Dosen Pengampu :
Dr. H. Mohammad Arif, Lc, MA.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Esa kami panjatkan puji syukur
kehadirat-Nya. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Prinsip-Prinsip Ekonomi” yang telah kami susun
dengan maksimal.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca.
Agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah “Prinsip-Prinsip Ekonomi” dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1.Latar Belakang......................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3.Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1. Surat Al –Baqarah Ayat 168 – 169....................................................................3
2.1.1. Tafsir Mufrodat.......................................................................................3
2.1.2. Asbabun Nuzul.......................................................................................3
2.1.3. Tafsir Ayat..............................................................................................4
2.2. Surat An–Nisa’ Ayat 29......................................................................................5
2.2.1. Tafsir Mufrodat.......................................................................................6
2.2.2. Asbabun Nuzul.......................................................................................6
2.2.3. Tafsir Ayat..............................................................................................6
2.3. Surat Al –Maidah Ayat 2....................................................................................8
2.3.1. Tafsir Mufrodat.....................................................................................10
2.3.2. Asbabun Nuzul.....................................................................................10
2.3.3. Tafsir Ayat............................................................................................10
2.4. Surat Al –‘Araf Ayat 29....................................................................................12
2.4.1. Tafsir Mufrodat.....................................................................................12
2.4.2. Asbabun Nuzul.....................................................................................12
2.4.3. Tafsir Ayat............................................................................................12
2.5. Hadits Tentang Prinsip-Prinsip Ekonomi................................................14
BAB III PENUTUP.............................................................................................15
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................15
3.2. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 168-169.
2. Untuk mengetahui penjelasan Al-Quran surat An-Nisa ayat 29.
3. Untuk mengetahui penjelasan Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2.
4. Untuk mengetahui Al-Quran surat Al-‘Araf ayat 29.
5. Untuk mengetahui hadis tentang prinsip-prinsip ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sulaeman Jajuli, Ekonomi Dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 89
2.1.3. Tafsir Ayat
Dalam surat Al-Baqarah ayat 168 dijelaskan bahwa manusia harus
mencari makanan yang halal lagi baik. Makanan yang halal ialah lawan dari
yang haram; yang haram telah pula disebutkan dalam al-Qur’an, yaitu yang
tidak disembelih, daging babi, darah, dan yang disembelih untuk berhala.
Kalau tidak ada pantang yang demikian, maka halal untuk dimakan. Tetapi
hendaklah pula yang baik meskipun halal. Batas-batas yang baik itu tentu dapat
dipertimbangkan oleh manusia. Misalnya daging lembu yang sudah
disembelih, lalu dimakan saja mentah-mentah. Meskipun halal tetapi tidaklah
baik. Atau kepunyaan orang lain yang diambil dengan tipu daya halus atau
paksaan atau karena segan-menyegan. Karena segan diberikan orang juga,
padahal hatinya merasa tertekan. Atau bergabung keduanya, yaitu tidak halal
dan tidak baik; yaitu harta dicuri, atau seumpamanya. Ada juga umpama yang
lain dari harta yang tidak baik; yaitu menjual azimat kepada murid, ditulis di
sana ayat-ayat, katanya untuk tangkal penyakit dan kalau dipakai akan terlepas
dari marabahaya. Murid tadi membelinya atau bersedekah membayar harga,
meskipun tidak najis namun itu adalah penghasilan yang tidak baik.
Supaya lebih kita ketahui betapa besarnya pengaruh makanan halal itu
bagi rohani manusia, maka tersebutlah dalam suatu riwayat yang disampaikan
oleh Ibnu Mardawaihi daripada Ibnu Abbas, bahwa tatkala ayat ini dibaca
orang dihadapan Nabi SAW, yaitu ayat: ”Wahai seluruh manusia, makanlah
dari apa yang di bumi ini, yang halal lagi baik,” maka berdirilah sahabat
Rasulullah yang terkenal, yaitu Sa’ad bin Abu Waqash. Dia memohon kepada
Rasulullah supaya beliau memohon kepada Allah agar apa saja permohonan
doa yang disampaikannya kepada Allah, supaya dikabulkan oleh Allah. Maka
berkatalah Rasulullah SAW : ”Wahai Sa’ad ! Perbaikilah makanan engkau,
niscaya engkau akan dijadikan Allah seorang yang makbul doanya. Demi
Allah, yang jiwa Muhammad ada dalam tanganNya, sesungguhnya seorang
laki-laki yang melemparkan suatu suapan yang haram ke dalam perutnya, maka
tidaklah akan diterima amalnya selama empatpuluh hari. Dan barangsiapa di
antara hamba Allah yang bertumbuh dagingnya dari harta haram dan riba,
maka api lebih baik baginya.” Artinya, lebih baik makan api daripada makan
harta haram. Sebab api dunia belum apa-apa juka dibandingkan dengan apai
neraka. Biar hangus perut lantaran lapar daripada makan harta yang haram.
