PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian status gizi merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan gizi seseorang yang berhubungan dengan pola makan dan aktivitasnya.
Melalui penilaian status gizi dapat diketahui apakah seseorang termasuk dalam
kelompok gizi kurang, normal, dan gizi lebih.Penilaian status gizi dapat dibagi
menjadi 4 (empat) metode atau cara penilaian yakni antropometri, biokimia, klinis
dan biofisik (Supariasa.et.al, 2012).
Indonesia adalah salah satu negara tropis. Sepanjang sejarah, wilayah tropis lebih
mudah terjangkit penyakit menular dibandingkan dengan wilayah beriklim sedang.
Penyebab utamanya adalah faktor lingkungan dimana wilayah tropis memiliki
kelembaban cukup tinggi dan pertumbuhan biologis sebagai pendukung
keanekaragaman hayati yang tinggi termasuk patogen, vektor, dan hospes. Hal ini
diperparah oleh faktor kesadaran masyarakat dan pengendalian penyakit menular atau
penyakit tropis yang kurang optimal (Skolnik dan Ambareen, 2010). Salah satu
contoh penyakit tropis yaitu tuberkulosis.
Meskipun Indonesia memiliki potensi tinggi terhadap penyakit TB, Indonesia
adalah negara pertama dari high burden country (HBC,negara-negara dengan
peringkat 22 besar dalam hal jumlah absolut kasus TB sekaligus penerima perhatian
khusus dari dunia sejak tahun 2000) diwilayah WHO Asia Tenggara yang berhasil
mencapai target global TB.Target global tersebut meliputi keberhasilan dalam deteksi
dan pengobatan pada tahun 2006, yaitu Angka Penemuan Kasus (Crude Detection
Rate/CDR) di atas 70% dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Treatment Succes
Rate/TSR) di atas 85% pada tahun 2006. Pencapaian target global tersebut merupakan
tonggak pencapaian program pengendalian TB nasional yang utama (Kemenkes RI,
2015).
1|Page
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan proses asuhan gizi terstandar pada pasien TB Tulang pasca
bedah di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
2. Tujuan Khusus
Melakukan skirining gizi pada pasien pra bedah di ruang dahlia
Melakukan Assesment (antropometri, biokimia, klinis/fisik, dietary history)
pada pasien hematuria
Mampu menyusun NCP pada pasien pra bedah di ruang dahlia
Mampu melakukan edukasi kepada pasien
2|Page
BAB II
GAMBARAN UMUM PASIEN
A. Narasi Kasus
Tn B merupakan pasien rujukan dari RS Tamiang Layang. Pasien datang dengan
keluhan nyeri pungung sejak 1 tahun sebelum masuk RS. Nyeri menjalar kekaki dan
tulang dan menyebabkan nyeri bertambah saat duduk dan bergerak. Pada tanggal 21
Februari 2019 pasien di diagnose Ulkus abses r/vertebra lumbalis post op SUSP TB
tulang. Pada diagnose akhir pasien didiagnosa A18.0 Tubercolodid of bones and joints.
Pada uji lab tanggal 20 Februari 2019 didapatkan hasil creatinin 1,35 mg/dL dan gula
darah sewaktu 82 mg/dL. Diberikan obat GAT sejak pertengahan Januari yaitu 4FDC
1x3 tab. Kesadaran pasien compos mentis TD : 110/80 mmHg, Nadi 73/menit, nafas
52x/menit, suhu 36,2C, pasien diberikan infus RL 20 tpm disertai obat injeksi Ketolac
3x30mg/IV, ranitidine 2x 50 mg/IV dan 4FDC 1x3 tab.
Data Pasien
1. Identitas pasien :
2. Data subjektif
a. Riwayat penyakit
3|Page
Tabel 2 Riwayat Penyakit Pasien
Keluhan Utama Nyeri area punggung.
Riwayat Penyakit -
Keluarga
Riwayat Penyakit Ulkus abses r/vertebra lumbalis post op SUSP TB Tulang
Sekarang
Sumber : Data Rekam Medik 2018 dan Wawancara
b. Riwayat gizi
Masalah gastrointestinal -
c. Riwayat personal
Tn. B berstatus sudah menikah, memiliki istri dan anak.
Tn. B sebelumnya belum pernah mendapatkan konseling gizi.
4|Page
Tn. B masuk masuk ke rumah sakit dikarenakan keluhan nyeri area punggung.
3. Data objektif
a. Antropometri
Data antropometri yang didapatkan dilakukan dengan cara pengukuran langsung
melalui estimasi tinggi lutut dan estimasi LILA.
Tinggi Lutut : 64,19 cm
LILA : 24,8 cm
TB : Estimasi TB berdasarkan Tinggi Lutut
= 64,19 – (0,04 x U) + (2,02 x TL)
64,19 – (0,04x 30) + (2,02 x 44)
64,19 – 1,2 +88,8
151,87 cm
BB : Estimasi BB berdasarkan LILA = (3,75 x LILA )- 43,45
= (3,75 x 29,8) – 43,45
4. Biokimia
Tabel 4 Data Pemeriksaan Biokimia
Nilai Normal Standar
Pemeriksaan Hasil Keterangan
Rumah Sakit
WBC 9,76 x 10^3/ul 4,00 – 10,00
Neu % 78,3 % 50,0 – 70,0 H
Lym% 12,0% 20,0 – 40,0 L
Mon % 5,9 % 3,0 – 12,0
Eos % 3,5% 0,5 – 5,0
Bas % 0,3 % 0,0 – 1,0
Neu # 7,64 x 10^3/ul 2,00 – 7,00 H
Lym # 1,17 x 103/ul 0,80 – 4,00
Mon # 0,58 x 103/ul 0,12 – 1,20
Eos # 0,34 x 103/ul 0,02 – 0,50
Bas # 0,03 x 103/ul 0,00 – 0,10
RBC 6,04 x 106/ul 3,50 – 5,50 H
HGB 10,7 g/dl 11,0 – 16,0 L
HCT 36,0% 37,0 – 54,0 L
MCV 59,6≠ 80,0 - 100,0 L
MCH 17,7 pg 27,0 – 34,0 L
MCHC 27,7 g/dl 32,0 36,0 L
RDW – CV 17,7% 11,0 – 16,0 H
RDW – SD 45,2 fl 35,0 – 56,0
PLT 367 x 103/ul 150 – 400
MPV 7,5 fl 6,5 – 12,0
PDW 15,3 9,0 – 17,0
5|Page
PCT 0,279 % 0,108 – 0,282
ALY % 0,0% 0,0 – 2,0
LLC % 0,2% 0,0 – 2,5
ALY # 0,00 x 103/ul 0,00 – 0,20
LLC # 0,02 x 103/ul 0,00 – 0,20
7. Pengobatan
Tabel 6 Pengobatan / Tindakan Yang Diberikan
Jenis Fungsi Interaksi Dengan Efek Samping
Obat/Tindakan Makanan/Obat
4FDC 1x3 tab Untuk mengobati Dikonsumsi saat perut Gangguan
tuberculosis (TBC) dan kosong penglihatan,
infeksi bakteri penurunan
Mycobacterium tertentu. visus, skotoma
Rimstar 4FDC tablet sentrsl, buta
mengandung kombinasi warna hijau-
Rimfapicin, soniazid, merah serta
pyrazinamide, dan penyempitan
6|Page
ethambuto. pandangan.
