Nama kelompok 1 :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri. Konsep
diri secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang
dirinya sendiri. Perkembangan dan pengelolaan konsep diri dimulai pada usia
muda dan terus berlangsung sepanjang masa kehidupan. Konsep diri menurut
Rosenberg menyatakan bahwa konsep diri merupakan struktur mental, suatu
totalitas pikiran, perasaan dalam hubungannya dengan diri sendiri, bahwa konsep
diri merupakan kesan individu terhadap dirinya secara keseluruhan meliputi
pendapatan tentang diri sendiri, tentang citra diri di mata orang lain, dan hal-hal
yang dapat dicapai.1
Gangguan konsep diri merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami
atau berisiko mengalami kondisi perubahan perasaan pikiran atau pandangan
dirinya sendiri yang negatif. Gangguan konsep diri merupakan salah satu bentuk
masalah kejiwaan yang sering terjadi. Gangguan konsep diri meliputi gangguan
pada: gambaran diri, ideal diri, penampilan peran, identitas diri, dan harga diri.
Menurut data World Health Organitation (WHO) tahun 2009, prevalensi masalah
kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi 25% dari penduduk dunia pernah menderita
masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi
seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta
orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku
dan jumlahnya terus meningkat. Menurut Sekjen Depkes, H. Syafii Ahmad,
kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara
termasuk indonesia. Menurut data dari departemen kesehatan orang yang
mengalami gangguan masalah kejiwaan yang didalamnya termaksud orang-orang
yang mengalami gangguan konsep diri yaitu sebesar 2,5 juta jiwa, yang diambil
dari data Rumah sakit jiwa di Indonesia.2
Individu dengan konsep diri yang positif mampu lebih baik membentuk,
mengembangkan, dan mempertahankan hubungan dengan diri sendiri, melawan
penyakit psikologis dan fisik. Individu yang memiliki konsep diri yang kuat
mempunyai kemampuan sangat baik untuk menerima sesuatu atau beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi selama hidupnya baik itu menyangkut dirinya
sendiri atau dengan orang lain. Namun apabila terjadi ketidakseimbangan diantara
hal tersebut maka akan terjadi gangguan konsep diri.3
1.2 Tujuan
1.2.1 tujuan umum
Mengaplikasikan kemampuan dalam menganalisa penerapan berbagai
konsep Keperawatan jiwa : gangguan Risiko Perilaku Kekerasan,
Risiko Bunuh Diri, Waham, Halusinasi, Isolasi Sosial, Defisit
Perawatan Diri, klien dengan gangguan konsep diri, klien dengan
kecemasan dan kehilangan, klien dengan ketidakberdayaan dan
keputusasaan, dan dengan distress spiritual.
1.2.2 tujuan khusus
1. mahasiswa mampu memahami tentang defenisi gangguan konsep
diri
2. mahasiswa mampu memahami tentang etiologi gangguan konsep
diri
3. mahasiswa mampu memahami tentang tanda dan gejala gangguan
konsep diri
4. mahasiswa mampu memahami tentang intervensi
keperawatan/strategi pelaksanaan
5. mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan
gangguan konsep diri
1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu mengaplikasikan dan menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien gangguan jiwa dengan kasus gangguan konsep diri.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negative
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi
secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba tiba, missal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll. Pada
klien yang dirawat dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy
yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll),
harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai
b. Kronik, Evaluasi diri/ perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama
B. Etiologi
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi :
a. Faktor Predisposisi
1) Citra tubuh
Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh
kembang atau penyakit).
Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi
tubuh.
Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
2) Harga diri
Penolakan.
Kurang penghargaan.
Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten. terlalu dituruti,
terlalu di tuntut.
Persaingan antar keluarga.
Kesalahan dan kegagalan berulang.
Tidak mampu mencapai standar.
3) Ideal diri
Cita-cita yang terlalu tinggi.
Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Ideal diri samara tau tidak jelas.
4) Peran.
Stereotype peran seks.
Tuntutan peran kerja.
Harapan peran kultural.
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma
2) Ketegangan peran
3) Transisi peran pengembangan
4) Transisi peran situasi
5) Transisi peran sehat sakit
C. Tanda dan Gejala
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktivitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
6. Lebih banyak menunduk
7. Bicara lambat dengan suara lemah
8. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadappenyakit
9. Rasa bersalah terhadap dir sendiri
10. Merendahkan martabat sendiri
11. Menarik diri
12. Percaya diri kurang
13. Konsentrasi kurang
14. Regresi perkembangan
15. Mencederai diri.
Selain tanda dan gejala tersebut kita juga mengamati penampilan seseorang
dengan harga diri rendah yang tampak kurang memperhatikan perawatan.
