Anda di halaman 1dari 10

Materi tafsir Pertemuan kedua

Allah berfirman:

‫َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا ِإْن َج اَء ُك ْم َف اِس ٌق ِبَن َب ٍإ َفَت َبَّي ُنوا َأْن ُتِص يُبوا َق ْو ًما ِبَج َه اَلٍة َفُتْص ِبُحوا َع َلى َم ا َف َع ْلُتْم َن اِدِميَن‬

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik


membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu," [QS Al-Hujurat: 6]

Sebab turunnya ayat

Al-Haris ibnu Abu Dirar Al-Khuza'i Radhiyallahuanhu menceritakan


hadis berikut:

Aku datang menghadap kepada Rasulullah Shalallahu alaihi


wasallam. Beliau menyeruku untuk masuk Islam, lalu aku masuk
Islam dan menyatakan diri masuk Islam. Beliau Shalallahu alaihi
wasallam menyeruku untuk zakat, dan aku terima seruan itu dengan
penuh keyakinan. Aku berkata:

"Wahai Rasulullah, aku akan kembali kepada mereka dan akan


kuseru mereka untuk masuk Islam dan menunaikan zakat. Maka
barang siapa yang memenuhi seruanku, aku kumpulkan harta
zakatnya; dan engkau, ya Rasulullah, tinggal mengirimkan utusanmu
kepadaku sesudah waktu anu dan anu agar dia membawa harta
zakat yang telah kukumpulkan kepadamu."

telah Al-Haris mengumpulkan zakat dari orang-orang yang memenuhi


seruannya dan masa yang telah ia janjikan kepada Rasulullah Saw.
telah tiba untuk mengirimkan zakat kepadanya, ternyata utusan dari
Rasulullah Saw. belum juga tiba. Akhirnya Al-Haris mengira bahwa
telah terjadi kemarahan Allah dan Rasul-Nya terhadap dirinya. Untuk
itu Al-Haris mengumpulkan semua orang kaya kaumnya, lalu ia
berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah
menetapkan kepadaku waktu bagi pengiriman utusannya kepadaku
untuk mengambil harta zakat yang ada padaku sekarang, padahal
Rasulullah Saw. tidak pernah menyalahi janji, dan aku merasa telah
terjadi suatu hal yang membuat Allah dan Rasul-Nya murka. Karena
itu, marilah kita berangkat menghadap kepada Rasulullah Saw.
(untuk menyampaikan harta zakat kita sendiri)."

Bertepatan dengan itu Rasulullah Saw. mengutus Al-Walid ibnu


Uqbah kepada Al-Haris untuk mengambil harta zakat yang telah
dikumpulkannya. Ketika Al-Walid sampai di tengah jalan, tiba-tiba
hatinya gentar dan takut, lalu ia kembali kepada Rasulullah Saw.
dan melapor kepadanya, "Hai Rasulullah, sesungguhnya Al-Haris
tidak mau memberikan zakatnya kepadaku, dan dia akan
membunuhku." Mendengar laporan itu Rasulullah Saw. marah, lalu
beliau mengirimkan sejumlah pasukan kepada Al-Haris.

Ketika Al-Haris dan teman-temannya sudah dekat dengan kota


Madinah, mereka berpapasan dengan pasukan yang dikirim oleh
Rasulullah Saw. itu. Pasukan tersebut melihat kedatangan Al-Haris
dan mereka mengatakan, "Itu dia Al-Haris," lalu mereka
mengepungnya. Setelah Al-Haris dan teman-temannya terkepung, ia
bertanya, "Kepada siapakah kalian dikirim?" Mereka menjawab,
"Kepadamu." Al-Haris bertanya, "Mengapa?" Mereka menjawab,
"Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah mengutus Al-Walid ibnu Uqbah
kepadamu, lalu ia memberitakan bahwa engkau menolak bayar
zakat dan bahkan akan membunuhnya."

Al-Haris menjawab, "Tidak, demi Tuhan yang telah mengutus


Muhammad Saw. dengan membawa kebenaran, aku sama sekali
tidak pernah melihatnya dan tidak pernah pula kedatangan dia."

