Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian status gizi merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan gizi seseorang yang berhubungan dengan pola makan dan aktivitasnya.
Melalui penilaian status gizi dapat diketahui apakah seseorang termasuk dalam
kelompok gizi kurang, normal, dan gizi lebih.Penilaian status gizi dapat dibagi
menjadi 4 (empat) metode atau cara penilaian yakni antropometri, biokimia, klinis
dan biofisik (Supariasa.et.al, 2012).
Indonesia adalah salah satu negara tropis. Sepanjang sejarah, wilayah tropis lebih
mudah terjangkit penyakit menular dibandingkan dengan wilayah beriklim sedang.
Penyebab utamanya adalah faktor lingkungan dimana wilayah tropis memiliki
kelembaban cukup tinggi dan pertumbuhan biologis sebagai pendukung
keanekaragaman hayati yang tinggi termasuk patogen, vektor, dan hospes. Hal ini
diperparah oleh faktor kesadaran masyarakat dan pengendalian penyakit menular atau
penyakit tropis yang kurang optimal (Skolnik dan Ambareen, 2010). Salah satu
contoh penyakit tropis yaitu tuberkulosis.
Meskipun Indonesia memiliki potensi tinggi terhadap penyakit TB, Indonesia
adalah negara pertama dari high burden country (HBC,negara-negara dengan
peringkat 22 besar dalam hal jumlah absolut kasus TB sekaligus penerima perhatian
khusus dari dunia sejak tahun 2000) diwilayah WHO Asia Tenggara yang berhasil
mencapai target global TB.Target global tersebut meliputi keberhasilan dalam deteksi
dan pengobatan pada tahun 2006, yaitu Angka Penemuan Kasus (Crude Detection
Rate/CDR) di atas 70% dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Treatment Succes
Rate/TSR) di atas 85% pada tahun 2006. Pencapaian target global tersebut merupakan
tonggak pencapaian program pengendalian TB nasional yang utama (Kemenkes RI,
2015).

1|Page
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan proses asuhan gizi terstandar pada pasien TB Tulang pasca
bedah di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya

2. Tujuan Khusus
 Melakukan skirining gizi pada pasien pra bedah di ruang dahlia
 Melakukan Assesment (antropometri, biokimia, klinis/fisik, dietary history)
pada pasien hematuria
 Mampu menyusun NCP pada pasien pra bedah di ruang dahlia
 Mampu melakukan edukasi kepada pasien

2|Page
BAB II
GAMBARAN UMUM PASIEN

A. Narasi Kasus
Tn B merupakan pasien rujukan dari RS Tamiang Layang. Pasien datang dengan
keluhan nyeri pungung sejak 1 tahun sebelum masuk RS. Nyeri menjalar kekaki dan
tulang dan menyebabkan nyeri bertambah saat duduk dan bergerak. Pada tanggal 21
Februari 2019 pasien di diagnose Ulkus abses r/vertebra lumbalis post op SUSP TB
tulang. Pada diagnose akhir pasien didiagnosa A18.0 Tubercolodid of bones and joints.
Pada uji lab tanggal 20 Februari 2019 didapatkan hasil creatinin 1,35 mg/dL dan gula
darah sewaktu 82 mg/dL. Diberikan obat GAT sejak pertengahan Januari yaitu 4FDC
1x3 tab. Kesadaran pasien compos mentis TD : 110/80 mmHg, Nadi 73/menit, nafas
52x/menit, suhu 36,2C, pasien diberikan infus RL 20 tpm disertai obat injeksi Ketolac
3x30mg/IV, ranitidine 2x 50 mg/IV dan 4FDC 1x3 tab.
Data Pasien
1. Identitas pasien :

Tabel 1 Identitas Umum Pasien


Nama : Tn. B Aktivitas fisik : Bedrest
Umur : 31 tahun Suku/Bangsa : Dayak Manyan
Jenis kelamin : Laki-Laki Alamat : Jl.G.Obos II
Agama : Katolik
Pekerjaan : Driver Ruang : R-19
Pendidikan : Tamat SMP Diagnosa Medis Awal : Ulkus abses r/vertebra
lumbalis post op SUSP TB Tulang
Diagnosa Medis Akhir : A18.0 Tubercolosis of
bones and joint.
Sosial Ekonomi : Menengah kebawah Tgl Kasus :

2. Data subjektif
a. Riwayat penyakit

3|Page
Tabel 2 Riwayat Penyakit Pasien
Keluhan Utama Nyeri area punggung.

Riwayat Penyakit Dahulu -

Riwayat Penyakit -
Keluarga
Riwayat Penyakit Ulkus abses r/vertebra lumbalis post op SUSP TB Tulang
Sekarang
Sumber : Data Rekam Medik 2018 dan Wawancara

b. Riwayat gizi

Tabel 3 Riwayat Gizi Pasien


Alergi/pantangan makanan -
Diet yang pernah dijalankan Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
Kebiasaan makan Makanan pokok : Nasi 3x/ hari
Lauk hewani : Ikan 1 -2 x/ hari
Lauk nabati : Jarang dikonsumsi
Sayur : Jarang dikonsumsi
Buah : Jarang dikonsumsi

Minuman : Air putih


Frekuesi makan sebelum 3x makanan utama dan jarang selingan
masuk RS

Makanan kesukaan Tn. H lebih suka mengkonsumsi makanan yang bergoreng,


tidak suka yang direbus-rebus dan menyukai makanan
yang diosen.

Masalah gastrointestinal -

Aktivitas Tn. B dalam keadaan berbaring (bed rest)

c. Riwayat personal
 Tn. B berstatus sudah menikah, memiliki istri dan anak.
 Tn. B sebelumnya belum pernah mendapatkan konseling gizi.

4|Page
 Tn. B masuk masuk ke rumah sakit dikarenakan keluhan nyeri area punggung.
3. Data objektif
a. Antropometri
Data antropometri yang didapatkan dilakukan dengan cara pengukuran langsung
melalui estimasi tinggi lutut dan estimasi LILA.
 Tinggi Lutut : 64,19 cm
 LILA : 24,8 cm
 TB : Estimasi TB berdasarkan Tinggi Lutut
= 64,19 – (0,04 x U) + (2,02 x TL)
64,19 – (0,04x 30) + (2,02 x 44)
64,19 – 1,2 +88,8
151,87 cm
 BB : Estimasi BB berdasarkan LILA = (3,75 x LILA )- 43,45
= (3,75 x 29,8) – 43,45
4. Biokimia
Tabel 4 Data Pemeriksaan Biokimia
Nilai Normal Standar
Pemeriksaan Hasil Keterangan
Rumah Sakit
WBC 9,76 x 10^3/ul 4,00 – 10,00
Neu % 78,3 % 50,0 – 70,0 H
Lym% 12,0% 20,0 – 40,0 L
Mon % 5,9 % 3,0 – 12,0
Eos % 3,5% 0,5 – 5,0
Bas % 0,3 % 0,0 – 1,0
Neu # 7,64 x 10^3/ul 2,00 – 7,00 H
Lym # 1,17 x 103/ul 0,80 – 4,00
Mon # 0,58 x 103/ul 0,12 – 1,20
Eos # 0,34 x 103/ul 0,02 – 0,50
Bas # 0,03 x 103/ul 0,00 – 0,10
RBC 6,04 x 106/ul 3,50 – 5,50 H
HGB 10,7 g/dl 11,0 – 16,0 L
HCT 36,0% 37,0 – 54,0 L
MCV 59,6≠ 80,0 - 100,0 L
MCH 17,7 pg 27,0 – 34,0 L
MCHC 27,7 g/dl 32,0 36,0 L
RDW – CV 17,7% 11,0 – 16,0 H
RDW – SD 45,2 fl 35,0 – 56,0
PLT 367 x 103/ul 150 – 400
MPV 7,5 fl 6,5 – 12,0
PDW 15,3 9,0 – 17,0

5|Page
PCT 0,279 % 0,108 – 0,282
ALY % 0,0% 0,0 – 2,0
LLC % 0,2% 0,0 – 2,5
ALY # 0,00 x 103/ul 0,00 – 0,20
LLC # 0,02 x 103/ul 0,00 – 0,20

5. Pemeriksaan fisik klinis


Tabel 5 Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan


Tekanan darah 110/80 mmHg 110/65 mmHg Normal
Nadi 73x/menit 75-105 x/menit Normal
Suhu 36,20C 36,1 – 37,2 0C Normal
Respirasi 25x/menit 18-26 x/menit Normal
6. Diagnosa Medis
Diagnosa Medis Awal : Ulkus abses r/vertebra lumbalis post op SUSP TB Tulang
Diagnosa Medis Akhir : A18.0 Tubercolosis of bones and joint.

7. Pengobatan
Tabel 6 Pengobatan / Tindakan Yang Diberikan
Jenis Fungsi Interaksi Dengan Efek Samping
Obat/Tindakan Makanan/Obat
4FDC 1x3 tab Untuk mengobati Dikonsumsi saat perut Gangguan
tuberculosis (TBC) dan kosong penglihatan,
infeksi bakteri penurunan
Mycobacterium tertentu. visus, skotoma
Rimstar 4FDC tablet sentrsl, buta
mengandung kombinasi warna hijau-
Rimfapicin, soniazid, merah serta
pyrazinamide, dan penyempitan

6|Page
ethambuto. pandangan.
Reaksi alergi,
gangguan
saluran
pencernaan,
masalah system
saraf pusat,
gangguan fungsi
hati, sakit
kepala, pusing,
kejang,demam.
Ketorolac 3x 30 Mengatasi nyeri sedang  Rasa
menit hingga nyeri berat untuk mengantuk,
sementara. Biasanya pusing, sakit
obat ini digunakan kepala,
sebelum atau sesudah perubahan
prosedur medis, atau mental dan
setelah operasi. sensorik,
berkeringat
berleihan, rasa
haus, mulut
kering, nyeri
dada, palpitasi,
nyeri otot,
hipertensi,
kesulitan
bernafas, sesak,
penurunan laju
nadi
(braikardia),
peningkatan
kadar urea dan
kreatinin darah,
GGA,

7|Page
hiponatremia,
hiperkalemia,
retensi urine,
nyeri punggung
bawah dengan
atau tanpa
keluhan
hematuria
(darah pada
urin),
peningkatan
fungsi liver,
nyeri atau
sensasi
perih/terbakar
(pada obat tetes
mata)
Ranitidine 2x50 Bekerja dengan cara Konsumsi bersama Diare, nyeri
mg/IV menekan sekresi asam makanan atau antasida otot, pusing, dan
lambung atau menekan dengan ranitidine dapat timbul ruam
pembentukan asam menyebabkan absorpsi kulit, malaise,
lambung. ranitidine hingga nausea,
33%dan konsentrasi konstipasi.
puncak dalam serum
menurun hingga 613-
432 ng/mL.