Reaksi alergi,
gangguan
saluran
pencernaan,
masalah system
saraf pusat,
gangguan fungsi
hati, sakit
kepala, pusing,
kejang,demam.
Ketorolac 3x 30 Mengatasi nyeri sedang Rasa
menit hingga nyeri berat untuk mengantuk,
sementara. Biasanya pusing, sakit
obat ini digunakan kepala,
sebelum atau sesudah perubahan
prosedur medis, atau mental dan
setelah operasi. sensorik,
berkeringat
berleihan, rasa
haus, mulut
kering, nyeri
dada, palpitasi,
nyeri otot,
hipertensi,
kesulitan
bernafas, sesak,
penurunan laju
nadi
(braikardia),
peningkatan
kadar urea dan
kreatinin darah,
GGA,
7|Page
hiponatremia,
hiperkalemia,
retensi urine,
nyeri punggung
bawah dengan
atau tanpa
keluhan
hematuria
(darah pada
urin),
peningkatan
fungsi liver,
nyeri atau
sensasi
perih/terbakar
(pada obat tetes
mata)
Ranitidine 2x50 Bekerja dengan cara Konsumsi bersama Diare, nyeri
mg/IV menekan sekresi asam makanan atau antasida otot, pusing, dan
lambung atau menekan dengan ranitidine dapat timbul ruam
pembentukan asam menyebabkan absorpsi kulit, malaise,
lambung. ranitidine hingga nausea,
33%dan konsentrasi konstipasi.
puncak dalam serum
menurun hingga 613-
432 ng/mL.
8. Terapi Intravena
Infus Ringer Laktat 500 mL 20 tpm
9. Data Asupan Cairan Pasien
Tabel 8 Data Asupan Cairan Pasien
Hari/Tanggal Asupan Cairan
(Minuman + Makanan)
Jumat, 08 Maret 2019 1200 ml
8|Page
B. Terapi Diet dari Rumah Sakit
Terapi diet yang diberikan kepada Tn. B adalah Diet ETPT.
9|Page
BAB III
PELAKSANAAN ASUHAN GIZI
A. Skrining
FORMULIR SKRINING GIZI-DEWASA
( MALNUTRITION SCREENING TOOL-MST)
Nama : Tn. B Tanggal pemeriksaan : 7 Maret 2019
No. Rekam Medis : Umur : 30 tahun
Ruang/kelas : Dahlia 19 Berat badan : 68, 3 kg
Jenis kelamin : Laki-laki Tb/Pb : 151,87 cm
Status gizi :
%LILA 93,4 % (gizi baik)
No Parameter Skor
1 Apakah pasien mengalami penurunan berat badan Tidak Ada 0
yang tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir ? Ragu 2
Ya, ada penurunan berat badan sebanyak:
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
>15 kg 4
Ragu 2
2 Apakah pasien mengalami penurunan asupan makan
Tidak 0
karena penurunan nafsu makan (atau karena tidak bisa
Ya 1
mengunyah dan menelan)?
3 Apakah pasien dengan diagnosa khusus? (dicentang) Tidak
(pasien dengan penurunan imunitas, GGK, GGK Ya
hemodialisis, geriatri >70 tahun, dirawat di HCU/ICU,
penurunan kesadaran, kegawatan abdomen
Diagnosa Medis
(pendarahan, ileus, peritonitis, asites masif, tumor
Awal : Ulkus
intrabdomen besar, post operasi), gangguan
abses r/vertebra
pernafasan berat (pneumonia berat), keganasan
lumbalis post
dengan komplikasi, gagal jantung, sirosis hepatis,
op SUSP TB
transplantasi, cidera kepala berat, stroke, DM, kanker
Tulang
kemotrapi, luka bakar, atau kondisi sakit berat
Diagnosa Medis Akhir :
lainnya.
A18.0 Tubercolosis of
10 | P a g e
bones and joint.
Resiko tinggi
Nama :
Pukul :
Keterangan :
Skor 0 : Resiko rendah, perlu dilakukan asesmen kembali setelah 1 minggu
Skor 1 -3 :Resiko sedang, perlu dilakukan asesmen lanjut oleh AG dan kembali
diasesmen 3 hari
Skor 4-5 :Resiko tinggi, perlu dilakukan asesmen lanjut oleh AG dan di asesmen
setiap hari
11 | P a g e
Energi (Kkal) 1465,75
Protein (gram) 53,25
Lemak (gram) 23,24
KH (gram) 313,5
12 | P a g e
Assesment
B. Assesment Gizi
1. Antropometri
AD.1.1 Komposisi/Pertumbuhan tubuh/riwayat berat badan
AD. 1.1.1 Tinggi Badan
Tinggi badan Tn. H yaitu 155,8 cm
AD 1.1.5 IMT
BBI (Berat badan ideal) Tn. H yaitu :
BBI = (TB – 100) – 10% (TB-100)
= (151,87 – 100 ) – 10% (151,87 – 100)
= 51,87 – 10% (51,87)
= 51,87 – 5,18
= 46,69 kg
LILA/ U
Diketahui : LILA pengukuran = 29,8 cm
LILA standar = 31,9 cm
LILA Pengukuran
% Status gizi = x 100
LILA Standar
29,8
= x 100
31,9
= 93,4 % (gizi baik)
Tabel 10 Kriteria Status Gizi Berdasarkan LILA/U
Kriteria Nilai
Obesitas >120% standar
Overweight 110-120% standar
Normal 90-110% standar
Kurang 60-90% standar
Buruk <60% standar
13 | P a g e
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa status gizi Tn. B LILA/U dengan presentasi
sebesar 93,4 % termasuk normal
2. Fisik Klinis
PD.1.1 Nutrition-focused physical
PD.1.1.1 Penampilan Keseluruhan
Penampilan keseluruhan pasien dalam keadaan berbaring/badrest karena kondisi
pasien masih belum stabil setelah operasi.
