1. Pengetahuan tentang perilaku satwa liar dapat menjadi pertimbangan penting dalam
pengambilan keputusan untuk konservasi satwa liar dengan memberikan informasi
tentang konsekuensi ekologi akibat aktivitas manusia. Selain itu keberhasilan
konservasi tergantung pada kemampuan individu satwa dalam beradaptasi, dan juga
manajemen dalam konservasi satwa tergantung pada kemampuan manajer salam
mengelola perbedaan individu.
2. Teori optimality
a. Konsep optimal foraging behavior : organisme atau satwa mencari makan dengan
memaksimalkan perbedaan antara usaha dan hasil yang didapatkan dari masing
masing strategi pencarian makanan. Prosesnya bisa mencari, menangkap, dan
mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kalori dan menghabiskan
sedikit waktu.
b. Hubungan antara kepadatan populasi dan perilaku konsumsinya : semakin tinggi
tingkat kepadatan populasi maka akan semakin menekan jumlah ketersediaan
pakan di suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan terjadinya persaingan dalam
suatu populasi dan mengakibatkan adanya perpindahan beberapa individu ke
tempat lain untuk mencari makan dan berkembang biak (dispersal).
3. Pendekatan bioakuistik dilakukan dengan memanfaatkan suara satwa yang ada, dapat
digunakan untuk upaya konservasi satwa liar. Pendekatan ini memaksimalkan
penggunaan organ yang menghasilkan suara pada tiap spesies satwa untuk
mendapatkan pola dan reaksi dari tiap spesies tersebut sehingga dapat diidentifikasi
jumlah dan jenis satwa yang ditemui di wilayah tersebut. Selain itu dapat diketahui
pola perpindahan satwa yang ditemui berdasarkan suara yang ditangkap. Beberapa
contoh yang menggambarkan pendekatan ini antara lain dapat dilihat dari variasi
gridcall dari suatu jenis primata, pola kokok pada ayam hutan, pola suara banteng saat
melakukan perpindahan dari suatu tempat secara bergerombol, dan sebagainya.