Ketika Al-Haris masuk menemui Rasulullah Saw., beliau


bertanya, "Apakah engkau menolak bayar zakat dan hendak
membunuh utusanku?"

Al-Haris menjawab,

"Tidak, demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan membawa


kebenaran, aku belum melihatnya dan tiada seorang utusan pun
yang datang kepadaku. Dan tidaklah aku datang melainkan pada
saat utusan engkau datang terlambat kepadaku, maka aku merasa
takut bila hal ini membuat murka Allah dan Rasul-Nya."

Al-Haris melanjutkan kisahnya, bahwa lalu turunlah ayat dalam surat


Al-Hujurat ini, yaitu:

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik


membawa suatu berita," (Al-Hujurat: 6) sampai dengan firman-
Nya: "lagi Mahabijaksana," (Al-Hujurat: 8)

Penjelasan
Islam itu erat kaitannya dengan zakat. Zakat sendiri merupakan
salah satu rukun Islam. Rukun adalah sesuatu yang sangat
menentukan sah tidaknya sesuatu.

Kalau ada orang yang masuk Islam, tetapi tidak mau bayar zakat,
maka dia seperti orang yang salat tetapi dia tidak sujud, atau orang
yang salat tetapi tidak mau rukuk, maka salatnya tidak sah.

Di zaman salaf, zakat sangat tertib, maka bumi pun penuh


keberkahan. Diriwayatkan bahwa di masa Umar bin Abdul Aziz, biji
gandum itu sebesar biji kurma. Ini karena keberkahan yang
diturunkan Allah atas tertibnya kehidupan di masa itu berdasarkan
hukum Islam, salah satunya karena tertib membayar zakat.

Pengertian Fasik
Fasik adalah keluar dari batasan² syariat yang wajib untuk diiltizami.

Fasik ada dua, yaitu fasik akbar dan fasik asghar.

Tentang fasik akbar, Allah berfirman:

‫َاَفَم ْن َك اَن ُمْؤ ِم ًن ا َك َم ْن َك اَن َف اِس ًقاؕ اَل َي ْس َت ٗو َن‬

Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)?
Mereka tidak sama.
[QS. As-Sajdah: Ayat 18]

‫َاَّما اَّلِذْي َن ٰا َم ُنْو ا َو َعِم ُلوا الّٰص ِلٰح ِت َف َلُهْم َج ّٰن ُت اْلَم ْأٰو ىۖ ُنُز ۢاًل ِبَم ا َك اُنْو ا َي ْع َم ُلْو َن‬

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,


maka mereka akan mendapat surga-surga tempat kediaman,
sebagai pahala atas apa yang telah mereka kerjakan.
[QS. As-Sajdah: Ayat 19]

‫َو َاَّما اَّلِذْي َن َف َس ُقْو ا َفَم ْأٰو ٮُهُم الَّن اُرؕ ُكَّلَم ۤا َاَر اُد ْۤو ا َاْن َّي ْخ ُرُجْو ا ِم ْن َه ۤا ُاِع ْيُدْو ا ِفْي َه ا َو ِقْي َل َلُهْم ُذ ْو ُقْو ا َع َذ اَب الَّن اِر اَّلِذْي ُكْنُتْم ِبٖه‬
‫ُتَك ِّذ ُبْو َن‬

Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir), maka tempat kediaman


mereka adalah Neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya,
mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada
mereka, "Rasakanlah azab Neraka yang dahulu kamu dustakan."
[QS. As-Sajdah: Ayat 20]

Tentang fasik kecil, maka ia adalah fasik yang tidak membuat


pelakunya keluar dari Islam, seperti di dalam QS Al-Hujurat ayat 7.