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa tekanan darah Tn. B masuk kedalam
kategori normal, denyut nadi Tn. B masuk kedalam kategori rendah, suhu Tn. B masuk
kedalam kategori normal dan pada pemeriksaan pernafasan (RR) Tn. B masuk kedalam
kategori nafas cepat (takipnea) karena untuk pernafasan normal (RR) yaitu 18 – 26x/menit.
14 | P a g e
FH 1.2.1.1 Jumlah Cairan Melalui Oral
Tn. H mengkonsumsi air putih sebanyak 1200 ml
Asupan Cairan berdasarkan recall :
Asupan cairan Berat
Air putih 1200 ml
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa pola makanan Tn. B sudah teratur
namun untuk makanan yang dikonsumsi Tn. B berdasarkan riwayat makannnya
dahulu kurang bervariasi.
15 | P a g e
FH 1.5.3.1 Karbohidrat Total
Asupan karbohidrat total Tn. B saat dilakukan recall yaitu 313,5 gram (76,5
% dari karbohidrat total kebutuhan yaitu 409,50 gram)
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa asupan zat gizi makro Tn. B yaitu :
a. Asupan lemak total Tn. B memiliki interpretasi Defisit Berat dengan %
tingkat konsumsi 38,28 % dari kebutuhan lemak total.
b. Asupan protein total Tn. B memiliki interpretasi Defisit Berat dengan %
tingkat konsumsi 38,98 % dari kebutuhan protein total.
c. Asupan karbohidrat total Tn. B memiliki interpretasi Defisit Sedang dengan
% tingkat konsumsi 76,5 % dari kebutuhan karbohidrat total.
4. Riwayat Personal
CH 1.1 Data Personal
CH 1.1.1 Umur
Tn. B sekarang berusia 30 tahun
CH 1.1.4 Bahasa
Bahasa yang digunakan Tn. B saat dirumah dan melakukan aktivitas sehari-
hari adalah bahasa dayak dan bahasa Indonesia
CH 1.1.6 Edukasi
Tn. B sebelumnya belum pernah mendapatkan edukasi terkait gizi
16 | P a g e
Tn. B merupakan suami dan kepala keluarga
CH 1.1.10. Mobilitas
Tn. B belum mampu melakukan pergerakan dan belum mampu untuk berjalan
ke wc sendiri
CH 3.1.6 Pekerjaan
Tn. H adalah seorang driver
CH 3.1.7 Agama
Tn. H beragama Katolik
Identifikasi : Tn. H adalah seorang kepala keluarga, selama ini pasien belum pernah
mendapatkan edukasi terkait gizi dan masalah penyakit yang dideritanya. Pasien tinggal di
JL. G.Obos II, bekerja sebagai seorang driver dan bersuku dayak manyan.
17 | P a g e
Diagnosa Gizi
Prioritas :
Dari data diagnosa yang sudah di dapat, dapat di ambil keputusan bahwa domain intake
menjadi prioritas karena asupan yang di lihat dari recall, Tn. B mengalami defisit berat untuk
zat gizi energi, protein, lemak, dan defisit ringan untuk karbohidrat. sehingga harus di
lakukan intervensi terkait asupan Tn. B tersebut.
18 | P a g e
19 | P a g e
Intervensi Gizi
A. Tujuan Diet
Jangka pendek (1 – 2 hari)
Untuk mempecepat kesembuhan luka post op.
Meningkatkan daya tahan tubuh.
Mempertahankn status gizi.
B. Jenis Diet
Diet ETPT (Energi Tinggi Protein Tinggi), Pasca Bedah
20 | P a g e
LILA/ U
Diketahui : LILA pengukuran = 29,8 cm
LILA standar = 31,9 cm
LILA Pengukuran
% Status gizi = x 100
LILA Standar
29,8
= x 100
31,9
= 93,4 % (gizi baik)
a. Kebutuhan Energi
E = 40 kkal/kg BB
= 40 kkal. 68,3 kg
= 2732 kkal
c. Perhitungan Infus
Cairan infus RL = 20 x 60 x 24 jam = 28.800 tetes
28.800tetes
= = 1440 cc
20
21 | P a g e
Pada hari pertama dan hari kedua pemorsian pasien diberikan kebutuhan 100% dari
total kebutuhan zat gizi pasien.
D. Prinsip Diet
Energi Tinggi
Protein tinggi
Lemak cukup
Karbohidrat cukup
E. Syarat Diet
1. Energi diberikan tinggi sebesar 2732 kkal untuk memenuhi kebutuhan energi
basal serta untuk menjalankan proses kinerja tubuh.
2. Protein diberikan tinggi 136,6 gram untuk memperbaiki, mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh pada saat pembedahan.
3. Lemak diberikan cukup sebesar 60,71 gram, utamakan lemak tidak jenuh
berfungsi untuk menyediakan alat transpor atau pelarut vitamin A D E K, serta
sebagai sumber energi.
4. Karbohidrat diberikan cukup sebesar 409,8 gram, berfungsi untuk menyediakan
energi yang bias digunakan langsung oleh tubuh. Utamakan sumber karbohidrat
kompleks untuk memberikan rasa kenyang dan menceggah terjadinya konstipasi.
5. Bentuk makanan disesuaikan dengan penyakit dan kemampuan pasien yaitu
makanan biasa.
F. Bentuk Makanan
Makanan yang diberikan adalah makanan biasa.
G. Frekuensi
pasien diberikan 3x makanan utama yaitu : pagi, siang dan sore
22 | P a g e
H. Rute
Makanan diberikan melalui oral
I. Edukasi
Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling pada hari jumat tanggal 8 Maret 2019
yaitu :
Materi atau penjelasan tentang diet ETPT.
Konseling diberikan kepada Tn. B, karena saat itu Tn B sedang sendiri
didalam ruangannya.
Memberikan informasi kepada Tn. B agar makanan dari Rumah Sakit selalu
dihabiskan oleh pasien meskipun rasanya kurang enak, karena makanan yang
diberikan kepada Tn. B sudah disesuaikan dengan kondisi penyakitnya saat
ini dan diharapkan dapat segera pulih, kemudian untuk putih telur dan haruan
yang diberikan dari rumah sakit harus selalu dihabiskan karena untuk
mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat meningkatkan albumin.
