Anda di halaman 1dari 5

ODONTOGENESIS

Gambar 1.
Odonotogenesis dan anatomi gigi. (a) Gambar mengilustrasikan tahap-tahap utama perkembangan
gigi: bud stage, cap stage, bell stage, dan crown stage. Warna merah muda: epitel oral, coklat :
mesenkim gigi, biru tua: ameloblas, biru muda: odontoblas, kuning : dentin, putih : enamel, merah :
pulpa. Meskipun lesi mandibula dapat berasal dari sel-sel pada perkembangan gigi awal, lesi sering
tidak bermanifestasi sampai tahapan usia berikutnya. (b) Radiografi memperlihatkan anatomi gigi
yang matur. Lesi pada mandibula secara khas berasal dari lokasi yang karakteristik di dalam dan di
sekitar gigi (Sumber: Dunfee BL et al, 2006).

Perkembangan gigi merupakan proses kompleks yang disebut juga odontogenesis.


Odontogenesis adalah Proses terbentuknya jaringan gigi, proses ini tidak terjadi pada waktu
yang bersamaan untuk semua gigi. Proses ini dipicu oleh sel-sel cranial neuralcrest (CNC)
yang bermigrasi maksila dan mandibula. Perkembangan gigi yang terdiri dari rangkaian
peristiwa biokimia dan seluler diawali dengan induksi pada jaringan embrionik, dengan
proses yang hampir sama pada semua embrio.
Gigi pada orang dewasa ialah dentes permanentes. Pada tiap belah maxilla atau
mandibula, dari frontal atau medial ke oksipital atau distal terdapat berturut-turut dens
incisivus pertama, dan kedua, dens caninus, dens premolaris pertama dan kedua, dens molaris
pertama dan ketiga. Pada satu gigi dapat dibedakan corona dentis kelihatan di luar gingiva,
collum dentis terdapat di dalam gingiva, dan radix dentis terdapat di dalam alveolus. Di
dalam gigi terdapat ruangan cavum dentis yang melanjutkan diri di dalam radix dentis
sebagai canalis radicis dentis bermuara pada pucuk radix dentis sebagai foramen apicis
radicis dentis. Pada corona dapat dibedakan 5 dataran. Susunan mikroskopis gigi yaitu
dinding gigi terdiri atas dentin (dentinum) atau substansia eburnea, email (enamelum) atau
substansia adamantina, dan cementum atau substansia ossea atau crusta petrosa. Pada minggu
keempat perkembangan embriologik, arkus brachial pertama membentuk madibula melalui
fusi prominensia mandibula bilateral. Struktur ini kemudian membentuk gigi melaui proses
yang disebut odontogenesis. Tiap-tiap gigi berkembang dari (a) ectodermal cells, yang
berkembang menjadi ameloblast dan regio gigi luar lain, dan (b) ectomesenchymal cells,
yang membentuk odontoblasts dan papila dental. Proses ini dimulai pada corona gigi dan
berlanjut hingga ke akar/radix. 2 Odontogenesis terjadi dalam 4 tahap yaitu ; tahap bud, cap,
bell, dan crown. Pada minggu keenam perkembangan embriologi, sel mesenkimal menebal
dan membentuk lamina dental primer. Sel ini mulai untuk berinvaginasi membentuk tooth
bud dengan overlying cap. Pada minggu ke 20, tooth bud nampak menjadi bentuk bell dengan
sel ameloblastik dan odontoblastik aktif. Sel ameloblastik memproduksi enamel gigi,
sedangkan sel odontoblastik membentuk dentin. Produksi enamel memerlukan formasi
lengkap dari dentin. Kedua proses
ini selesai pada fase crown, dimana gigi dalam tahap perkembangan akhir. Sebelum
selesainya odontogenesis, baik lamina dental primer dan sekunder menghilang. Adanya sisa
sel embrionik ini dapat menjadi lesi benigna atau maligna dikemudian hari.