8. Terapi Intravena
Infus Ringer Laktat 500 mL 20 tpm
9. Data Asupan Cairan Pasien
Tabel 8 Data Asupan Cairan Pasien
Hari/Tanggal Asupan Cairan
(Minuman + Makanan)
Jumat, 08 Maret 2019 1200 ml

8|Page
B. Terapi Diet dari Rumah Sakit
Terapi diet yang diberikan kepada Tn. B adalah Diet ETPT.

9|Page
BAB III
PELAKSANAAN ASUHAN GIZI

A. Skrining
FORMULIR SKRINING GIZI-DEWASA
( MALNUTRITION SCREENING TOOL-MST)
Nama : Tn. B Tanggal pemeriksaan : 7 Maret 2019
No. Rekam Medis : Umur : 30 tahun
Ruang/kelas : Dahlia 19 Berat badan : 68, 3 kg
Jenis kelamin : Laki-laki Tb/Pb : 151,87 cm
Status gizi :
 %LILA  93,4 % (gizi baik)
No Parameter Skor
1 Apakah pasien mengalami penurunan berat badan Tidak Ada 0 
yang tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir ? Ragu 2
Ya, ada penurunan berat badan sebanyak:
1-5 kg 1
6-10 kg 2

11-15 kg 3
>15 kg 4

Ragu 2
2 Apakah pasien mengalami penurunan asupan makan
Tidak 0 
karena penurunan nafsu makan (atau karena tidak bisa
Ya 1
mengunyah dan menelan)?
3 Apakah pasien dengan diagnosa khusus? (dicentang) Tidak
(pasien dengan penurunan imunitas, GGK, GGK Ya
hemodialisis, geriatri >70 tahun, dirawat di HCU/ICU,
penurunan kesadaran, kegawatan abdomen
Diagnosa Medis
(pendarahan, ileus, peritonitis, asites masif, tumor
Awal : Ulkus
intrabdomen besar, post operasi), gangguan
abses r/vertebra
pernafasan berat (pneumonia berat), keganasan
lumbalis post
dengan komplikasi, gagal jantung, sirosis hepatis,
op SUSP TB
transplantasi, cidera kepala berat, stroke, DM, kanker
Tulang
kemotrapi, luka bakar, atau kondisi sakit berat
Diagnosa Medis Akhir :
lainnya.
A18.0 Tubercolosis of

10 | P a g e
bones and joint.

Total Skor Skrining 1


Kesimpulan Resiko rendah 
(dicentang) Resiko sedang

Resiko tinggi

Tindakan Asesmen ulang 1 minggu kemudian


(dicentang) Asesmen ulang 3 hari kemudian

Asesmen lanjut dan setiap hari

Ahli Gizi Tanda tangan :

Nama :

Pukul :

Keterangan :
Skor 0 : Resiko rendah, perlu dilakukan asesmen kembali setelah 1 minggu
Skor 1 -3 :Resiko sedang, perlu dilakukan asesmen lanjut oleh AG dan kembali
diasesmen 3 hari
Skor 4-5 :Resiko tinggi, perlu dilakukan asesmen lanjut oleh AG dan di asesmen
setiap hari

Berdasarkan hasil skrining yang dilakukan menggunakan Malnutrition Screening


Tool-Mst diketahui bahwa Tn. B masuk kedalam resiko rendah.
Recall 24 jam (Recall awal)

Tabel 9 Recall Pasien selama 24 jam

Zat gizi Asupan Kebutuhan % Tingkat Konsumsi Interpretasi

11 | P a g e
Energi (Kkal) 1465,75
Protein (gram) 53,25
Lemak (gram) 23,24
KH (gram) 313,5

12 | P a g e
Assesment

B. Assesment Gizi
1. Antropometri
AD.1.1 Komposisi/Pertumbuhan tubuh/riwayat berat badan
AD. 1.1.1 Tinggi Badan
 Tinggi badan Tn. H yaitu 155,8 cm

AD 1.1.2 Berat Badan


 Berat badan Tn. H 39 kg

AD 1.1.5 IMT
 BBI (Berat badan ideal) Tn. H yaitu :
BBI = (TB – 100) – 10% (TB-100)
= (151,87 – 100 ) – 10% (151,87 – 100)
= 51,87 – 10% (51,87)
= 51,87 – 5,18
= 46,69 kg

 LILA/ U
Diketahui : LILA pengukuran = 29,8 cm
LILA standar = 31,9 cm
LILA Pengukuran
% Status gizi = x 100
LILA Standar
29,8
= x 100
31,9
= 93,4 % (gizi baik)
Tabel 10 Kriteria Status Gizi Berdasarkan LILA/U
Kriteria Nilai
Obesitas >120% standar
Overweight 110-120% standar
Normal 90-110% standar
Kurang 60-90% standar
Buruk <60% standar

Sumber : (Jelliffe,1989 dalam Dian Handayani et al,2015)

13 | P a g e
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa status gizi Tn. B LILA/U dengan presentasi
sebesar 93,4 % termasuk normal

2. Fisik Klinis
PD.1.1 Nutrition-focused physical
PD.1.1.1 Penampilan Keseluruhan
 Penampilan keseluruhan pasien dalam keadaan berbaring/badrest karena kondisi
pasien masih belum stabil setelah operasi.
 Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

PD.1.1.9 Tanda-tanda vital

Tabel 11 Hasil Pengamatan Klinis Pasien


Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Tekanan darah 110/80 mmHg 110/65 mmHg Normal
Nadi 43x/menit 75-105 x/menit Lambat
Suhu 36,50C 36,1 – 37,2 0C Normal
Respirasi 52x/menit 18-26 x/menit Cepat

Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa tekanan darah Tn. B masuk kedalam
kategori normal, denyut nadi Tn. B masuk kedalam kategori rendah, suhu Tn. B masuk
kedalam kategori normal dan pada pemeriksaan pernafasan (RR) Tn. B masuk kedalam
kategori nafas cepat (takipnea) karena untuk pernafasan normal (RR) yaitu 18 – 26x/menit.

3. Dietary History (Riwayat Gizi)


FH 1.1.1 Asupan Energi
FH 1.1.1.1 Asupan Energi Total
Asupan energi total pasien saat dilakukan recall yaitu 1465,75 kalori (53,65% dari
total kebutuhan energi 2732 Kalori)
Identifikasi : Dari hasil tersebut diketahui bahwa asupan energi total Tn B masuk kedalam
kategori Defisit Berat dengan tingkat konsumsi 53,65 % dari kebutuhan energi 2732 kalori.

FH.1.2. Asupan Makanan dan minuman


FH 1.2.1 Asupan Cairan/Minuman

14 | P a g e
FH 1.2.1.1 Jumlah Cairan Melalui Oral
 Tn. H mengkonsumsi air putih sebanyak 1200 ml
Asupan Cairan berdasarkan recall :
Asupan cairan Berat
Air putih 1200 ml

Identifikasi : Asupan cairan yang dikonsumsi Tn. B yaitu 1200 ml

FH 1.2.2 Asupan Makanan


FH 1.2.2.2 Jenis Makanan
 Makanan yang dikonsumsi Tn. B dalam bentuk makanan biasa

FH 1.2.2.3 Pola Makan


 Pola makan Tn.H saat sebelum masuk rumah sakit yaitu 3x makanan utama
dalam sehari

FH 1.2.2.5 Variasi Makanan


 Makanan yang dikonsumsi Tn. B kurang bervariasi karena pasien jarang
mengkonsumsi lauk nabati, buah dan sayur.

Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa pola makanan Tn. B sudah teratur
namun untuk makanan yang dikonsumsi Tn. B berdasarkan riwayat makannnya
dahulu kurang bervariasi.

FH 1.5 Asupan Zat Gizi Makro


FH 1.5.1 Asupan Lemak
FH 1.5.1.1 Lemak Total
 Asupan lemak total Tn. B saat dilakukan recall yaitu 23,24 gram ( 38,28 dari
total lemak kebutuhan yaitu 60,71 gram)
FH 1.5.2 Asupan Protein
FH 1.5.2.1 Protein Total
 Asupan protein total Tn. B saat dilakukan recall yaitu 53,25 gram (38,98 %
dari protein total kebutuhan yaitu136,6 gram)
FH 1.5.3 Asupan Karbohidrat

15 | P a g e
FH 1.5.3.1 Karbohidrat Total
 Asupan karbohidrat total Tn. B saat dilakukan recall yaitu 313,5 gram (76,5
% dari karbohidrat total kebutuhan yaitu 409,50 gram)

Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa asupan zat gizi makro Tn. B yaitu :
a. Asupan lemak total Tn. B memiliki interpretasi Defisit Berat dengan %
tingkat konsumsi 38,28 % dari kebutuhan lemak total.
b. Asupan protein total Tn. B memiliki interpretasi Defisit Berat dengan %
tingkat konsumsi 38,98 % dari kebutuhan protein total.
c. Asupan karbohidrat total Tn. B memiliki interpretasi Defisit Sedang dengan
% tingkat konsumsi 76,5 % dari kebutuhan karbohidrat total.

4. Riwayat Personal
CH 1.1 Data Personal
CH 1.1.1 Umur
 Tn. B sekarang berusia 30 tahun

CH 1.1.2 Jenis Kelamin


 Tn. B berjenis kelamin laki-laki
 
CH 1.1.3 Suku/Etnik
 Tn. B termasuk suku Dayak Manyan

CH 1.1.4 Bahasa
 Bahasa yang digunakan Tn. B saat dirumah dan melakukan aktivitas sehari-
hari adalah bahasa dayak dan bahasa Indonesia

CH 1.1.5 Kemampuan Membaca


 Tn. B mampu untuk membaca dengan baik

CH 1.1.6 Edukasi
 Tn. B sebelumnya belum pernah mendapatkan edukasi terkait gizi

CH 1.1.7 Peran Dalam Keluarga

16 | P a g e
 Tn. B merupakan suami dan kepala keluarga

CH 1.1.10. Mobilitas
 Tn. B belum mampu melakukan pergerakan dan belum mampu untuk berjalan
ke wc sendiri

CH 2.1 Riwayat medis/kesehatan pasien/klien/keluarga


CH 2.1 Riwayat medis.kesehatan terkait gizi dari pasien/klien atau keluarga
CH 2.1.1 Keluhan pasien/klien terkait gizi
 Tn. B mengeluh sakit dibagian punggung.