Ciri-Ciri Fasik:
1. Mengingkari ayat-ayat Al-Quran, seperti firman Allah:

‫َو َلَقْد َاْن َز ْلَن ٓا ِاَلْي َك ٰا ٰي ٍۢت َب ِّي ٰن ٍتۚ َو َم ا َي ْك ُفُر ِبَه ٓا ِااَّل اْلٰف ِس ُقْو َن‬

'Dan sungguh, Kami telah menurunkan ayat-ayat yang jelas


kepadamu (Muhammad) dan tidaklah ada yang mengingkarinya
selain orang-orang fasik," [QS. Al-Baqarah: Ayat 99]

2. Orang yang mengubah hukum-hukum Allah, seperti dalam firman


Allah:

‫َف َب َّد َل اَّلِذْي َن َظ َلُمْو ا َق ْو ًال َغ ْي َر اَّلِذْي ِقْي َل َلُهْم َف َاْن َز ْلَن ا َع َلى اَّلِذْي َن َظ َلُمْو ا ِر ْج ًز ا ِّم َن الَّسَم ٓاِء ِبَم ا َك اُنْو ا َي ْف ُس ُقْو َن‬

"Lalu, orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah


lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka Kami turunkan
malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena
mereka (selalu) berbuat fasik," [QS. Al-Baqarah: Ayat 59]

3. Mengingkari perjanjian dengan Allah, seperti dalam firmanNya:

‫َو َم ا َو َج ْد َن ا َأِلْك َث ِر ِهم ِّمْن َع ْه ٍۢد ۖ َو ِإن َو َج ْد َن ٓا َأْك َث َر ُه ْم َلَٰف ِس ِقيَن‬

"Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji.


Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang
yang fasik," [Al A'raaf: 102]

4. Orang yang tidak taat kepada perintah Allah, seperti dalam


firmanNya:

‫ٰٓل‬
‫َو اَل َت ْأُك ُلْو ا ِمَّما َلْم ُيْذ َك ِر اْس ُم ِهّٰللا َع َلْيِه َو ِاَّن ٗه َلِفْس ٌق ؕ َو ِاَّن الَّش ٰي ِط ْي َن َلُيْو ُحْو َن ِا ى َاْو ِلٰٓي ـِئـِه ْم ِلُيَج اِد ُلْو ُك ْم ۚ َو ِاْن َاَط ْع ُتُمْو ُه ْم ِاَّنُك ْم‬
‫َلُم ْش ِر ُك ْو َن‬

"Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang


(ketika disembelih) tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-
benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan
membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah
kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi
orang musyrik," [QS. Al-An'am: Ayat 121]

5. Lebih cinta kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, seperti


dalam firmanNya:

‫ُقْل ِاْن َك اَن ٰا َب ٓاُؤ ُك ْم َو َاْب َن ٓاُؤ ُك ْم َو ِاْخ َو اُنُك ْم َو َاْز َو اُج ُك ْم َو َعِش ْي َر ُتُك ْم َو َاْم َو اُل ۨا ْق َت َر ْفُتُمْو َه ا َو ِتَج اَر ٌة َت ْخ َش ْو َن َك َس اَد َه ا َو َم ٰس ِكُن‬
‫َت ْر َض ْو َن َه ۤا َاَح َّب ِاَلْي ُك ْم ِّم َن ِهّٰللا َو َر ُسْو ِلٖه َو ِج َه اٍد ِفْي َس ِبْيِلٖه َفَت َر َّبُصْو ا َح ّٰت ى َي ْأِتَي ُهّٰللا ِبَاْم ِر ٖه ؕ َو ُهّٰللا اَل َي ْهِدى اْلَق ْو َم اْلٰف ِس ِقْي َن‬

"Katakanlah, "Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-


saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya." Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik," [QS. At-Taubah:
Ayat 24]
6. Munafik adalah fasik, seperti di dalam firmanNya:

‫َاْلُم ٰن ِفُقْو َن َو اْلُم ٰن ِفٰق ُت َب ْع ُضُهْم ِّم ْۢن َب ْع ٍض ۘ َي ْأُمُرْو َن ِباْلُم ْن َك ِر َو َي ْن َه ْو َن َع ِن اْلَم ْع ُرْو ِف َو َي ْق ِبُضْو َن َاْي ِدَي ُهْم ؕ َن ُسوا َهّٰللا َفَن ِس َي ُهْم ؕ ِاَّن‬
‫اْلُم ٰن ِفِقْي َن ُه ُم اْلٰف ِس ُقْو َن‬

"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang


lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan
mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan
tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah
melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah
orang-orang yang fasik," [QS. At-Taubah: Ayat 67]