Tahap Odontogenesis
Tidak semua gigi berkembang dalam waktu yang sama. tanda-tanda pertama
perkembangan gigi pada embrio ditemukan di daerah anterior mandibula waktu usia 5-6
minggu, sesudah terjadi tanda-tanda perkembangan gigi di daerah anterior maksila kemudian
berlanjut ke arah posterior dari kedua rahang.
Menurut McDonald (2000) dan Finn (2003), pertumbuhan dan perkembangan gigi
dibagi dalam tiga tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi, dan erupsi:
1. Tahap Perkembangan Gigi Tahap perkembangan adalah sebagai berikut (McDonald
dan Avery, 2000; Finn, 2003):
a. Inisiasi (bud stage), Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel
mulut. Sel-sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih
cepat daripada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di
regio bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian rahang atas dan
bawah.
b. Proliferasi (cap stage), Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam
mengalami proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papil gigi yang
kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang
berada di sekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut
kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang
alveolar.
c. Histodiferensiasi (bell stage), Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel
epitel email dalam (inner email epithelium) menjadi semakin panjang dan
silindris, disebut sebagai ameloblas yang akanberdiferensiasi menjadi email dan
sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblasyang akan berdiferensiasi
menjadi dentin.
d. Morfodiferensiasi Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan
untuk menghasilkan bentuk dan ukuran gigi. Proses ini terjadi sebelum deposisi
matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel email bagian dalam
tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas
merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk.
Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola
pembentuk setiap macam gigi. Terdapat deposit email dan matriks dentin pada
daerah tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi
sesuai dengan bentuk dan ukurannya.
e. Aposisi Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan
sementum. Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah
tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%-30%.

2. Tahap Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik selama
pengendapan matriks. Kalsifikasi dimulai selama pengendapan matriks oleh endapan
dari suatu nidus kecil, selanjutnya nidus garam-garam kalsium anorganik bertambah
besar oleh tambahan lapisan-lapisan yang pekat (Itjiningsih, 1991). Apabila
kalsifikasi terganggu, butir kalsium individu di dalam dentin tidak menyatu dan
tertinggal sebagai butir kalsium dasar yang terpisah di dalam daerah matriks
eosinofilik tersendiri yang tidak terkalsifikasi. Kekurangan-kekurangan seperti ini
sangat mudah dikenali di dalam dentin (disebut interglobullar dentin), tetapi itu semua
juga dapat dikenali walaupun tidak jelas dalam kalsifikasi tulang atau enamel
(Itjiningsih, 1991). Kalsifikasi enamel dan dentin sangat sensitif pada perubahan-
perubahan metabolik yang kecil pada anak-anak. Kalsifikasi jaringan ini tidak
seragam tetapi sifatya bervariasi selama perkembangan yang berbeda dari
pertumbuhan individu. Bila terjadi gangguan pada tahap kalsifikasi ini akan
menyebabkan kelainan struktur jaringan keras gigi misalnya hipokalsifikasi
(Itjiningsih, 1991).

3. Erupsi Gigi
Erupsi gigi merupakan proses perkembangan gigi yang bergerak dari posisi benih gigi
di tulang alveolar ke permukaan oklusal di dalam rongga mulut, beroklusi dengan gigi
antagonisnya, dan berfungsi untuk pengunyahan. Masing-masing gigi pada tiap
individu memiliki waktu erupsi yang berbeda. Faktor yang memengaruhi erupsi gigi
diantaranya jenis kelamin, nutrisi, tinggi badan dan berat badan, genetik, hormonal
dan status sosial ekonomi. Gangguan pada waktu atau urutan erupsi dapat
menyebabkan komplikasi seperti maloklusi, crowding, gangguan kebersihan mulut,
penyakit periodontal, dan kebutuhan perawatan ortodontik. Periode gigi primer
berakhir ketika gigi permanen pertama mengalami erupsi, yakni gigi permanen molar
pertama rahang bawah. Tulang rahang mulai tumbuh selama periode ini untuk
mengakomodasi gigi permanen yang lebih besar. Gigi molar pertama permanen
merupakan gigi yang pertama kali erupsi dan secara normal erupsi pada usia 6-7
tahun. Gigi molar pertama permanen ini merupakan gigi terbesar di antara gigi geligi
lainnya dan sangat penting untuk merangsang pertumbuhan rahang di masa usia dini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cahayawati, T. D. (2018) ‘Ameloblastoma’, 7(1), pp. 19–25.


2. Yunus, B. and Iman, K. I. (2020) ‘Prevalensi anomali jumlah gigi ditinjau dari
radiografi panoramik di RSGM UNHAS Makasar’, Jurnal Radiologi
Dentomaksilofasial Indonesia, 4 (1), p. 17. Doi : 10.32793/jrdi.v4il.475.
3. Imelda M. Gultom. Pertumbuhan Dan Perkembangan gigi Geligi Pada Masa
Embrional. Pendidikan dokter gigi, Universitas Sumatera Utara. 2008.
4. (Sukmana, Huldani and Hakim, 2020) Sukmana, B. I., Huldani, H. and Hakim, A. Q.
(2020) ‘Comparison of Tooth Crowns and Roots Between Banjarese and Javanese
Patients At Gusti Hasan Aman Dental Hospital’, Dentino : Jurnal Kedokteran Gigi,
5(1), p. 92. doi: 10.20527/dentino.v5i1.8121.

Anda mungkin juga menyukai