Memotivasi pasein agar selalu menghabiskan makanan yang di berikan oleh
pihak rumah sakit.
J. Perencanaan Menu
23 | P a g e
Pembagian menu sehari kedalam penukar
24 | P a g e
Pemorsian Hari Pertama
Penimbanga Berat
Waktu Nama Masakan Bahan Makanan Sisa Asupan
n Bersih
Pagi Nasi Nasi 200 9 191
Ayam 80 15 45 46,4
Ayam Bistik
Minyak 0 0 0
Tempe Tempe 48 0 48
Kacang Panjang 50 40 10
Cah wortel
Wortel 50 45 5
Nasi Nasi 250 89 161
Siang Ikan Nila Goreng Ikan Nila 87 13 74 69,6
Telur ayam Telur 51 0 51
Tahu Tahu 40 0
40
Minyak
Kacang Panjang 40 2 38
Bening Kacang Labu kuning 30 30 30
Panjang Toge 10 0 10
Bayam 20 0 20
25 | P a g e
makanan (gram) (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Pagi Nasi Nasi 191 334,25 7,64 0 76,4
Minyak 0 0 0 0 0
26 | P a g e
HASIL RECALL DAN ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “MAKANAN LUAR RUMAH
SAKIT”
09 April 2019
Bahan Energi Protein Lemak Karbohidrat
Waktu Masakan Berat
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Pagi Tidak Ada - - - - - -
Siang Mie Indomie 460 9 18 66
Sore Molen - - 181,1 5,6 2,2 37,1-
Total
Asupan 641,1 14,6 20,2 103,1
PERBANDINGAN TOTAL ASUPAN “RUMAH SAKIT dan LUAR RUMAH SAKIT”
DENGAN KEBUTUHAN
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Kategori
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
Asupan Rumah Sakit 1338,9 61,65 40,17 258
Dampak Asuhan Asupan Zat Gizi Makro dan Zat Gizi Mikro
Gizi Outcome
Indicator Outcome Asupan zat gizi makro pada saat recall ,yaitu :
27 | P a g e
1. Energi Defisit berat
2. Protein Defisit berat
3. Lemak Defisit Berat
4. Karbohidrat Defisit Sedang
Dokumentasi Pada Saat dilakukan recall ,dengan asupan zat gizi makro
Monitoring Evaluasi Kujungan sebagai berikut :
Awal
b. Energi 1465,75 kalori dengan tingkat
konsumsi 53,65 % dari total kebutuhan
energi
c. Protein 53,25 gram dengan tingkat konsumsi
38,28 % dari total kebutuhan protein
d. Lemak 23,24 gram dengan tingkat konsumsi
38,98% dari total kebutuhan lemak
e. Karbohidrat 313,5 gram dengan tingkat
konsumsi 76,5 % dari total kebutuhan
karbohidrat
Pengkajian 1. Setelah dilakukan intervensi pada klien dan
Gizi dilakukan recall ,diketahui hasil dari asupan zat
Selanjutnya gizi makro sebagai berikut :
Setelah a. Energi 1980 kalori dengan tingkat konsumsi
Intervensi 72,4 % dari total kebutuhan energi
b. Protein 55,81 gram dengan tingkat konsumsi
55,81% dari total kebutuhan protein
c. Lemak 60,71 gram dengan tingkat konsumsi
99,45 % dari total kebutuhan lemak
d. Karbohidrat 409,8 gram dengan tingkat
konsumsi 88,11 % dari total kebutuhan
karbohidrat
28 | P a g e
Assesment Gizi (09 Maret 2019)
Assesment Gizi
1. Antropometri
AD.1.1 Komposisi/Pertumbuhan tubuh/riwayat berat badan
AD. 1.1.1 Tinggi Badan
Tinggi badan Tn. By aitu 151,87 cm
AD 1.1.5 IMT
BBI (Berat badan ideal) Tn. H yaitu :
BBI = (TB – 100) – 10% (TB-100)
= (151,87 – 100 ) – 10% (151,87 – 100)
= 51,87 – 10% (51,87)
= 51,87 – 5,18
= 46,69 kg
LILA/ U
Diketahui : LILA pengukuran = 29,8 cm
LILA standar = 31,9 cm
LILA Pengukuran
% Status gizi = x 100
LILA Standar
29,8
= x 100
31,9
= 93,4 % (gizi baik)
Tabel 10 Kriteria Status Gizi Berdasarkan LILA/U
Kriteria Nilai
Obesitas >120% standar
Overweight 110-120% standar
Normal 90-110% standar
Kurang 60-90% standar
Buruk <60% standar
29 | P a g e
Sumber : (Jelliffe,1989 dalam Dian Handayani et al,2015)
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa status gizi Tn. B LILA/U dengan presentasi
sebesar 93,4 % termasuk normal
2. Fisik Klinis
PD.1.1 Nutrition-focused physical
PD.1.1.1 Penampilan Keseluruhan
Penampilan keseluruhan pasien dalam keadaan berbaring/badrest karena kondisi
pasien masih belum stabil setelah operasi.
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa tekanan darah Tn. B masuk kedalam
kategori normal, denyut nadi Tn. B masuk kedalam kategori rendah, suhu Tn. B masuk
kedalam kategori normal dan pada pemeriksaan pernafasan (RR) Tn. B masuk kedalam
kategori nafas cepat (takipnea) karena untuk pernafasan normal (RR) yaitu 18 – 26x/menit.
30 | P a g e
FH.1.2. Asupan Makanan dan minuman
FH 1.2.1 Asupan Cairan/Minuman
FH 1.2.1.1 Jumlah Cairan Melalui Oral
Tn. H mengkonsumsi air putih sebanyak 1200 ml
Asupan Cairan berdasarkan recall :
Asupan cairan Berat
Air putih 1200 ml
Identifikasi : Asupan cairan yang dikonsumsi Tn. H masuk kedalam kategori Defisit
Ringan, karena asupan cairan Tn. H sebanyak 640 ml sedangkan untuk kebutuhan
cairan Tn. H yaitu 1880 ml.
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa pola makanan Tn. B sudah teratur
namun untuk makanan yang dikonsumsi Tn. B berdasarkan riwayat makannnya
mulai bervariasi.