CH 3.1 Riwayat Sosial


CH 3.1.1 Faktor Sosio Ekonomi
 Tn. B masuk kedalam golongan ekonomi menengah kebawah

CH 3.1.2 Situasi rumah/hidup


 Tn. B tinggal bersama istri dan anaknya

CH 3.1.5 Letak Geografis Rumah


 Tn. H tinggal di G.Obos II

CH 3.1.6 Pekerjaan
 Tn. H adalah seorang driver

CH 3.1.7 Agama
 Tn. H beragama Katolik

Identifikasi : Tn. H adalah seorang kepala keluarga, selama ini pasien belum pernah
mendapatkan edukasi terkait gizi dan masalah penyakit yang dideritanya. Pasien tinggal di
JL. G.Obos II, bekerja sebagai seorang driver dan bersuku dayak manyan.

17 | P a g e
Diagnosa Gizi

A. Domain Intake (NI)


NI-2 Intake Oral atau Nutrition Support
NI-2.1 Kekurangan intake makanan dan minuman oral
 Kurangnya asupan makanan dan minuman melalui oral berkaitan dengan
kurangnya variasi dari jenis bahan makanan yang di konsumsi oleh Tn. B, serta
kurangnya jumlah atau porsi bahan makanan yang sebaiknya dikonsumsi melalui
oral atau secara langsung melalui mulut khususnya zat gizi makro d, sesuai
dengan kebutuhan zat gizi Tn. B dibuktikan dengan audit gizi pada tanggal untuk
energi defisit berat, protein defisit berat, lemak defisit berat dan karbohidrat
defisit sedang.

B. Domain Perilaku (NB)


NB-1-7 Pemilihan Makanan Yang Salah
Pemilihan makanan yang salah berkaitan kurangnya variasi dalam pemilihan bahan
makanan serta cara memasak dibuktikan dengan hasil recall Tn B lebih memilih dan
menyukai makanan digoreng daripada direbus.

Prioritas :
Dari data diagnosa yang sudah di dapat, dapat di ambil keputusan bahwa domain intake
menjadi prioritas karena asupan yang di lihat dari recall, Tn. B mengalami defisit berat untuk
zat gizi energi, protein, lemak, dan defisit ringan untuk karbohidrat. sehingga harus di
lakukan intervensi terkait asupan Tn. B tersebut.

18 | P a g e
19 | P a g e
Intervensi Gizi

A. Tujuan Diet
Jangka pendek (1 – 2 hari)
 Untuk mempecepat kesembuhan luka post op.
 Meningkatkan daya tahan tubuh.
 Mempertahankn status gizi.
B. Jenis Diet
Diet ETPT (Energi Tinggi Protein Tinggi), Pasca Bedah

C. Perhitungan Zat Gizi dan Cairan


Diketahui : Nama : Tn.B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 30 tahun
LILA : 29,8 cm
% LILA : 93,4%(baik)
Tinggi lutut : 44 cm
 TB : Estimasi TB berdasarkan Tinggi Lutut
= 64,19 – (0,04 x U) + (2,02 x TL)
64,19 – (0,04x 30) + (2,02 x 44)
64,19 – 1,2 +88,8
151,87 cm
 BB : Estimasi BB berdasarkan LILA = (3,75 x LILA )- 43,45
= (3,75 x 29,8) – 43,45
= 111,75 -43,45
= 68,3 kg
 BBI (Berat badan ideal) Tn. B yaitu :
BBI = (TB – 100) – 10% (TB-100)
= (151,87 – 100 ) – 10% (151,87 – 100)
= 51,87 – 10% (51,87)
= 51,87 – 5,18
= 46,69 kg

20 | P a g e
 LILA/ U
Diketahui : LILA pengukuran = 29,8 cm
LILA standar = 31,9 cm
LILA Pengukuran
% Status gizi = x 100
LILA Standar
29,8
= x 100
31,9
= 93,4 % (gizi baik)
a. Kebutuhan Energi
E = 40 kkal/kg BB
= 40 kkal. 68,3 kg
= 2732 kkal

± 5% E = 5% x 2732 kkal = 136,6 (2595,4-2868,6Kkal)

b. Kebutuhan zat gizi makro


 Protein = 2x 68,3 kg
136,6 x x 4
= 20%
2732
± 5% P = 5% x 136,6 = 6,83 (129,77-143,43)
20 % x 2732
 Lemak = =60,71 gr
9
± 5% L = 5% x 60,71 = 3,03 (57,68 – 63,74 gr)
60 % x 2732
 KH = = 409,8 gr
4
± 5% KH = 5% x 409,8 = 20,49 (389,31 – 430,29 gr)

c. Perhitungan Infus
Cairan infus RL = 20 x 60 x 24 jam = 28.800 tetes
28.800tetes
= = 1440 cc
20

21 | P a g e
Pada hari pertama dan hari kedua pemorsian pasien diberikan kebutuhan 100% dari
total kebutuhan zat gizi pasien.

D. Prinsip Diet

 Energi Tinggi
 Protein tinggi
 Lemak cukup
 Karbohidrat cukup

E. Syarat Diet
1. Energi diberikan tinggi sebesar 2732 kkal untuk memenuhi kebutuhan energi
basal serta untuk menjalankan proses kinerja tubuh.
2. Protein diberikan tinggi 136,6 gram untuk memperbaiki, mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh pada saat pembedahan.
3. Lemak diberikan cukup sebesar 60,71 gram, utamakan lemak tidak jenuh
berfungsi untuk menyediakan alat transpor atau pelarut vitamin A D E K, serta
sebagai sumber energi.
4. Karbohidrat diberikan cukup sebesar 409,8 gram, berfungsi untuk menyediakan
energi yang bias digunakan langsung oleh tubuh. Utamakan sumber karbohidrat
kompleks untuk memberikan rasa kenyang dan menceggah terjadinya konstipasi.
5. Bentuk makanan disesuaikan dengan penyakit dan kemampuan pasien yaitu
makanan biasa.

F. Bentuk Makanan
Makanan yang diberikan adalah makanan biasa.

G. Frekuensi
pasien diberikan 3x makanan utama yaitu : pagi, siang dan sore

22 | P a g e
H. Rute
Makanan diberikan melalui oral

I. Edukasi
Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling pada hari jumat tanggal 8 Maret 2019
yaitu :
 Materi atau penjelasan tentang diet ETPT.
 Konseling diberikan kepada Tn. B, karena saat itu Tn B sedang sendiri
didalam ruangannya.
 Memberikan informasi kepada Tn. B agar makanan dari Rumah Sakit selalu
dihabiskan oleh pasien meskipun rasanya kurang enak, karena makanan yang
diberikan kepada Tn. B sudah disesuaikan dengan kondisi penyakitnya saat
ini dan diharapkan dapat segera pulih, kemudian untuk putih telur dan haruan
yang diberikan dari rumah sakit harus selalu dihabiskan karena untuk
mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat meningkatkan albumin.
 Memotivasi pasein agar selalu menghabiskan makanan yang di berikan oleh
pihak rumah sakit.

J. Perencanaan Menu

23 | P a g e
Pembagian menu sehari kedalam penukar

Perhitungan Total Kebutuhan Zat Gizi


Bahan Makanan Penukar Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan Pokok 7 1225 28 0 280
Lauk Hewani Rendah 7 350 49 14 0
Lauk Hewani Sedang 2 150 14 10 0
Lauk Nabati 7 525 35 21 49
Sayur 3 75 3 0 15
Buah 3 150 0 0 36
Minyak 3 150 0 15 0
Gula 1 50 0 0 12
Susu 0 0 0 0 0
Jumlah   2675 129 60 392

Waktu Bahan Makanan Penukar Energi Protein Lemak Karbohidrat


Makanan Pokok 2P 350 8 0 80
Lauk Hewani R 2P 100 14 4 0
Lauk Nabati 2P 150 10 6 14
Sayur 1P 25 1 0 5
Minyak 1P 50 0 5 0
Pagi Buah 1P 50 12
Makanan Pokok 2½P 437,5 10 0 100
Lauk Hewani R 3P 150 21 6 0
Lauk Hewani S 1P 75 7 5 0
Lauk Nabati 2½P 187,5 12,5 7,5 17,5
Sayur 1P 25 1 0 5
Siang Buah 1P 50 0 0 12
Makanan Pokok 2½P 437,5 10 0 100
Lauk Hewani R 2P 100 14 4 0
Lauk Hewani S 1P 75 7 5 0
Lauk Nabati 2½ P 187,5 12,5 7,5 17,5
Sayur 1P 50 2 0 10
Minyak 1P 50 0 5 0
Gula 1P 50 0 0 12
Malam Buah 1P 50 0 0 12
           
  TOTAL 2675 129 60 392

24 | P a g e
Pemorsian Hari Pertama

Penimbanga Berat
Waktu Nama Masakan Bahan Makanan Sisa Asupan
n Bersih
Pagi Nasi Nasi 200 9 191
Ayam 80 15 45 46,4
Ayam Bistik
Minyak 0 0 0
Tempe Tempe 48 0 48
Kacang Panjang 50 40 10
Cah wortel
Wortel 50 45 5
Nasi Nasi 250 89 161
Siang Ikan Nila Goreng Ikan Nila 87 13 74 69,6
Telur ayam Telur 51 0 51

Tahu Tahu 40 0
40

Kacang Panjang 100 52 48


Asam banjar
Timun 0 0 0
Nasi Nasi 200 13 187
Pepes Ikan Peda Ikan Peda 66 5 61 52,8
Malam
Tempe 48 0 48
Bacem tempe
goreng Gula merah

Minyak

Kacang Panjang 40 2 38
Bening Kacang Labu kuning 30 30 30
Panjang Toge 10 0 10
Bayam 20 0 20

ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “PEMORSIAN HARI I”


Waktu Menu masakan Bahan Berat Energi Protein Lemak KH

25 | P a g e
makanan (gram) (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Pagi Nasi Nasi 191 334,25 7,64 0 76,4

