkk (China, 2013) menunjukkan hasil kultur bakteri
dunia adalah prematur. Sekitar 11 juta (85%) dari kelahiran prematur tersebut
sekret vagina (+) sebesar 30,2% pada wanita yang mengalami KPD, sedangkan pada
terkonsentrasi di Afrika dan Asia. Sekitar 45-50% penyebab dari kelahiran prematur
adalah idiopatik, 30% terkait dengan KPD dan 15-20% dikaitkan dengan indikasi semakin besar. Inkompetensi serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi
medis. yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu
kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan
Menurut Eastman, insidensi ketuban pecah dini ini berkisar 12 % dari semua tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
kehamilan normal. Sekitar 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan di trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta
aterm, namun di pusat rujukan, lebih dari 50% kasus dapat terjadi pada kehamilan keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2009).
preterm.
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
Angka kejadian KPD di Indonesia sendiri masih cukup tinggi. menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya : Trauma (hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, amniosintesis), Gemelli (Kehamilan kembar adalah suatu
kehamilan dua janin atau lebih). Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini
terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
Etiologi ketuban) relatif kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. Makrosomia adalah berat badan
neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus
yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak dapat
bertambah sehingga menekan selaput ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan ada faktorfaktor yang
teregang,tipis, dan kekuatan membran menjadi berkurang, menimbulkan selaput
berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktorfaktor mana yang lebih
ketuban mudah pecah. Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor risiko menurut (Rukiyah, 2010;
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Manuaba, 2009; Winkjosastro, 2011) adalah : infeksi, serviks yang inkompeten,
Hidramnion kronis adalah peningkatan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-
ketegangan intra uterine, trauma, kelainan letak janin, keadaan sosial ekonomi,
angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan
peninggian tekanan intrauterine, kemungkinan kesempitan panggul, korioamnionitis,
mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja (Winkjosastro, 2011).
faktor keturunan, riwayat KPD sebelumnya, kelainan atau kerusakan selaput ketuban
dan serviks yang pendek pada usia kehamilan 23 minggu.

Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban dari vagina atau infeksi
pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Ketegangan intra
uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya Faktor Risiko ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini
trauma, hidramnion, gemelli. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
1. Pekerjaan
berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah
kontroversi obstetrik (Rukiyah, 2010). Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari, namun pada
masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilannya
Inkompetensi serviks (leher rahim) adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun janin. Kejadian ketuban
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
pecah sebelum waktunya dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang
dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu hamil agar selama masa kehamilan hindari/kurangi tekanan intrauterin pada saat persalinan. konsistensi serviks yang tipis dengan proses
melakukan pekerjaan yang berat (Abdul, 2010). pembukaan serviks pada multipara (mendatar sambil membuka hampir sekaligus) dapat
mempercepat pembukaan serviks sehingga dapat beresiko ketuban pecah sebelum
Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang pembukaan lengkap. Paritas 2-3 merupakan paritas yang dianggap aman ditinjau dari
kehidupan dan kehidupan keluarga .pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari
banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,berulang dan banyak tiga) mempunyai resiko terjadinya ketuban pecah dini lebih tinggi. Pada paritas yang
tantangan. Bekerja pada umumnya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku (kurang elastik) daripada multiparitas.
aktivitas yang berlebihan mempengaruhi kehamilan ibu untuk menghadapi proses Uterus yang telah melahirkan banyak anak (grandemulti) cenderung bekerja tidak
persalinanya. efisien dalam persalinan (Cunningham, 2006).

Menurut penelitian Abdullah (2012) Pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh Menurut penelitian Abdullah (2012) Paritas kedua dan ketiga merupakan keadaan
terhadap kebutuhan energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan yang relatif lebih aman untuk hamil dan melahirkan pada masa 12 reproduktif, karena
lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam pada keadaan tersebut dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks
bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini. belum terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput
Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, namun pada masa ketuban dengan baik (Varney, 2010). Ibu yang telah melahirkan beberapa kali lebih
kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilannya sebaiknya berisiko mengalami KPD, oleh karena vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan
dihindari untuk mejaga keselamatan ibu maupun janin. yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh dan akhirnya pecah
spontan (Cunningham. 2006).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Huda (2013) yang menyatakan
bahwa ibu yang bekerja dan lama kerja ≥40 jam/ minggu dapat meningkatkan risiko
sebesar 1,7 kali mengalami KPD dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hal ini
disebabkan karena pekerjaan fisik ibu juga berhubungan dengan keadaan sosial 3. Umur
ekonomi. Pada ibu yang berasal dari strata sosial ekonomi rendah banyak terlibat
dengan pekerjaan fisik yang lebih berat. Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur,tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja (Santoso, 2013). Dengan bertambahnya umur seseorang
maka kematangan dalam berfikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam
2. Paritas pemeriksaan kehamilam untuk mecegah komplikasi pada masa persalinan.

Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab terjadinya Menurut Mundi (2007) umur dibagi menjadi 3 kriteria yaitu < 20 tahun, 20-35
kasus ketuban pecah sebelum waktunya. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman tahun dan > 35 tahun. Usia reproduksi yang aman untuk kehamilan dan persalinan yaitu
ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai usia 20-35 tahun (Winkjosastro, 2011). Pada usia ini alat kandungan telah matang dan
angka kematian maternal lebih tinggi, risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan siap untuk dibuahi, kehamilan yang terjadi pada usia < 20 tahun atau terlalu muda
asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi/ sering menyebabkan komplikasi/ penyulit bagi ibu dan janin, hal ini disebabkan belum
dicegah dengan keluarga berencana (Wiknjosastro, 2011). matangnya alat reproduksi untuk hamil, dimana rahim belum bisa menahan kehamilan
dengan baik, selaput ketuban belum matang dan mudah mengalami robekan sehingga
Menurut penelitian Fatikah (2015) konsistensi serviks pada persalinan sangat
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan pada usia yang terlalu
mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini pada multipara dengan konsistensi serviks
tua atau > 35 tahun memiliki resiko kesehatan bagi ibu dan bayinya (Winkjosastro,
yang tipis, kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini lebih besar dengan adanya
2011). Keadaan ini terjadi karena otot-otot dasar panggul tidak elastis lagi sehingga
mudah terjadi penyulit kehamilan dan persalinan. Salah satunya adalah perut ibu yang
menggantung dan serviks mudah berdilatasi sehingga dapat menyebabkan pembukaan
serviks terlalu dini yang menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. 5. Usia Kehamilan

Cunningham et all (2006) yang menyatakan bahwa sejalan dengan bertambahnya Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
usia maka akan terjadi penurunan kemampuan organ- organ reproduksi untuk kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
menjalankan fungsinya, keadaan ini juga mempengaruhi proses embryogenesis, kualitas hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden Sectio
sel telur juga semakin menurun, itu sebabnya kehamilan pada usia lanjut berisiko Caesaria, atau gagalnya persalinan normal. Persalinan prematur setelah ketuban pecah
terhadap perkembangan yang janin tidak normal, kelainan bawaan, dan juga kondisi- biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada
kondisi lain yang mungkin mengganggu kehamilan dan persalinan seperti kelahiran kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan
dengan ketuban pecah dini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kurniawati (2012) antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
yang membuktikan bahwa umur ibu 35 tahun juga merupakan faktor predisposisi minggu persalinan terjadi dalam1minggu.
terjadinya ketuban pecah dini karena pada usia ini sudah terjadi penurunan kemampuan
Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur kesehatan
organ-organ reproduksi untuk menjalankan fungsinya, keadaan ini juga mempengaruhi
janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan pengkajian
proses embryogenesis sehingga pembentukan selaput lebih tipis yang memudahkan
usia kehamilan. Pada tahap kehamilan lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia
untuk pecah sebelum waktunya.
kehamilan mungkin sangat penting karena dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan
yang penanganannya bergantung pada usia janin. Periode waktu dari KPD sampai
kelahiran berbanding terbalik dengan usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban
4. Riwayat Ketuban Pecah Dini pecah trimester III hanya diperlukan beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi
dibanding dengan trimester II. Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan
Riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin
terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin
membran sehingga memicu terjadinya KPD aterm dan KPD preterm terutama pada serta situasi maternal (Astuti, 2012).
pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang
persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali
antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena
komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin 6. Cephalopelvic Disproportion(CPD)
menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2006).
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan,tetapi
Menurut penelitian Utomo (2013) Riwayat kejadian KPD sebelumnya yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul
menunjukkan bahwa wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan mengalami KPD ibu.Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil,dapat
pada kehamilan sebelumnya diyakini lebih berisiko akan mengalami KPD pada menimbul dehidrasi serta asdosis,dan infeksi intrapartum. Pengukuran panggul
kehamilan berikutnya, hal ini dikemukakan oleh Cunningham et all (2006). Keadaan (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaanyang penting untuk mendapat keterangan
yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin dalam kandungan juga juga dapat lebih banyak tentang keadaan panggul (Prawirohardjo, 2011).
meningkatkan resiko kelahiran dengan ketuban pecah dini. Preeklampsia/ eklampsia
pada ibu hamil mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas dan keadaan janin
karena terjadi penurunan darah ke plasenta yang mengakibatkan janin kekurangan
nutrisi.
Patogenesis Pasien merasakan adanya cairan yang keluar secara tiba-tiba dari jalan lahir atau
basah pada vagina. Cairan ini berwarna bening dan pada tingkat lanjut dapat disertai
mekonium.

