Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI


ACARA 1
IDENTIFIKASI POTENSI BIOTIK DAN ABIOTIK DALAM PENGELOLAAN
KAWASAN KONSERVASI

Oleh:
Nama : Siti Afifah Amelia
NIM : 18/427466/KT/08778
Kelompok :2
Coass : Rahma Ayu Nabila

LABORATORIUM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA I
IDENTIFIKASI POTENSI BIOTIK DAN ABIOTIK DALAM PENGELOLAAN
KAWASAN KONSERVASI

BAB I
PENDAHULUAN DAN TUJUAN
1.1. PENDAHULUAN
Kawasan konservasi merupakan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai wilayah yang memiliki fungsi pokok yaitu untuk
pengawetan keanekaragaman hayati berupa tumbuhan dan satwa, serta ekosistem di
dalamnya (Napitu, 2007). Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang dikelola
dan dilindungi dalam rangka pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber
daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya. Kawasan konservasi dibedakan menjadi kawasan suaka
alam dan kawasan pelestarian alam.
Usaha pelestarian kawasan konservasi dapat dilakukan lewat perencanaan
pengelolaan kawasan yang baik. Untuk memaksimalkan usaha pengelolaan kawasan
konservasi maka perlu diketahui apa saja potensi yang terkandung dalam kawasan
tersebut meliputi aspek biotik, abiotik. Aspek biotik meliputi flora dan fauna pada tingkat
populasi, sedangkan faktor abiotik meliputi kondisi topografi, geologi, iklim, tutupan
lahan, dan lain sebagainya. Aspek-aspek tersebut perlu dijaga untuk mempertahankan
kealamian dan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh kawasan Hutan yang terdiri dari
serangkaian ekosistem yang memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan makhluk
hidup dan manusia baik yang mereka tinggal di dekat hutan maupun yang berpindah-
pindah (Yaman, 1991).
Salah satu metode dalam mengidentifikasi potensi pada kawasan konservasi
adalah dengan sistem penginderaan jauh menggunakan drone. Drone adalah pesawat
tanpa awak yang dikendalikan menggunakan remote control, dan dilengkapi dengan GPS
(Pradana dkk, 2016). Drone untuk konservasi adalah sebuah pesawat model (fixed
wing/multi rotor) yang digunakan untuk tujuan konservasi yang dilengkapi dengan
kamera (payload), perangkat auto pilot dan perangkat lunak (software) untuk mengatur
jalur terbang (mission planner) yang dapat diunduh secara gratis di internet.

1.2. TUJUAN
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mampu melakukan pemetaan kondisi tutupan lahan sebagai salah satu potensi abiotik
kawasan konservasi dengan menggunakan drone.
2. Mampu mengidentifikasi potensi biotik dan abiotik suatu kawasan konservasi
berdasarkan data hasil pengukuran lapangan.
BAB II
METODE
2.1. METODE
Pada praktikum ini terdapat dua hal yang berbeda dalam mengidentifikasi potensi
biotik dan abiotik pada pengelolaan kawasan konservasi, yakni dengan menggunakan
drone dan data sekunder.

A. Penggunaan Drone
Pengambilan data identifikasi potensi abiotik menggunakan drone pada pagi
hari dan diawali dengan mempersiapkan komponen pengamatan seperti drone DJI
Phantom 4, remote control, serta aplikasi Pix4D Capture dan Ctrl+DJI yang telah
diunduh pada telepon genggam praktikan untuk menangkap data citra lokasi yang
diamati di sekitar Fakultas Kehutanan UGM. Sebelum menerbangkan drone terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu memastikan bahwa baterai yang digunakan
sudah terisi penuh dan telah terpasang, melepas penjepit gimbal, memasang baling-
baling berwarna abu-abu pada mesin yang bertanda abu-abu dan memasang baling-
baling bertanda hitam pada mesin yang bertanda hitam. Pastikan baling-baling sudah
terkunci sehingga aman digunakan, menyiapkan remot control dan sambungkan
dengan ponsel menggunakan kabel USB. Pada ponsel yang digunakan sudah diinstal
aplikasi Pix4Dcapture. Usahakan tempat yang digunakan memiliki sinyal sehingga
drone yang digunakan dapat bekerja sesuai misi yang diminta. Untuk melakukan
pemetaan perlu memilih misi yang disediakan oleh drone tersebut. Dari beberapa misi
yang ditawarkan, kita menggunakan misi polygon, yang berarti drone akan bergerak
membentuk gedung atau bentuk yang diminta pada misi tersebut. Setelah memilih
misi, drone siterbangkan dengan remot control. Data rekaman akan tersimpan secara
otomatis dan diolah menggunakan software 4ix4D Mapper.

B. Identifikasi Potensi Biotik dan Abiotik dari Data Sekunder


Hal pertama yang harus dilakukan sebelum mengidentifikasi potensi biotik
dan abiotik yaitu memahami data hasil survei dan/atau inventarisasi potensi
keanekaragaman hayati tingkat spesies untuk tumbuhan dan satwa liar, serta potensi
abiotik di suatu kawasan konservasi. Kemudian melakukan identifikasi potensi
keanekaragaman hayati dan potensi abiotik berdasarkan parameter berupa status
konservasi jenis tumbuhan dan satwa liar, kriteria focal spesies, keseimbangan
ekosistem, dan kondisi abiotik.
Tabel 1. Matrik Tipologi Potensi Biotik dan Abiotik Kawasan Konservasi

No Kriteria Keterangan
1 Status Konservasi JenisTentukan status konservasi dari seluruh jenis
Tumbuhan dan Satwa tumbuhan dan satwa liar berdasarkan kriteria :
Liar 1. Permen LHK No. 106 tahun 2018
2. Red List Data Book IUCN
3. Appendix CITES
2 Focal Spesies Tentukan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar
yang memungkinkan untuk menjadi focal
spesies pengelolaan kawasan konservasi,
berdasarkan sifat:
1. Native spesies
2. Eksotik spesies/invasive spesies
3. Flagship spesies
3 Keseimbangan ekosistem Tentukan indikasi keseimbangan ekosistem
kawasan konservasi dengan mengukur Indeks
diversitas jenis tumbuhan dan satwa liar,
menggunakan indeks Shannon-Wiener (Ludwig
& Reynolds, 1988), dengan rumus:
k
ni n
H '   log i
i1 n n

keterangan:
H '= indeks keanekaragaman jenis Shannon-
Wiener
ni = jumlah individu species i n= jumlah individu
total
4 Kondisi abiotik : Bandingkan kondisi abiotik tersebut antara hasil
topografi, geologi dan inventarisasi (ground check) dengan data
tanah, curah hujan dan sekunder yang ada, kemudian lakukan analisis
deskripsi
iklim, tutupan lahan dan
penggunaan lahan,
BAB III

HASIL

3.1. HASIL
A. Komponen Drone Dji Phantom 4
 Frame: Kerangka drone 4-motor yang menyerupai huruf "x" ataupun tanda "+".
Keempat motor terpasang pada ujung-ujung kerangka. Perbedaan utama antara
keduanya adalah ke arah ke mana "muka" dari pengendali utama atau flight
controller menghadap.