Ayam Bistik Ayam 46,4 212,9 5 22,1 0

Minyak 0 0 0 0 0

Tempe Tempe 48 75 4,8 2,88 6,75

Cah wortel Kacang 40 10 0,4 0 2


Panjang
Wortel 45 11,25 0,45 0 2,25

Total Asupan Pagi 643,4 18,29 24,98 87,4

Siang Nasi Nasi 161 281,75 6,4 0 64,4

Ikan Nila Goreng Ikan Nila 69,6 140,6 11,1 10,4 0

Telur ayam Telur 51 14,5 3 0 3

Tahu Tahu 40 27,2 1,8 1,09 2,5

Asam Banjar Kacang 48 12 0,48 0 2,4


Panjang
Timun 0 0 0 0

Buah pisang Pisang 50 50 0 0 12

Total Asupan Siang 526,05 22,78 11,49 84,3

Malam Nasi Nasi 187 327,25 7,48 0 74,8

Pepes Ikan Peda Ikan Peda 52,8 42,8 6,1 1,9 0

Telur Ayam Telur Ayam 51 14,5 3 0 3

Bacem tempe Tempe 48 38,3 3 1,8 3,5


Gula Merah
goreng
Bening Kacang Kacang 40 10 0,4 0 2
Panjang Panjang
Labu Kuning 30 7,5 0,3 0 1,5
Toge 10 2,5 0,1 0 0,5
Bayam 20 5 0,2 0 1
Total Asupan Siang 447,85 20,58 3,7 86,3
Total Asupan Pemorsian I
Pagi 643,4 18,29 24,98 87,4
Siang 526,65 22,78 11,49 84,3
Siang (14/4/2018) 447,85 20,58 3,7 86,3
Total Asupan Rumah Sakit 1338,9 61,65 40,17 258

26 | P a g e
HASIL RECALL DAN ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “MAKANAN LUAR RUMAH
SAKIT”
09 April 2019
Bahan Energi Protein Lemak Karbohidrat
Waktu Masakan Berat
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Pagi Tidak Ada - - - - - -
Siang Mie Indomie 460 9 18 66
Sore Molen - - 181,1 5,6 2,2 37,1-
Total
Asupan 641,1 14,6 20,2 103,1
PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN “RUMAH SAKIT dan LUAR RUMAH SAKIT”
DENGAN KEBUTUHAN
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Kategori 
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
Asupan Rumah Sakit 1338,9 61,65 40,17 258

Asupan Luar Rumah Sakit 641,1 14,6 20,2 103,1


Total Asupan RS + Luar RS 1980 76,25 60,37 361,1
Kebutuhan 2732 136,6 60,71 409,8
Tingkat Konsumsi (%) 72,47% 55,81 99,43 88,11
Defisit
Interpretasi Defisit ringan normal Defisit ringan
sedang

Monitoring dan Evaluasi Pemorsian Hari Pertama

Dampak Asuhan Asupan Zat Gizi Makro dan Zat Gizi Mikro
Gizi Outcome  
Indicator Outcome Asupan zat gizi makro pada saat recall ,yaitu :

1. Energi  1465,75 kalori


2. Protein  6,53,25gram
3. Lemak  23,24 gram
4. Karbohidrat  313,5 gram
Kriteria Berdasarkan asupan recall (13 April 2018) tersebut, asupan zat gizi
makro memiliki interpretasi sebagai berikut :

27 | P a g e
1. Energi Defisit berat
2. Protein Defisit berat
3. Lemak  Defisit Berat
4. Karbohidrat Defisit Sedang
Dokumentasi Pada Saat dilakukan recall ,dengan asupan zat gizi makro
Monitoring Evaluasi Kujungan sebagai berikut :
  Awal
b. Energi 1465,75 kalori dengan tingkat
 
konsumsi 53,65 % dari total kebutuhan
 
energi
c. Protein 53,25 gram dengan tingkat konsumsi
38,28 % dari total kebutuhan protein
d. Lemak 23,24 gram dengan tingkat konsumsi
38,98% dari total kebutuhan lemak
e. Karbohidrat 313,5 gram dengan tingkat
konsumsi 76,5 % dari total kebutuhan
karbohidrat
Pengkajian 1. Setelah dilakukan intervensi pada klien dan
Gizi dilakukan recall ,diketahui hasil dari asupan zat
Selanjutnya gizi makro sebagai berikut :
Setelah a. Energi 1980 kalori dengan tingkat konsumsi
Intervensi 72,4 % dari total kebutuhan energi
b. Protein 55,81 gram dengan tingkat konsumsi
55,81% dari total kebutuhan protein
c. Lemak 60,71 gram dengan tingkat konsumsi
99,45 % dari total kebutuhan lemak
d. Karbohidrat 409,8 gram dengan tingkat
konsumsi 88,11 % dari total kebutuhan
karbohidrat

28 | P a g e
Assesment Gizi (09 Maret 2019)

Assesment Gizi

1. Antropometri
AD.1.1 Komposisi/Pertumbuhan tubuh/riwayat berat badan
AD. 1.1.1 Tinggi Badan
 Tinggi badan Tn. By aitu 151,87 cm

AD 1.1.2 Berat Badan


 Berat badan Tn. H 39 kg

AD 1.1.5 IMT
 BBI (Berat badan ideal) Tn. H yaitu :
BBI = (TB – 100) – 10% (TB-100)
= (151,87 – 100 ) – 10% (151,87 – 100)
= 51,87 – 10% (51,87)
= 51,87 – 5,18
= 46,69 kg

 LILA/ U
Diketahui : LILA pengukuran = 29,8 cm
LILA standar = 31,9 cm
LILA Pengukuran
% Status gizi = x 100
LILA Standar
29,8
= x 100
31,9
= 93,4 % (gizi baik)
Tabel 10 Kriteria Status Gizi Berdasarkan LILA/U
Kriteria Nilai
Obesitas >120% standar
Overweight 110-120% standar
Normal 90-110% standar
Kurang 60-90% standar
Buruk <60% standar

29 | P a g e
Sumber : (Jelliffe,1989 dalam Dian Handayani et al,2015)
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa status gizi Tn. B LILA/U dengan presentasi
sebesar 93,4 % termasuk normal

2. Fisik Klinis
PD.1.1 Nutrition-focused physical
PD.1.1.1 Penampilan Keseluruhan
 Penampilan keseluruhan pasien dalam keadaan berbaring/badrest karena kondisi
pasien masih belum stabil setelah operasi.
 Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

PD.1.1.9 Tanda-tanda vital

Tabel 11 Hasil Pengamatan Klinis Pasien


Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Tekanan darah 110/80 mmHg 110/65 mmHg Normal
Nadi 43x/menit 75-105 x/menit Lambat
Suhu 36,50C 36,1 – 37,2 0C Normal
Respirasi 52x/menit 18-26 x/menit Cepat

Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa tekanan darah Tn. B masuk kedalam
kategori normal, denyut nadi Tn. B masuk kedalam kategori rendah, suhu Tn. B masuk
kedalam kategori normal dan pada pemeriksaan pernafasan (RR) Tn. B masuk kedalam
kategori nafas cepat (takipnea) karena untuk pernafasan normal (RR) yaitu 18 – 26x/menit.

3. Dietary History (Riwayat Gizi)


FH 1.1.1 Asupan Energi
FH 1.1.1.1 Asupan Energi Total
Asupan energi total pasien saat dilakukan recall yaitu 1980 kalori (72,47% dari total
kebutuhan energi 2732 Kalori)
Identifikasi : Dari hasil tersebut diketahui bahwa asupan energi total Tn B masuk kedalam
kategori Defisit Sedang dengan tingkat konsumsi 72,47 % dari kebutuhan energi 2732 kalori.

30 | P a g e
FH.1.2. Asupan Makanan dan minuman
FH 1.2.1 Asupan Cairan/Minuman
FH 1.2.1.1 Jumlah Cairan Melalui Oral
 Tn. H mengkonsumsi air putih sebanyak 1200 ml
Asupan Cairan berdasarkan recall :
Asupan cairan Berat
Air putih 1200 ml

Identifikasi : Asupan cairan yang dikonsumsi Tn. H masuk kedalam kategori Defisit
Ringan, karena asupan cairan Tn. H sebanyak 640 ml sedangkan untuk kebutuhan
cairan Tn. H yaitu 1880 ml.

FH 1.2.2 Asupan Makanan


FH 1.2.2.2 Jenis Makanan
 Makanan yang dikonsumsi Tn. B dalam bentuk makanan biasa

FH 1.2.2.3 Pola Makan


 Pola makan Tn.H saat sebelum masuk rumah sakit yaitu 3x makanan utama
dalam sehari

FH 1.2.2.5 Variasi Makanan


 Makanan yang dikonsumsi Tn. B mulai bervariasi

Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa pola makanan Tn. B sudah teratur
namun untuk makanan yang dikonsumsi Tn. B berdasarkan riwayat makannnya
mulai bervariasi.

FH 1.5 Asupan Zat Gizi Makro


FH 1.5.1 Asupan Lemak
FH 1.5.1.1 Lemak Total
 Asupan lemak total Tn. B saat dilakukan recall yaitu 60,71 gram (99,43 %
dari total lemak kebutuhan yaitu 60,71 gram)
FH 1.5.2 Asupan Protein
FH 1.5.2.1 Protein Total

31 | P a g e
 Asupan protein total Tn. B saat dilakukan recall yaitu 76,25 gram (76,25 %
dari protein total kebutuhan yaitu 136,6 gram)
FH 1.5.3 Asupan Karbohidrat
FH 1.5.3.1 Karbohidrat Total
 Asupan karbohidrat total Tn. H saat dilakukan recall yaitu 361,1 gram (88,11
% dari karbohidrat total kebutuhan yaitu 409,8 gram)

Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa asupan zat gizi makro Tn. B yaitu :
d. Asupan lemak total Tn. B memiliki interpretasi Normal dengan % tingkat
konsumsi 99,43 % dari kebutuhan lemak total.
e. Asupan protein total Tn. B memiliki interpretasi Defisit Sedang dengan %
tingkat konsumsi 76,25 % dari kebutuhan protein total.
f. Asupan karbohidrat total Tn. B memiliki interpretasi Defisit Ringan dengan
% tingkat konsumsi 88,11 % dari kebutuhan karbohidrat total.

4. Riwayat Personal
CH 1.1 Data Personal
CH 1.1.1 Umur
 Tn. B sekarang berusia 30 tahun

CH 1.1.2 Jenis Kelamin


 Tn. B berjenis kelamin laki-laki
 
CH 1.1.3 Suku/Etnik
 Tn. B termasuk suku Dayak Manyan

CH 1.1.4 Bahasa
 Bahasa yang digunakan Tn. B saat dirumah dan melakukan aktivitas sehari-
hari adalah bahasa dayak dan bahasa Indonesia

CH 1.1.5 Kemampuan Membaca


 Tn. B mampu untuk membaca dengan baik

CH 1.1.6 Edukasi

32 | P a g e
 Tn. B sebelumnya belum pernah mendapatkan edukasi terkait gizi

CH 1.1.7 Peran Dalam Keluarga


 Tn. B merupakan suami dan kepala keluarga

CH 1.1.10. Mobilitas
 Tn. B belum mampu melakukan pergerakan dan belum mampu untuk berjalan
ke wc sendiri

CH 2.1 Riwayat medis/kesehatan pasien/klien/keluarga


CH 2.1 Riwayat medis.kesehatan terkait gizi dari pasien/klien atau keluarga
CH 2.1.1 Keluhan pasien/klien terkait gizi
 Tn. B mengeluh sakit dibagian punggung.