Kemudian diperingatkan pula pada lanjutan surat Al-Baqarah ayat 169
supaya jangan menuruti langkah-langkah yang digariskan oleh syaitan. Sebab
syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Kalau syaitan mengajakkan
satu langkah, pastilah itu langkah membawa ke dalam kesesatan. Dia akan
mengajarkan berbagai tipu daya, mengicuh dan asal perut berisi, tidaklah
peduli dari mana saja sumbernya. Syaitan akan bersedia menjadi pokrol
mengajarkan bermacam jawaban membela diri karena berbuat jahat. Keinginan
syaitan ialah bahwa engkau jatuh, jiwamu menjadi kasar, dan makanan yang
masuk perutmu penambah darah dagingmu, dari yang tidak halal dan tidak
baik. Dengan demikian rusaklah hidupmu.2
2
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz II, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 2002), hal. 62-67
3
[287] Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain,
sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu
kesatuan.
2.2.2. Asbabun Nuzul
Menurut riwayat Ibnu Jarir ayat ini turun dikarenakan masyarakat
muslim Arab pada saat itu memakan harta sesamanya dengan cara yang bathil,
mencari keuntungan dengan cara yang tidak sah dan melakukan bermacam-
macam tipu daya yang seakan-akan sesuai dengan hukum syari’at. Misalnya
sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Abbas. menurut riwayat Ibnu Jarir
seorang membeli dari kawannya sehelai baju dengan syarat bila ia tidak
menyukainya dapat mengembalikannya dengan tambahan satu dirham di atas
harga pembeliannya. Padahal seharusnya jual beli hendaklah dilakukan dengan
rela dan suka sama suka tanpa harus menipu sesama muslimnya.4
2.2.3. Tafsir Ayat
Allah SWT melarang hamba-hambaNya yang mukmin memakan harta
sesamanya dengan cara yang bathil dan cara-cara mencari keuntungan yang
tidak sah dan melanggar syari’at seperti riba, perjudian dan yang serupa dengan
itu dari macam-macam tipu daya yang tampak seakan-akan sesuai dengan
hukum syari’at, tetapi Allah mengetahui bahwa apa yang dilakukan itu hanya
suatu tipu muslihat dari si pelaku untuk menghindari ketentuan hukum yang
telah digariskan oleh syari’at Allah. Misalnya sebagaimana digambarkan oleh
Ibnu Abbas s.r. menurut riwayat Ibnu Jarir seorang membeli dari kawannya
sehelai baju dengan syarat bila ia tidak menyukainya dapat mengembalikannya
dengan tambahan satu dirham di atas harga pembeliannya.
Allah mengecualikan dari larangan ini pencaharian harta dengan jalan
perniagaan yang dilakukan atas dasar suka sama suka oleh kedua belah pihak
yang bersangkutan.
Bersandar kepada ayat ini, Imam Syafi’ie berpendapat bahwa jual beli
tidak sah menurut syari’at melainkan jika disertai dengan kata-kata yang
menandakan persetujuan, sedang menurut Imam Malik, Abu Hanifah dan
Imam Ahmad cukup dengan dilakukannya serah terima barang yang
bersangkutan. Karena perbuatan yang demikian itu sudah dapat menandakan
4
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir jilid II, (Surabaya: PT
Bina Ilmu, 2003), hal. 115
persetujuan dan suka sama suka. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Maimun bin
Muhran bahwa Rasulullah SAW bersabda : ”Jual beli hendaklah berlaku
dengan rela dan suka sama suka dan pilihan sesudah tercapai persetujuan. Dan
tidaklah halal bagi seorang muslim menipu sesama muslimnya”. Dan bersabda
Rasulullah SAW menurut riwayat Bukhari dan Muslim: ”Bila berlaku jual beli
antara dua orang, maka masing-masing berhak membatalkan atau meneruskan
transaksi selama mereka belum berpisah”.
Allah SWT juga berfirman dalam ayat ini: ”Janganlah kamu membunuh
dirimu” dengan melanggar larangan Allah, berbuat maksiat-maksiat dan
memakan harta sesamamu dengan cara bathil dan curang. Sesungguhnya Allah
Maha Penyayang bagimu dalam apa yang diperintahkan dan dilarang bagimu.
Sehubungan dengan soal bunuh diri dalam ayat ini, diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dari Ibnu Jubair bahwa Amer Ibnul Assh bercerita tentang
dirinya tatkala diutus oleh Rasulullah ke suatu tempat, pada suatu malam yang
sangat dingin ia telah berihtilam (mengeluarkan mani ketika tidur) dan tanpa
bermandi jenabat, ia mengimami shalat shubuh bersama sahabat-sahabatnya.
