Gambar 1.
Odonotogenesis dan anatomi gigi. (a) Gambar mengilustrasikan tahap-tahap utama perkembangan
gigi: bud stage, cap stage, bell stage, dan crown stage. Warna merah muda: epitel oral, coklat :
mesenkim gigi, biru tua: ameloblas, biru muda: odontoblas, kuning : dentin, putih : enamel, merah :
pulpa. Meskipun lesi mandibula dapat berasal dari sel-sel pada perkembangan gigi awal, lesi sering
tidak bermanifestasi sampai tahapan usia berikutnya. (b) Radiografi memperlihatkan anatomi gigi
yang matur. Lesi pada mandibula secara khas berasal dari lokasi yang karakteristik di dalam dan di
sekitar gigi (Sumber: Dunfee BL et al, 2006).
Tahap Odontogenesis
Tidak semua gigi berkembang dalam waktu yang sama. tanda-tanda pertama
perkembangan gigi pada embrio ditemukan di daerah anterior mandibula waktu usia 5-6
minggu, sesudah terjadi tanda-tanda perkembangan gigi di daerah anterior maksila kemudian
berlanjut ke arah posterior dari kedua rahang.
Menurut McDonald (2000) dan Finn (2003), pertumbuhan dan perkembangan gigi
dibagi dalam tiga tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi, dan erupsi:
1. Tahap Perkembangan Gigi Tahap perkembangan adalah sebagai berikut (McDonald
dan Avery, 2000; Finn, 2003):
a. Inisiasi (bud stage), Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel
mulut. Sel-sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih
cepat daripada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di
regio bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian rahang atas dan
bawah.
b. Proliferasi (cap stage), Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam
mengalami proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papil gigi yang
kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang
berada di sekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut
kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang
alveolar.
c. Histodiferensiasi (bell stage), Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel
epitel email dalam (inner email epithelium) menjadi semakin panjang dan
silindris, disebut sebagai ameloblas yang akanberdiferensiasi menjadi email dan
sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblasyang akan berdiferensiasi
menjadi dentin.
d. Morfodiferensiasi Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan
untuk menghasilkan bentuk dan ukuran gigi. Proses ini terjadi sebelum deposisi
matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel email bagian dalam
tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas
merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk.
Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola
pembentuk setiap macam gigi. Terdapat deposit email dan matriks dentin pada
daerah tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi
sesuai dengan bentuk dan ukurannya.
e. Aposisi Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan
sementum. Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah
tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%-30%.
2. Tahap Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik selama
pengendapan matriks. Kalsifikasi dimulai selama pengendapan matriks oleh endapan
dari suatu nidus kecil, selanjutnya nidus garam-garam kalsium anorganik bertambah
besar oleh tambahan lapisan-lapisan yang pekat (Itjiningsih, 1991). Apabila
kalsifikasi terganggu, butir kalsium individu di dalam dentin tidak menyatu dan
tertinggal sebagai butir kalsium dasar yang terpisah di dalam daerah matriks
eosinofilik tersendiri yang tidak terkalsifikasi. Kekurangan-kekurangan seperti ini
sangat mudah dikenali di dalam dentin (disebut interglobullar dentin), tetapi itu semua
juga dapat dikenali walaupun tidak jelas dalam kalsifikasi tulang atau enamel
(Itjiningsih, 1991). Kalsifikasi enamel dan dentin sangat sensitif pada perubahan-
perubahan metabolik yang kecil pada anak-anak. Kalsifikasi jaringan ini tidak
seragam tetapi sifatya bervariasi selama perkembangan yang berbeda dari
pertumbuhan individu. Bila terjadi gangguan pada tahap kalsifikasi ini akan
menyebabkan kelainan struktur jaringan keras gigi misalnya hipokalsifikasi
(Itjiningsih, 1991).
3. Erupsi Gigi
Erupsi gigi merupakan proses perkembangan gigi yang bergerak dari posisi benih gigi
di tulang alveolar ke permukaan oklusal di dalam rongga mulut, beroklusi dengan gigi
antagonisnya, dan berfungsi untuk pengunyahan. Masing-masing gigi pada tiap
individu memiliki waktu erupsi yang berbeda. Faktor yang memengaruhi erupsi gigi
diantaranya jenis kelamin, nutrisi, tinggi badan dan berat badan, genetik, hormonal
dan status sosial ekonomi. Gangguan pada waktu atau urutan erupsi dapat
menyebabkan komplikasi seperti maloklusi, crowding, gangguan kebersihan mulut,
penyakit periodontal, dan kebutuhan perawatan ortodontik. Periode gigi primer
berakhir ketika gigi permanen pertama mengalami erupsi, yakni gigi permanen molar
pertama rahang bawah. Tulang rahang mulai tumbuh selama periode ini untuk
mengakomodasi gigi permanen yang lebih besar. Gigi molar pertama permanen
merupakan gigi yang pertama kali erupsi dan secara normal erupsi pada usia 6-7
tahun. Gigi molar pertama permanen ini merupakan gigi terbesar di antara gigi geligi
lainnya dan sangat penting untuk merangsang pertumbuhan rahang di masa usia dini.
DAFTAR PUSTAKA