CH 3.1 Riwayat Sosial


CH 3.1.1 Faktor Sosio Ekonomi
 Tn. B masuk kedalam golongan ekonomi menengah kebawah

CH 3.1.2 Situasi rumah/hidup


 Tn. B tinggal bersama istri dan anaknya

CH 3.1.5 Letak Geografis Rumah


 Tn. B tinggal di G.Obos II

CH 3.1.6 Pekerjaan
 Tn. B adalah seorang driver

CH 3.1.7 Agama
 Tn.B beragama Katolik

Identifikasi : Tn. B adalah seorang kepala keluarga, selama ini pasien belum pernah
mendapatkan edukasi terkait gizi dan masalah penyakit yang dideritanya. Pasien tinggal di
JL. G.Obos II, bekerja sebagai seorang driver dan bersuku dayak manyan.

33 | P a g e
34 | P a g e
Diagnosa Gizi

A. Domain Intake (NI)


NI-2 Intake Oral atau Nutrition Support
NI-2.1 Kekurangan intake makanan dan minuman oral
 Kurangnya asupan makanan dan minuman melalui oral berkaitan dengan
kurangnya variasi dari jenis bahan makanan yang di konsumsi oleh Tn. B, serta
kurangnya jumlah atau porsi bahan makanan yang sebaiknya dikonsumsi melalui
oral atau secara langsung melalui mulut khususnya zat gizi makro d, sesuai
dengan kebutuhan zat gizi Tn. B dibuktikan dengan audit gizi pada tanggal untuk
energi defisit berat, protein defisit berat, lemak defisit berat dan karbohidrat
defisit sedang.

B. Domain Perilaku (NB)


NB-1-7 Pemilihan Makanan Yang Salah
Pemilihan makanan yang salah berkaitan kurangnya variasi dalam pemilihan bahan
makanan serta cara memasak dibuktikan dengan hasil recall Tn B lebih memilih dan
menyukai makanan digoreng daripada direbus.

Prioritas :
Dari data diagnosa yang sudah di dapat, dapat di ambil keputusan bahwa domain intake
menjadi prioritas karena asupan yang di lihat dari recall, Tn. B mengalami defisit berat untuk
zat gizi energi, protein, lemak, dan defisit ringan untuk karbohidrat. sehingga harus di
lakukan intervensi terkait asupan Tn. B tersebut.

35 | P a g e
36 | P a g e
Intervensi Gizi

a. Tujuan Diet
Jangka pendek (1 – 2 hari)
 Untuk mempecepat kesembuhan luka post op.
 Meningkatkan daya tahan tubuh.
 Mempertahankn status gizi.
b. Jenis Diet
Diet ETPT (Energi Tinggi Protein Tinggi), Pasca Bedah

c. Perhitungan Zat Gizi dan Cairan


Diketahui : Nama : Tn.B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 30 tahun
LILA : 29,8 cm
% LILA : 93,4%(baik)
Tinggi lutut : 44 cm
 TB : Estimasi TB berdasarkan Tinggi Lutut
= 64,19 – (0,04 x U) + (2,02 x TL)
64,19 – (0,04x 30) + (2,02 x 44)
64,19 – 1,2 +88,8
151,87 cm
 BB : Estimasi BB berdasarkan LILA = (3,75 x LILA )- 43,45
= (3,75 x 29,8) – 43,45
= 111,75 -43,45
= 68,3 kg
 BBI (Berat badan ideal) Tn. H yaitu :
BBI = (TB – 100) – 10% (TB-100)
= (151,87 – 100 ) – 10% (151,87 – 100)
= 51,87 – 10% (51,87)
= 51,87 – 5,18
= 46,69 kg

37 | P a g e
 LILA/ U
Diketahui : LILA pengukuran = 29,8 cm
LILA standar = 31,9 cm
LILA Pengukuran
% Status gizi = x 100
LILA Standar
29,8
= x 100
31,9
= 93,4 % (gizi baik)
d. Kebutuhan Energi
E = 40 kkal/kg BB
= 40 kkal. 68,3 kg
= 2732 kkal

± 5% E = 5% x 2732 kkal = 136,6 (2595,4-2868,6Kkal)

e. Kebutuhan zat gizi makro


 Protein = 2x 68,3 kg
136,6 x x 4
= 20%
2732
± 5% P = 5% x 136,6 = 6,83 (129,77-143,43)
20 % x 2732
 Lemak = =60,71 gr
9
± 5% L = 5% x 60,71 = 3,03 (57,68 – 63,74 gr)
60 % x 2732
 KH = = 409,8 gr
4
± 5% KH = 5% x 409,8 = 20,49 (389,31 – 430,29 gr)

f. Perhitungan Infus
Cairan infus RL = 20 x 60 x 24 jam = 28.800 tetes
28.800tetes
= = 1440 cc
20

38 | P a g e
Pada hari pertama dan hari kedua pemorsian pasien diberikan kebutuhan 100% dari
total kebutuhan zat gizi pasien.

g. Prinsip Diet

 Energi Tinggi
 Protein tinggi
 Lemak cukup
 Karbohidrat cukup

h. Syarat Diet
 Energi diberikan tinggi sebesar 2732 kkal untuk memenuhi kebutuhan energi
basal serta untuk menjalankan proses kinerja tubuh.
 Protein diberikan tinggi 136,6 gram untuk memperbaiki, mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh pada saat pembedahan.
 Lemak diberikan cukup sebesar 60,71 gram, utamakan lemak tidak jenuh
berfungsi untuk menyediakan alat transpor atau pelarut vitamin A D E K, serta
sebagai sumber energi.
 Karbohidrat diberikan cukup sebesar 409,8 gram, berfungsi untuk menyediakan
energi yang bias digunakan langsung oleh tubuh. Utamakan sumber karbohidrat
kompleks untuk memberikan rasa kenyang dan menceggah terjadinya konstipasi.
 Bentuk makanan disesuaikan dengan penyakit dan kemampuan pasien yaitu
makanan biasa.

i. Bentuk Makanan
Makanan yang diberikan adalah makanan biasa.

j. Frekuensi
pasien diberikan 3x makanan utama yaitu : pagi, siang dan sore

39 | P a g e
k. Rute
Makanan diberikan melalui oral

l. Edukasi
Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling pada hari jumat tanggal 8 Maret 2019
yaitu :
 Materi atau penjelasan tentang diet ETPT.
 Konseling diberikan kepada Tn. B, karena saat itu Tn B sedang sendiri
didalam ruangannya.
 Memberikan informasi kepada Tn. B agar makanan dari Rumah Sakit selalu
dihabiskan oleh pasien meskipun rasanya kurang enak, karena makanan yang
diberikan kepada Tn. B sudah disesuaikan dengan kondisi penyakitnya saat
ini dan diharapkan dapat segera pulih, kemudian untuk
 Memotivasi pasein agar selalu menghabiskan makanan yang di berikan oleh
pihak rumah sakit.

Pemorsian Hari Kedua

Berat
Waktu Nama Masakan Bahan Makanan Penimbangan Sisa Asupan
Bersih
Nasi Nasi 200 0 200
 Pagi
Ikan Patin Asam Ikan 80
  0 80 64
Manis
 
Telur Ayam Telur ayam 48 0 0
 
  Tahu goreng Tahu 61 0 61
  Cah Labu air Wortel 50 48 2
  Labu air 50 50 0
Siang  Nasi Nasi 250
  Ayam Ayam 60 0 60 60
 
Telur ayam Telur Ayam 50 0 50

40 | P a g e
Tempe goreng bb Tempe 40
saos 32 8
 
  Sup Kimlo Jamur kuping 10

Telur puyuh 10 0 10
Wortel 100 24 76
Buah Pisang Mahuli 50 0 50
Nasi Nasi 250
Malam Nila goreng Ikan nila 76 8 68 60,8
  Tahu Tahu 61 0 61
 
Tumis Sawi Wortel 80 20 60
 
Jagung muda 20 5 15

ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “PEMORSIAN HARI II”


Waktu Menu masakan Bahan Berat Energi Protein Lemak KH
makanan (gram) (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Pagi Nasi Bubur 200 350 8 0 80

Ikan patin Ikan patin 64 139,5 10,7 10 1,9

Telur Ayam Telur ayam 48 65,4 6,1 4,3 0

Tahu goreng Tahu 61 125,7 4,5 12,4 1

Cah labu air Labu air 0

Wortel 2 0,5 0,02 0 0,1

Total Asupan Pagi 681,1 29,32 26,7 83

Siang Nasi Nasi 250 437,5 10 0 100

Ayam ayam 60 75 10,5 3 0

Telur Ayam Telur ayam 50 68,1 6,3 4,5 0

Tempe grg Tempe 8 27 1,5 1,9 1,4


bumbusaos
Sup kimlo Jamur kuping 10

Telur puyuh 10 18,5 1,3 1,4 0,2

Wortel 76 19 0,7 0 3,8

41 | P a g e
Buah Pisang 50 50 0 0 12
mauli
Total Asupan Siang 620,1 30,3 10,8 117,4

Siang Nasi Nasi 250 437,5 10 0 100


(15/2/2018) Nila goreng Ikan Nila 60,8 122,8 9,7 9,1 0

Tahu Tahu 61 125,7 4,5 12,4 1

Tumis Sawi Wortel 60 15 0,6 0 3

Jagung Muda 15 3,75 0,15 0 0,75

Total Asupan Sore 704,75 24,95 21,5 104,75


Total Asupan Pemorsian I
Pagi 681,1 29,32 26,7 83
Siang 620,1 30,3 10,8 117,4

Malam 704,75 24,95 21,5 104,75


Total Asupan Rumah Sakit 2005,9 84,57 59 305,15

HASIL RECALL DAN ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “MAKANAN LUAR RUMAH
SAKIT”
Bahan Energi Protein Lemak Karbohidrat
Waktu Masakan Berat
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Pagi Tidak Ada - - - - - -
Siang Mi Indomie - - 460 9 18 66
Kacang
Sore rebus 50 207 94 18 5,9
Total
Asupan   667 103 36 71,9

PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN “RUMAH SAKIT dan LUAR RUMAH SAKIT”


DENGAN KEBUTUHAN
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Kategori 
(Kkal) (gram) (gram) (gram)

42 | P a g e
Asupan Rumah Sakit 2005,9 84,57 59 305,15

Asupan Luar Rumah Sakit 667 103 36 71,9


Total Asupan RS + Luar RS 2672,9 187,57 95 377,05
Kebutuhan 2732 136,6 60,71 409,8
Tingkat Konsumsi (%) 97,8 137,3 156,48 92,0
Interpretasi Normal Diatas keb Diatas keb Normal

43 | P a g e
Monitoring dan Evaluasi Pemorsian II

Dampak Asuhan Asupan Zat Gizi Makro dan Zat Gizi Mikro
Gizi Outcome  
Indicator Outcome Asupan zat gizi makro pada saat recall yaitu :

1. Energi  1980 kalori


2. Protein  76,25 gram
3. Lemak  60,37 gram
4. Karbohidrat  361,1gram
Kriteria Berdasarkan asupan recall (14 April 2018) tersebut, asupan zat gizi
makro memiliki interpretasi sebagai berikut :

5. Energi defisit berat


6. Protein defisit sedang
7. Lemak  normal
8. Karbohidrat defisit ringan
Dokumentasi Pada Saat dilakukan recall ,dengan asupan zat gizi makro
Monitoring Evaluasi Kujungan sebagai berikut :
  Awal
f. Energi 1980 kalori dengan tingkat konsumsi
 
72,47 % dari total kebutuhan energi
 
g. Protein 76,25 gram dengan tingkat konsumsi
55,81 % dari total kebutuhan protein
h. Lemak 60,37 gram dengan tingkat konsumsi
99,43 % dari total kebutuhan lemak
i. Karbohidrat 361,1 gram dengan tingkat
konsumsi 88,11 % dari total kebutuhan
karbohidrat
Pengkajian a. Setelah dilakukan intervensi pada klien dan
Gizi dilakukan recall (14 April 2018) ,diketahui hasil
Selanjutnya dari asupan zat gizi makro sebagai berikut :
Setelah e. Energi 2672,9 kalori dengan tingkat
Intervensi konsumsi 97,8 % dari total kebutuhan energi
f. Protein 187,57 gram dengan tingkat konsumsi
137,3 % dari total kebutuhan protein

44 | P a g e
g. Lemak 95 gram dengan tingkat konsumsi
156,48 % dari total kebutuhan lemak
h. Karbohidrat 377,05 gram dengan tingkat
konsumsi 92 % dari total kebutuhan
karbohidrat

45 | P a g e
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-
paru. Penyakit ini tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahay hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada didunia sejak 5000
tahun sebelum Masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit
TB baru terjadi dalam dua abd terakhir.
B. Gejala TB
Gejala Utama :
Batuk berdahak selama dua minggu atau lebih.
Gejala tambahan :
i. Dahak bercapur darah, batuk darah
ii. Sesak nafas, badan lemas,malaise
iii. Nafsu makan menurun
iv. Berat badan menurun
v. Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
vi. Demam meriang lebih dari satu bulan

Pada TB eskstra paru, gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena,
misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe, superfisialis pada limfadenitis TB serta deformitas tulang
belakang (gibbus)pada spondititis TB dna lain-lain.

C. Sejarah Penemuan Vakteri TB dan Pengobatan


Kemajuan pengendalian TB didunia pada awalnya terkesan lambat. Pada 1882 Robert
Koch berhasil mengidentifikasi Mycobacterium tuberculosis. Pada 1906, vaksin BCG
berhasil ditemukan. Lama sesudah itu mulai ditemukan obat anti tuberculosis (OAT).
Pada 1943, Streptomisin ditetapkan sebagai anti TB pertama yang efektif setelah itu
ditemukan Thiacetazone dan Asam Para-aminosalisilat (PAS). Pada 1951 ditemukan
Isoniazid (Isonicotinic Acid Hydrazide ; INH) diikuti dengan penemuan Pirazinamid
(1952), Cyloserine (1952), Ethionamide (1956), Rifamin (1957) dan Ethambutol

46 | P a g e
(1962) . Namun kemajuan pengobatan TB mendapatkan tantangan dengan
bermunculan strain M.tuberculosis yang resistensi terhadap OAT.
D. Kondisi Tuberkulosis Dunia
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Hingga saat ini, tuberkulosis masih menjadi penyakit
infeksi menular yang paling berbahaya di dunia. World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa sebanyak 1,5 juta orang meninggal karena TB (1.1 juta HIV
negatif dan 0.4 juta HIV positif) dengan rincian 89.000 laki-laki, 480.000 wanita dan
140.000 anak-anak. Pada tahun 2014, kasus TB diperkirakan terjadi pada 9,6 juta
orang dan 12% diantaranya adalah HIV-positif (WHO, 2015).
Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2015 yang dirilis oleh WHO, sebanyak 58%
kasus TB baru terjadi di Asia Tenggara dan wilayah Western Pacific pada tahun 2014.
India, Indonesia dan Tiongkok menjadi negara dengan jumlah kasus TB terbanyak di
dunia, masing-masing 23%, 10% dan 10% dari total kejadian di seluruh dunia.
Indonesia menempati peringkat kedua bersama Tiongkok. Satu juta kasus baru
pertahun diperkirakan terjadi di Indonesia (WHO, 2015).
Selama ini penyakit infeksi seperti TB diatasi dengan penggunaan
antibiotik. Rifampisin (RIF), Isoniazid (INH), etambutol (EMB), streptomisin dan
pirazinamid (PZA) telah dimanfaatkan selama bertahun- tahun sebagai anti-TB.
Namun, banyak penderita telah menunjukkan resistensi terhadap obat lini pertama ini.
Sejak tahun 1980-an, kasus tuberkulosis di seluruh dunia mengalami peningkatan
karena kemunculan MDR-TB (Multi Drug Resisten Tuberculosis) (Chan dkk, 2002).
Bakteri penyebab MDR-TB adalah strain M. tuberculosis yang resisten terhadap obat
anti-TB first-line seperti isoniazid dan rifampisin. MDR-TB mendorong penggunaan
obat lini kedua yang lebih toksik seperti etionamid, sikloserin, kanamisin dan
kapreomisin (Tripathi dkk., 2005). Namun extensively drug-resisten tuberculosis
(XDR-TB) menyebabkan bakteri TB resisten terhadap obat lini kedua (WHO, 2010).
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan 9 juta kasus tuberkulosis baru terjadi
secara global pada tahun 2013 dan sebanyak 480.000 kasus diantaranya adalah multi
drug-resistant TB (MDR-TB). Hanya seperempat dari jumlah kasus MDR tersebut
(kurang lebih 123.000) terdeteksi dan dilaporkan. Sementara itu, XDR-TB dilaporkan
terjadi di 105 negara pada tahun 2015. Sekitar 9,7% pasien dengan MDR- TB
diperkirakan memiliki XDR-TB (WHO, 2015).

47 | P a g e
Sebagian besar obat TB yang digunakan saat ini dikembangkan lebih dari
40 tahun lalu. Kemunculan kasus resistensi terhadap obat lini pertama dan kedua serta
kerumitan dan lamanya waktu terapi TB saat ini mendorong upaya pencarian dan
penemuan obat anti-tuberkulosis baru. Perpendekkan dan penyederhanaan durasi
terapi, efektifitas terhadap MDR dan XDR-TB dan kompatibilitas pemberian bersama
antiretroviral adalah regimen pengobatan baru yang saat ini diperlukan oleh dunia.
Beberapa dekade ini, muncul senyawa-senyawa baru yang saat ini sedang dalam tahap
percobaan preklinis maupun klinis. Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas
potensial untuk melawan strain M. tuberculosis sensitif dan resisten. Hal ini dapat
menjadi harapan bagi kemajuan terapi TB di masa depan (Villemagne dkk., 2012).
E. Angka keberhasilan pengobatan
Indikator dalam evaluasi pengobatan adalah angka keberhasilan pengobatan
(succes rate). Indikator ini menunjukkn prosentase pasien baru TB BTA positif yang
menyelesaikan pengobatan (baik sembuh atau pengobatan lengkap) diantara pasien
baru TB paru BTA positif tercatat. Angka ini dibentuk dari penjumlahan angka
kesembuhan (cure rate) dan angka pengobatan lengkap. Gambar 5 menunjukkan
angka keberhasilan pengobatan dari tahun 2008 hingga 2015.
Angka keberhasilan pengobatan TB di Indonesia dari tahun 2008 hingga 2015
mengalami penurunan. Angka keberhasilan pengobatan di tahun 2015 adalah sebesar
85,0% (data per Juni 2016) dan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
WHO yaitu sebesar 85%. Sementara itu, jumlah kasus baru tuberkulosis paru dengan
BTA+ dilaporkan berjumlah 188.405 kasus (Kemenkes RI, 2016).
F. Bakteri

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.


M. tuberculosis dan tujuh spesies lain yang sangat dekat dengan mikobakteria (M.
bovis, M. africanum, M. microti, M. caprae, M. pinnipedii, M. canetti and M. mungi)
bersama-sama membentuk kompleks M. tuberculosis. Tidak semua spesies tersebut
menyebabkan penyakit pada manusia. Mayoritas kasus TB di Amerika Serikat
disebabkan oleh M. tuberculosis. M. tuberculosis juga disebut sebagai tubercle bacili
(CDC, 2016). Mycobacterium bovis (M. bovis) adalah jenis mikobakteria lain sebagai
penyebab penyakit TB pada manusia. M.bovis paling umum ditemukan di sapi, bison,
dan rusa (CDC, 2011)

G. Faktor Penyebaran Mycobacterium tuberculosis

48 | P a g e
Ada 4 faktor penentu terjadinya penyebaran penyakit TBC (CDC,

2016), yaitu:

1. Daya tahan tubuh seseorang rendah B.2 Infectiousness (tingkat penularan)

Tingkat penularan penderita TB berhubungan langsung dengan

jumlah tubercle bacillus yang dikeluarkan oleh penderita ke udara.

Penderita dengan banyak tubercle bacillus bersifat lebih menular dibandingkan


penderita dengan sedikit pengeluaran bacilli atau tanpa bacilli. Makin tinggi derajat
positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap
tidak menular (Depkes RI, 2005). Karakteristik berikut akan mempengaruhi tingkat
penularan.