Kekuatan selaput ketuban ditentukan oleh keseimbangan sintesa dan degradasi


matriks ekstraseluler. Bila terjadi perubahan di dalam selaput ketuban, seperti
penurunan kandungan kolagen, perubahan sruktur kolagen dan peningkatan aktivitas b. Pemeriksaan inspekulo
kolagenolitik maka KPD dapat terjadi.
Terdapat cairan ketuban yang keluar melalui bagian yang bocor menuju kanalis
Degradasi kolagen yang terjadi diperantarai oleh Matriks Metalloproteinase servikalis atau forniks posterior, pada tingkat lanjut ditemukan cairan amnion yang
(MMP) dan dihambat oleh Penghambat Matriks Metalloproteinase (TIMP) serta keruh dan berbau.
penghambat protease. Keutuhan selaput ketuban terjadi karena kombinasi dari aktivitas
MMP yang rendah dan konsentrasi TIMP yang relatif lebih tinggi. Mikroorganisme
yang menginfeksi host dapat membentuk enzim protease disertai respon imflamasi dari
c. Pemeriksaan USG
host sehingga mempengaruhi keseimbangan MMP dan TIMP yang menyebabkan
melemahnya ketegangan selaput ketuban dan pecahnya selaput ketuban. Ditemukan volume cairan amnion yang berkurang / oligohidramnion, namun
dalam hal ini tidak dapat dibedakan KPD sebagai penyebab oligohidramnion dengan
Infeksi bakteri dan respon inflamasi juga merangsang produksi prostaglandin oleh
penyebab lainnya.
selaput ketuban yang diduga berhubungan dengan ketuban pecah dini preterm karena
menyebabkan irritabilitas pada uterus dan terjadi degradasi kolagen membran. Beberapa
jenis bakteri tertentu dapat menghasilkan fosfolipase A2 yang melepaskan prekursor
prostaglandin dari membran fosfolipid. Respon imunologis terhadap infeksi juga d. Pemeriksaan Laboratorium
menyebabkan produksi prostaglandin oleh sel korion akibat perangsangan sitokin yang
diproduksi oleh monosit. Sitokin juga terlibat dalam induksi enzim Siklooksigenase II Untuk menentukan ada atau tidaknya infeksi, kriteria laboratorium yang
yang berfungsi mengubah asam arakhidonat menjadi prostaglandin. Prostaglandin digunakan adalah adanya Leukositosis maternal (lebih dari 15.000/uL), adanya
mengganggu sintesis kolagen pada selaput ketuban dan meningkatkan aktivitas MMP-1 peningkatan C-reactive protein cairan ketuban serta amniosentesis untuk mendapatkan
dan MMP-3. bukti yang kuat (misalnya cairan ketuban yang mengandung leukosit yang banyak atau
bakteri pada pengecatan gram maupun pada kultur aerob maupun anaerob).

Tes lakmus (Nitrazine Test) merupakan tes untuk mengetahui pH cairan, di mana
Diagnosis cairan amnion memiliki pH 7,0-7,5 yang secara signifikan lebih basa daripada cairan
vagina dengan pH 4,5-5,5. jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban. Normalnya pH air ketuban berkisar antara 7-7,5.
Namun pada tes ini, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan positif palsu.
Diagnosis KPD secara tepat sangat penting untuk menentukan penanganan
selanjutnya. Cara-cara yang dipakai untuk menegakkan diagnosis adalah : Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah Tes Fern. Untuk melakukan tes,
sampel cairan ditempatkan pada slide kaca dan dibiarkan kering. Pemeriksaan diamati
a. Anamnesis
di bawah mikroskop untuk mencari pola kristalisasi natrium klorida yang berasal dari
cairan ketuban menyerupai bentuk seperti pakis.
konjungtivitis. Insiden keseluruhan dari kematian perinatal dilaporkan dalam literatur
berkisar dari 2,6 hingga 11%.

