Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

1. Ayat-ayat Al Quran yang berhubungan dengan prinsip ekonomi dalam islam

a. Surat Al-Baqarah Ayat 168 - 169

‫ انما يأمركم بالسؤ والفحشآء وان‬. ‫يا ايها الناس كلوا مما في األرض حالال طيـبا وال تتبعوا خطوات الشيطان انه لكم عدوّ مبين‬
‫تقولوا على هللا ماال تعلمون‬.

Ma’na Lafazhi

‫ = الحالل‬Sesuatu yang boleh oleh syari’at sedang yang haram adalah kebalikanya.

‫ = الخطوات‬Artinya adalah antara kedua kaki binatang ternak menurut istilah adalah mengikuti
jejak atau meniru perbuatan yang diikuti.

‫السؤ‬ = sesuatu nyang membuat kamu jelek.

‫ =الفحشآء‬Sesuatu yang di pandang jelek atu keji

‫ = يأمركم‬Menggoda atau menguasai kalian [1]

Ma’na Ijmali

" Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu."

" Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui."

Asbabun Nuzul :

Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai suatu kaum yang terdiri dari Bani Saqif, Bani
Amir bin Sa'sa'ah, Khuza'ah dan Bani Mudli. Mereka mengharamkan menurut kemauan mereka
sendiri, memakan beberapa jenis binatang seperti bahirah yaitu unta betina yang telah beranak lima
kali dan anak kelima itu jantan, lalu dibelah telinganya; dan wasilah yaitu domba yang beranak dua
ekor, satu jantan dan satu betina lalu anak yang jantan tidak boleh dimakan dan harus diserahkan
kepada berhala. Padahal Allah tidak mengharamkan memakan jenis binatang itu, bahkan telah
menjelaskan apa-apa yang diharamkan memakannya di dalam al-Quran.[2]

Tafsir Ayat

Dalam surat Al-Baqarah ayat 168 dijelaskan bahwa manusia harus mencari makanan yang halal lagi
baik. Makanan yang halal ialah lawan dari yang haram; yang haram telah pula disebutkan dalam al-
Qur’an, yaitu yang tidak disembelih, daging babi, darah, dan yang disembelih untuk berhala. Kalau
tidak ada pantang yang demikian, maka halal untuk dimakan. Tetapi hendaklah pula yang baik
meskipun halal. Batas-batas yang baik itu tentu dapat dipertimbangkan oleh manusia. Misalnya
daging lembu yang sudah disembelih, lalu dimakan saja mentah-mentah. Meskipun halal tetapi
tidaklah baik. Atau kepunyaan orang lain yang diambil dengan tipu daya halus atau paksaan atau
karena segan-menyegan. Karena segan diberikan orang juga, padahal hatinya merasa tertekan. Atau
bergabung keduanya, yaitu tidak halal dan tidak baik; yaitu harta dicuri, atau seumpamanya. Ada
juga umpama yang lain dari harta yang tidak baik; yaitu menjual azimat kepada murid, ditulis di sana
ayat-ayat, katanya untuk tangkal penyakit dan kalau dipakai akan terlepas dari marabahaya. Murid
tadi membelinya atau bersedekah membayar harga, meskipun tidak najis namun itu adalah
penghasilan yang tidak baik.

Supaya lebih kita ketahui betapa besarnya pengaruh makanan halal itu bagi rohani manusia, maka
tersebutlah dalam suatu riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Mardawaihi daripada Ibnu Abbas,
bahwa tatkala ayat ini dibaca orang dihadapan Nabi SAW, yaitu ayat: ”Wahai seluruh manusia,
makanlah dari apa yang di bumi ini, yang halal lagi baik,” maka berdirilah sahabat Rasulullah yang
terkenal, yaitu Sa’ad bin Abu Waqash. Dia memohon kepada Rasulullah supaya beliau memohon
kepada Allah agar apa saja permohonan doa yang disampaikannya kepada Allah, supaya dikabulkan
oleh Allah. Maka berkatalah Rasulullah SAW : ”Wahai Sa’ad ! Perbaikilah makanan engkau, niscaya
engkau akan dijadikan Allah seorang yang makbul doanya. Demi Allah, yang jiwa Muhammad ada
dalam tanganNya, sesungguhnya seorang laki-laki yang melemparkan suatu suapan yang haram ke
dalam perutnya, maka tidaklah akan diterima amalnya selama empatpuluh hari. Dan barangsiapa di
antara hamba Allah yang bertumbuh dagingnya dari harta haram dan riba, maka api lebih baik
baginya.”