7. Menuduh wanita yang baik-baik berbuat zina dan tidak bisa


mendatangkan 4 saksi, seperti di dalam firmanNya:

‫ٰٓل‬
‫ۙ َو اَّلِذْي َن َي ْر ُمْو َن اْلُمْح َص ٰن ِت ُثَّم َلْم َي ْأُتْو ا ِبَاْر َبَعِة ُشَه َد ٓاَء َف اْج ِلُدْو ُه ْم َث ٰم ِنْي َن َج ْلَد ًة َّو اَل َت ْق َب ُلْو ا َلُهْم َش َه اَد ًة َاَب ًد اۚ َو ُاو ِئَك ُه ُم اْلٰف ِس ُقْو َن‬

"Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik


(berzina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang
yang fasik," [QS. An-Nur: Ayat 4]

Kaidah Fikih dari Surat Al-Hujurat Ayat 6

Imam Al-Qurtubi menyuguhkan tafsir yang lebih rinci tentang firman


Allah, "Apabila datang satu orang fasik,":

"Kalau satu orang fasik ditolak beritanya, maka kalau satu orang
yang adil membawa berita, maka berita dari orang yang adil itu
diterima."

Ini membantah pendapat kelompok yang menolak hadis ahad.


Karena khobar (termasuk di dalamnya hadis) diriwayatkan dari satu
orang tidak diterima, maka akan ada banyak perkara yang tidak
diterima di dalam Islam.

Kalau ada hadis ahad, maka yang dinilai adalah sahih tidaknya.
Kalau sahih diterima, kalau tidak sahih maka tidak diterima.

Hadis sahih menurut para ulama adalah

1. hadis yang sanadnya bersambung sampai Rasulullah,

2. periwayatnya adil (menjauhi dosa-dosa besar),


3. Periwayatnya dhobit (kuat hafalannya) dari awal hadis sampai
akhir,

4. tidak ada syad (nyeleneh), dan

5. Tidak ada illah (cacat) padanya.

Makna Naadzimin (penyesalan)


Penyesalan (nadimin) adalah kegelisahan yang menderita manusia
karena perbuatan yang sudah lalu, dan dia berangan-angan
seandainya saja dia tidak melakukannya.
Surat Al-Hujurat Ayat 10
‫ِإَّنَم ا ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِإْخ َو ٌة َفَأْص ِلُحو۟ا َبْيَن َأَخ َو ْيُك ْم ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َلَع َّلُك ْم ُتْر َح ُم وَن‬

Arab-Latin: Innamal-mu`minụna ikhwatun fa aṣliḥụ baina akhawaikum


wattaqullāha la'allakum tur-ḥamụn

Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab


itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

« Al-Hujurat 9 ✵ Al-Hujurat 11 »

GRATIS! Dapatkan pahala jariyah dan buku Jalan Rezeki Berlimpah,


klik di sini untuk detailnya

Pelajaran Menarik Tentang Surat Al-Hujurat Ayat 10


Paragraf di atas merupakan Surat Al-Hujurat Ayat 10 dengan text
arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai pelajaran menarik
dari ayat ini. Diketemukan beragam penjabaran dari berbagai
mufassir mengenai isi surat Al-Hujurat ayat 10, antara lain seperti
tertera:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara dalam agama,


karena itu, bila mereka bertikai, maka damaikanlah di antara
saudara-saudara kalian itu. Takutlah kepada Allah dalam segala
urusan kalian agar kalian dirahmati olehNya.

📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan


Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

10. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, dan


persaudaraan dalam Islam itu berkonsekuensi atas kalian -wahai
orang-orang yang beirman- untuk mendamaikan antara dua saudara
kalian yang sedang bertikai. Bertakwalah kepada Allah dengan
mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala l;arangan-
Nya dengan harapan kalian akan dirahmati.

📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di


bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor
fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

10. Kemudian Allah menegaskan kembali bahwa sesama orang


beriman adalah saudara seagama, maka wajib memperbaiki
hubungan antar saudara. Lalu Allah memerintahkan mereka untuk
bertakwa kepada-Nya dengan menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya, agar mereka dapat meraih rahmat
Allah yang luas.

