Anda di halaman 1dari 7

STROKE ISKEMIK / STROKE NON HAEMORAGIK

DEFINISI

Stroke iskemik terjadi ketika suplai darah terputus ke bagian otak. Jenis stroke ini menyumbang
mayoritas dari semua stroke. Stroke iskemik atau stroke non hemoragik adalah kematian jaringan otak
karena gangguan aliran darah ke daerah otak, yang disebabkan oleh tersumbatnya arteri serebral atau
servikal atau yang kurang mungkin tersumbat, vena serebral.

Aliran darah yang tersumbat pada stroke iskemik dapat disebabkan oleh gumpalan darah atau
oleh aterosklerosis, yaitu penyakit yang menyebabkan penyempitan arteri seiring waktu. Stroke iskemik
dapat disebabkan oleh penyumbatan di sepanjang arteri yang memberi makan otak.

Penyumbatan dapat disebabkan ketika zat yang disebut plak menumpuk di dinding bagian
dalam arteri. Penyumbatan atau gumpalan tumbuh ketika sel darah dan sel lemak menempel pada plak.
Secara bertahap, ia tumbuh cukup besar untuk menghalangi aliran darah normal. Penyumbatan atau
gumpalan dapat terbentuk di arteri di otak Anda. Atau, itu dapat terbentuk di arteri di bagian lain dari
tubuh Anda dan melakukan perjalanan ke otak.

Jenis stroke iskemik berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1) Stroke Trombotik Pembuluh Besar


 Sebagian besar stroke trombotik disebabkan oleh trombosis yang menjadi penyulit
aterosklerosis. Sebagian besar stroke trombotik terjadi pada saat tidur dan evolusi gejala
dan tanda cenderung bertahap selama beberapa hari sejak awitan.
 Penurunan tekanan darah sistemik yang mendadak dan besar dapat mengurangi CBF dan
memicu stroke, terutama pada pasien dengan lesi aterosklerotik stenotik dan hipertensi
kompensatorik.
2) Stroke Embolik
 Sebagian besar embolus yang menyebabkan stroke berasal dari trombus.
 Asal tersering adalah jantung atau dari suatu lesi aterosklerotik.
 Stroke embolik biasanya terjadi saat aktivitas dan menimbulkan defisit neurologik
mendadak dengan efek maksimum saat awitan.
ETIOLOGI

Stroke iskemik terjadi ketika suplai darah terputus ke bagian otak oleh gumpalan darah atau
penyempitan pembuluh darah.

Gumpalan darah dapat disebabkan oleh detak jantung yang tidak teratur seperti aritmia,
masalah dengan katup jantung, infeksi otot jantung, pengerasan pembuluh darah, gangguan pembekuan
darah, radang pembuluh darah, atau serangan jantung.

Penyebab kurang umum dari stroke iskemik terjadi ketika tekanan darah menjadi terlalu rendah
(hipotensi), mengurangi aliran darah ke otak. Ini biasanya terjadi pada arteri yang menyempit atau sakit.
Tekanan darah rendah dapat disebabkan oleh serangan jantung, kehilangan banyak darah atau infeksi
parah. Masing-masing kondisi ini mempengaruhi aliran darah melalui jantung dan pembuluh darah dan
meningkatkan risiko stroke.

Faktor resiko utama untuk penyakit stroke adalah hipertensi kronik. Selain itu ada beberapa faktor
resiko lainnya yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit stroke yaitu :

 Fibrilasi atrium
 Diabetes mellitus (DM)
 Apnea tidur
 Kecanduan alkohol
 Merokok
 Kegemukan (obesitas)
 Faktor demografik  usia lanjut, ras, etnis, dan riwayat stroke dalam keluarga.  Penyakit
jantung koroner (PJK)

EPIDEMIOLOGI

Stroke sebesar 10% dari seluruh kematian di dunia merupakan penyebab kematian nomor 3
setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) di negara – negara maju. Prevalensi stroke
bervariasi di berbagai belahan dunia. Prevalensi stroke di Amerika Serikat adalah sekitar 7 juta (3,0%),
sedangkan di Cina prevalensi stroke berkisar antara 1,8% (pedesaan) dan 9,4% (perkotaan).