D. Pohon Masalah
Effect Isolasi social
E. Masalah Keperawatan
1. Koping individu tidak efektif
2. Harga diri rendah kronis
3. Isolasi social
Kasus
1. Pengkajian
Perawat yang mengkaji : Inozen
Unit : Rawat Inap
Ruang/kamar : Anggrek /111bed 3
Tanggal/waktu masuk RS : 16 Juli 2019, pukul 10.00 WIB
Tanggal/waktu pengkajian : 17 Juli 2019, pukul 14.00 WIB
Cara pengkajian : Autoanamnesa, Auloanamnesa, RM
2. Identitas Klien
Nama : Nn. M
Umur : 31 Tahun
Tempat/tgl lahir : Semarang, 25 Desember 1988
Alamat : Jl. kagok dalam III, nomor 57
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
I. ALASAN MASUK
Keluarga pasien mengatakan bahwa 2 bulan sebelum masuk RSJ klien sering
menyendiri, membanting barang, bicara sedikit, sulit komunikasi, bicara sendiri dan sulit
tidur.
II. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
√
Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil √ Kurang berhasil
Tidak berhasil
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa ±3 tahun yang lalu, pernah rawat jalan di
RSJ. SUNGAI BANGKONG
2. Kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil
3. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
4. Klien mempunyai pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan yaitu ia jatuh dari
sepeda.
Masalah Keperawatan : Distress Spiritual
IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan :
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah mata
karena bisa melihat.
b. Identitas : Klien mengatakan anak ke-5 dari 5 bersaudara.
c. Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah sebagai anak.
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, merasa bosan
dan ingin bekerja lagi.
e. Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain
selain ibu dan adiknya,klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang lain,
kurang interaksi sosial.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang dekat dengan klien adalah ibu, istri dan ke dua anak ny.
b. Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien sakit sering mengikuti gotong
royong didesanya.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: selama klien rawat jalan / berobat
jalan temannya berkurang karena klien malu berkomunikasi.
Masalah Kepeawatan : Menarik diri
4. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, jika sholat klien shabis sholat
klien berdoa agar cepat sembuh.
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi
√ Cara berpakaian tidak
Penggunaan pakaian
tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : Pihak keluarga menjelaskan bahwa pasien selalu memperhatikan
penampilan dirinya karena pasien ingin selalu diperhatikan oleh orang-orang
disekitarnya.
Masalah Keperawatan : Kealpaan Tubuh Unilateral
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap √ Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan : Nn.M ketika berbicara dengan keluarganya, keluarga sulit menerima
perkataan yang diucapkan karena sulit dipahami, karena berbeda makna.
Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal
3. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah √ Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan : Nn.M merasa agitasi karena ditinggal oleh suaminya
Masalah Keperawatan : Duka Cita
4. Alam Perasaan
√
Sedih Ketakutan Putus asa
Khawatir Gembira berlebihan
Jelaskan : Nn.M ditinggal oleh suaminya
Masalah Keperawatan : Duka Cita
5. Afek
Datar Tumpul √ Labil
Tidak sesuai
Jelaskan : Nn.M tiba-tiba gembira, kadang sedih karena di tinggal suaminya,
akhirnya Nn.M melakukan ritual sesajen agar awet muda
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Koping
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan √ Tidak
Mudah
kooperatif tersinggung
Jelaskan : Nn.M saat diwawancara tidak kooperatif karena bahasa yang digunakan
tidak bisa di pahami oleh perawat
Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal
7. Proses Pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan Asosiasi
Disorientasi :
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : Saat perawat hendak mewanwarai Nn.M, tampak bingung dari pertanyaan
yang diajukan
Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi Verbal
10. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat jangka
pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
DO:
- Klien tampak malu saat berbicara
S:
19 Juli 2019 3. Mengidentifikasi kemampuan Klien mengatakan cara penilaian positif
Jam 17.00 dan aspek positif yang dimiliki tidak boleh berfikir jelek terhadap
dengan : orang lain,sopan santun dan ramah
Membantu yang diutamakan.
mengidentifikasi dengan O:
aspek yang positif Klien dapat mengungkapkan
Mendorong agar perasaannya
berpenilaian positif A : SP 2 tercapai
Membantu P:
mengungkapkan -lanjutkan SP 1 keluarga
perasaannya
-Anjurkan klien untuk mempertahankan
hubungan saling percaya berinteraksi secara
terarah.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengkajian dan perawatan pada Nn.M dengan gangguan konsep
diri : harga diri rendah, dapat menarik kesimpulan bahwa dalam malakukan perawatan
jiwa sangat penting sekali membina hubungan saling percaya dan juga membutuhkan
kolaborasi yang baik dengan tenaga medis (dokter dan perawat), keluarga dan juga
lingkungan (tetangga dan masyarakat) secara terapeutik, agar semua maksud dan tujuan
klien maupun perawat tercapai.
B. SARAN
1. Klien
- Libatkan klien dalam aktivitas positif
- Minum obat secara rutin dengan prinsip 5B
- Memahami aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya
- Berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain
2. Keluarga
- Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
- Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
- Menerima klien apa adanya
- Hindari pemberian penilaian negatif
3. Perawat
- Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
- Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
- Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
- Memberi reinforcement
DAFTAR PUSTAKA