 Motor dan baling-baling: Penggerak utama yang mengakibatkan drone dapat


terbang di udara yang memiliki 2 motor yang menggerakkan baling-baling
searah jarum jam (clockwise - cw) dan 2 motor lainnya lagi menggerakkan
berlawanan arah jarum jam (counter-clockwise - ccw). Baling-baling dipasang
pada motor pada warna yang sama.

 Pengendali Utama (flight controller) : Komputer mini yang dipasang sebagai


pengendali utama sebuah drone untuk mengumpulkan dan mengelola informasi
ketinggian, kecepatan, arah, kemiringan dan lain-lain dan mengusahakan agar
drone tetap dalam keadaan yang sesuai dengan yang diharapkan. Pengendali
utama terdiri dari:
- Accellerometer, sensor pendeteksi kecepatan dan perubahan posisi,
- Magnetometer, sensor pendeteksi ke arah mana flight controller menghadap
(kompas),
- Gyroscope, sensor pendeteksi perubahan arah gerak,
- Barometer, sensor pendeteksi perubahan tekanan udara (penentu ketinggian),
dan biasanya juga sensor GPS.Selain informasi yang didapat dari berbagai
sensor yang "tertanam", flight controller juga mendapat informasi melalui
penerima (receiver) radio controller.

 Baterai

 Remote Control : Perangkat komunikasi multifungsi tanpa kabel yang


terintegrasi dengan sistem video downlink dan sistem remot kontrol aircraft
(pesawat) berfungsi untuk mengontrol kamera, termasuk foto, video, dan
memutar kembali. Daya baterai ditunjukkan dalam indikator LED di depan
papan remot kontrol.

 Kamera dan Memory card : Kamera 1/ 2.3 inchi dengan sensor CMOS yang
dapat merekam video sampai 4096x2160p atau 24fps dan 4K video 30fps dan
memiliki resolusi kamera 12 MP. Format video dapat dipilih antara MOV atau
MP4. Modus foto yang tersedia antara lain; burst, continuos, time-lapse. Dengan
menggunakan aplikasi DJI GO anda dapat melihat secara langsung
pemandangan yang ditangkap oleh kamera. Kartu memori untuk menyimpan
foto dan video dengan memasukkan kartu memori ke slot yang tersedia kapasitas
dari 16 GB sampai 64 GB.

 Gimbal: 3 sumbu gimbal menyuguhkan sebuah tempat yang stabil untuk kamera
sehingga bisa mengambil gambar dengan lebih jernih. Gimbal dapat
memiringkan kamera hingga kemiringan 1200.

B. Peta Kondisi Tutupan Lahan untuk Identifikasi Potensi Abiotik dengan


Menggunakan Drone yang Diolah Menggunakan Pix4D
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa foto udara yang
direkam dengan menggunakan drone DJI Phantom 4 di sekitar Fakultas Kehutanan
UGM dapat disimpulkan memiliki lahan relatif terbuka yang ditunjukkan dengan
banyaknya pembangunan oleh masyarakat seperti gedung kampus, jalan aspal,
masjid, joglo dan sebagainya. Pada wilayah kampus yakni sebelah baratnya Fakultas
Kehutanan UGM terdapat Arboretum yang merupakan ruang terbuka hijau dan
memiliki potensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai upaya konservasi
sumber daya alam, baik berupa tumbuhan maupun satwa.
Gambar 1. Peta Kondisi Tutupan Lahan untuk Identifikasi Potensi Abiotik di Sekitar
Fakultas Kehutanan UGM dengan Menggunakan Drone DJI Phantom 4

C. Identifikasi Potensi Biotik dan Abiotik dari Data Sekunder


Melalui rekapan identifikasi potensi biotik dan abiotik dalam pengelolaan
kawasan konservasi di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang diperoleh
dari data sekunder dapat diketahui bahwa terdapat banyak sekali keanekaragaman
hayati di Taman Nasional Gunung Merapi, baik dari flora maupun faunanya.