Artinya, lebih baik makan api daripada makan harta haram. Sebab api dunia belum apa-apa juka
dibandingkan dengan apai neraka. Biar hangus perut lantaran lapar daripada makan harta yang
haram.

Kemudian diperingatkan pula pada lanjutan surat Al-Baqarah ayat 169 supaya jangan menuruti
langkah-langkah yang digariskan oleh syaitan. Sebab syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia.
Kalau syaitan mengajakkan satu langkah, pastilah itu langkah membawa ke dalam kesesatan. Dia
akan mengajarkan berbagai tipu daya, mengicuh dan asal perut berisi, tidaklah peduli dari mana saja
sumbernya. Syaitan akan bersedia menjadi pokrol mengajarkan bermacam jawaban membela diri
karena berbuat jahat. Keinginan syaitan ialah bahwa engkau jatuh, jiwamu menjadi kasar, dan
makanan yang masuk perutmu penambah darah dagingmu, dari yang tidak halal dan tidak baik.
Dengan demikian rusaklah hidupmu.

Surat Al-Ma'idah Ayat 2

‫يآايها الذين آمنوا ال تحلوا شعآئر هللا وال الشهرالحرام وال الهدي وال القآلئد وال آمين البيت الحرام يبتغون فضال من ربهم‬
ِ ‫ وال‬.‫ واذا حللتم فاصطادوا‬. ً ‫ورضوانا‬
‫يجرم َّنكم شنأان قوم أن يص ّد وكم عن المسجد الحرام أن تعتدوا وتعاونوا على البر والتقوى وال‬
‫ اآلية‬..........‫تعاونوا على اإلثم والعدوان‬

ِArtinya:

" Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan
(melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang al-hadya dan
al-qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka
mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya, dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,
maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena
mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. 5 : 2)

Asbabun Nuzul :

Ayat ini turun karena pada saat itu bangsa Arab tempo dulu memiliki semboyan yang populer yaitu
”Tolonglah saudaramu, baik ia menganiaya maupun dianiaya.” Semboyan ini sudah menjadi simbol
kkebanggaan jahiliah dan fanatisme kebangsaan. Tolong-menolonglah di dalam perbuatan dosa dan
pelanggaran lebih dekat dan lebih kuat daripada tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa.
Mereka juga biasa mengadakan janji setia untuk bantu-membantu di dalam kebathilan demi
menghadapi kebenaran. Jarang terjadi di kalangan jahiliah yang mengadakan janji setia untuk
membela kebenaran.

Begitulah tabiat lingkungan masyarakat yang tidak berhubungan dengan Allah. Yakni, masyarakat
yang tradisi dan akhlaknya tidak berpijak pada manhaj Allah dan timbangan-Nya. Semua itu
mencerminkan semboyan jahiliah yang tekenal itu. Sampai akhirnya islam datang dan turunlah ayat
ini. Islam datang untuk mengeluarkan bangsa arab dan semua manusia dari kebanggaan jahiliah dan
fanatisme golongan. Juga untuk menekan perasaan dan emosi pribadi, keluarga, dan golongan di
dalam lapangan pergaulan dengan kawan dan lawan.

Tafsir Ayat :

Makna ’syiar-syiar Allah’ yang paling dekat dengan pikiran ketika membaca ayat ini adalah syiar-syiar
haji dan umrah dengan segala sesuatu yang diharamkan atas orang yang sedang melakukan ihram
haji dan umrah hingga hajinya selesai dengan menyembelih kurban yang dibawa ke Baitul Haram.
Maka, semua itu tidak halal bagi orang yang sedang ihram, karena menghalalkannya pada waktu itu
berarti menghina syiar Allah yang telah mensyariatkannya. Dinisbatkannya syiar-syiar ini oleh Al-
Qur’an kepada Allah adalah untuk menunjukkan kegaungannya dan sebagai larangan dari
menghalalkannya.