Di seluruh dunia, Cina merupakan negara dengan tingkat kematian cukup tinggi akibat stroke
(19,9% dari seluruh kematian di Cina), bersama dengan Afrika dan Amerika Utara. Insiden stroke di
seluruh dunia sebesar 15 juta orang setiap tahunnya, sepertiganya meninggal dan sepertiganya
mengalami kecacatan permanen. Sekitar 795.000 pasien stroke baru atau berulang terjadi setiap
tahunnya. Sekitar 610.000 adalah serangan pertama dan 185.000 adalah serangan berulang. Angka
kematian akibat stroke ini mencapai 1 per 18 kematian di Amerika Serikat. Kurun waktu 5 tahun, lebi
dari setengah pasien stroke berusia > 45 tahun akan meninggal.

Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa kematian sebesar 7,9 % dari
seluruh jumlah kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rikesda, 2013) bahwa prevalensi stroke di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per 1000 penduduk dan yang terdiagnosis tenaga
kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per 1000 penduduk. Prevalensi stroke berdasarkan terdiagnosis
tenaga kesehatan dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9 ‰), DI Yogyakarta (16,9 ‰),
Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 ‰ (Riskesdas, 2013). Prevalensi stroke di
Sulawesi Tengah sebesar 16,6‰ lebih tinggi dibandingkan prevalensi stroke di Indonesia 12,1‰.
Prevalensi stroke yang tinggi di Sulawesi Tengah pada penduduk berusia diatas 75 tahun (84,6‰) dan
jenis kelamin laki-laki (17,3‰).

FAKTOR RISIKO

Stroke dapat terjadi pada seseorang dari segala usia, termasuk anak-anak. Namun, semakin tua
seseorang, semakin tinggi risiko stroke. Stroke lebih sering terjadi pada pria, tetapi lebih banyak wanita
meninggal karena mereka. Riwayat keluarga stroke, atau riwayat pribadi stroke atau serangan jantung,
juga meningkatkan risiko stroke. Penelitian juga menunjukkan orang Afrika-Amerika berisiko lebih tinggi
terkena stroke daripada orang Kaukasia.

Faktor risiko utama yang dapat dicegah untuk stroke adalah merokok. Berhenti merokok adalah
cara yang jauh lebih ampuh untuk mencegah stroke daripada pil atau prosedur lainnya.

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, diabetes, penyakit arteri koroner dan kolesterol
darah tinggi adalah faktor risiko stroke.

Pada orang yang lebih muda dari 50, penyebab stroke yang lebih umum juga termasuk migrain,
penyalahgunaan obat, konsumsi minuman "energi" atau suplemen herbal, dan diseksi arteri, yang
terjadi ketika sebuah robekan kecil di lapisan terdalam dinding arteri memungkinkan darah bocor ke
ruang antara lapisan dalam dan luar kapal.
PATOLOGI

Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis (terbentuknya ateroma)
dan arteriolosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinik dengan
cara:

a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.


b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus atau perdarahan aterom.
c. Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
d. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian dapat
robek.

Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan otak di bagian distal
sumbatan. Di samping itu, embolus juga bertindak sebagai iritan yang menyebabkan terjadinya
vasospasme lokal di segmen di mana embolus berada. Gejala kliniknya bergantung pada pembuluh
darah yang tersumbat.

Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area sistem saraf pusat
(SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan kolateral yang adekuat. Di
sekitar zona nekrotik sentral, terdapat ‘penumbra iskemik’ yang tetap viabel untuk suatu waktu, artinya
fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik kembali. Iskemia SSP dapat disertai oleh pembengkakan
karena dua alasan: Edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-sel glia dan neuron yang rusak; Edema
vasogenik yaitu akumulasi cairan ektraselular akibat perombakan sawar darah-otak.

Edema otak dapat menyebabkan perburukan klinis yang berat beberapa hari setelah stroke
mayor, akibat peningkatan tekanan intrakranial dan kompresi struktur-struktur di sekitarnya (Smith et
al, 2001).

DIAGNOSA

Diagnosis stroke iskemik biasanya didasarkan pada riwayat kejadian yang terperinci dan
pemeriksaan fisik.