Tabel 1. Data Potensi Burung TNGM


Status Konservasi Focal Keanekaragaman
No Jenis Nama Ilmiah Famili Jumlah
UU IUCN CITES Species ni/n log ni/n H'
Alap-Alap Falco Least Umbrella
1 Kawah peregrinus Falconidae 1 Dilindungi Concern (LC) Appendix I species 0,0004 -3,4334 0,0013
Alap-alap Falco Least Non Umbrella
2 Sapi moluccensis Falconidae 5 Dilindungi Concern (LC) Appendix species 0,0018 -2,7345 0,0050
Anis Turdus Tidak Least Non
3 Gunung poliocephalu Turdidae 3 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0011 -2,9563 0,0033
Anis Zoothera Tidak Least Non
4 Merah citrina Turdidae 2 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0007 -3,1324 0,0023
Ayamhuta Tidak Least Non
5 n Hijau Gallus varius Phasianidae 23 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0085 -2,0717 0,0176
Ayamhuta Tidak Least Appendix
6 n Merah Gallus gallus Phasianidae 7 dilindungi Concern (LC) II - 0,0026 -2,5884 0,0067
Bentet Lanius Tidak Least
7 Kelabu schach Laniidae 56 dilindungi Concern (LC) Appendix I - 0,0206 -1,6853 0,0348
Berencet Pnoepyga Tidak Least
8 Kerdil pusilla Timaliidae 35 dilindungi Concern (LC) - - 0,0129 -1,8894 0,0244
Betet Psittacula Tidak Least Appendix
9 Biasa alexandri Psittacidae 78 dilindungi Concern (LC) II - 0,0288 -1,5414 0,0443
Bondol Lonchura Tidak Least Appendix
10 Jawa leucogastroi Estrildidae 85 dilindungi Concern (LC) II - 0,0313 -1,5040 0,0471
Bondol Lonchura Tidak Least
11 Peking punctulata Estrildidae 88 dilindungi Concern (LC) - - 0,0324 -1,4890 0,0483
Brinji Ixos Pycnonotida Tidak Least
12 Gunung virescens e 2 dilindungi Concern (LC) - - 0,0007 -3,1324 0,0023
Bubut
Alang- Centropus Tidak Least
13 Alang bengalensis Cuculidae 2 dilindungi Concern (LC) - - 0,0007 -3,1324 0,0023
Burungma
du Aethopyga Nectariniida Least
14 Gunung eximia e 34 Dilindungi Concern (LC) - - 0,0125 -1,9020 0,0238
Burungma Anthreptes Nectariniida Least
15 du Kelapa malacensis e 1 Dilindungi Concern (LC) - - 0,0004 -3,4334 0,0013
Burungma
du Cinnyris Nectariniida Least Non
16 Srigantijugularis e 29 Dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0107 -1,9711 0,0211
Cabe Dicaeum Tidak Least Non
17 Gunung sanguinolen Dicaeidae 5 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0018 -2,7345 0,0050
Dicaeum Tidak Least Non
18 Cabe Jawa trochileum Dicaeidae 1 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0004 -3,4334 0,0013
Caladi Dendrocopo Tidak Least Non
19 Ulam s macei Picidae 14 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0052 -2,2873 0,0118
Cekakak Halcyon Least Non
20 Jawa cyanoventris Alcedinidae 16 Dilindungi Concern (LC) Appendix Endemik 0,0059 -2,2293 0,0131
Cekakak Halcyon Tidak Least Non Native
21 Sungai chloris Alcedinidae 4 dilindungi Concern (LC) Appendix species 0,0015 -2,8314 0,0042
Ceret Cettia Tidak Least Non
22 Gunung vulcania Sylviidae 34 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0125 -1,9020 0,0238
Cicadaun Chloropsis
Sayap- cochinchine Chloropseid Endangered Non
23 Biru nsis ae 3 Dilindungi (EN) Appendix - 0,0011 -2,9563 0,0033
Cicakopi Pomatorhin Tidak Least Non
24 Melayu us Timaliidae 38 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0140 -1,8537 0,0260
Cicakoren Megalurus Tidak Least Non Native
25 g Jawa palustris Sylviidae 104 dilindungi Concern (LC) Appendix species 0,0383 -1,4164 0,0543

Cikrak Abroscopus Tidak Least Non


26 Bambu superciliaris Sylviidae 2 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0007 -3,1324 0,0023

Cikrak Phylloscopu Tidak Least Non


27 Daun s trivirgatus Sylviidae 69 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0254 -1,5946 0,0406

Cikrak Seicercus Tidak Least Non


28 Muda grammiceps Sylviidae 1 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0004 -3,4334 0,0013

Cinenen Orthotomus Tidak Least Non


29 Gunung cuculatus Sylviidae 1 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0004 -3,4334 0,0013

Cinenen Orthotomus Tidak Least Non


30 Kelabu ruficeps Sylviidae 9 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0033 -2,4792 0,0082
Cinenen Orthotomus Tidak Least
31 Pisang sutorius Sylviidae 29 dilindungi Concern (LC) - - 0,0107 -1,9711 0,0211
32 Cinenen x Orthotomus Sylviidae 14 Tidak Least - - 0,0052 -2,2873 0,0118
Cingcoang Brachyptery Tidak Least
33 Coklat x leucophrys Turdidae 1 dilindungi Concern (LC) - - 0,0004 -3,4334 0,0013
Cipoh Aegithina Aegithinida Tidak Least
34 Kacat tiphia e 5 dilindungi Concern (LC) - - 0,0018 -2,7345 0,0050
Ciungbatu
Kecil Myophonus Tidak Least
35 Sunda glaucinus Turdidae 9 dilindungi Concern (LC) - - 0,0033 -2,4792 0,0082
Cucak Pycnonotus Pycnonotida Tidak Near Non
36 Gunung bimaculatus e 18 dilindungi Threatened Appendix - 0,0066 -2,1782 0,0145
Cucak Pycnonotus Pycnonotida Tidak Least Non
37 Kutilang aurigaster e 188 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0693 -1,1593 0,0803
Dederuk Streptopelia Least Non
38 Jawa bitorquata Columbidae 3 Dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0011 -2,9563 0,0033
Least Appendix
39 Elang Alap Accipiter sp. Accipitridae 2 Dilindungi Concern (LC) II - 0,0007 -3,1324 0,0023
Elang Ictinaetus Least Appendix
40 Hitam malayensis Accipitridae 15 Dilindungi Concern (LC) II - 0,0055 -2,2574 0,0125
Elang Spizaetus Endangered Flagship
41 Jawa bartelsi Accipitridae 3 Dilindungi (EN) Appendix I species, 0,0011 -2,9563 0,0033
Elangular Spilornis Least Appendix
42 Bido cheela Accipitridae 5 Dilindungi Concern (LC) II - 0,0018 -2,7345 0,0050
Empuloh Pycnonotida Tidak Near Non
43 Janggut Criniger bres e 2 dilindungi Threatened Appendix - 0,0007 -3,1324 0,0023
Gagak Corvus Tidak Least Non
44 Kampung macrorhync Corvidae 9 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0033 -2,4792 0,0082
Gagak Corvus Least Non
45 Rumah splendens Corvidae 4 Dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0015 -2,8314 0,0042
Gelatikbat Tidak Least Non
46 u Kelabu Parus major Paridae 21 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0077 -2,1112 0,0163
Gemak Turnix Tidak Least Non
47 Loreng suscitator Turnicidae 1 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0004 -3,4334 0,0013
Jingjing Hemipus Campephagi Tidak Least Non
48 Batu hirundinace dae 2 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0007 -3,1324 0,0023
Kacamata Zosterops Zosteropida Tidak Least Non
49 Biasa palpebrosus e 302 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,1113 -0,9534 0,1061
Kacamata Zosterops Zosteropida Tidak Least Non
50 Gunung montanus e 93 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0343 -1,4650 0,0502
Kangkok Cuculus Tidak Least Non
51 Ranting saturatus Cuculidae 22 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0081 -2,0910 0,0170
Kapinis Apus Tidak Least Non
52 Laut pacificus Apodidae 10 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0037 -2,4334 0,0090
Kapinis Apus Tidak Least Non
53 Rumah nipalensis Apodidae 17 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0063 -2,2030 0,0138
Kekep Artamus Tidak Least Non
54 Babi leucorynchu Artamidae 4 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0015 -2,8314 0,0042
Kepudang
Kuduk Oriolus Tidak Least Non Flagship
55 Hitam chinensis Oriolidae 21 dilindungi Concern (LC) Appendix species 0,0077 -2,1112 0,0163
Kepudang
sungu Coracina Campephagi Tidak Least Non
56 Gunung larvata dae 4 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0015 -2,8314 0,0042
Kepudang
sungu Coracina Campephagi Tidak Least Non
57 Jawa javensis dae 4 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0015 -2,8314 0,0042
Kerak Acridotheres Tidak Vulnerable Non
58 kerbau javanicus Sturnidae 8 dilindungi (VU) Appendix - 0,0029 -2,5304 0,0075
Kipasan
Ekor- Rhipidura Rhipidurida Least Non
59 Merah phoenicura e 16 Dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0059 -2,2293 0,0131