Ketika KPD dikelola secara konservatif, sebagian besar pasien mengalami


Komplikasi oligohidramnion derajat ringan hingga berat seiring dengan kebocoran cairan ketuban
yang terus menerus. Sedikitnya cairan ketuban akan membuat rahim memberikan
tekanan terus-menerus kepada janin sehingga tumbuh kembang janin menjadi abnormal
Berbagai komplikasi yang dapat terjadi terkait dengan KPD meliputi: seperti terjadinya kelainan bentuk tulang.

1. Komplikasi Materna.

Infeksi sering terjadi pada pasien dengan KPD. Bukti keseluruhan korioamnionitis
berkisar dari 4,2% hingga 10,5%. Diagnosis korioamnionitis secara klinis ditandai
Penatalaksanaan
dengan adanya demam 38 ° C dan minimal 2 dari kondisi berikut : takikardia pada ibu,
takikardia pada janin, nyeri tekan uterus, cairan ketuban berbau busuk, atau darah ibu
mengalami leukositosis. Rongga ketuban umumnya steril. Invasi mikroba dari rongga
ketuban mengacu pada hasil kultur mikroorganime cairan ketuban yang positif, terlepas Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah mortalitasdan
dari ada atau tidaknya tanda atau gejala klinis infeksi. morbiditas perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena infeksi atauakibat
kelahiran preterm pada kehamilan dibawah 37 minggu.
Pasien dengan KPD memiliki kejadian solusio plasenta sekitar 6%. Solusio Prinsipnya penatalaksanaan ini diawali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan beber
plasenta biasanya terjadi pada kondisi oligohidroamnion lama dan berat. Data sebuah apa pemeriksaan penunjang yang mencurigai tanda-tanda KPD. Setelah mendapatkandi
analisis retrospektif yang didapatkan dari semua pasien dengan KPD berkepanjangan agnosis pasti, dokter kemudian melakukan penatalaksanaan berdasarkan usiagestasi.
menunjukkan risiko terjadinya solusio plasenta selama kehamilan sebesar 4%. Alasan Hal ini berkaitan dengan proses kematangan organ janin, dan bagaimana morbiditas dan
tingginya insiden solusio plasenta pada pasien dengan KPD adalah penurunan progresif mortalitas apabila dilakukan persalinan maupun tokolisis.
luas permukaan intrauterin yang menyebabkan terlepasnya plasenta.
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen aktifdan
Prolaps tali pusat yang dikaitkan dengan keadaan malpresentasi serta terjadinya ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan dengan pendekatantanpa
partus kering juga merupakan komplikasi maternal yang dapat terjadi pada KPD. intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi untuk lebih
aktifmengintervensi persalinan. Berikut ini adalah tatalaksana yang dilakukan pada
KPD berdasarkan masing-masing kelompok usia kehamilan.

2. Komplikasi Neonatal. A. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan <24 minggu


Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dengan KPD preterm
Kematian neonatal setelah mengalami KPD aterm dikaitkan dengan infeksi yang didapatkan bahwa morbiditas minor neonatus seperti hiperbilirubinemia dan takipneatra
terjadi, sedangkan kematian pada KPD preterm banyak disebabkan oleh sindrom nsien lebih besar apabila ibu melahirkan pada usia tersebut dibanding padakelompok
gangguan pernapasan. Pada penelitian Patil, dkk (India,2014) KPD berkepanjangan usia lahir 36 minggu. Morbiditas mayor seperti sindroma
distress pernapasan dan perdarahan intraventrikular tidak secara signifikan berbeda
meningkatkan risiko infeksi pada neonatal sekitar 1,3% dan sepsis sebesar 8,7%. Infeksi
(level of evidence III ).
dapat bermanifestasi sebagai septikemia, meningitis, pneumonia, sepsis dan Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwamempertahankan kehamilan adalah
pilihan yang lebih baik. (Lieman JM 2005) Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 24 - 34
minggu. Pada usia kehamilanantara 30-34 minggu, persalinan lebih baik daripada
mempertahankankehamilan dalam menurunkan insiden korioamnionitis secara
signifikan(p<0.05, level of evidence Ib). Tetapi tidak ada perbedaansignifikan
berdasarkan morbiditas neonatus. Pada saat ini, penelitianmenunjukkan bahwa
persalinan lebih baik dibanding mempertahankankehamilan.
 
B. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 34-38 minggu
Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilanakan
meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis (level of evidence Ib).
Tidak ada perbedaan signifikan terhadap kejadian respiratory distresssyndrome. Pada
saat ini, penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan lebih buruk
dibanding melakukan persalinan

Anda mungkin juga menyukai