Secara umum, jika diduga ada stroke, tes pencitraan, termasuk magnetic resonance imaging
(MRI) dan computed tomography (CT) scan, akan dilakukan untuk menghasilkan gambar otak yang
terperinci. Pengujian lebih lanjut dapat meliputi:
 Tes aktivitas listrik, termasuk electroencephalogram (EEG) dan membangkitkan tes potensial
 Tes aliran darah, termasuk angiografi dan ekokardiografi

Beberapa tes diagnostik dapat dilakukan untuk melihat apakah ada kondisi lain, memeriksa
kesehatan keseluruhan orang tersebut dan melihat apakah darah membeku terlalu mudah.

MANIFESTASI KLINIS

 Baal atau lemas mendadak di wajah, lengan,atau tungkai, terutama di salah satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan  penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata
 Bingung mendadak
 Tersandung selagi berjalan, pusing bergoyang, hilangnya keseimbangan atau koordinasi
 Nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas
 Mulut, lidah mencong bila diluruskan
 Gangguan menelan  sulit menelan, minum suka keselek
 Bicara tidak jelas (rero), sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan atau
gangguan bicara  pelo, sengau, ngaco, dan kata-katanya tidak dapat dimengerti atau tidak
dipahami (afasia), Bicara tidak lancar, hanya sepatahsepatah kata yang terucap
 Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
 Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih, kencing yang tidak disadari
 Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil  Menjadi pelupa ( dimensia)
 Vertigo (pusing, puyeng), atau perasan berputar yang menetap saat tidak beraktifitas
 Kelopak mata sulit dibuka atau dalam keadaan terjatuh
 Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran, berupa tuli satu telinga atau pendengaran
berkurang
 Menjadi lebih sensitive : menjadi mudah menangis atau tertawa
 Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur
 Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik, sempoyongan, atau
terjatuh
 Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri

Efek dari stroke iskemik akut dapat menyebabkan gejala tambahan pada wanita termasuk:

 Nyeri wajah, lengan atau kaki


 Cegukan atau mual
 Nyeri dada atau jantung berdebar
 Sesak napas
 Tidak semua gejala terjadi pada setiap stroke, dan kadang-kadang hilang dan kembali.

Beberapa pasien mengalami gejala yang hilang hanya dalam beberapa menit, yang mungkin
merupakan tanda transient ischemic attack (TIA). Ini dikenal sebagai salah satu tanda peringatan dini
stroke.

PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit stroke terdiri dari pencegahan primer dan sekunder.

Pada pencegahan primer meliputi upaya -upaya perbaikan pola hidup dan pengendalian faktor -
faktor risiko. Pencegahan ini ditujukan kepada masyarakat yang sehat dan belum pernah terserang
stroke, namun termasuk pada kelompok masyarakat risiko tinggi.

Upaya - upaya yang dapat dilakukan adalah :

1) mengatur pola makan sehat


2) penanganan stress dan beristirahat yang cukup
3) pemeriksaan kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter (diet dan obat)

IMPLIKASI DI BIDANG FISIOTERAPI

Permasalahan yang terjadi pada kasus post stroke non haemoragik adalah penurunan kekuatan
otot pada ekstremitas atas dan bawah, rasa tebal-tebal, spastisitas, keseimbangan, koordinasi gerak dan
juga penurunan aktivitas fungsional. Fisioterapi adalah salah satu tenaga medis yang mampu
menurunkan spastisitas, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, dan juga
mampu meningkatkan aktivitas fungsional pada kasus stroke di atas.

Di sini fisioterapi mempunyai peran sebagai profesi yang bertanggung jawab dalam proses
penyembuhan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional yang terjadi pada kasus stroke. Menangani
pasien dengan kondisi tersebut banyak modalitas fisioterapi yang digunakan, salah satunya adalah
dengan menggunakan modalitas Bridging exercise, Stretching Wrist, dan metode Proprioceptive
Neuromuscular Facilitation (PNF).
REFERENSI

1. Stroke. http://eprints.ums.ac.id/18613/9/BAB_II.pdf . Diakses : 6/07/2020.


2. Ischemic stroke. 2019.https://www.cedars-sinai.edu/Patients/Health-Conditions/Ischemic-
Stroke.aspx. Diakses : 6/07/2020.
3. Rizki Muliani. SISTEM PERSARAFAN. Patologi_SSP_SST.pdf. Diakses : 6/07/2020.
4. Diah Mutiarasari. 2019. Jurnal Ilmiah Kedokteran ISCHEMIC STROKE: SYMPTOMS, RISK FACTORS,
AND PREVENTION . Diakses : 6/07/2020.

Anda mungkin juga menyukai