Layanglay Hirundo Hirundinida Tidak Least Non


60 ang Batu tahitica e 1 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0004 -3,4334 0,0013
Layanglay
ang Hirundo Hirundinida Tidak Least
61 Loreng striolata e 1 dilindungi Concern (LC) - - 0,0004 -3,4334 0,0013
Layanglay
ang Delichon Hirundinida Tidak Least
62 Rumah dasypus e 1 dilindungi Concern (LC) - - 0,0004 -3,4334 0,0013
Meninting Enicurus Tidak Least
63 Besar leschenaulti Turdidae 7 dilindungi Concern (LC) - - 0,0026 -2,5884 0,0067
Meninting Enicurus Tidak Least
64 Kecil velatus Turdidae 2 dilindungi Concern (LC) - - 0,0007 -3,1324 0,0023
Merbah Pycnonotus Pycnonotida Tidak Least
65 Cerukcuk goiavier e 12 dilindungi Concern (LC) - - 0,0044 -2,3543 0,0104
Munguk Sitta Tidak Least
66 Beledu frontalis Sittidae 6 dilindungi Concern (LC) - - 0,0022 -2,6553 0,0059
Opior Lophozoster Zosteropida Least Native
67 Jawa ops e 12 Dilindungi Concern (LC) - Species 0,0044 -2,3543 0,0104
Pelanduk Malacocincl Least
68 Semak a sepiarium Timaliidae 15 Dilindungi Concern (LC) - - 0,0055 -2,2574 0,0125
Pelanduk
Topi- Pellorneum Least
69 Hitam capistratum Timaliidae 2 Dilindungi Concern (LC) - - 0,0007 -3,1324 0,0023
Perenjak Prinia Tidak Least
70 Coklat polychroa Sylviidae 8 dilindungi Concern (LC) - - 0,0029 -2,5304 0,0075
Perenjak Prinia Tidak Least Non
71 Padi inornata Sylviidae 16 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0059 -2,2293 0,0131
Perenjak Prinia Tidak Least Non Native
72 Rawa flaviventris Sylviidae 2 dilindungi Concern (LC) Appendix Species 0,0007 -3,1324 0,0023
Sepah Pericrocotus Campephagi Tidak Least Non
73 Gunung miniatus dae 12 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0044 -2,3543 0,0104
Sepah Pericrocotus Campephagi Tidak Least Non
74 Kecil cinnamome dae 7 dilindungi Concern (LC) Appendix - 0,0026 -2,5884 0,0067
Serindit Loriculus Near Appendix Native
75 Jawa pusillus Psittacidae 12 Dilindungi threatened II Species 0,0044 -2,3543 0,0104
Sikatan Ficedula Muscicapida Tidak Least
76 Belang westermann e 35 dilindungi Concern (LC) - - 0,0129 -1,8894 0,0244
Sikatan Ficedula Muscicapida Tidak Least
77 Mugimaki mugimaki e 1 dilindungi Concern (LC) - - 0,0004 -3,4334 0,0013
Sikatan Eumyias Muscicapida Tidak Least
78 Ninon indigo e 16 dilindungi Concern (LC) - - 0,0059 -2,2293 0,0131
79 Sikatan x NA Muscicapida 1 Tidak - - - 0,0004 -3,4334 0,0013
80 Sikatan y NA Muscicapida 1 Tidak - - - 0,0004 -3,4334 0,0013
Srigunting Dicrurus Tidak Least
81 Kelabu leucophaeus Dicruridae 19 dilindungi Concern (LC) - - 0,0070 -2,1547 0,0151
Takur Megalaima Least
82 Bultok lineata Capitonidae 3 Dilindungi Concern (LC) - - 0,0011 -2,9563 0,0033
Takur Megalaima Least
83 Tohtor armillaris Capitonidae 3 Dilindungi Concern (LC) - - 0,0011 -2,9563 0,0033
Takur Near
Tulung Megalaima threatened
84 tumpuk javensis Capitonidae 3 Dilindungi (NT) - - 0,0011 -2,9563 0,0033
Tekukur Streptopelia Tidak
85 Biasa chinensis Columbidae 41 dilindungi - - - 0,0151 -1,8207 0,0275
Stachyris
Tepus Pipi- melanothor Least
86 Perak ax Timaliidae 16 Dilindungi Concern (LC) - - 0,0059 -2,2293 0,0131
Uncal Macropygia Tidak Least
87 Buau emiliana Columbidae 1 dilindungi Concern (LC) - - 0,0004 -3,4334 0,0013
Uncal Macropygia Tidak least
88 Loreng unchall Columbidae 17 dilindungi Concern (LC) - - 0,0063 -2,2030 0,0138
Walet Collocalia least Native
89 Gunung vulcanorum Apodidae 16 Dilindungi Concern (LC) - species 0,0059 -2,2293 0,0131
Walet Collocalia Tidak Least
90 Linci linchi Apodidae 739 dilindungi Concern (LC) - - 0,2724 -0,5648 0,1538
Walet
Sarang Collocalia Tidak
91 Putih fuciphagus Apodidae 30 dilindungi - - - 0,0111 -1,9563 0,0216
Walik Ptilinopus Tidak Least
92 Kembang melanospila Columbidae 1 dilindungi Concern (LC) - - 0,0004 -3,4334 0,0013
Walik
Kepala Ptilinopus Tidak Flagship
93 Ungu porphyreus Columbidae 1 dilindungi - - species 0,0004 -3,4334 0,0013
Wergan Alcippe Tidak Least Native
94 Jawa pyrrhoptera Timaliidae 14 dilindungi Concern (LC) - species 0,0052 -2,2873 0,0118
Wiwik Cacomantis Tidak Least Native
95 Kelabu merulinus Cuculidae 5 dilindungi Concern (LC) - species 0,0018 -2,7345 0,0050
Wiwik Cacomantis Tidak Least Native
96 Uncuing sepulcralis Cuculidae 50 dilindungi Concern (LC) - species 0,0184 -1,7345 0,0320
TOTAL 2713 INDEKS DIVERSITAS 1,3976