2.a. Faktor klinis

Faktor klinis terdiri dari keberadaan batuk, khususnya batuk selama 3 minggu atau
lebih; penyakit saluran nafas, khususnya yang berhubungan dengan laring (sangat
menular), mulut dan hidung gagal ditutup ketika batuk, serta ketidak sesuaian/
kurangnya terapi

b. Prosedur

Seseorang mengalami prosedur yang memicu batuk atau produksi aerosol (contohnya
bronchoscopy, induksi sputum, pemberian obat bentuk aerosol).

c. Radiografi dan laboratorium

Meliputi lubang atau rongga pada radiografi dada, kultur positif M.tuberculosis dan
hasil positif dari AFB (Acid-Fast Bacilli) sputum smear.

3 Lingkungan

Faktor lingkungan mempengaruhi konsentrasi M. tuberculosis. Faktor lingkungan


penyebab meningkatnya penyebaran M. tuberculosis adalah:

a. Konsentrasi droplet nuclei

49 | P a g e
Semakin banyak droplet nuclei di udara, maka kemungkinan

penyebaran M. tuberculosis semakin tinggi.

b. Ruangan

Paparan di ruangan yang kecil dan tertutup..

c. Ventilasi

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya pelarutan/eliminasi droplet nuclei.

d. Sirkulasi udara

Sirkulasi kembali udara dengan kandungan droplet nuclei.

e. Penanganan spesimen

Jika prosedur penanganan spesimen tidak memadai, maka akan menghasilkan droplet
nuclei.

f. Tekanan udara

Tekanan udara positif di dalam ruangan penderita dapat menyebabkan perpindahan


M. tuberculosis menuju ruangan lain.

4 Kontak

a. Durasi kontak dengan penderita TB menular

Semakin lama kontak, maka risiko penularan semakin tinggi.

b. Frekuensi kontak dengan penderita

Semakin sering terjadi kontak dengan penderita, maka semakin

tinggi risiko penularan TB.

c. Paparan fisik dengan penderita

Semakin dekat kontak, maka risiko penularan semakin tinggi.

Anak-anak dengan penyakit TB pulmonary dan laryngeal bersifat kurang menularkan


dibandingkan dengan penderita dewasa. Hal ini disebabkan anak-anak tidak

50 | P a g e
menghasilkan sputum ketika batuk. Namun, penularan dari anak-anak masih dapat
terjadi. Oleh karena itu, anak-anak dan remaja dengan penyakit TB seharusnya
dievaluasi tingkat penularannya dengan kriteria sama dengan penderita dewasa.
Kriteria ini meliputi keberadaan batuk yang bertahan selama 3 minggu atau lebih,
lubang atau rongga pada radiografi dada, atau penyakit saluran nafas yang melibatkan
paru-paru, saluran udara atau laring (CDC, 2016)

F. Waktu Saat TB Bersifat Menular

Tuberkulosis menjadi mudah menular ketika TB terjadi pada paru- paru atau laring.
Umumnya, seseorang dengan penyakit TB di paru/laring seharusnya dianggap mudah
menular sampai orang tersebut:

1. Telah menyelesaikan minimal 2 minggu standar terapi anti-


TB. Namun lebih baik jika dengan pengamatan langsung
oleh tenaga kesehatan, dan
2. Telah mempunyai hasil sputum smear negatif 3 kali
berturut-turut pada 3 hari berbeda, dengan minimal 1
spesimen di pagi hari, dan
3. Memiliki peningkatan pada gejala.

Seorang dicurigai TB harus dianggap mudah menular hingga hasil investigasi


diagnostiknya selesai (CDC dkk., 1999).

G. Organ Tubuh yang Terinfeksi TB

Paru-paru merupakan tempat infeksi TB paling umum di antara orang dewasa.


Namun, TB juga dapat menginfeksi kelenjar limfa, tulang, sendi, otak, saluran
kencing, saluran reproduksi, bahkan aliran darah. Infeksi TB pada aliran darah akan
disirkulasikan ke seluruh tubuh. Tuberkulosis tersebut diketahui sebagai Miliary TB,
suatu penyakit serius. Miliary TB biasanya terjadi pada anak-anak dan seseorang
dengan sistem imun lemah (WHO, 2004).

Berdasarkan organ yang diserang, TB dibedakan menjadi tuberkulosis paru dan


ekstra paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenkim
paru kecuali pleura (selaput paru). Tuberkulosis paru dibedakan lagi menjadi 2 jenis
berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, yaitu TB paru BTA positif dan TB paru BTA

51 | P a g e
negatif. Tuberkulosis paru BTA positif merupakan TB paru dengan hasil BTA positif
pada sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen ketika pemeriksaan spesimen dahak
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS). Tuberkulosis juga dapat dikatakan TB Paru BTA
positif ketika 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada juga
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Sementara itu, tuberkulosis paru BTA
negatif adalah TB paru dengan hasil BTA negatif pada pemeriksaan 3 spesimen dahak
SPS namun hasil foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TB
paru BTA negative namun rontgen positif dapat digolongkan berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat terjadi jika
gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
dan/atau keadaan umum pasien buruk (Depkes RI, 2005).

Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh selain
paru, misalnya selaput paru, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-
lain. Tuberkulosis ekstra paru juga dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu TB ekstra paru ringan dan TB ekstra paru berat. Tuberkulosis
ekstra paru ringan misalnya adalah TB pada kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. Sedangkan TB
ekstra paru berat misalnya adalah meningitis, millier, pericarditis, peritonitis, pleutitis
eksudativa dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat
kelamin (Depkes RI, 2005).

52 | P a g e
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
a. Asuhan Gizi
a. Recall 24 jam Hari Pertama
Zat Gizi Asupan Gizi Kebutuhan Tingkat Konsumsi Interpretasi
(%)

Energi (kalori) 1980 2732 72,4 Defisit ringan

Protein (gram) 76,25 136,6 55,81 Defisit sedang

Lemak (gram) 60,37 60,71 99,43 Normal

Karbohidrat (gram) 361,1 409,8 88,11 Defisit ringan

b. Recall 24 jam hari Kedua

Zat Gizi Asupan Gizi Kebutuhan Tingkat Konsumsi Interpretasi


(%)

Energi (kalori) 2672,9 2732 97,8 Normal

Protein (gram) 187,57 136,6 137,3 Diatas keb

Lemak (gram) 95 60,71 156,48 Diatas keb

Karbohidrat (gram) 377,03 409,8 92 Normal

c. Antropometri
Hasil pengukuran antropometri pada saat pengambilan kasus
Pengukuran
TB 151,87 cm
BB 68,3 kg
% LILA 93,4%
LILA 29,8 cm

53 | P a g e
d. Data pemeriksaan fisik klinis
Data pemeriksaan klinis hari pertsssama :
Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Tekanan darah 110/80 mmHg 110/65 mmHg Normal
Nadi 43x/menit 75-105 x/menit Lambat
Suhu 36,50C 36,1 – 37,2 0C Normal
Respirasi 52x/menit 18-26 x/menit Cepat

e. Biokimia
Data hasil pemeriksaan Biokimia :

Nilai Normal Standar


Pemeriksaan Hasil Keterangan
Rumah Sakit
WBC 9,76 x 10^3/ul 4,00 – 10,00
Neu % 78,3 % 50,0 – 70,0 H
Lym% 12,0% 20,0 – 40,0 L
Mon % 5,9 % 3,0 – 12,0
Eos % 3,5% 0,5 – 5,0
Bas % 0,3 % 0,0 – 1,0
Neu # 7,64 x 10^3/ul 2,00 – 7,00 H
Lym # 1,17 x 103/ul 0,80 – 4,00
Mon # 0,58 x 103/ul 0,12 – 1,20
Eos # 0,34 x 103/ul 0,02 – 0,50
Bas # 0,03 x 103/ul 0,00 – 0,10
RBC 6,04 x 106/ul 3,50 – 5,50 H
HGB 10,7 g/dl 11,0 – 16,0 L
HCT 36,0% 37,0 – 54,0 L
MCV 59,6≠ 80,0 - 100,0 L
MCH 17,7 pg 27,0 – 34,0 L
MCHC 27,7 g/dl 32,0 36,0 L
RDW – CV 17,7% 11,0 – 16,0 H
RDW – SD 45,2 fl 35,0 – 56,0
PLT 367 x 103/ul 150 – 400
MPV 7,5 fl 6,5 – 12,0
PDW 15,3 9,0 – 17,0
PCT 0,279 % 0,108 – 0,282
ALY % 0,0% 0,0 – 2,0
LLC % 0,2% 0,0 – 2,5
ALY # 0,00 x 103/ul 0,00 – 0,20
LLC # 0,02 x 103/ul 0,00 – 0,20

f. Pengobatan

54 | P a g e
Obat yang diberikan dari Rumah sakit adalah

Obat Yang Diberikan Dosis


4FDC 1x3 tab
Ketorolac 3x30 mg/IV
Ranitidine 2x50 mg/IV

g. Monitoring Evaluasi Makanan Pasien


Monev hari pertama
Zat Gizi Asupan Gizi Kebutuhan Tingkat Konsumsi Interpretasi
(%)

Energi (kalori) 1980 2732 72,4 Defisit ringan

Protein (gram) 76,25 136,6 55,81 Defisit sedang

Lemak (gram) 60,37 60,71 99,43 Normal

Karbohidrat (gram) 361,1 409,8 88,11 Defisit ringan

Monev hari kedua


Zat Gizi Asupan Gizi Kebutuhan Tingkat Konsumsi Interpretasi
(%)

Energi (kalori) 2672,9 2732 97,8 Normal

Protein (gram) 187,57 136,6 137,3 Diatas keb

Lemak (gram) 95 60,71 156,48 Diatas keb

Karbohidrat (gram) 377,03 409,8 92 Normal

B. Pembahasan
Upaya yang dilakukan dalam pemenuhuan kebutuhan gizi untuk pasien rawat inap
dilakukan melalui pelayanan gizi dengan menyediakan makanan atau diet kepada pasien.
Bagi sejumlah pasien dengan penyakit berat, upaya pelayanan gizi tersebut tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal, karena berbagai keterbatasan pada penerimaan,
pencernaan dan penyerapan berbagai zat gizi pada makanan di dalam tubuh.
Dalam melakukan asuhan gizi terstandar khusunya di rumah sakit perlu adanya
pelayanan yang lebih intensif terutama pada pasien rawat inap. Pemenuhan kebutuhan
dan diet yang patuh kepada pasien sangat menentukan kesembuhan pasien yang dapat di

