Oleh:
Nama : Siti Afifah Amelia
NIM : 18/427466/KT/08778
Kelompok :2
Coass : Rahma Ayu Nabila
BAB I
PENDAHULUAN DAN TUJUAN
1.1. PENDAHULUAN
Kawasan konservasi merupakan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai wilayah yang memiliki fungsi pokok yaitu untuk
pengawetan keanekaragaman hayati berupa tumbuhan dan satwa, serta ekosistem di
dalamnya (Napitu, 2007). Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang dikelola
dan dilindungi dalam rangka pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber
daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya. Kawasan konservasi dibedakan menjadi kawasan suaka
alam dan kawasan pelestarian alam.
Usaha pelestarian kawasan konservasi dapat dilakukan lewat perencanaan
pengelolaan kawasan yang baik. Untuk memaksimalkan usaha pengelolaan kawasan
konservasi maka perlu diketahui apa saja potensi yang terkandung dalam kawasan
tersebut meliputi aspek biotik, abiotik. Aspek biotik meliputi flora dan fauna pada tingkat
populasi, sedangkan faktor abiotik meliputi kondisi topografi, geologi, iklim, tutupan
lahan, dan lain sebagainya. Aspek-aspek tersebut perlu dijaga untuk mempertahankan
kealamian dan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh kawasan Hutan yang terdiri dari
serangkaian ekosistem yang memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan makhluk
hidup dan manusia baik yang mereka tinggal di dekat hutan maupun yang berpindah-
pindah (Yaman, 1991).
Salah satu metode dalam mengidentifikasi potensi pada kawasan konservasi
adalah dengan sistem penginderaan jauh menggunakan drone. Drone adalah pesawat
tanpa awak yang dikendalikan menggunakan remote control, dan dilengkapi dengan GPS
(Pradana dkk, 2016). Drone untuk konservasi adalah sebuah pesawat model (fixed
wing/multi rotor) yang digunakan untuk tujuan konservasi yang dilengkapi dengan
kamera (payload), perangkat auto pilot dan perangkat lunak (software) untuk mengatur
jalur terbang (mission planner) yang dapat diunduh secara gratis di internet.
1.2. TUJUAN
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mampu melakukan pemetaan kondisi tutupan lahan sebagai salah satu potensi abiotik
kawasan konservasi dengan menggunakan drone.
2. Mampu mengidentifikasi potensi biotik dan abiotik suatu kawasan konservasi
berdasarkan data hasil pengukuran lapangan.
BAB II
METODE
2.1. METODE
Pada praktikum ini terdapat dua hal yang berbeda dalam mengidentifikasi potensi
biotik dan abiotik pada pengelolaan kawasan konservasi, yakni dengan menggunakan
drone dan data sekunder.
A. Penggunaan Drone
Pengambilan data identifikasi potensi abiotik menggunakan drone pada pagi
hari dan diawali dengan mempersiapkan komponen pengamatan seperti drone DJI
Phantom 4, remote control, serta aplikasi Pix4D Capture dan Ctrl+DJI yang telah
diunduh pada telepon genggam praktikan untuk menangkap data citra lokasi yang
diamati di sekitar Fakultas Kehutanan UGM. Sebelum menerbangkan drone terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu memastikan bahwa baterai yang digunakan
sudah terisi penuh dan telah terpasang, melepas penjepit gimbal, memasang baling-
baling berwarna abu-abu pada mesin yang bertanda abu-abu dan memasang baling-
baling bertanda hitam pada mesin yang bertanda hitam. Pastikan baling-baling sudah
terkunci sehingga aman digunakan, menyiapkan remot control dan sambungkan
dengan ponsel menggunakan kabel USB. Pada ponsel yang digunakan sudah diinstal
aplikasi Pix4Dcapture. Usahakan tempat yang digunakan memiliki sinyal sehingga
drone yang digunakan dapat bekerja sesuai misi yang diminta. Untuk melakukan
pemetaan perlu memilih misi yang disediakan oleh drone tersebut. Dari beberapa misi
yang ditawarkan, kita menggunakan misi polygon, yang berarti drone akan bergerak
membentuk gedung atau bentuk yang diminta pada misi tersebut. Setelah memilih
misi, drone siterbangkan dengan remot control. Data rekaman akan tersimpan secara
otomatis dan diolah menggunakan software 4ix4D Mapper.