Tabel 2. Data Potensi Herpet TNGM

Status Konservasi Focal Keanekaragaman


No Jenis Nama Ilmiah Famili Jumlah
UU IUCN CITES Species ni/n log ni/n H'
Least
Kadal Eutropis Tidak Concern
1 Kebun multifasciata Scincidae 1 dilindungi (LC) - - 0,1 -1 0,1
Katak
Pohon Philautus Tidak Appendix
2 Emas aurifasciatus Rhacophoridae 8 dilindungi - II - 0,8 -0,0969 0,0775
Least
Kongkang Rana Tidak Concern
3 Kolam chalconota Ranidae 1 dilindungi (LC) - - 0,1 -1 0,1
TOTAL 10 INDEKS DIVERSITAS 0,2775
Tabel 3. Data Potensi Mamalia TNGM

Status Konservasi FOCAL Keanekaragaman


No Jenis Nama Ilmiah Famili Jumlah
UU IUCN CITES SPECIES ni/n log ni/n H'
Least
Anjing Canis tidak Concern Appendix
1 Rumah familiaris Canidae 2 dilindungi (LC) III - 0,0119 -1,9243 0,0229
Least
tidak Concern Appendix Invasive
2 Babi hutan Sus scrofa Suidae 6 dilindungi (LC) I Species 0,0357 -1,4472 0,0517
Least
Bajing Callosciurus tidak Concern Appendix
3 Kelapa notatus Sciuridae 13 dilindungi (LC) I - 0,0774 -1,1114 0,0860
Least
Bajing Lariscus tidak Concern
4 tanah insignis Sciuridae 1 dilindungi (LC) - - 0,0060 -2,2253 0,0132
Kelelawar Least
Ladam Rhinolophus tidak Concern
5 Umum pusillus Rhinolophidae 10 dilindungi (LC) - - 0,0595 -1,2253 0,0729
Least
Muntiacus Concern
6 Kijang muntjak Cervidae 5 dilindungi (LC) - - 0,0298 -1,5263 0,0454
Least
Kucing Felis Concern Appendix
7 Hutan bengalensis Felidae 8 dilindungi (LC) I - 0,0476 -1,3222 0,0630
Least
Hystrix tidak Concern
8 Landak brachyura Hystricidae 2 dilindungi (LC) - - 0,0119 -1,9243 0,0229
lutung Trachypithe Vulnerabl Appendix
9 budeng cus auratus Cercopithecidae 3 dilindungi e (VU) II - 0,0179 -1,7482 0,0312
Paradoxuru
s Least
hermaprodi Concern Appendix
10 Luwak tus Viverridae 1 dilindungi (LC) III - 0,0060 -2,2253 0,0132
Least
tidak Concern Invasive
11 Mencit Mus sp. Muridae 2 dilindungi (LC) - Species 0,0119 -1,9243 0,0229
Monyet Least
Ekor Macaca tidak Concern Appendix Native
12 Panjang fascicularis Cercopithecidae 105 dilindungi (LC) II Species 0,6250 -0,2041 0,1276
Least
Paradoxuru tidak Concern Appendix Native
13 Musang s sp. Viverridae 9 dilindungi (LC) III Species 0,0536 -1,2711 0,0681
Least
tidak Concern Invasive
14 Tikus Rattus sp. Muridae 1 dilindungi (LC) - Species 0,0060 -2,2253 0,0132
TOTAL 168 Indeks 0,6544
Tabel 4. Data Potensi Flora Pohon di TNGM
Pohon Status Konservasi Keanekaragaman Hayati
Focal Species
No Jenis Jumlah UU IUCN CITES ni/n log ni/n H'
1 Pinus merkusii 24 - Vunerable (VU) - Native 0,2824 -0,5492 0,1551
2 Erythrina lithosperma 16 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0,1882 -0,7253 0,1365
3 Schima wallichi 13 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0,1529 -0,8155 0,1247
4 Acacia decurens 9 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Eksotik 0,1059 -0,9752 0,1033
5 Bintami (Cupressus sp ) 6 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0,0706 -1,1513 0,0813
6 Quercus turbinata 5 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0,0588 -1,2304 0,0724
7 Lithocarpus teysmannii 3 Not extinct Not extinct Not extinct Eksotik 0,0353 -1,4523 0,0513
8 Acacia mangium 1 Not extinct Not extinct Not extinct Eksotik 0,0118 -1,9294 0,0227
9 Alstonia scholaris 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) - Native 0,0118 -1,9294 0,0227
10 Chinchona ledgeriana 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Eksotik 0,0118 -1,9294 0,0227
11 Dalbergia sp 1 Tidak dilindungi Vunerable (VU) Not extinct Native 0,0118 -1,9294 0,0227
12 Glochidion littorale 1 - - - Native 0,0118 -1,9294 0,0227
13 Hibiscus macrophyllus 1 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0,0118 -1,9294 0,0227
14 Macropanax dispermum 1 - Not extinct Not extinct Native 0,0118 -1,9294 0,0227
15 Paraserientes falcataria 1 Tidak dilindungi Not extinct Not extinct Native 0,0118 -1,9294 0,0227
16 Unidentified 1 - - - - 0,0118 -1,9294 0,0227
Jumlah 85 INDEKS DIVERSITAS 0,9288