Dan tatkala hal itu didengar oleh Rasulullah bertanyalah Beliau kepadanya:
”Hai Amer, engkau telah melakukan shalat shubuh dengan sahabat-sahabatmu
sedang engkau dalam keadaan junub (belum bermandi jenabat)?”
Maka berkata Amer, ”Ya Rasulullah aku telah berihtilam pada malam
yang sangat dingin itu, dan aku khawatir bila aku mandi jenabat akan matilah
aku, maka teringat olehku firman Allah ”Janganlah kamu membunuh dirimu”
lalu bertayamumlah aku, kemudian bershalat bersama sahabat-sahabatku.”
Mendengar kata-kata Amer itu tertawalah Rasulullah tanpa mengucapkan
sesuatu.
Dalam lanjutan ayat 29 ”Dan janganlah kamu bunuh diri-diri kamu.” Di
antara harta dengan diri atau dengan jiwa, tidaklah bercerai-tanggal. Orang
mencari harta untuk melanjutkan hidup. Maka selain kemakmuran harta benda
hendaklah pula terdapat kemakmuran atau keamanan jiwa. Sebab itu di
samping menjauhi memakan harta kamu dengan bathil, janganlah terjadi
pembunuhan. Tegasnya janganlah berbunuhan karena sesuap nasi. Jangan
kamu bunuh diri-diri kamu. Segala harta benda yang ada, pada hakikatnya
ialah harta kamu. Segala nyawa yang ada, pun adalah pada hakikatnya nyawa
kamu. Diri orang itu pun diri kamu.5
5
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta: Widya
Cahaya, 2011), hal. 153-154
6
[389] Syi'ar Allah Ialah: segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan
tempat-tempat mengerjakannya.
[390] Maksudnya antara lain Ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan
Rajab), tanah Haram (Mekah) dan Ihram., Maksudnya Ialah: dilarang melakukan
peperangan di bulan-bulan itu.
2.3.1. Tafsir Mufrodat
= Melanggar
= Tolong-Menolong
= Dalam berbuat dosa dan pelanggaran
[391] Ialah: binatang (unta, lembu, kambing, biri-biri) yang dibawa ke ka'bah untuk mendekatkan
diri kepada Allah, disembelih ditanah Haram dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir
miskin dalam rangka ibadat haji.
[392] Ialah: binatang had-ya yang diberi kalung, supaya diketahui orang bahwa binatang itu telah
diperuntukkan untuk dibawa ke Ka'bah.
[393] Dimaksud dengan karunia Ialah: Keuntungan yang diberikan Allah dalam perniagaan.
keredhaan dari Allah Ialah: pahala amalan haji.
7
Ahmad Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendahuluan Al-Qur’an Surat Al-Baqarah – An-
Nass, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 293
2.3.3. Tafsir Ayat
Makna ’syiar-syiar Allah’ yang paling dekat dengan pikiran ketika
membaca ayat ini adalah syiar-syiar haji dan umrah dengan segala sesuatu
yang diharamkan atas orang yang sedang melakukan ihram haji dan umrah
hingga hajinya selesai dengan menyembelih kurban yang dibawa ke Baitul
Haram. Maka, semua itu tidak halal bagi orang yang sedang ihram, karena
menghalalkannya pada waktu itu berarti menghina syiar Allah yang telah
mensyariatkannya. Dinisbatkannya syiar-syiar ini oleh Al-Qur’an kepada Allah
adalah untuk menunjukkan kegaungannya dan sebagai larangan dari
menghalalkannya.
Dan yang dimaksud dengan bulan-bulan haram adalah bulan Rajab,
Dzulqa’idah, Dzulhijjah, dan Muharram. Allah telah mengharamkan berperang
pada bulan-bulan ini. Bangsa Arab sebelum islam pun mengharamkannya,
tetapi mereka mempermainkannya sesuai kehendak hawa nafsunya.
Al-hadyu adalah binatang kurban yang dibawa oleh orang-orang yang
menunaikan haji atau umrah. Dengan demikian berakhirlah syiar-syiar haji atau
umrahnya. Al-hadyu adalah unta, sapi, atau kambing.
Al-qalaa’id adalah binatang-binatang ternak yang dikalungi oleh
pemiliknya pada lehernya sebagai pertanda bahwa binatang tersebut telah
dinazarkan untuk Allah, dan dilepaskan merumput dengan bebas hingga
disembelih pada waktu dan tempat nazar.
