A. Definisi
Model Pembelajaran Mind Mapping merupakan model pembelajaran yang dapat men-
gembangkan kreatifitas, keaktifan, daya hafal, pengetahuan dan kemandirian siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Aris Shoimin (2014: 105), “Mind Mapping atau
pemetaan pikiran adalah teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan
prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan”. Sedangkan menurut Michalko dalam Tony
Buzan (2013: 2), “Mind Map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran
linear. Mind Map menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut”.
Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) adalah metode pembelajaran yang dikembangkan
oleh Tony Buzana, kepala Brain Foundation. Peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang
memudahkan kita mengingat banyak informasi. Setelah selesai, catatan yang dibuat membentuk
sebuah pola gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama di tengah, sementara subtopik
dan perincian menjadi cabang-cabangnya. Cabang-cabang tersebut juga bisa berkembang lagi
sampai ke materi yang lebih kecil. Sebagaimana struktur keturunan manusia yang bisa
berkembang terus sampai hari akhir tiba, sehingga terbentuklah sebuah system keturunan
manusia hidup sampai hari akhir.
Belajar berbasis pada konsep Peta Pikiran (Mind Mapping) merupakan cara belajar yang
menggunakan konsep pembelajaran komprehensif Total-Mind Learning (TML). Pada konteks
TML, pembelajaran mendapatkan arti yang lebih luas. Bahwasanya, di setiap saat dan di setiap
tempat semua makhluk hidup di muka bumi belajar, karena belajar merupakan proses alamiah.
Semua makhluk belajar menyikapi berbagai stimulus dari lingkungan sekitar untuk
mempertahankan hidup.
B. Karakteristik Metode Mind Mapping (Peta Pikiran)
Pada dasarnya metode mencatat ini, barangkat dari hasil sebuah penelitian tentang cara
otak memperoses informasi. Semula para ilmuan menduga bahwa otak memperoses dan
menyimpan informasi secara linier, seperti metode mencatat tradisional. Namun, sekarang
mereka mendapati bahwa otak mengambil informasi secara bercampuran antara gambar, bunyi,
aroma, pikiran dan perasaan dan memisah-misahkan kedalam bentuk linier, misalnya dalam
bentuk tulisan atau orasi. Saat otak mengingat informasi, biasanya dilakukan dalam bentuk
gambar warna warni, simbol, bunyi, dan perasaan.
Oleh karena itu, agar peta pikiran dapat berfungsi secara maksimal ada baiknya dibuat
warna warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol sehingga tampak seperti karya seni.
Hal ini bertujuan agar metode mencatat ini dapat membantu individu mengingat perkataan dan
bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasikan materi dan
memberikan wawasan baru. Peta pikiran menirukan proses berfikir ini, memungkinkan individu
berpindah-pindah topik. Individu merekam informasi melalui simbol, gambar, arti emosional,
dan warna. Mekanisme ini sama persis dengan cara otak memperoses berbagai informasi yang
masuk. Dan karena peta pikiran melibatkan kedua belah otak, anda dapat mengingat informasi
dengan lebih mudah
C. Prosedur atau langkah-langkah
Tony Buzan (2013: 15) mengemukakan tujuh langkah dalam membuat mind map, yaitu:
1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar,
memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah
dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, sebuah gambar bermakna seribu kata dan
membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik,
membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.
3. gunakan warna, bagi otak warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat
mind map lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan.
4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang
tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Otak bekerja menurut
asosiasi, otak senang mengaitkan dua atau lebih hal sekaligus. Bila kita menghubungkan
cabangcabang, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat.
5. Buatlah garis melengkung, bukan garis lurus. Cabang-cabang yang melengkung dan
organis jauh lebih menarik bagi mata.
6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci tunggal memberi banyak daya
dan fleksibilitas kepada mind map.
7. Gunakan gambar pada setiap cabang mind map, seperti gambar sentral, setiap gambar
dapat bermakna seribu kata.
Dari model-model pembelajaran di atas, penulis memilih menggunakan model
pembelajaran Mind Mapping karena model pembelajaran ini sesuai dengan materi yang akan
disampaikan dan lebih membuat suasana belajar lebih menyenangkan. Materi “Keragaman Suku
Bangsa dan Budaya” merupakan materi IPS yang berfokus pada pemahaman megenai bhineka
tunggal ika, keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia, dan cara menghargai keragaman
tersebut. Siswa banyak menemukan jenis-jenis keragaman suku bangsa dan budaya dalam materi
ini. Penggunaan model pembelajaran Mind Mapping melibatkan siswa secara langsung dalam
proses pembelajaran, dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih mudah mengingat dan
memahami materi tersebut.