Tabel 5. Data Potensi Flora Tiang di TNGM


Tiang Status Konservasi Keanekaragaman Hayati
Focal Species
No Jenis Jumlah UU IUCN CITES ni/n log ni/n H'
1 Pinus merkusii 16 - Vunerable (VU) - Native 0,2353 -0,6284 0,1479
2 Schima wallichi 15 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0,2206 -0,6564 0,1448
3 Acacia decurens 9 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Eksotik 0,1324 -0,8783 0,1162
4 Erythrina lithosperma 7 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0,1029 -0,9874 0,1016
5 Bintami (Cupressus sp ) 3 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0,0441 -1,3554 0,0598
6 Nerium indicum 2 Not extinct Least concern (LC) Not extinct - 0,0294 -1,5315 0,0450
7 Vaccinium varingiaefolium 2 Not extinct Not extinct Not extinct - 0,0294 -1,5315 0,0450
9 Spathodea campanulata 2 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0,0294 -1,5315 0,0450
10 Caliandra callothyrsus 1 Tidak dilindungi - Invasif 0,0147 -1,8325 0,0269
18 Cinchona ledgeriana 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Eksotik 0,0147 -1,8325 0,0269
13 Cinnamomum burmani 1 Not extinct Not extinct Not extinct - 0,0147 -1,8325 0,0269
11 Cyathea sp 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct - 0,0147 -1,8325 0,0269
14 Datura fastuosa 1 Not extinct Not extinct Not extinct - 0,0147 -1,8325 0,0269
15 Ficus sp 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Flagship Species 0,0147 -1,8325 0,0269
12 Hibiscus macrophyllus 1 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0,0147 -1,8325 0,0269
19 Homalanthus populneus 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Flagship Species 0,0147 -1,8325 0,0269
16 Macropanax dispermum 1 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0,0147 -1,8325 0,0269
17 Mallotus paniculata 1 Not extinct Least concern (LC) - - 0,0147 -1,8325 0,0269
20 Myrica javanica 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct - 0,0147 -1,8325 0,0269
8 Quercus turbinata 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0,0147 -1,8325 0,0269
Jumlah 68 INDEKS DIVERSITAS 1,0289
Tabel 6. Data Potensi Flora Sapihan di TNGM
Sapihan Status Konservasi Keanekaragaman Hayati
Focal Species
No Jenis Jumlah UU IUCN CITES ni/n log ni/n H'
1 Acacia decurens 13 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Eksotik 0,2203 -0,6569 0,1447
2 Schima wallichii 8 Tidak dilindungi Least concern (LC) - Native 0,1356 -0,8678 0,1177
3 Caliandra callothyrsus 5 Tidak dilindungi - - Invasif 0,0847 -1,0719 0,0908
4 Erythrina lithosperma 4 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0,0678 -1,1688 0,0792
5 Nerium indicum 4 Not extinct Least concern (LC) Not extinct - 0,0678 -1,1688 0,0792
6 Arthrocarpus indicus 3 Tidak dilindungi - - - 0,0508 -1,2937 0,0658
7 Melastoma malabathricum 3 Not extinct Not extinct - - 0,0508 -1,2937 0,0658
8 Glyricidia sepium 2 - Least concern (LC) - - 0,0339 -1,4698 0,0498
9 Pinus merkusii 2 - Vunerable (VU) - Native 0,0339 -1,4698 0,0498
10 Psidium guajava 2 - Least concern (LC) - - 0,0339 -1,4698 0,0498
11 Vaccinium varingiaefolium 2 Not extinct Not extinct Not extinct - 0,0339 -1,4698 0,0498
12 Caliandra zapoteca 1 tidak dilindungi - - - 0,0169 -1,7709 0,0300
13 Cinchona ledgeriana 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Asing 0,0169 -1,7709 0,0300
14 Chromolaena odorata 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Invasif 0,0169 -1,7709 0,0300
15 Debregasia longifolia 1 Tidak dilindungi Not extinct Not extinct Native species 0,0169 -1,7709 0,0300
16 Hibiscus macrophyllus 1 Not extinct Not extinct Not extinct Asing 0,0169 -1,7709 0,0300
17 Homalanthus populneus 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Native 0,0169 -1,7709 0,0300
18 Mallotus paniculata 1 Not extinct Least concern (LC) - Native 0,0169 -1,7709 0,0300
19 Paku-pakuan 1 Tidak dilindungi Not extinct Not extinct - 0,0169 -1,7709 0,0300
20 Quercus turbinata 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0,0169 -1,7709 0,0300
21 Spathodea campanulata 1 Not extinct Not extinct Not extinct Native species 0,0169 -1,7709 0,0300
22 Unidentified 1 - - - - 0,0169 -1,7709 0,0300
Jumlah 59 INDEKS DIVERSITAS 1,1727
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas mengenai identifikasi potensi biotik dan abiotik
dalam pengelolaan kawasan konservasi. Identifikasi potensi biotik dan abiotik menjadi
tahapan dasar dalam pengelolaan suatu kawasan konservasi. Dalam praktikum ini,
identifikasi potensi abiotik dalam pengelolaan kawasan konservasi menggunakan drone
dengan menghasilkan foto udara yang kemudian diolah menjadi peta kondisi tutupan
lahan. Pengambilan data dilakukan di sekitar Fakultas Kehutanan UGM saja, bukan di
kawasan konservasi sesungguhnya. Selain itu, identifikasi potensi abiotik dan biotik
dalam pengelolaan kawasan konservasi menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.
Pada praktikum ini menggunakan drone DJI Phantom 4. Drone DJI 4 terdiri dari
komponen yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Komponen dari drone
tersebut terdiri dari Propeller yaitu baling-baling yang biasanya berjumlah 2, 3, 4, 8, dan
seterusnya dan berfungsi untuk memberikan daya angkat pada drone, pengendalian arah,
penyeimbang. Remote Control merupakan alat yang digunakan untuk mengendalikan
arah drone dari jarak jauh. Camera, alat yang digunakan untuk menampilkan gambar
untuk merekam video, melihat, serta memotret gambar. Gimbal yaitu Alat yang