31 | P a g e
Asupan protein total Tn. B saat dilakukan recall yaitu 76,25 gram (76,25 %
dari protein total kebutuhan yaitu 136,6 gram)
FH 1.5.3 Asupan Karbohidrat
FH 1.5.3.1 Karbohidrat Total
Asupan karbohidrat total Tn. H saat dilakukan recall yaitu 361,1 gram (88,11
% dari karbohidrat total kebutuhan yaitu 409,8 gram)
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa asupan zat gizi makro Tn. B yaitu :
d. Asupan lemak total Tn. B memiliki interpretasi Normal dengan % tingkat
konsumsi 99,43 % dari kebutuhan lemak total.
e. Asupan protein total Tn. B memiliki interpretasi Defisit Sedang dengan %
tingkat konsumsi 76,25 % dari kebutuhan protein total.
f. Asupan karbohidrat total Tn. B memiliki interpretasi Defisit Ringan dengan
% tingkat konsumsi 88,11 % dari kebutuhan karbohidrat total.
4. Riwayat Personal
CH 1.1 Data Personal
CH 1.1.1 Umur
Tn. B sekarang berusia 30 tahun
CH 1.1.4 Bahasa
Bahasa yang digunakan Tn. B saat dirumah dan melakukan aktivitas sehari-
hari adalah bahasa dayak dan bahasa Indonesia
CH 1.1.6 Edukasi
32 | P a g e
Tn. B sebelumnya belum pernah mendapatkan edukasi terkait gizi
CH 1.1.10. Mobilitas
Tn. B belum mampu melakukan pergerakan dan belum mampu untuk berjalan
ke wc sendiri
CH 3.1.6 Pekerjaan
Tn. B adalah seorang driver
CH 3.1.7 Agama
Tn.B beragama Katolik
Identifikasi : Tn. B adalah seorang kepala keluarga, selama ini pasien belum pernah
mendapatkan edukasi terkait gizi dan masalah penyakit yang dideritanya. Pasien tinggal di
JL. G.Obos II, bekerja sebagai seorang driver dan bersuku dayak manyan.
33 | P a g e
34 | P a g e
Diagnosa Gizi
Prioritas :
Dari data diagnosa yang sudah di dapat, dapat di ambil keputusan bahwa domain intake
menjadi prioritas karena asupan yang di lihat dari recall, Tn. B mengalami defisit berat untuk
zat gizi energi, protein, lemak, dan defisit ringan untuk karbohidrat. sehingga harus di
lakukan intervensi terkait asupan Tn. B tersebut.
35 | P a g e
36 | P a g e
Intervensi Gizi
a. Tujuan Diet
Jangka pendek (1 – 2 hari)
Untuk mempecepat kesembuhan luka post op.
Meningkatkan daya tahan tubuh.
Mempertahankn status gizi.
b. Jenis Diet
Diet ETPT (Energi Tinggi Protein Tinggi), Pasca Bedah
37 | P a g e
LILA/ U
Diketahui : LILA pengukuran = 29,8 cm
LILA standar = 31,9 cm
LILA Pengukuran
% Status gizi = x 100
LILA Standar
29,8
= x 100
31,9
= 93,4 % (gizi baik)
d. Kebutuhan Energi
E = 40 kkal/kg BB
= 40 kkal. 68,3 kg
= 2732 kkal
f. Perhitungan Infus
Cairan infus RL = 20 x 60 x 24 jam = 28.800 tetes
28.800tetes
= = 1440 cc
20
38 | P a g e
Pada hari pertama dan hari kedua pemorsian pasien diberikan kebutuhan 100% dari
total kebutuhan zat gizi pasien.
g. Prinsip Diet
Energi Tinggi
Protein tinggi
Lemak cukup
Karbohidrat cukup
h. Syarat Diet
Energi diberikan tinggi sebesar 2732 kkal untuk memenuhi kebutuhan energi
basal serta untuk menjalankan proses kinerja tubuh.
Protein diberikan tinggi 136,6 gram untuk memperbaiki, mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh pada saat pembedahan.
Lemak diberikan cukup sebesar 60,71 gram, utamakan lemak tidak jenuh
berfungsi untuk menyediakan alat transpor atau pelarut vitamin A D E K, serta
sebagai sumber energi.
Karbohidrat diberikan cukup sebesar 409,8 gram, berfungsi untuk menyediakan
energi yang bias digunakan langsung oleh tubuh. Utamakan sumber karbohidrat
kompleks untuk memberikan rasa kenyang dan menceggah terjadinya konstipasi.
Bentuk makanan disesuaikan dengan penyakit dan kemampuan pasien yaitu
makanan biasa.
i. Bentuk Makanan
Makanan yang diberikan adalah makanan biasa.
j. Frekuensi
pasien diberikan 3x makanan utama yaitu : pagi, siang dan sore
39 | P a g e
k. Rute
Makanan diberikan melalui oral
l. Edukasi
Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling pada hari jumat tanggal 8 Maret 2019
yaitu :
Materi atau penjelasan tentang diet ETPT.
Konseling diberikan kepada Tn. B, karena saat itu Tn B sedang sendiri
didalam ruangannya.
Memberikan informasi kepada Tn. B agar makanan dari Rumah Sakit selalu
dihabiskan oleh pasien meskipun rasanya kurang enak, karena makanan yang
diberikan kepada Tn. B sudah disesuaikan dengan kondisi penyakitnya saat
ini dan diharapkan dapat segera pulih, kemudian untuk
Memotivasi pasein agar selalu menghabiskan makanan yang di berikan oleh
pihak rumah sakit.