Dan yang dimaksud dengan bulan-bulan haram adalah bulan Rajab, Dzulqa’idah, Dzulhijjah, dan
Muharram. Allah telah mengharamkan berperang pada bulan-bulan ini. Bangsa Arab sebelum islam
pun mengharamkannya, tetapi mereka mempermainkannya sesuai kehendak hawa nafsunya.

Al-hadyu adalah binatang kurban yang dibawa oleh orang-orang yang menunaikan haji atau umrah.
Dengan demikian berakhirlah syiar-syiar haji atau umrahnya. Al-hadyu adalah unta, sapi, atau
kambing.

Al-qalaa’id adalah binatang-binatang ternak yang dikalungi oleh pemiliknya pada lehernya sebagai
pertanda bahwa binatang tersebut telah dinazarkan untuk Allah, dan dilepaskan merumput dengan
bebas hingga disembelih pada waktu dan tempat nazar.

Allah juga mengharamkan mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah untuk mencari
karunia dan keridhaanNya. Mereka adalah orang-orang yang mengunjungi Baitul Haram untuk
melakukan perdagangan yang halal dan mencari keridhaan Allah dengan melakukan haji atau
lainnya. Allah memberikan keamanan kepada mereka di Baitul Haram-Nya. Kemudian dihalalkanlah
berburu setelah habis masa ihram, di luar Baitul Haram, sedangkan berburu di Baitul Haram tetap
tidak diperbolehkan. Ini adalah kawasan keamanan yang ditetapkan Allah di Baitul Haram-Nya.

2. Surat An-Nisa' Ayat 29

َ ‫اض ِم ْن ُك ْم َواَل َت ْق ُتلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم إِنَّ هَّللا َ َك‬


‫ان ِب ُك ْم َرحِيمًا‬ ٍ ‫ار ًة َعنْ َت َر‬ َ ‫ِين آ َم ُنوا اَل َتأْ ُكلُوا أَمْ َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْالبَاطِ ِل إِاَّل أَنْ َت ُك‬
َ ‫ون ت َِج‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."
(QS.4 : 29)
Sebab Turunya Ayat / Asbabun Nuzul :

Menurut riwayat Ibnu Jarir ayat ini turun dikarenakan masyarakat muslim Arab pada saat itu
memakan harta sesamanya dengan cara yang bathil, mencari keuntungan dengan cara yang tidak
sah dan melakukan bermacam-macam tipu daya yang seakan-akan sesuai dengan hukum syari’at.
Misalnya sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Abbas. menurut riwayat Ibnu Jarir seorang membeli
dari kawannya sehelai baju dengan syarat bila ia tidak menyukainya dapat mengembalikannya
dengan tambahan satu dirham di atas harga pembeliannya. Padahal seharusnya jual beli hendaklah
dilakukan dengan rela dan suka sama suka tanpa harus menipu sesama muslimnya.

Tafsir Ayat

Allah SWT melarang hamba-hambaNya yang mukmin memakan harta sesamanya dengan cara yang
bathil dan cara-cara mencari keuntungan yang tidak sah dan melanggar syari’at seperti riba,
perjudian dan yang serupa dengan itu dari macam-macam tipu daya yang tampak seakan-akan
sesuai dengan hukum syari’at, tetapi Allah mengetahui bahwa apa yang dilakukan itu hanya suatu
tipu muslihat dari si pelaku untuk menghindari ketentuan hukum yang telah digariskan oleh syari’at
Allah. Misalnya sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Abbas s.r. menurut riwayat Ibnu Jarir seorang
membeli dari kawannya sehelai baju dengan syarat bila ia tidak menyukainya dapat
mengembalikannya dengan tambahan satu dirham di atas harga pembeliannya.

Allah mengecualikan dari larangan ini pencaharian harta dengan jalan perniagaan yang dilakukan
atas dasar suka sama suka oleh kedua belah pihak yang bersangkutan.