Dalam ayat ini mengandung dorongan untuk melakukan perdamaian.

GRATIS! Dapatkan pahala jariyah dan buku Jalan Rezeki Berlimpah,


klik di sini untuk detailnya

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman


Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

)Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara( ‫ِإَّنَم ا اْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِإْخ َو ٌة‬
Yakni mereka semua kembali kepada satu asal, yaitu kemanan, oleh
sebab itu mereka adalah bersaudara karena berada dalam agama
.yang sama

Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara (ۚ ‫َفَأْص ِلُحو۟ا َبْيَن َأَخ َو ْيُك ْم‬
)kedua saudaramu itu
Yakni antara dua orang Islam yang saling berselisih. Begitu pula
kelompok yang membelot terhadap pemimpin, mereka adalah
kelompok yang zalim jika mereka membelot tanpa alasan yang
benar, namun mereka tetaplah bersaudara dengan orang-orang
beriman.

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan
tafsir negeri Suriah

10. Sesungguhnya orang-orang mukmin itu saling bersaudara dalam


agama dan akidah. Berdamailah dengan saudara kalian saat terjadi
perselisihan dan pertentangan. Bertakwalah kepada Allah saat
terjadi perselisihan tentang hukum-hukumNya dan berlakulah
sebagai penengah, supaya kalian dirahmati dan ditolongNya dalam
menciptakan perdamaian, sebagai hasil dari ketakwaan kalian
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh
Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir
Univ Islam Madinah

{Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka


damaikanlah kedua saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah
agar kalian dirahmati

GRATIS! Dapatkan pahala jariyah dan buku Jalan Rezeki Berlimpah,


klik di sini untuk detailnya

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar


tafsir abad 14 H

10. “Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara.” Ini


adalah perjanjian yang ditunaikan Allah di antara sesame orang-
orang yang beriman. Siapa pun orangnya yang berada di belahan
timur bumi ataupun barat yang beriman kepada Allah, Malaikat,
kitab-kitab, rasul-rasulNya, serta beriman kepada Hari akhir, maka
ia adalah saudara orang-orang yang beriman lainnya, persaudaraan
yang mengharuskan orang-orang mencintainya sebagaimana mereka
mencintai diri mereka sendiri serta tidak menyukai apa pun
mengenainya sebagaimana diri mereka sendiri tidak suka terkena
hal itu.
Oleh karean itu Rosululloh bersabda memerintahkan untuk
bersaudara atas dasar keimanan "Janganlah kalian saling dengki,
saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan
janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang
lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak
menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan
tidak menghinanya." (HR. bukhori No. 6064, Muslim No. 2559)
Dan hadits yag lain "seorang mukmin bagi mukmin yang lain itu
seperti bagunan yang saling menguatkan satu dan lainnya" lalu
beliau menyilangkan jari-jarinya. (HR. Bukhori No. 6026, Muslim No.
1999)
Allah dan RasulNya memerintahkan untuk menunaikan hak-hak
kaum Mukminin satu sama lain yang bisa mewujudkan persatuan,
saling mencintai dan saling menyambung di antara mereka. Semua
itu dimaksudkan untuk memperkokoh hak-hak sesame mereka.
Untuk itu, jika terjadi peperangan di antara sesame kaum Mukminin
yang bisa menyebabkan perpecahan hati, saling membenci serta
saling membelakangi satu sama lain, maka hendaklah kaum
Mukiminin lainnya mendamaikan saudara-saudaranya serta
berusaha untuk melenyapkan kedengkian di antara mereka yang
saling berperang.
Selanjutnya Allah memerintahkan mereka untuk bertakwa secara
umum serta menyebutkan kasih sayang sebagai akibat dari
menunaikan ketakwaan serta hak-hak kaum Mukminin. Allah
berfirman, “Supaya kamu mendapat rahmat.” Jika telah
mendapatkan rahmat, maka kebaikan dunia dan akhirat pun didapat.
Hal itu menunjukkan bahwa tidak menunaikan hak-hak kaum
Mukminin merupakan salah satu penyebab terbesar terhalangnya
rahmat.
Terdapat berbagai faidah yang dipetik dari kedua ayat tersebut yang
tidak terdapat dalam penjelasan di atas, yaitu:
pertama, peperangan yang terjadi antara sesame kaum Mukminin
menafikan persaudaraan keimanan, karena itulah berperang dengan
sesame Mukmin termasuk salah satu dosa besar. Keimanan dan
persaudaraan keimanan tidak hilang dengan adanya peperangan
sesame Mukmin, seperti halnya dengan dosa-dosa besar lain selain
syirik. Dan inilah pendapat yang dianut oleh Ahlus Sunnah wal
Jamaah.
Manfaat kedua, adalah wajib mendamaikan sesame Mukmin yang
bertikai secara adil dan wajib memerangi pihak yang berbuat aniaya
hingga mereka mau kembali pada perintah Allah. Jika mereka
kembali pada selain perintah Allah seperti merujuk pada hukum
yang tidak diakui oleh syariat, maka hal itu tidak diperbolehkan.
Meski demikian, harta mereka tetap terjaga, karena Allah hanya
menghalalkan darah mereka saja, bukan harta, pada saat mereka
terus membelot.