digunakan sebagai penyeimbang kamera berbentuk masing-masing berbeda disesuaikan
dengan kebutuhan, gimbal berfungsi untuk menghindari goncangan dari drone agar pada
saat proses pengambilan gambar tidak kabur/ blur. Rotor merupakan mesin penggerak
dari propeller yang jumlah dinamo disesuaikan dengan jenis drone. Shock Absorber yaitu
alat peredam getaran yang berguna memberikan keseimbangan agar camera tetap lurus
dan stabil. Yang terakhir yaitu, Landing Skid yang merupakan kaki drone yang
digunakan sebagai alat untuk melakukan pendaratan dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pada bidang kehutanan, drone dapat berfungsi sebaga alat untuk memetakan hutan,
berbagai elemen penyusun lanskap, lahan basah (wetland), dan topografi. Selain itu drone
juga dapat digunakan untuk memperkirakan kerusakan hutan, mengidentifikasi penyakit
tumbuhan, serta memperkirakan kelimpahan spesies flora dan fauna. Kendala utama yang
pemakaian drone adalah keterbatasan waktu terbang disebabkan oleh keterbatasan daya
baterai, sehingga cakupan area yang dihasilkan relatif sempit. Selain itu ada
permasalahan distorsi gambar yang diambil jauh dari titik pusat foto. Sedangkan
kelebihan dari penggunaan drone adalah dapat mencari celah terkecil diantara kanopi dan
memantul dari mulai pucuk pohon, mahkota, sampai permukaan tanah merupakan
terobosan bermanfaat untuk pemetaan struktur vertikal hutan, estimasi stok karbon dan
merupakan kemampuan yang diperlukan di dalam sektor kehutanan (Sunandar dan
Syarifudin, 2018).
Menurut Prasetyo (2017) pada masa depan diyakini peran drone untuk konservasi
akan semakin penting. Pemetaan potensi wilayah di sektor kehutanan semakin
berkembang dari waktu ke waktu, dengan berbagai macam metode. Metode survey dan
pemetaan hutan yang dahulu diterapkan dengan cara inventarisasi manual oleh tenaga
manusia, kini perlahan telah digantikan oleh pemetaan dengan sistem penginderaan jauh,
baik dengan satelit, pesawat, drone, dan lain sebagainya. Di bidang kehutanan sendiri,
saat ini penggunaan drone sebagai alat pemetaan wilayah hutan mulai banyak digunakan.
Hal ini disebabkan karena harga pemetaan menggunakan pesawat mahal dan disisi lain
harga drone semakin murah dengan teknologi yang semakin mutahir. Aplikasi drone
telah bergeser dari semula hanya untuk keperluan militer dan surveylance menjadi drone
untuk konservasi (conservation drone/ eco-drone). Drone konservasi adalah sebuah
pesawat model (fixed wing/multi rotor) yang digunakan untuk tujuan konservasi yang
dilengkapi dengan kamera (payload), perangkat auto pilot dan perangkat lunak (software)
untuk mengatur jalur terbang (mission planner) yang dapat diunduh secara gratis di
internet (Prasetyo, 2017).
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh potensi biotik dan abiotik Taman Nasional
Gunung Merapi berupa rekapitulasi burung, herpetofauna, mamalia, dan tumbuhan yang
terdapat di wilayah tersebut. Untuk burung, Taman Nasional Gunung Merapi memiliki 96
spesies yang memiliki berbagai status konservasi. 23 diantaranya termasuk dilindungi
berdasarkan Permen LHK No. 106 tahun 2018. Dua diantaranya termasuk endangered
dalam Red List data book IUCN yaitu Cicadaun Sayap-Biru dan Elang Jawa. Untuk
appendix CITES, jenis Alap-alap kawah termasuk dalam appendix I, tujuh diantaranya
termasuk dalam appendix II. Sembilan diantaranya termasuk native spesies seperti Opior
Jawa, Perenjak Rawa, Serindit Jawa, dan jenis lainnya. Spesies asli atau native adalah
spesies yang menjadi penduduk suatu wilayah atau ekosistem secara alami tanpa campur
tangan manusia. Speies endemic yang ditemukan yaitu Cekakak Jawa dan Elang Jawa.
Di taman nasional ini juga ditemukan herpetofauna (amfibi dan reptil), seperti kadal
kebun (Eutropis multifasciata), katak pohon emas (Philautus aurifasciatus), dan
kongkang kolam (Rana chalconota). Ketiga spesies ini tidak dilindungi menurut Permen
LHK No. 106 tahun 2018, pada Redlist IUCN, kadal kebun dan Kongkang Kolam masuk
kedalam least concern spesies. Serta pada CITES, Katak Pohon Emas termasuk dalam
Appendix II. Untuk mamalia, di wilayah ini ditemukan 14 jenis mamalia seperti babi
hutan, bajing kelapa, kijang, kucing hutan lutung budeng, monyet ekor panjang, landak,
kelelawar ladam umum, dan lainnya. Empat dari mamalia yang ditemukan merupakan
spesies yang dilindungi yaitu kijang, kucing hutan, luwak dan lutung budeng. Lutung
budeng juga jenis yang termasuk dalam vulnerable pada IUCN dan masuk appendix II
dalam CITES. Pada focal spesies, 3 spesies termasuk dalam spesies invasive dan 2
spesies termasuk ke dalam spesies native. Tak hanya hewan, Taman Nasional Gunung
Merapi memilik spesies tumbuhan yang dibagi atas 16 jenis pohon, 20 jenis tiang, dan 22
jenis sapihan. Seluruh jenis tumbuhan yang telah diidentifikasi tidak dilindungi dalam
Permen LHK No. 106 tahun 2018. Dari jenis-jenis tersebut, 4 jenisnya termasuk spesies
eksotik. Spesies eksotik adalah spesies yang dibawa oleh manusia ke tempat yang bukan
menjadi ekosistem aslinya seperti Acacia deccurens, Lithocarpus teysmannii, Chinchona
ledgeriana, Acacia mangium. Dua jenis yang ada termasuk spesies asing yaitu
Chinchona ledgeriana dan Hibiscus macrophyllus
Dari data status konservasi menurut International Union for Conservation of
Nature’s (IUCN) beberapa jenis satwa dan flora dimasukkan ke dalam status rawan
sampai terancam (vulnerable sampai endangered). Beberapa satwa dengan status
terancam seperti elang jawa, dapat dijadikan tujuan pengelolaan kawasan konservasi.
Berdasarkan tingkat keterancaman menurut IUCN, spesies tersebut memiliki tingkat
keterancaman tinggi, sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan populasinya. Dengan
adanya status tersebut, dunia international dapat mengetahui bahwa perlu adanya upaya
penyelamatan jenis tersebut. Dalam penetapan suatu kawasan berdasarkan nilai penting
juga didasarkan pada kriteria keterancamannya, sehingga tujuan kawasan konservasi
menjadi terarah.
Pada data CITES menunjukkan bahwa beberapa spesies menunjukkan status
appendix I, II dan III. Appendix I sama sekali tidak boleh diperjualbelikan seperti satwa
yang masuk ke dalam data ini yaitu alap-alap kawah. Satwa ini memiliki tingkat
keterancam tinggi dihabitatnya sehingga kegiatan perdagangan untuk jenis ini dilarang.
Untuk satwa dan flora yang masuk Appendix II seperti Serindit Jawa dapat
diperjualbelikan dan dalam pengawasan CITES. Appendix II memiliki potensi kepunahan
di masa mendatang bila kegiatan perdagangannya tidak diawasi secara ketat. Spesies
yang masuk ke dalam appendix III seperti anjing rumah ini dilindungi di negara tertentu
dan dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan suatu saat peringkatnya bisa dinaikkan ke
dalam Apendiks II atau Apendiks I. Berdasarkan status perdagangan satwa menurut
CITES, beberapa satwa tidak boleh diperdagangkan dan hanya boleh diperdagangkan
dengan pengawasan ketat. Jenis ini dapat dijadikan sebagai tujuan dalam pengelolaan
suatu kawasan konservasi berdasarkan status CITES karena, CITES sendiri juga mengacu
pada tingkat kepunahan serta status perlindungan jenis tersebut.
Dari data yang di dapat, terdapat sebagian spesies yang masuk dalam kategori focal
spesies. Focal spesies adalah spesies yang memepunyai peran fungsional dalam sistem
ekologis sehingga keberadaan dan trend statusnya berpengaruh pada sistem ekologi
tempat ia berada. Focal spesies terdiri dari spesies kunci, spesies payung, spesies
indikator, dan spesies flagship. Spesies kunci merupakan spesies yang memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap sistem ekologi, misalnya produsen atau konsumen I. Spesies
payung adalah spesies yang memiliki daya jangkau yang luas, sehingga wilayah
jangkauannya dilindungi, maka makhluk hidup dengan wilayah jangkauan dibawahnya
dapat ikut ternaungi. Spesies indikator merupakan spesies yang dapat menjadi indikator
kondisi sistem ekosistem atau perubahan yang ada di dalamnya. Sedangkan flagship
species merupakan spesies yang menjadi icon kebanggaan suatu wilayah sehingga
memiliki dorongan lebih besar untuk dilakukan perlindungan (Zacharis and Roff, 2001).
Jika dilihat dari status konservasi serta peran spesies dalam ekologi yang terdapat
pada data diatas, maka wilayah tersebut dapat dikatakan memiliki potensi yang besar
untuk ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Penetapan kawasan konservasi untuk
wilayah yang memiliki potensi konservasi yang tinggi penting dilakukan untuk
mempertahankan jumlah dan kelestarian sumber daya alam seara alami. Status konservasi
spesies dan wilayah yang tinggi akan membentuk tameng yang lebih kuat secara hukum
untuk menghindarkan sumber daya alam didalamnya dari eksploitasi yang berlebihan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pemetaan kondisi tutupan lahan sebagai salah satu potensi abiotik kawasan
konservasi menggunakan drone dapat dilakukan dengan penggunaan yang relatif
lebih mudah dan cepat, hemat biaya dan tenaga, serta hasilnya memiliki resolusi
tinggi. Adapun kendala utama yang pemakaian drone adalah keterbatasan waktu
terbang disebabkan oleh keterbatasan daya baterai, sehingga cakupan area yang
dihasilkan relatif sempit.
2. Potensi biotik dan abiotik suatu kawasan dapat diidentifikasi berdasarkan hasil
pengukuran data lapangan menggunakan matriks tipologi potensi biotik dan abiotik
dengan cara menentukan status spesies berdasarkan Permen LHK No. 106 Tahun
2018, Red List Data Book IUCN, dan Appendix CITES. Selain itu, dilakukan pula
penentuan peran penting spesies berdasarkan klasifikasi focal spesiesnya dan
perhitungan indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener untuk masing-masing
spesies.
DAFTAR PUSTAKA
CITES (the Convention on Interational Trade in Endangered Spesies)
IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources)
Napitu, J. P. 2007. Pengelolaan Kawasan Konservasi. Program Studi Konservasi Sumber
Daya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. Hal. 1.

Pradana, Mohammad Giffari Anta, Ridho Prasakti, Singgih Bekti Worsito, dan Nuryake
Fajaryati. 2016. Single Propeller Drone (SINGRONE) : Inovasi Rancang Bangun Drone
Single Propeller Sebagai Wahana Pemetaan Lahan Berbasis Unmaned Aerial Vehicle
(UAV). Jurnal Electronics, Informatics, and Vocational Education (ELINVO). Volume
1, Nomor 3

Prasetyo, Lilik Budi. 2017. Pendekatan Ekologi Lanskap untuk Konservasi Biodiversitas.
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Sunandar, I., D. Syarifudin. 2018. LiDAR: Penginderaan Jauh Sensor Aktif dan Aplikasinya
di Bidang Kehutanan. Jurnal Planologi UnPas.
Undang-Undang Republik Indonesia
Yaman, A.R. 1991. Sustainable Development For Forests And Protected Areas In Bali.
Canada : Waterloo, Ontario
Zacharias, M. A., J. C. Roff. 2001. Use of Focal Species in Marine Conservstion and
Management : a Review and critic. Aquatic Conservation : Marine and Freshwater
Ecosystem.

Anda mungkin juga menyukai