Berat
Waktu Nama Masakan Bahan Makanan Penimbangan Sisa Asupan
Bersih
Nasi Nasi 200 0 200
Pagi
Ikan Patin Asam Ikan 80
0 80 64
Manis
Telur Ayam Telur ayam 48 0 0
Tahu goreng Tahu 61 0 61
Cah Labu air Wortel 50 48 2
Labu air 50 50 0
Siang Nasi Nasi 250
Ayam Ayam 60 0 60 60
Telur ayam Telur Ayam 50 0 50
40 | P a g e
Tempe goreng bb Tempe 40
saos 32 8
Sup Kimlo Jamur kuping 10
Telur puyuh 10 0 10
Wortel 100 24 76
Buah Pisang Mahuli 50 0 50
Nasi Nasi 250
Malam Nila goreng Ikan nila 76 8 68 60,8
Tahu Tahu 61 0 61
Tumis Sawi Wortel 80 20 60
Jagung muda 20 5 15
41 | P a g e
Buah Pisang 50 50 0 0 12
mauli
Total Asupan Siang 620,1 30,3 10,8 117,4
HASIL RECALL DAN ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “MAKANAN LUAR RUMAH
SAKIT”
Bahan Energi Protein Lemak Karbohidrat
Waktu Masakan Berat
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Pagi Tidak Ada - - - - - -
Siang Mi Indomie - - 460 9 18 66
Kacang
Sore rebus 50 207 94 18 5,9
Total
Asupan 667 103 36 71,9
42 | P a g e
Asupan Rumah Sakit 2005,9 84,57 59 305,15
43 | P a g e
Monitoring dan Evaluasi Pemorsian II
Dampak Asuhan Asupan Zat Gizi Makro dan Zat Gizi Mikro
Gizi Outcome
Indicator Outcome Asupan zat gizi makro pada saat recall yaitu :
44 | P a g e
g. Lemak 95 gram dengan tingkat konsumsi
156,48 % dari total kebutuhan lemak
h. Karbohidrat 377,05 gram dengan tingkat
konsumsi 92 % dari total kebutuhan
karbohidrat
45 | P a g e
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-
paru. Penyakit ini tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahay hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada didunia sejak 5000
tahun sebelum Masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit
TB baru terjadi dalam dua abd terakhir.
B. Gejala TB
Gejala Utama :
Batuk berdahak selama dua minggu atau lebih.
Gejala tambahan :
i. Dahak bercapur darah, batuk darah
ii. Sesak nafas, badan lemas,malaise
iii. Nafsu makan menurun
iv. Berat badan menurun
v. Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
vi. Demam meriang lebih dari satu bulan
Pada TB eskstra paru, gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena,
misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe, superfisialis pada limfadenitis TB serta deformitas tulang
belakang (gibbus)pada spondititis TB dna lain-lain.
46 | P a g e
(1962) . Namun kemajuan pengobatan TB mendapatkan tantangan dengan
bermunculan strain M.tuberculosis yang resistensi terhadap OAT.
D. Kondisi Tuberkulosis Dunia
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Hingga saat ini, tuberkulosis masih menjadi penyakit
infeksi menular yang paling berbahaya di dunia. World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa sebanyak 1,5 juta orang meninggal karena TB (1.1 juta HIV
negatif dan 0.4 juta HIV positif) dengan rincian 89.000 laki-laki, 480.000 wanita dan
140.000 anak-anak. Pada tahun 2014, kasus TB diperkirakan terjadi pada 9,6 juta
orang dan 12% diantaranya adalah HIV-positif (WHO, 2015).
Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2015 yang dirilis oleh WHO, sebanyak 58%
kasus TB baru terjadi di Asia Tenggara dan wilayah Western Pacific pada tahun 2014.
India, Indonesia dan Tiongkok menjadi negara dengan jumlah kasus TB terbanyak di
dunia, masing-masing 23%, 10% dan 10% dari total kejadian di seluruh dunia.
Indonesia menempati peringkat kedua bersama Tiongkok. Satu juta kasus baru
pertahun diperkirakan terjadi di Indonesia (WHO, 2015).
Selama ini penyakit infeksi seperti TB diatasi dengan penggunaan
antibiotik. Rifampisin (RIF), Isoniazid (INH), etambutol (EMB), streptomisin dan
pirazinamid (PZA) telah dimanfaatkan selama bertahun- tahun sebagai anti-TB.
Namun, banyak penderita telah menunjukkan resistensi terhadap obat lini pertama ini.
Sejak tahun 1980-an, kasus tuberkulosis di seluruh dunia mengalami peningkatan
karena kemunculan MDR-TB (Multi Drug Resisten Tuberculosis) (Chan dkk, 2002).
Bakteri penyebab MDR-TB adalah strain M. tuberculosis yang resisten terhadap obat
anti-TB first-line seperti isoniazid dan rifampisin. MDR-TB mendorong penggunaan
obat lini kedua yang lebih toksik seperti etionamid, sikloserin, kanamisin dan
kapreomisin (Tripathi dkk., 2005). Namun extensively drug-resisten tuberculosis
(XDR-TB) menyebabkan bakteri TB resisten terhadap obat lini kedua (WHO, 2010).
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan 9 juta kasus tuberkulosis baru terjadi
secara global pada tahun 2013 dan sebanyak 480.000 kasus diantaranya adalah multi
drug-resistant TB (MDR-TB). Hanya seperempat dari jumlah kasus MDR tersebut
(kurang lebih 123.000) terdeteksi dan dilaporkan. Sementara itu, XDR-TB dilaporkan
terjadi di 105 negara pada tahun 2015. Sekitar 9,7% pasien dengan MDR- TB
diperkirakan memiliki XDR-TB (WHO, 2015).
47 | P a g e
Sebagian besar obat TB yang digunakan saat ini dikembangkan lebih dari
40 tahun lalu. Kemunculan kasus resistensi terhadap obat lini pertama dan kedua serta
kerumitan dan lamanya waktu terapi TB saat ini mendorong upaya pencarian dan
penemuan obat anti-tuberkulosis baru. Perpendekkan dan penyederhanaan durasi
terapi, efektifitas terhadap MDR dan XDR-TB dan kompatibilitas pemberian bersama
antiretroviral adalah regimen pengobatan baru yang saat ini diperlukan oleh dunia.
Beberapa dekade ini, muncul senyawa-senyawa baru yang saat ini sedang dalam tahap
percobaan preklinis maupun klinis. Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas
potensial untuk melawan strain M. tuberculosis sensitif dan resisten. Hal ini dapat
menjadi harapan bagi kemajuan terapi TB di masa depan (Villemagne dkk., 2012).
E. Angka keberhasilan pengobatan
Indikator dalam evaluasi pengobatan adalah angka keberhasilan pengobatan
(succes rate). Indikator ini menunjukkn prosentase pasien baru TB BTA positif yang
menyelesaikan pengobatan (baik sembuh atau pengobatan lengkap) diantara pasien
baru TB paru BTA positif tercatat. Angka ini dibentuk dari penjumlahan angka
kesembuhan (cure rate) dan angka pengobatan lengkap. Gambar 5 menunjukkan
angka keberhasilan pengobatan dari tahun 2008 hingga 2015.
Angka keberhasilan pengobatan TB di Indonesia dari tahun 2008 hingga 2015
mengalami penurunan. Angka keberhasilan pengobatan di tahun 2015 adalah sebesar
85,0% (data per Juni 2016) dan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
WHO yaitu sebesar 85%. Sementara itu, jumlah kasus baru tuberkulosis paru dengan
BTA+ dilaporkan berjumlah 188.405 kasus (Kemenkes RI, 2016).