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Hujurat ayat 10: Ketahuilah wahai manusia bahwasanya


orang-orang yang beriman adalah saudara di dalam agama, dan
persaudaraan ini diwajibkan bagi mereka untuk mencintai
saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri, dan
membenci apa yang ada pada saudaranya sebagaimana ia
membenci atas dirinya sendiri, maka jika terjadi perselisihan
diantara 2 muslim dengan saling bermusuhan dan berperang; maka
wajib untuk mendamaikan keduanya, dan menjadikan mereka agar
takut kepada azab Allah dengan mencegahnya yaitu mentaati
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah;
semoga dengan itu kalian mendapatkan rahmat Allah dan ampunan
Allah serta keridhoan dari-Nya.

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin


Musa, M.Pd.I

Ini merupakan ikatan yang Allah ikat antara kaum mukmin, yaitu
apabila ada seseorang baik berada di timur maupun di barat bumi
jika dia beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
rasul-Nya dan hari Akhir serta beriman kepada qadar yang baik dan
yang buruk, maka dia adalah saudaranya, dimana hal ini
menghendaki untuk diberikan sesuatu yang disukainya sebagaimana
ia suka mendapatkan hal itu serta tidak menyukai hal buruk
menimpanya sebagaimana dirinya tidak suka mendapatkannya. Oleh
karena itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan
melaksanakan hak keimanan, Beliau bersabda:

‫اَل َتَح اَس ُدوا َو اَل َتَناَج ُش وا َو اَل َتَباَغُضوا َو اَل َتَداَبُروا َو اَل َيِبْع َبْعُض ُك ْم َع َلى َبْيِع َبْع ٍض َو ُك وُنوا ِع َباَد ِهَّللا ِإْخ َو اًنا اْلُم ْس ِلُم َأُخ و اْلُم ْس ِلِم‬
‫اَل َيْظِلُم ُه َو اَل َيْخ ُذُلُه َو اَل َيْح ِقُر ُه الَّتْقَو ى َهاُهَنا َو ُيِش يُر ِإَلى َص ْد ِرِه َثاَل َث َم َّراٍت ِبَح ْس ِب اْم ِرٍئ ِم َن الَّش ِّر َأْن َيْح ِقَر َأَخاُه اْلُم ْس ِلَم ُك ُّل‬
‫اْلُم ْس ِلِم َع َلى اْلُم ْس ِلِم َح َر اٌم َد ُم ُه َوَم اُلُه َوِع ْر ُضُه‬

“Jangan kamu saling hasad, saling najsy (menipu agar barang


dagangan laku), saling marah, saling membelakangi dan jangan
kamu menjual barang yang sudah dijual oleh orang lain. Jadilah
kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Orang muslim yang satu
dengan lainnya adalah bersaudara, tidak boleh dizalimi,
ditelantarkan dan dihinakan. Takwa itu di sini, -Beliau berisyarat ke
dadanya- 3X, “Cukuplah seseorang telah melakukan kejahatan kalau
menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim adalah
terpelihara darahnya, hartanya dan kehormatannya.” (HR. Muslim)

Anda mungkin juga menyukai