Allah juga mengharamkan mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah untuk mencari karunia dan keridhaanNya. Mereka adalah orang-
orang yang mengunjungi Baitul Haram untuk melakukan perdagangan yang
halal dan mencari keridhaan Allah dengan melakukan haji atau lainnya. Allah
memberikan keamanan kepada mereka di Baitul Haram-Nya. Kemudian
dihalalkanlah berburu setelah habis masa ihram, di luar Baitul Haram,
sedangkan berburu di Baitul Haram tetap tidak diperbolehkan. Ini adalah
kawasan keamanan yang ditetapkan Allah di Baitul Haram-Nya.8
8
Ibid, hal. 294–295
2.4. Surat Al –‘Araf Ayat 29
29. Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan
(katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu[533] di Setiap sembahyang
dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya.
sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian
pulalah kamu akan kembali kepadaNya)".
1. Hadis Pertama11
10
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al–Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2007), hal. 71
11
Heri Junaidi dan Cholidi Zainudin, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam: Sebuah Kajian Awal, Jurnal
Muamalah 3(1), 2017, hal. 6-7
َ َ ق:ر إِلَى أَ ْع َمالِ ُك ْمiُ ُص َو ِر ُكم وأ َ ْم َو الِ ُك ْم َو لَ ِك ْن إِ َّن َما یَ ْنظ
َّ ال
الن بِ ُّي ُ إِ َّن ﷲَ الَ یَ ْنظُ ُر إِلَى
Artinya: Rosulullah saw bersabda:“Sesungguhnya Allah tidakmemandang
kepada rupa kamudan harta kekayaanmu, tetapiallah hanya akan
memandang / menilai berdasarkan amal perbuatankamu”
2. Hadis Kedua12
ي َدھَا
َ ت ْ َس َرق
ُ ت لَقَطَ ْع ِ لَوْ أَ َّن فَا ِط َمةَ بِ ْن: الن بِ ُّي
َ ت ُم َح َّم ٍد َّ قَا َل
Artinya: Rosulullah saw bersabda:“Seandainya Fatimah bintiMuhammad
mencuri, niscaya akuakan memotong tangannya.”
3. Hadis Ketiga13
رواه ابن ماجة وابن حبان وصححه األلباني.إنما البيع عن تراض
Artinya: “Sesungguhnya perniagaan itu hanyalah perniagaan yang didasari
oleh rasa suka sama suka.” (Riwayat Ibnu Majah, Ibnu Hibban
dan dishahihkan oleh Al Albany)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai sebuah studi tentang
pengelolaan harta benda menurut perpektif Islam. Ekonomi Islam
merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
12
Ibid.Hadis di atas
13
Muhammad Arifin Badri, Prinsip Jual Beli Dalam Islam, diakses dari
https://pengusahamuslim.com/1061-prinsip-jual-beli-dalam-ajaran-islam.html, pada 17 Februari
2020 pukul 15.42
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan
tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
2. Sebagian ayat yang berhubungan dengan prinsip ekonomi dalam al quran
Surat Al-Baqarah Ayat 168 - 169
3. Sebagian prisip-prinsip ekonomi dalam alquran
1.) Asas Saling menguntungkan
2.) Asas Manfaat
3.) Asas Suka Sama Suka
4.) Asas Keadilan
5.) Asas Tolong Menolong
4. Tujuan dari ekonomi islam:
1.) Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan
bagi masyarakat dan lingkungannya.
2.) Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud
mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
3.2. Saran
Itulah hasil penyampaian analisis yang dapat kami tuangkan pada makalah
ini. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, bahasa, tata cara penyampaian
harap dimaklumi dan ditelaah secara teliti. Penulis mengaharapkan saran ataupun
kritik yang membangun dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jajuli, Sulaeman. 2018. Ekonomi Dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Deepublish
Hamka. 2002. Tafsir Al-Azhar Juz II. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas.
Bahreisy Said dan Bahreisy Salim. 2003. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir
jilid II. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Kementrian Agama RI. 2011. Al-Qur’an Dan Tafsirnya (Edisi yang
Disempurnakan). Jakarta: Widya Cahaya.
Mahali,Ahmad Mudjab. 2002. Asabun Nuzul Studi Pendahuluan Al-Qur’an Surat
Al-Baqarah – An-Nass. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Shihab, Muhammad Quraish. 2007. Tafsir Al–Mishbah Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Zainudin Cholidi dan Junaidi Heri. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam: Sebuah
Kajian Awal. Jurnal Muamalah 3(1), 2017, hal. 1-14
Badri, Muhammad Arifin. Prinsip Jual Beli Dalam Islam. Diakses dari
https://pengusahamuslim.com/1061-prinsip-jual-beli-dalam-ajaran-
islam.html, pada 17 Februari 2020