F. Bakteri
48 | P a g e
Ada 4 faktor penentu terjadinya penyebaran penyakit TBC (CDC,
2016), yaitu:
Faktor klinis terdiri dari keberadaan batuk, khususnya batuk selama 3 minggu atau
lebih; penyakit saluran nafas, khususnya yang berhubungan dengan laring (sangat
menular), mulut dan hidung gagal ditutup ketika batuk, serta ketidak sesuaian/
kurangnya terapi
b. Prosedur
Seseorang mengalami prosedur yang memicu batuk atau produksi aerosol (contohnya
bronchoscopy, induksi sputum, pemberian obat bentuk aerosol).
Meliputi lubang atau rongga pada radiografi dada, kultur positif M.tuberculosis dan
hasil positif dari AFB (Acid-Fast Bacilli) sputum smear.
3 Lingkungan
49 | P a g e
Semakin banyak droplet nuclei di udara, maka kemungkinan
b. Ruangan
c. Ventilasi
d. Sirkulasi udara
e. Penanganan spesimen
Jika prosedur penanganan spesimen tidak memadai, maka akan menghasilkan droplet
nuclei.
f. Tekanan udara
4 Kontak
50 | P a g e
menghasilkan sputum ketika batuk. Namun, penularan dari anak-anak masih dapat
terjadi. Oleh karena itu, anak-anak dan remaja dengan penyakit TB seharusnya
dievaluasi tingkat penularannya dengan kriteria sama dengan penderita dewasa.
Kriteria ini meliputi keberadaan batuk yang bertahan selama 3 minggu atau lebih,
lubang atau rongga pada radiografi dada, atau penyakit saluran nafas yang melibatkan
paru-paru, saluran udara atau laring (CDC, 2016)
Tuberkulosis menjadi mudah menular ketika TB terjadi pada paru- paru atau laring.
Umumnya, seseorang dengan penyakit TB di paru/laring seharusnya dianggap mudah
menular sampai orang tersebut:
51 | P a g e
negatif. Tuberkulosis paru BTA positif merupakan TB paru dengan hasil BTA positif
pada sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen ketika pemeriksaan spesimen dahak
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS). Tuberkulosis juga dapat dikatakan TB Paru BTA
positif ketika 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada juga
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Sementara itu, tuberkulosis paru BTA
negatif adalah TB paru dengan hasil BTA negatif pada pemeriksaan 3 spesimen dahak
SPS namun hasil foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TB
paru BTA negative namun rontgen positif dapat digolongkan berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat terjadi jika
gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
dan/atau keadaan umum pasien buruk (Depkes RI, 2005).
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh selain
paru, misalnya selaput paru, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-
lain. Tuberkulosis ekstra paru juga dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu TB ekstra paru ringan dan TB ekstra paru berat. Tuberkulosis
ekstra paru ringan misalnya adalah TB pada kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. Sedangkan TB
ekstra paru berat misalnya adalah meningitis, millier, pericarditis, peritonitis, pleutitis
eksudativa dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat
kelamin (Depkes RI, 2005).
52 | P a g e
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Asuhan Gizi
a. Recall 24 jam Hari Pertama
Zat Gizi Asupan Gizi Kebutuhan Tingkat Konsumsi Interpretasi
(%)
c. Antropometri
Hasil pengukuran antropometri pada saat pengambilan kasus
Pengukuran
TB 151,87 cm
BB 68,3 kg
% LILA 93,4%
LILA 29,8 cm
53 | P a g e
d. Data pemeriksaan fisik klinis
Data pemeriksaan klinis hari pertsssama :
Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Tekanan darah 110/80 mmHg 110/65 mmHg Normal
Nadi 43x/menit 75-105 x/menit Lambat
Suhu 36,50C 36,1 – 37,2 0C Normal
Respirasi 52x/menit 18-26 x/menit Cepat
e. Biokimia
Data hasil pemeriksaan Biokimia :
f. Pengobatan
54 | P a g e
Obat yang diberikan dari Rumah sakit adalah
B. Pembahasan
Upaya yang dilakukan dalam pemenuhuan kebutuhan gizi untuk pasien rawat inap
dilakukan melalui pelayanan gizi dengan menyediakan makanan atau diet kepada pasien.
Bagi sejumlah pasien dengan penyakit berat, upaya pelayanan gizi tersebut tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal, karena berbagai keterbatasan pada penerimaan,
pencernaan dan penyerapan berbagai zat gizi pada makanan di dalam tubuh.
Dalam melakukan asuhan gizi terstandar khusunya di rumah sakit perlu adanya
pelayanan yang lebih intensif terutama pada pasien rawat inap. Pemenuhan kebutuhan
dan diet yang patuh kepada pasien sangat menentukan kesembuhan pasien yang dapat di
55 | P a g e
lihat dari asupan nutrisi. Khususnya pada pasien yang mengalami malnutrisi berat dan
juga trauma perlu di uapayakan penangan secara maksimal.
Pada praktek lapangan mata kuliah dietetik lanjut, saya mendapatkan bagian untuk
melakukan asuhan gizi di ruang Dahlia atau ruang bedah. Hal yang saya lakukan pada
hari pertama adalah melakukan skrining pada semua pasien yang baru dirawat atau baru
masuk rumah sakit, tujuan saya melakukan skrining adalah untuk mengetahui tingkat
keparahan penyakit yang dialami pasien, serta menentukan diet apa sebaiknya yang
dijalani pasien dengan kondisi penyakitnya saat ini.
Di ruang dahlia ini saya mengambil 1 pasien untuk dilakukan asuhan gizi, pasien
saya masuk rumah sakit tanggal 20 Februari 2019.Pasien saya adalah seorang laki-laki
,Tn B merupakan pasien rujukan dari RS Tamiang Layang. Pasien datang dengan
keluhan nyeri pungung sejak 1 tahun sebelum masuk RS. Nyeri menjalar kekaki dan
tulang dan menyebabkan nyeri bertambah saat duduk dan bergerak. Pada tanggal 21
Februari 2019 pasien di diagnose Ulkus abses r/vertebra lumbalis post op SUSP TB
tulang. Pada diagnose akhir pasien didiagnosa A18.0 Tubercolodid of bones and joints.