Bersandar kepada ayat ini, Imam Syafi’ie berpendapat bahwa jual beli tidak sah menurut syari’at
melainkan jika disertai dengan kata-kata yang menandakan persetujuan, sedang menurut Imam
Malik, Abu Hanifah dan Imam Ahmad cukup dengan dilakukannya serah terima barang yang
bersangkutan. Karena perbuatan yang demikian itu sudah dapat menandakan persetujuan dan suka
sama suka. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Maimun bin Muhran bahwa Rasulullah SAW bersabda :
”Jual beli hendaklah berlaku dengan rela dan suka sama suka dan pilihan sesudah tercapai
persetujuan. Dan tidaklah halal bagi seorang muslim menipu sesama muslimnya”. Dan bersabda
Rasulullah SAW menurut riwayat Bukhari dan Muslim: ”Bila berlaku jual beli antara dua orang, maka
masing-masing berhak membatalkan atau meneruskan transaksi selama mereka belum berpisah”.

Allah SWT juga berfirman dalam ayat ini: ”Janganlah kamu membunuh dirimu” dengan melanggar
larangan Allah, berbuat maksiat-maksiat dan memakan harta sesamamu dengan cara bathil dan
curang. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang bagimu dalam apa yang diperintahkan dan dilarang
bagimu.
Sehubungan dengan soal bunuh diri dalam ayat ini, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Jubair
bahwa Amer Ibnul Assh bercerita tentang dirinya tatkala diutus oleh Rasulullah ke suatu tempat,
pada suatu malam yang sangat dingin ia telah berihtilam (mengeluarkan mani ketika tidur) dan
tanpa bermandi jenabat, ia mengimami shalat shubuh bersama sahabat-sahabatnya. Dan tatkala hal
itu didengar oleh Rasulullah bertanyalah Beliau kepadanya: ”Hai Amer, engkau telah melakukan
shalat shubuh dengan sahabat-sahabatmu sedang engkau dalam keadaan junub (belum bermandi
jenabat)?”

Maka berkata Amer, ”Ya Rasulullah aku telah berihtilam pada malam yang sangat dingin itu, dan aku
khawatir bila aku mandi jenabat akan matilah aku, maka teringat olehku firman Allah ”Janganlah
kamu membunuh dirimu” lalu bertayamumlah aku, kemudian bershalat bersama sahabat-
sahabatku.” Mendengar kata-kata Amer itu tertawalah Rasulullah tanpa mengucapkan sesuatu.

Dalam lanjutan ayat 29 ”Dan janganlah kamu bunuh diri-diri kamu.” Di antara harta dengan diri atau
dengan jiwa, tidaklah bercerai-tanggal. Orang mencari harta untuk melanjutkan hidup. Maka selain
kemakmuran harta benda hendaklah pula terdapat kemakmuran atau keamanan jiwa. Sebab itu di
samping menjauhi memakan harta kamu dengan bathil, janganlah terjadi pembunuhan. Tegasnya
janganlah berbunuhan karena sesuap nasi. Jangan kamu bunuh diri-diri kamu. Segala harta benda
yang ada, pada hakikatnya ialah harta kamu. Segala nyawa yang ada, pun adalah pada hakikatnya
nyawa kamu. Diri orang itu pun diri kamu.

Surah al a’raf ayat 29

َ ‫ين ۚ َك َما َب َدأَ ُك ْم َتعُود‬


‫ُون‬ َ ِ‫قُ ْل أَ َم َر َربِّي ِب ْالقِسْ طِ ۖ َوأَقِيمُوا وُ جُو َه ُك ْم عِ ْندَ ُك ِّل َمسْ ِج ٍد َو ْادعُوهُ م ُْخلِص‬
َ ‫ين َل ُه ال ِّد‬

Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka


(diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya.
Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali
kepada-Nya)".

Hadisnya

‫ نهى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن بيع الحياة وعن بيع الغرر رواه مسلم‬: ‫وعن ابي هريرة رضي هللا عنه قال‬.

Artinya: Dari abi khuroiro Ra, bahwa nabi melarang jual dengan cara melempar dan penipuan.
Diceritakan imam muslim. Pedagang atau pebisnis keduanya harus dibekali dengan kejujuran, sebab
dalam pandangan tersebut merupakan norma atau prinsip dalam jual beli.

Anda mungkin juga menyukai