D. Kekurangan dan kelebihan
Mind Mapping memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran dengan melibatkan cara
kerja alami otak sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa di andalkan
dibandingkan menggunakan teknik pencatatan tradisional. Yuliatul dalam Guspriyanto (2012:
23) menjelaskan bahwa kekurangan dari catatan linier adalah sebagai berikut:
1. Waktu terbuang untuk menulis kata-kata yang tidak memiliki hubungan dengan ingatan.
2. Waktu terbuang untuk membaca kembali kata-kata yang tidak perlu (kurang lebih 90%).
3. Waktu terbuang untuk cari kata kunci pengingat.
4. Hubungan kata kunci pengingat terputus oleh kata-kata yang memisahkan.
5. Kata kunci pengingat terpisah oleh jarak.
Menurut Michalko dalam Tony Buzan (2008: 8), Mind Mapping mempunyai beberapa
kelebihan yaitu:
1. Mengaktifkan seluruh otak.
2. Membersihkan akal dari kesusutan mental.
3. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan.
4. Membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah.
5. Memberi gambaran yang jelas pada kesuluruhan dan perincian.
6. Memungkinkan kita untuk mengelompokan konsep, membantu kita membandingkanya.
Senada dengan pendapat tersebut Alamsyah (2009: 23) menjelasakan 7 manfaat
menggunakan metode Mind Mapping (peta pikiran) yaitu:
1. Dapat melihat gambaran secara menyeluruh dengan jelas.
2. Dapat melihat detilnya tanpa kehilangan ‘benang merah’nya antar topik.
3. Terdapat pengelompokkan informasi.
4. Menarik perhatian mata dan tidak membosankan.
5. Memudahkan kita berkonsentrasi.
6. Proses pembuatannya menyenangkan karena melibatkan gambar-gambar, warna, dan
lain-lain.
7. Mudah mengingatnya karena ada penanda-penanda visualnya.
E. Hasil Penelitian
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses dan hasil meningkatkan penguasaan
kosakata bahasa Jawa melalui penerapan metode mind mapping peserta didik kelas V SDN
Tunge 2 Wates Kediri.
A. Hasil Penelitian
Peneliti melakukan penelitian tindakan kelas pada proses pembelajaran sebanyak 2 siklus,
satu siklus terdiri dari 2 pertemuan. Hasil penelitian yang akan dipaparkan berikut ini berupa
proses belajar dan hasil belajar melalui metode pembelajaran mind mapping pada kelas V SDN
Tunge 2 Wates Kediri. Materi yang disampaikan pada semua siklus adalah Menulis karangan
dengan pikiran sendiri dalam berbagai ragam bahasa dan jenis karangan sesuai kaidah bahasa,
yaitu KD 5. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan karakteristik metode mind mapping.
Alokasi waktu pada setiap pertemuan adalah 4 x 35 menit.
B. Pelaksanaan
Pertemuan pertama
1) Kegiatan awal
Dalam kegiatan pembelajaran ini, kegiatan diawali dengan peneliti
mengucapkan salam dan meminta ketua kelas V untuk memimpin membaca do‟a,
selanjutnya peneliti mengabsen peserta didik. Setelah mengabsen peserta didik,
peneliti melakukan tes konsentrasi dengan bertepuk-tepuk untuk membangkitkan
semangat peserta didik.
2) Kegiatan Inti
Memasuki kegiatan inti, kegiatan pembelajaran diawali dengan
menyampaikan materi kosakata kepada peserta didik. Dalam penyampaian materi kali
ini, peneliti mengajak peserta didik untuk aktif dalam keiatan pembelajaran dengan
sesekali melontarkan beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada peserta didik.
Setelah peneliti menyampaikan materi, peneliti menunjukkan mind mapping kepada
peserta didik. Peneliti menjelaskan secara rinci bagaimana cara membuat mind
mapping kepada peserta didik. Bagi peserta didik yang belum memahami cara
membuat, ataupun jika masih ada yang merasa kesulitan, peneliti dengan senang hati
membimbing.
3) Kegiatan Akhir
Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan pemantapan materi dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik. Hal ini dilakukan untuk
memancing kontribusi peserta didik dalam menyimpulkan materi pembelajaran.
Selain itu, pemantapan materi juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik memahami apa yang telah disampaikan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Setelah menyimpulkan materi bersama peserta didik, peneliti
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih bersemangat dalam belajar.
Peneliti juga memberikan reward bagi peserta yang terlibat secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Kemudian peneliti bersama peserta didik mengakhiri
pembelajaran dengan mengucap Hamdalah bersama, dan peneliti mengucapkan
salam.
Pertemuan Kedua
1) Kegiatan Awal
Pada tahap pendahuluan kegiatan masih sama seperti pertemuan pertama,
pembelajaran diawali dengan peneliti memberikan salam, dan menyuruh salah satu
peserta didik untuk memimpin do‟a, selanjutnya peneliti melakukan absensi. Peneliti
membangkitkan semangat peserta didik dengan melakukan tes konsentrasi.
2) Kegiatan Inti
Setelah peserta didik siap belajar, peneliti membagikan satu lembar kertas
yang sudah di beri tema yang sama yaitu Preinan kepada masing-masing kelompok,
dan peserta didik harus mengisi bersama-sama kelompoknya dengan bergantian.