Pada uji lab tanggal 20 Februari 2019 didapatkan hasil creatinin 1,35 mg/dL dan gula
darah sewaktu 82 mg/dL. Diberikan obat GAT sejak pertengahan Januari yaitu 4FDC
1x3 tab. Kesadaran pasien compos mentis TD : 110/80 mmHg, Nadi 73/menit, nafas
52x/menit, suhu 36,2C, pasien diberikan infus RL 20 tpm disertai obat injeksi Ketolac
3x30mg/IV, ranitidine 2x 50 mg/IV dan 4FDC 1x3 tab.
. Saya melakukan asuhan gizi pada Tn. B selama 2 hari sejak tanggal 9 Maret
2019sampai dengan tanggal 10 Maret 2109, berikut hasil asuhan gizi yang saya lakukan
selama 2 hari :
a. Skrining
Pasien Tn. B dilakukan skirining awal pada tanggal 8 Maret untuk
mengetahui resiko yang ditimbulkan dari penyakitnya saat ini, saat dilakukan
skrining perolehan skor yang didapatkan yaitu 1 dengan kesimpulan resiko
rendah, dari hasil tersebut diketahui bahwa pasien nampak kurus, dengan
status gizi Tn. B yang di ukur dengan menggunakan LILA adalah gzi baik.
Pada saat di tanyakan penurunan berat badan pada Tn. B dalam 6 bulan
terkahir yaitu Tn. B mengaku tidak ada penurunan berat badan.
b. Antropometri
56 | P a g e
Pada saat pengukuran antropometri saya untuk mengetahui tinggi badan
saya menggunakan pengukuran desmipan di karenakan Tn. B tidak bisa
berdiri sehingga di dapatkan hasil tinggi badan estimasi yaitu 151,87 cm.
Untuk pengukuran berat badan saya menggunakan beat badan koreksi
menggunakan Pita LILA sehingga di dapat berat badan estimasi 68,3 kg
dengan nilai LILA yang di dapat yaitu 29,8 dengan % LILA 93,4% termasuk
ke dalam status gizi baik. Dan untuk mengetahui berapa berat badan Tn. H
saya menggunakan perrhitungan BBI untuk laki-laki
Pengukuran antropometri saya ukur pada hari pertama saja dikarenakan
pasien masih dalam keadaan bed rest, tdk bisa berdiri dan melakukan aktifitass
apapun.
c. Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium yang saya lihat dari buku rekam
medik pasien yaitu pemeriksaan di lakukan pada tanggal 21 Februari 2019,
pagi saat dokter visit. Pada pemeriksaan hari pertama didapatkan hasil :
57 | P a g e
MPV 7,5 fl 6,5 – 12,0
PDW 15,3 9,0 – 17,0
PCT 0,279 % 0,108 – 0,282
ALY % 0,0% 0,0 – 2,0
LLC % 0,2% 0,0 – 2,5
ALY # 0,00 x 103/ul 0,00 – 0,20
LLC # 0,02 x 103/ul 0,00 – 0,20
Obat yang di berikan dari rumah sakit yaitu ada 3 obat yang mana obat
tersebut adalah 4FDC, ketorolac dan ranitidine. Masing masing obat tersebut
memiliki efek mual, muntah dan pusing. Obat ketorolac dengan dosis 3x30
mg/IV yaitu untuk penahan nyeri. Obat ranitidine dengan dosis 2x50 mg/IV
yaitu sebagai obat peredam mual atau obat peredam naiknya asam lambung
dan obat FDC untuk mengobat tuberculosis dan infeksi bakteri
Mycobacterium.
58 | P a g e
menurun maka keadaan pasien kurang baik. Pemberian makanan yang adekuat
akan membantu proses penyembuhan.
Evaluasi makanan pasien dilakukan 2 hari berturut-turut mulai tanggal
09-19 Maret 2019. Untuk mengetahui asupan makanan pasien dilakukan
dengan 2 metode yaitu food weight untuk makanan dari rumah sakit dan recall
24 jam untuk asupanan makanan dari luar rumah sakit.
156.48%
160.00%
137.30%
140.00%
120.00%
97.80% 99.43%
100.00% 88.11% 92.00%
72.40%
80.00%
55.81%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Energi Protein Lemak Karbohidrat
pemorsian1 pemorsian 2
59 | P a g e
BAB VI
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Hasil skrining yang dilakukan pada Tn. B dan didapatkan hasil resiko rendah.
Dan pasien menurut rekam medic didiagnosa A18.0 Tuberculosis of bones and joint.
2. Pengukuran antropometri hanya untuk mengetahui berat badan, tinggi badan,
dan status gizi. Yang masing masing di lakukan dengan pengukuran tinggi lutut dan
pengukuran LILA
3. Pemeriksaan fisik klinis Tn. H adalah Tekanan darah normal, nadi lambat,
suhu normal dan respirasi cepat.
4. Diagnosa yang digunakan pada asuhan gizi selama 2 hari adalah domain
intake, dengan prioritas masalah meningkatkan asupan zat gizi yang masih deficit.
5. Monitoring asupan makan pasien selama 2 hari didapatkan hasil bahwa terjadi
peningkatan asupan pasien dari tanggal pemorsian hari pertama hingga pemorsian hari
kedua.
B. Saran
Setelah dilakukan praktek dietetik lanjut ini diharapkan agar mahasiswa yang
melakukan praktek dapat melakukannya sesuai prosedur asuhan gizi di rumah sakit,
khususnya pada ruang dahlia untuk dilakukan skrining dengan tepat, pengukuran
antropometri dengan prosuder yang sesuai agar status gizi anak tepat, perhitungan kebutuhan
pasien agar lebih teliti, pemorsian hingga edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga
pasien.
60 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
61 | P a g e
LAMPIRAN
62 | P a g e
Dokumentasi Pemorsian 1
Pemorsian Sisa
63 | P a g e
Dokumentasi Pemorsian 2
Pemorsian Sisa
64 | P a g e
Dokumentasi pemorsian 3
65 | P a g e
Si
66 | P a g e
67 | P a g e
68 | P a g e
Dokumentasi pemorsian 4
Pemorsian Sisa
habis
69 | P a g e
habis
Habis
70 | P a g e
Dokumentasi pemorsian 5
Pemorsian Sisa
71 | P a g e
Habis
72 | P a g e
Habis
73 | P a g e
Dokumentasi pemorsian 6
Pemorsian Sisa
74 | P a g e
S
habis
75 | P a g e
habis
76 | P a g e