No Kriteria Keterangan
1 Status Konservasi JenisTentukan status konservasi dari seluruh jenis
Tumbuhan dan Satwa tumbuhan dan satwa liar berdasarkan kriteria :
Liar 1. Permen LHK No. 106 tahun 2018
2. Red List Data Book IUCN
3. Appendix CITES
2 Focal Spesies Tentukan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar
yang memungkinkan untuk menjadi focal
spesies pengelolaan kawasan konservasi,
berdasarkan sifat:
1. Native spesies
2. Eksotik spesies/invasive spesies
3. Flagship spesies
3 Keseimbangan ekosistem Tentukan indikasi keseimbangan ekosistem
kawasan konservasi dengan mengukur Indeks
diversitas jenis tumbuhan dan satwa liar,
menggunakan indeks Shannon-Wiener (Ludwig
& Reynolds, 1988), dengan rumus:
k
ni n
H ' log i
i1 n n
keterangan:
H '= indeks keanekaragaman jenis Shannon-
Wiener
ni = jumlah individu species i n= jumlah individu
total
4 Kondisi abiotik : Bandingkan kondisi abiotik tersebut antara hasil
topografi, geologi dan inventarisasi (ground check) dengan data
tanah, curah hujan dan sekunder yang ada, kemudian lakukan analisis
deskripsi
iklim, tutupan lahan dan
penggunaan lahan,
BAB III
HASIL
3.1. HASIL
A. Komponen Drone Dji Phantom 4
Frame: Kerangka drone 4-motor yang menyerupai huruf "x" ataupun tanda "+".
Keempat motor terpasang pada ujung-ujung kerangka. Perbedaan utama antara
keduanya adalah ke arah ke mana "muka" dari pengendali utama atau flight
controller menghadap.
Baterai
Kamera dan Memory card : Kamera 1/ 2.3 inchi dengan sensor CMOS yang
dapat merekam video sampai 4096x2160p atau 24fps dan 4K video 30fps dan
memiliki resolusi kamera 12 MP. Format video dapat dipilih antara MOV atau
MP4. Modus foto yang tersedia antara lain; burst, continuos, time-lapse. Dengan
menggunakan aplikasi DJI GO anda dapat melihat secara langsung
pemandangan yang ditangkap oleh kamera. Kartu memori untuk menyimpan
foto dan video dengan memasukkan kartu memori ke slot yang tersedia kapasitas
dari 16 GB sampai 64 GB.
Gimbal: 3 sumbu gimbal menyuguhkan sebuah tempat yang stabil untuk kamera
sehingga bisa mengambil gambar dengan lebih jernih. Gimbal dapat
memiringkan kamera hingga kemiringan 1200.
Pradana, Mohammad Giffari Anta, Ridho Prasakti, Singgih Bekti Worsito, dan Nuryake
Fajaryati. 2016. Single Propeller Drone (SINGRONE) : Inovasi Rancang Bangun Drone
Single Propeller Sebagai Wahana Pemetaan Lahan Berbasis Unmaned Aerial Vehicle
(UAV). Jurnal Electronics, Informatics, and Vocational Education (ELINVO). Volume
1, Nomor 3
Prasetyo, Lilik Budi. 2017. Pendekatan Ekologi Lanskap untuk Konservasi Biodiversitas.
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Sunandar, I., D. Syarifudin. 2018. LiDAR: Penginderaan Jauh Sensor Aktif dan Aplikasinya
di Bidang Kehutanan. Jurnal Planologi UnPas.
Undang-Undang Republik Indonesia
Yaman, A.R. 1991. Sustainable Development For Forests And Protected Areas In Bali.
Canada : Waterloo, Ontario
Zacharias, M. A., J. C. Roff. 2001. Use of Focal Species in Marine Conservstion and
Management : a Review and critic. Aquatic Conservation : Marine and Freshwater
Ecosystem.