Peneliti menjelaskan aturan permainannya, Setelah peserta didik mengerti aturan
permainannya, peneliti membimbing langsung proses pembelajaran. Sambil selalu
menghitung, peneliti berkeliling mengamati tiap-tiap kelompok peserta didik.
Peneliti menghentikan permainan jika ada peserta didik yang kesulitan dan masih
belum memahami, pelan-pelan peneliti menjelaskan kembali aturan permainan
tersebut.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, peneliti mengadakan pemantapan materi dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik. Hal ini dilakukan untuk
memancing kontribusi peserta didik dalam menyimpulkan materi pembelajaran.
Setelah itu peneliti membagikan soal Post test siklus II kepada peserta didik. Adapun
soal Post test sebagaiana terlampir.
Setelah selesai mengerjakan Post test siklus II, peneliti menyuruh salah satu
peserta didik untuk ke depan kelas dan membacakan hasil yang dikerjakannya.
Peserta didik yang lain mendengarkan sambil menanggapi hasil pekerjaan teman
mereka dengan bimbingan peneliti. Peserta didik membacakan hasil kata sesuai tema
yang ada dalam karangan deskripsinya, dan menghitung jumlah kata yang
diperolehnya dalam karangan tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk lebih bersemangat dalam belajar. Peneliti juga
memberikan reward bagi peserta yang terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Kemudian peneliti bersama peserta didik mengakhiri pembelajaran
dengan mengucap Hamdalah bersama, dan peneliti mengucapkan salam.
C. Pengamatan
1) Deskripsi Observasi Keterampilan Peneliti
Hasil rata-rata observasi keterampilan peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus
II dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini.
E. Refleksi
Secara garis besar kegiatan pembelajaran dalam siklus II baik. Pada siklus ini
peneliti dan observer meperoleh temuan-temuan sebagai berikut:
1. Pembelajaran sudah berlangsung dengan baik karena peserta didik sudah terbiasa
dengan metode pembelajaran yang digunakan.
2. Selama proses pembelajaran peneliti selalu memberikan perhatian yang merata
kepada peserta didik.
3. Peserta didik tampak bersungguh-sungguh dalam membuat Mind Mapping dan
saat mengerjakan evaluasi. Semua indikator yang dilakukan peneliti dan peserta
didik dilaksanakan dengan baik.
F. Temuan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ada beberapa temuan yang
diperoleh dalam pelaksanaan penelitian ini diantaranya:
a. Peserta didik merasa senang dengan penerapan metode pembelajaran Mind mapping,
karena mereka dapat belajar sambil berekspresi dengan bakat seni mereka. Peserta
didik lebih mudah memahami materi dengan diterapkannya metode pembelajaran
Mind Mapping. Mereka juga termotivasi dalam belajar untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan mendapatkan penghargaan.
b. Penerapan metode pembelajaran Mind Mapping membuat peserta didik yang semula
pasif menjadi aktif dalam pembelajaran. Mereka dapat mengungkapkan pemikiran
mereka, dan mereka merasa didengar, serta dihargai.
c. Prestasi belajar peserta didik kelas V SDN Tunge 2 Wates Kediri mengalami
peningkatan dengan diterapkannya metode pembelajaran Mind Mapping pada
penguasaan kosakata mata pelajaran Bahasa Jawa.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik
mengalami peningkatan mulai tes awal, tes akhir I, samapi tes akhir II. Hal ini dapat
diketahui dari rata-rata nilai peserta didik, rata-rata tes awal 70,20 (pre test) meningkat
menjadi 78,54 pada tes akhir I (siklus I), dan meningkat lagi menjadi 86,25 pada tes akhir
II (siklus II).
Selain dapat dilihat dari nilai rata-rata peserta didik. peningkatan hasil belajar
peserta didik dapat dilihat pula dari ketuntasan hasil belajar atau Kriteria Ketuntasan
Minimsl (KKM) yang ditetapkan yaitu 70. Terbukti pada tes awal, dari 30 peserta didik
yang mengikuti tes, 13 peserta didik yang tuntas dan 17 peserta didik yang tidak tuntas.
Dengan prosentase ketuntasan hasil belajar 43,33%. Prosentase ketuntasan hasil belajar
meningkat pada tes akhir I yaitu 66,66% dengan 30 peserta didik yang mengikuti tes, 20
peserta didik tuntas dan 10 peserta didik tidak tuntas. Selanjuntnya prosentase ketuntasan
meningkat lagi pada tes akhir II yaitu 83,33% dengan 30 peserta didik yang mengikuti
tes, 25 peserta didik tuntas dan 5 peserta didik tindak tuntas.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat peningkatan hasil belajar bahasa
Jawa berupa peningkatan penguasaan kosakata bahasa Jawa dengan menggunakan model
pembelajaran Mind Mapping dari siklus I sampai dengan siklus II Hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajar. Perubahan perilaku tersebut dapat berupa peningkatan keterampilan maupun
peningkatan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik.