Anda di halaman 1dari 40

GOUT

Erni Susanti
PO.62.31.3.16.231
Jenis – Jenis Penyakit
A. OSTEOARTRITIS
Osteoartritis (OA), yang secara resmi dikenal sebagai artritis
degeneratif atau penyakit sendi degeneratif, adalah bentuk artritis
yang paling umum. Obesitas, penuaan, jenis kelamin perempuan,
etnis kulit putih, kepadatan tulang yang lebih besar, dan cedera
penggunaan berulang yang terkait dengan atletik telah diidentifikasi
sebagai faktor risiko. OA tidak berasal sistemik atau autoimun,
tetapi melibatkan penghancuran tulang rawan dengan peradangan
asimetris. Ini disebabkan oleh penggunaan sendi yang berlebihan,
sedangkan RA adalah gangguan autoimun sistemik yang
menyebabkan peradangan sendi simetris.
OBESITAS
(obesity)

Gangguan sendi
bawaan dan
mekanis (Congenital OSTEOARTRITIS Penuaan (aging)
and mechanical
derangement of
joints)

Dampak beban atau cedera yang


berulang-ulang (Load impact or
repetitive use injuries
B. Radang Sendi
Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang
melemahkan dan sering melumpuhkan dengan efek pribadi,
sosial, dan ekonomi yang luar biasa. Meskipun kurang umum
daripada OA, RA biasanya lebih parah, terjadi lebih sering pada
wanita daripada pria, dengan onset puncak umumnya antara 20
dan 45 tahun.
RA mempengaruhi jaringan interstitial, pembuluh darah,
tulang rawan, tulang, tendon, dan ligamen, serta membran
sinovial yang melapisi permukaan sendi. Pengukuran RF, dan
antibodi antinuklear (ANA) dan antibodi terhadap antigen protein
citrullinated (ACPA), berguna dalam diagnosis serta prediksi
perjalanan dan hasil dari RA (Demoruelle dan Deane, 2011)
RA mempengaruhi jaringan interstitial, pembuluh darah,
tulang rawan, tulang, tendon, dan ligamen, serta membran
sinovial yang melapisi permukaan sendi. Pengukuran RF, dan
antibodi antinuklear (ANA) dan antibodi terhadap antigen
protein citrullinated (ACPA), berguna dalam diagnosis serta
prediksi perjalanan dan hasil dari RA (Demoruelle dan Deane,
2011)
C. SCLERODERMA
Scleroderma adalah sklerosis sistemik kronis atau
pengerasan kulit dan organ visceral yang ditandai dengan
deposisi jaringan ikat fibrosa. Wanita cenderung menderita
empat kali lebih sering daripada pria. Sindrom Raynaud
terjadi, dengan iskemia atau dingin di ekstremitas kecil,
menyebabkan kesulitan dalam persiapan dan konsumsi
makanan. Sindrom Sjögren sering juga hadir, tetapi ada
variabilitas di antara pasien
D. SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS
Systemic lupus erythematosus (SLE) dikenal secara umum
sebagai lupus. SLE adalah penyakit autoimun kronis yang
ditandai dengan produksi autoantibodi yang diarahkan
terhadap nuklir (anti-dsDNA, anti-SM, anti-nRNP) dan
antigen sitoplasma yang mempengaruhi beberapa organ
(Fortuna dan Brennan, 2013; Watts, 2014). SLE paling umum
pada wanita usia subur dengan rasio wanita: pria 9: 1,
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan
jenis kelamin penting dalam perkembangannya; dan telah
ditunjukkan bahwa SLE lebih sering terjadi pada orang
Afrika-Amerika dan wanita keturunan Hispanik, Asia, dan
penduduk asli Amerika daripada di Kaukasia.
E. SJÖGREN SYNDROME (SS)
Sjögren syndrome (SS) adalah penyakit radang autoimun kronis
yang mempengaruhi kelenjar eksokrin, terutama kelenjar ludah dan
lakrimal, yang menyebabkan kekeringan mulut (xerostomia) dan mata
(xerophthalmia). SS dapat muncul sendiri (SS primer) atau sekunder
sebagai akibat dari gangguan rematik sebelumnya (umumnya RA atau
SLE). Ini terutama mempengaruhi wanita paruh baya, dengan rasio
wanita / pria 9: 1.
Tanda-tanda oral yang umum termasuk kehausan, sensasi terbakar
pada mukosa mulut, radang lidah (glossitis), dan bibir (cheilitis),
keretakan pada sudut bibir (cheilosis), kesulitan mengunyah dan
menelan (disfagia), karies gigi yang parah , infeksi mulut (kandidiasis),
kerusakan gigi progresif, dan ketidaknyamanan oral pada malam hari.
Pasien juga dapat menderita gangguan ekstraglandular yang
mempengaruhi kulit, paru-paru, ginjal, saraf, jaringan ikat, dan sistem
pencernaan (Ebert, 2012; Tincani et al, 2013). Pasien SS juga dapat
mengalami gangguan dalam persepsi bau (disosmia) dan ketajaman rasa
(dysgeusia) (Ebert EC, 2012; Gomez et al, 2004)
F. TEMPOROMAN DIBULAR DISORDERS
(GANGGUAN TEMPOROMAN DIBULAR )
Gangguan temporomandibular (TMDs) mempengaruhi
sendi temporomandibular, yang menghubungkan rahang
bawah (mandibula) ke tulang temporal. TMD dapat
diklasifikasikan sebagai nyeri myofascial, gangguan internal
pada sendi, atau penyakit sendi degeneratif. Satu atau lebih
dari kondisi ini dapat hadir pada saat yang sama,
menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada otot atau
sendi yang mengontrol fungsi rahang.
G. GOUT
Gout adalah salah satu penyakit tertua dalam sejarah medis yang
tercatat. Ini adalah kelainan metabolisme purin di mana kadar asam urat
yang abnormal tinggi terakumulasi dalam darah (hiperurisemia).
Berlawanan dengan apa yang diamati pada sebagian besar penyakit
rematik, asam urat terutama menyerang pria. Semua studi secara
konsisten menunjukkan bahwa gout mempengaruhi pria yang lebih tua
(lebih dari 45 tahun) dengan rasio pria dan wanita 4: 1.
Rasio ini berubah menjadi 3: 1 di atas 65 tahun, yang mencerminkan
bahwa gout jarang mempengaruhi wanita muda tetapi frekuensinya
meningkat pada wanita pascamenopause. Insiden dan prevalensi asam
urat telah meningkat secara nyata dalam beberapa dekade terakhir; di
Amerika Serikat, gout lebih umum daripada RA (Lawrence et al, 2008).
Kehadiran sindrom metabolik yang meliputi obesitas sentral, hipertensi,
resistensi insulin, dan hiperlipidemia, terjadi pada sekitar 60% pasien
dengan gout. Gout dikaitkan dengan morbiditas, mortalitas yang
signifikan (terutama karena penyakit jantung koroner), gangguan
fungsional, dan penurunan kualitas hidup (Suresh dan Das, 2012)
Patafisologi , tanda /
gejala gout
Patafisologi

• Gout adalah penyakit deposisi kristal di mana gejala


klinisnya disebabkan oleh pembentukan kristal monosodium
urate (MSU) di persendian dan jaringan lunak, dan
penghilangan kristal ini "menyembuhkan" penyakit.
• Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin pada
manusia, tetapi merupakan produk perantara pada sebagian
besar mamalia lainnya. Ini diproduksi terutama di hati oleh
aksi enzim xanthine-oxidase, enzim yang bergantung pada
molibdenum.
• Pada sebagian besar orang , asam urat selanjutnya
terdegradasi oleh enzim urate oxidase (uricase),
menjadi allantoin, yang lebih larut daripada asam urat,
dan karenanya lebih mudah diekskresikan oleh ginjal
• Homeostasis asam urat ditentukan oleh keseimbangan
antara produksi dan ekskresi ginjal Produksi endogen
asam urat dari degradasi purin menyumbang dua
pertiga dari kumpulan urat tubuh, sisanya berasal dari
makanan. Karena sebagian besar asam urat
diekskresikan melalui ginjal (sekitar 70%),
• hiperurisemia terjadi akibat berkurangnya efisiensi
pembersihan urat ginjal. Dua protein telah ditandai
dengan baik dalam pembersihan urat: transporter urat
1 (URAT1) dan transporter glukosa dan fruktosa
(GLUT9). URAT1 melokalisasi di membran batas sikat
ginjal tubulus proksimal dan bertanggung jawab
terutama untuk reabsorpsi asam urat ginjal, sedangkan
GLUT9 adalah terletak di membran apikal dan
basolateral tubulus distal di mana ia berfungsi sebagai
pintu keluar utama urat dari tubuh
• Pada sebagian besar orang dengan gout, hiperurisemia
terjadi akibat berkurangnya pembersihan urat ginjal.
Tanda atau gejala gout

1. Pembentukan kristal monosudium urate ( MSU)


disendi dan jaringan lunak
2. Pada gout kronis situs klasik adalah jempol kaki ,
pergelangan tangan , dan sendi jari, siku ,
pergelangan kaki, lutut, dan heliks telinga.
DIAGNOSA GOUT
Diagnosis
Parameter Uraian
Riwayat Riwayat mengkonsumsi makanan tinggi purin, dan
makan minum alkohol
Biokimia Pemeriksaan meliputi :
- Kadar asam urat, trigliserida, kolesterol, albumin,
glukosa, SGOT, SGPT, kristal asam urat pada
urinalis, Na
- Pemeriksaan khusus : foto lutut/kaki
Antropometri Berat badan (riwayat dan tanda-tanda obesitas), IMT
Pemeriksaa Keadaan umum pasien : nyeri daerah lutut/kaki, adanya
n Fisik Klinis pembengkakan.
Pemeriksaan klinis : pengukran TD, suhu tubuh, denyut
jantung/nadi, pernapasan
Riwayat Riwayat penyakit yang dialami pasien, riwayat penyakit
Personal keluarga, usia (>40 tahun), jenis kelamin (laki-laki >
perempuan), penggunaan obat jenis salisilat, aspirin,
niasin, diuretik
PENATALAKSAAN
GOUT
4.1. JENIS DIET

Diet gout diberikan pasien dengan gout dan atau


batu asam urat dengan kadar asam urat > 7,5 mg/dl
Diet ini terdiri dari 2 jenis yaitu :
• Diet purin rendah I / DPR I ( 1500 kkal )
• Diet purin rendah II / DPR II ( 1700 kkal )
• Diet diberikan sampai kadar asam urat darah dan berat
badan menjadi normal.
4.2 PRINSIP DAN SYARAT

• A. PRINSIP
Energi diberikan cukup
Protein diberikan cukup
Lemak diberikan sedang
Karbohidrat diberikan tinggi
Cairan diberikan cukup
B. SYARAT
• Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh bila berat
badan berlebih atau kegemukan asupan energy
sehari dikurangi secara bertahap sebanyak 500 –
1000 kkal dari kebutuhan energi normal hingga
tercapai berat badan normal
• Protein cukup yaitu 1,0 – 1,2 gram / kg BB atau 10-
15% dari kebutuhan energy total.
• Lemak sedang yaitu 10-20% dari kebutuhan dari
kebutuhan energy total . lemak berlebih dapat
menghambat pegeluaran asam urat atau purin
melalu urin
• Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75 %
darikebutuhan energy total . karena kebanyakan pasie gout
mempunyai berat badan lebih maka dianjurkan untuk
menggunakan sumber karbohidrat kompleks
• Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunai
kandungan purin >150 mg /100 gram
• Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan
• Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap
rata rata asupan cairan yang di anjurkan 2 -2 ½ liter hari
Makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan
Bahan Makanan yang Boleh
dikonsumsi (Mengandung 0 – 15 mg per
100 gr bahan makanan):
• Semua makanan sumber tenaga seperti :
• Serealia, nasi, jagung, macaroni, mie, bihun, ubi, singkong, tales, sagu, gula
dan tepung-tepungan.
• Havermauth diberikan dalah jumlah terbatas.
• Minyak/lemak diberikan dalam jumlah terbatas.
• Makanan sumber zat pembangun seperti : Telur, susu dan hasil olahannya seperti
keju.
• Makanan sumber zat pengantur : semua macam sayuran sekehendak kecuali
yang termasuk dalam bahan makanan yang dibatasi.
• Semua macam buah-buahan
• Minuman : semua macam minuman kecuali yang mengandung alkohol.
• Bumbu : semua bumbu secukupnya.
Bahan Makanan yang Tidak Boleh
dikonsumsi (Mengandung 150 – 800 mg per 100 gr
bahan makanan):
• Jerohan (ginjal, jantung, limpa, paru-paru, otak dan
hati), ekstrak daging (abon, dendeng)
• Minuman atau makanan yang mengandung alkohol
• Sarden / Makanan dalam kaleng
• Burung dara, bebek, angsa
• Udang, kerang, kepiting, remis, herring
• Emping
• Ragi (tape)
NCP
• Skrining Gizi
• Skrining gizi untuk penderita gout arthritis bisa dilakukan secara sederhana
dan cepat untuk mengidentifikasi individu yang mengalami kekurangan gizi
atau yang berisiko terhadap permasalahan gizi. Pada proses skrining gizi,
semua tahapan dalam melakukan skrining harus di lakukan secara saksama
untuk mendapatkan hasil yang baik dan akurat. Pihak yang membantu ahli
gizi dalam proses skrining gizi antara lain perawat, teknisi gizi, keluarga
pasien, dokter serta tenaga kesehatan yang lain. Formulir skrining gizi yang
bisa digunakan untuk penderita gout arthritis antara lain Short Form Mini
Nutritional Assesment (MNA-SF), Nutrition Risk Index (NRI), Geriatric
Nutrition Risk Index (GNRI), Nutrition Screening Initiative (NSI) serta
Canadian Nutrition Screening Tool.
NCP
• Asuhan Gizi Pada Pasien Gout Arthritis
a. Assesment Gizi (pengkajian gizi) meliputi :

Antropometri meliputi berat badan (BB), tinggi badan (TB), IMT,


dan pengukuran lain seperti panjang depa, lingkar lengan atas (LLA)
atau tinggi lutut apabila pasien tidak dapat diukur BB dan TBnya.
Biokimia: kadar asam urat, kristal urat urin, BUN, kreatinin.
Klinis dan fisik: • Gejala Khas : nyeri pada persendian, bengkak pada
sendi lutut / ibu jari. • Vital sign: tekanan darah, nadi, respirasi.
Dietary: asupan makan (energi, protein, lemak, karbohidrat, purin, vit
C) dan kebiasaan makan sebelum sakit.
Kondisi ekonomi dan data lain yang menunjang : kondisi ekonomi
dan sosial pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat penyakit keluarga,
riwayat pengobatan dan lain-lain
Diagnosis Gizi
• Diagnosis gizi meliputi domain intake, klinis dan kebiasaan
(behavior). Beberapa contoh diagnosis pada kasus Gout Arthritis
sebagai berikut: 1) Intake purin berlebihan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang gizi ditandai dengan setiap hari
mengkonsumsi tempe dan jeroan. 2) Perubahan nilai laboratorium
disebabkan oleh gangguan metabolisme purin dibuktikan dengan
peningkatan kadar asam urat di atas normal. 3) Kurangnya
pengetahuan tentang makanan yang rendah purin berkaitan
dengan kurangnya informasi tentang gizi seimbang ditandai
dengan pemilihan bahan makanan tinggi purin.
• Intervensi Gizi
1. Preskripsi diet a) Jenis diet : Diet Rendah Purin I/ II b)
Jumlah zat gizi yang penting untuk terapi diet : Protein,
Lemak, dan KH c) Bentuk makanan : cair/ saring/
lunak/ biasa d) Rute makanan : Oral / MLP e)
Frekuensi pemberian makanan : 3 x menu utama dan 2
kali selingan atau yang lain sesuaikan dengan kondisi
pasien
2. Tujuan diet : a) Memberikan cukup energi untuk
mempertahankan atau mencapai (menaikkan/
menurunkan) berat badan normal. b) Menurunkan
kadar asam urat dalam darah. c) Mencegah terjadinya
komplikasi.
3. Syarat/ Rekomendasi Diet
a) Energi diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan
individu berdasarkan hasil perhitungan. Kebutuhan
energi ditentukan sebagai berikut:
• TEE (Total Energy Expenditure) = BEE x Faktor
aktivitas x Faktor Stres
• Basal Energy Expenditure (BEE)
• Laki- laki : 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) –
(6,8 x Umur)
• Perempuan : 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) –
(4,7 x Umur)
Faktor Aktifitas
• Ringan : 1,3
• Sedang : 1,4
• Berat : 1,5
Faktor Stress
• Ringan : 1,2
• Sedang : 1,3
• Berat : 1,5
• Protein cukup : (1,0 -1,2 g/kg BB) atau 10-15% dari
kebutuhan energi total. Hindari bahan makanan sumber
protein dengan kandungan purin >150mg/100 g.
• Lemak sedang 10-20% kebutuhan energi total.
• Karbohidrat 65-75% dari kebutuhan energi total, pilih
Karbohidrat kompleks.
• Vitamin dan Mineral cukup.
• Cairan 2-2,5 liter/hari.
• Bahan makanan yang dihindari, dibatasi dan diperbolehkan
dimakan setiap hari • Dihindari : Kelompok I Kandungan
purin tinggi (100-1000 mg purin/100 g bahan makanan).
Yaitu : Otak, Hati, Jantung, Ginjal, Jeroan, Ekstrak daging
atau kaldu, Bebek, ikan sarden, Makarel, Remis, Kerang.
• Dibatasi : Kelompok II Kandungan purin
sedang (9-100 mg purin/100 g bahan makanan),
maksimal dikonsumsi 50-75 g daging, ikan atau
unggas atau 1 mangkuk (100 g) sayuran sehari.
• Yaitu : Daging sapi, Ikan, Ayam, Udang, Kacang
kering, Tahu, Tempe, Asparagus, Bayam, Daun
singkong, Kangkung, Melinjo, Daun so
• Diperbolehkan dikonsumsi setiap hari : Kelompok
III Kandungan purin rendah, yaitu : Nasi, ubi,
jagung, singkong, roti, mei, bihun, tepung beras,
cake, kue-kue kering, pudding, susu, semua
sayuran dan buah-buahan kecuali yang dibatasi.
• Rencana Konseling Gizi
• 1) Masalah : diet Rendah Purin I (misal)
• 2) Tujuan : a) Memberikan gambaran dan informasi mengenai
proses terapi Diet rendah purin I b) Memberikan informasi
tentang pola makan dan kebiasaan makan yang baik dan benar
c) Memberikan informasi tentang makanan dan minuman yang
boleh atau tidak boleh untuk dikonsumsi d) Memberikan
motivasi kepada pasien untuk mendukung kelancaran diet yang
dijalankan oleh pasien
• 3) Materi : a) Menejelaskan materi tentang diet rendah purin b)
Menjelaskan pola makan dan kebiasaan makan yang baik dan
benar c) Menjelaskan bahan makanan yang boleh dimakan dan
tidak boleh dimakan oleh pasien d) Memberikan konseling
supaya pasien dapat mengatur dan merawat diri dengan baik e)
Memberikan konseling makanan berdasarkan riwayat gizi.
• 4) Metode : Diskusi dan tanya jawab
• 5) Sasaran : Pasien
• 6) Waktu dan tempat : Poli gizi (bangsal pasien).
Konseling gizi dilakukan minimal 30 menit (sesuai
materi)
• 7) Media : Leaflet, food model, daftar bahan
makanan penukar, URT

Anda mungkin juga menyukai