55 | P a g e
lihat dari asupan nutrisi. Khususnya pada pasien yang mengalami malnutrisi berat dan
juga trauma perlu di uapayakan penangan secara maksimal.
Pada praktek lapangan mata kuliah dietetik lanjut, saya mendapatkan bagian untuk
melakukan asuhan gizi di ruang Dahlia atau ruang bedah. Hal yang saya lakukan pada
hari pertama adalah melakukan skrining pada semua pasien yang baru dirawat atau baru
masuk rumah sakit, tujuan saya melakukan skrining adalah untuk mengetahui tingkat
keparahan penyakit yang dialami pasien, serta menentukan diet apa sebaiknya yang
dijalani pasien dengan kondisi penyakitnya saat ini.
Di ruang dahlia ini saya mengambil 1 pasien untuk dilakukan asuhan gizi, pasien
saya masuk rumah sakit tanggal 20 Februari 2019.Pasien saya adalah seorang laki-laki
,Tn B merupakan pasien rujukan dari RS Tamiang Layang. Pasien datang dengan
keluhan nyeri pungung sejak 1 tahun sebelum masuk RS. Nyeri menjalar kekaki dan
tulang dan menyebabkan nyeri bertambah saat duduk dan bergerak. Pada tanggal 21
Februari 2019 pasien di diagnose Ulkus abses r/vertebra lumbalis post op SUSP TB
tulang. Pada diagnose akhir pasien didiagnosa A18.0 Tubercolodid of bones and joints.
Pada uji lab tanggal 20 Februari 2019 didapatkan hasil creatinin 1,35 mg/dL dan gula
darah sewaktu 82 mg/dL. Diberikan obat GAT sejak pertengahan Januari yaitu 4FDC
1x3 tab. Kesadaran pasien compos mentis TD : 110/80 mmHg, Nadi 73/menit, nafas
52x/menit, suhu 36,2C, pasien diberikan infus RL 20 tpm disertai obat injeksi Ketolac
3x30mg/IV, ranitidine 2x 50 mg/IV dan 4FDC 1x3 tab.
. Saya melakukan asuhan gizi pada Tn. B selama 2 hari sejak tanggal 9 Maret
2019sampai dengan tanggal 10 Maret 2109, berikut hasil asuhan gizi yang saya lakukan
selama 2 hari :
a. Skrining
Pasien Tn. B dilakukan skirining awal pada tanggal 8 Maret untuk
mengetahui resiko yang ditimbulkan dari penyakitnya saat ini, saat dilakukan
skrining perolehan skor yang didapatkan yaitu 1 dengan kesimpulan resiko
rendah, dari hasil tersebut diketahui bahwa pasien nampak kurus, dengan
status gizi Tn. B yang di ukur dengan menggunakan LILA adalah gzi baik.
Pada saat di tanyakan penurunan berat badan pada Tn. B dalam 6 bulan
terkahir yaitu Tn. B mengaku tidak ada penurunan berat badan.

b. Antropometri

56 | P a g e
Pada saat pengukuran antropometri saya untuk mengetahui tinggi badan
saya menggunakan pengukuran desmipan di karenakan Tn. B tidak bisa
berdiri sehingga di dapatkan hasil tinggi badan estimasi yaitu 151,87 cm.
Untuk pengukuran berat badan saya menggunakan beat badan koreksi
menggunakan Pita LILA sehingga di dapat berat badan estimasi 68,3 kg
dengan nilai LILA yang di dapat yaitu 29,8 dengan % LILA 93,4% termasuk
ke dalam status gizi baik. Dan untuk mengetahui berapa berat badan Tn. H
saya menggunakan perrhitungan BBI untuk laki-laki
Pengukuran antropometri saya ukur pada hari pertama saja dikarenakan
pasien masih dalam keadaan bed rest, tdk bisa berdiri dan melakukan aktifitass
apapun.

c. Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium yang saya lihat dari buku rekam
medik pasien yaitu pemeriksaan di lakukan pada tanggal 21 Februari 2019,
pagi saat dokter visit. Pada pemeriksaan hari pertama didapatkan hasil :

Nilai Normal Standar


Pemeriksaan Hasil Keterangan
Rumah Sakit
WBC 9,76 x 10^3/ul 4,00 – 10,00
Neu % 78,3 % 50,0 – 70,0 H
Lym% 12,0% 20,0 – 40,0 L
Mon % 5,9 % 3,0 – 12,0
Eos % 3,5% 0,5 – 5,0
Bas % 0,3 % 0,0 – 1,0
Neu # 7,64 x 10^3/ul 2,00 – 7,00 H
Lym # 1,17 x 103/ul 0,80 – 4,00
Mon # 0,58 x 103/ul 0,12 – 1,20
Eos # 0,34 x 103/ul 0,02 – 0,50
Bas # 0,03 x 103/ul 0,00 – 0,10
RBC 6,04 x 106/ul 3,50 – 5,50 H
HGB 10,7 g/dl 11,0 – 16,0 L
HCT 36,0% 37,0 – 54,0 L
MCV 59,6≠ 80,0 - 100,0 L
MCH 17,7 pg 27,0 – 34,0 L
MCHC 27,7 g/dl 32,0 36,0 L
RDW – CV 17,7% 11,0 – 16,0 H
RDW – SD 45,2 fl 35,0 – 56,0
PLT 367 x 103/ul 150 – 400

57 | P a g e
MPV 7,5 fl 6,5 – 12,0
PDW 15,3 9,0 – 17,0
PCT 0,279 % 0,108 – 0,282
ALY % 0,0% 0,0 – 2,0
LLC % 0,2% 0,0 – 2,5
ALY # 0,00 x 103/ul 0,00 – 0,20
LLC # 0,02 x 103/ul 0,00 – 0,20

Untuk pemeriksaan tidak ada perubahan karena , buku rekam medic


tidak ada pembaharuan lagi.

d. Pemeriksaan fisik klinis


Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Tekanan darah 110/80 mmHg 110/65 mmHg Normal
Nadi 43x/menit 75-105 x/menit Lambat
Suhu 36,50C 36,1 – 37,2 0C Normal
Respirasi 52x/menit 18-26 x/menit Cepat
Tidak mengalami perubahan fisik klinis , Karena buku status pasien tidak
pernah diperbarui semenjak tanggal 08 Maret 2019.
e. Pengobatan
Obat Yang Diberikan Dosis
4FDC 1x3 tab
Ketorolac 3x30 mg/IV
Ranitidine 2x50 mg/IV

Obat yang di berikan dari rumah sakit yaitu ada 3 obat yang mana obat
tersebut adalah 4FDC, ketorolac dan ranitidine. Masing masing obat tersebut
memiliki efek mual, muntah dan pusing. Obat ketorolac dengan dosis 3x30
mg/IV yaitu untuk penahan nyeri. Obat ranitidine dengan dosis 2x50 mg/IV
yaitu sebagai obat peredam mual atau obat peredam naiknya asam lambung
dan obat FDC untuk mengobat tuberculosis dan infeksi bakteri
Mycobacterium.

f. Monitoring evaluasi makanan pasien


Perkembangan asupan makan dapat dilihat dari banyaknya makanan/zat
gizi yang dikonsumsi oleh pasien. Apabila asupan meningkat maka
menunjukkan keadaan pasien sudah mulai membaik namun apabila asupannya

58 | P a g e
menurun maka keadaan pasien kurang baik. Pemberian makanan yang adekuat
akan membantu proses penyembuhan.
Evaluasi makanan pasien dilakukan 2 hari berturut-turut mulai tanggal
09-19 Maret 2019. Untuk mengetahui asupan makanan pasien dilakukan
dengan 2 metode yaitu food weight untuk makanan dari rumah sakit dan recall
24 jam untuk asupanan makanan dari luar rumah sakit.

156.48%
160.00%
137.30%
140.00%

120.00%
97.80% 99.43%
100.00% 88.11% 92.00%
72.40%
80.00%
55.81%
60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
Energi Protein Lemak Karbohidrat

pemorsian1 pemorsian 2

Grafik % tingkat konsumsi pada pemorsian 1 dan pemorsian 2

59 | P a g e
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Hasil skrining yang dilakukan pada Tn. B dan didapatkan hasil resiko rendah.
Dan pasien menurut rekam medic didiagnosa A18.0 Tuberculosis of bones and joint.
2. Pengukuran antropometri hanya untuk mengetahui berat badan, tinggi badan,
dan status gizi. Yang masing masing di lakukan dengan pengukuran tinggi lutut dan
pengukuran LILA
3. Pemeriksaan fisik klinis Tn. H adalah Tekanan darah normal, nadi lambat,
suhu normal dan respirasi cepat.
4. Diagnosa yang digunakan pada asuhan gizi selama 2 hari adalah domain
intake, dengan prioritas masalah meningkatkan asupan zat gizi yang masih deficit.
5. Monitoring asupan makan pasien selama 2 hari didapatkan hasil bahwa terjadi
peningkatan asupan pasien dari tanggal pemorsian hari pertama hingga pemorsian hari
kedua.

B. Saran
Setelah dilakukan praktek dietetik lanjut ini diharapkan agar mahasiswa yang
melakukan praktek dapat melakukannya sesuai prosedur asuhan gizi di rumah sakit,
khususnya pada ruang dahlia untuk dilakukan skrining dengan tepat, pengukuran
antropometri dengan prosuder yang sesuai agar status gizi anak tepat, perhitungan kebutuhan
pasien agar lebih teliti, pemorsian hingga edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga
pasien.

60 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. Rer.nat.T.Irianti, M,Sc, Apt dkk .2016.Mengenal Anti Tuberkulosis.


Yogyakarta
2. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2016. Tuberkulosis
Temukan Obat Sampai Sembuh.
3. Penuntun Diet Edisi Terbaru 2004
4. I Putu B.Y.P Diningtyas B dkk.2016.Otbook Diet Guidance and Medicall
Nutrition.

61 | P a g e
LAMPIRAN

62 | P a g e
Dokumentasi Pemorsian 1

Pemorsian Sisa

63 | P a g e
Dokumentasi Pemorsian 2

Pemorsian Sisa

64 | P a g e
Dokumentasi pemorsian 3

65 | P a g e
Si

66 | P a g e
67 | P a g e
68 | P a g e
Dokumentasi pemorsian 4

Pemorsian Sisa

habis

69 | P a g e
habis

Habis

70 | P a g e
Dokumentasi pemorsian 5

Pemorsian Sisa

71 | P a g e
Habis

72 | P a g e
Habis

73 | P a g e
Dokumentasi pemorsian 6

Pemorsian Sisa

74 | P a g e
S
habis

75 | P a g e
habis

76 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai