Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI UNTUK ASET TETAP

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Akuntansi lanjutan)

“Pengantar Akuntansi Lanjutan”

Dosen Pengampu:
Mochammad Ilyas Junjunan, SE., MA.
Disusun Oleh:

1. Emi Dwi Rahmawati (G72218034)


2. Ihda Izzatul Alfaini (G72218039)
3. Mohamad Cholil (G72218046)
4. Rega Citra Claudia (G72218051)
5. Tsalis Cahyani Putri (G72218057)
6. Ahmad Alfin Rohmatulloh (G92218062)
7. Chofifa Kurnia Putri (G92218071)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...........
Syukur kehadirat Allah Swt. Yang menciptakan alam semesta dengan
kekuasaan-Nya. Yang mana tiada yang bisa memberi atas apa yang telah
diberikan-Nya, yang dengan dzat-Nya yang maha pengasih lagi maha
penyayang telah mengatur baik dan buruknya kehidupan setiap manusia di
muka bumi dan karena kasih sayang Allah yang tiada batas inilah kami bisa
menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan Salam senantiasa terucap dan terbulir dari lisan ini.
Lisan dari umat Nabi Muhammad saw. Sosok idola umat sepanjang zaman.
Bersama agamanya yang senantiasa menerangkan mana yang hak dan mana
yang bathil, membawa umat manusia ke jalan yang terang benderang.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya pengajar mata kuliah Akuntansi Pengantar Lanjutan atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dalam penulisan makalah ini
penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak, penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Surabaya, 14 Maret 2019


Penulis

)Kelompok II(
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................3
C. Tujuan................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Karakteristik Aset Tetap..............................................................................................5
B. Pelepasan dan Penghentian Aset Tetap.......................................................................6
1. Penjualan Aset Tetap...............................................................................................7
2. Pertukaran Aset Tetap..............................................................................................8
3. Penghentian Aset Tetap.........................................................................................10
C. Biaya Aset Tetap........................................................................................................11
1. Menggolongkan Biaya.................................................................................................11
2. Biaya Perolehan Aset Tetap.......................................................................................12
3. Pengeluaran, Pendapatan dan Modal...........................................................................13
D. Penyusutan Aset Tetap..............................................................................................15
1. Akuntansi Untuk Penyusutan......................................................................................15
2. Faktor-faktor dalam menghitung beban penyusutan...................................................16
2. Penyusutan Untuk Penghasilan..................................................................................21
3. Mengubah Estimasi Penyusutan..................................................................................21
E. Penyajian Aset Tetap.................................................................................................22
F. Pelepasan Aset Tetap.....................................................................................................22
G. Penyusutan Aset Tetap Yang Dibeli..........................................................................24
H. Biaya Setelah Perolehan Aset Tetap..........................................................................27
I. Penarikan Aset Tetap.....................................................................................................28
BAB III.....................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................31
A. Kesimpulan......................................................................................................................31
B. Saran................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis dan suatu profesi.
Sebagai suatu kegiatan sosial, Didalam sebuah bisnis maupun dalam suatu profesi tidak
jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau
kriminal. Perilaku-perulaku tersebut sangat tidak etis dalam kegiatan berbisnis maupun
dalam profesi. Maka dari itu diperlukan suatu etika agar hubungan antar sesama manusia
dapat terjalin baik dan saling menguntungkan.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Perilaku yang tidak sesuai dengan aturan akan
merugikan bisnis maupun profesi jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang
baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis
tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Etika bisnis sangat penting
mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada
hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya
mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok,
pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis
tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan
masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etikaetika tertentu dalam
kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis
terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Tanpa disari, perilaku pelanggaran etika merupakan hal yang biasa terjadi pada masa
kini. Secara tidak sadar kita sering melihat dan menyaksikan banyaknya pelanggaran
yang telah dilakukan dalam kegiatan berbisnis maupun dalam kegiatan profesi di
Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh
para pebisnis yang ingin menguasai pasar. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor
lain yang juga mempengaruhi para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis,
antara lain untuk memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan teori dan praktik etika bisnis dan profesi ?
2. Bagaimana penggolongan etika bisnis dan profesi ?
3. Apa yang dimaksud dengan etika dan filsafat ?
4. Apa saja teori etika bisnis dan profesi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan teori dan praktik etika bisnis dan profesi
2. Untuk mengetahui penggolongan etika bisnis dan profesi
3. Untuk mengetahui definisi etika dan filsafat
4. Untuk mengetahui teori etika bisnis dan profesi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan teori dan praktik


Mempelajari teori-teori etika akan memberikan wawasan bagi pedoman dalam
pengambilan keputusan bisnis ketika pelaku dihadapkan dengan situasi yang memiliki
dimensi moral. Etika tidak akan bisa dipahami jika seseorang mengesampingkan nilai-
nilai moral, sehingga dalam teori etika bisnis juga memiliki latar belakang pemikiran atas
dasar- dasar nilai-nilai moral. Perkembangan dunia bisnis membawa konsekuensi logis
pada perkembangan paradigma dalam praktik etika bisnis. Etika bisnis telah menjadi
pusat sorotan pada bisnis kontemporer, hal ini disebabkan oleh :
1. Bergesernya paradigma bisnis dari yang semula hanya berorientasi keuntungan
semata (profit oriented) menjadi bisnis yang beretika. Bisnis yang tidak beretika
membawa konsekuensi baik secara langsung maupun tidak langsung yang
merugikan pelaku bisnis.
2. Perkembangan etika bisnis memicu hadirnya etika bagi profesi-profesi yang
terlibat di dalam bisnis.

Profesi sebagai sebuah pekerjaan yang membutuhkan keahlian menjadi salah satu
subjek penting dalam memelihara etika bisnis. Profesi merupakan salah satu unsur
pembentuk lingkungan kerja di dunia bisnis, sementara lingkungan kerja sangat
berpengaruh terhadap komunitas bisnis, karena itu, perlu sudut pandang moral yang lebih
besar dalam sebuah organisasi bisnis. Sebagai upaya untuk membudayakan etika dalam
bisnis, diperlukan nilai dasar etika yang nantinya akan berkembang menjadi budaya
organisasi. Adapun dasar-dasar etika dalam konteks aktivitas bisnis antara lain:

1. Prinsip kesetaraan (equality in exchange)


bahwa kebutuhan masing-masing pihak terhadap suatu hubungan timbal balik
adalah sama.
2. Prinsip menempati janji (the promise principle)
Inidividu yang terlibat dalam aktivitas bisnis memiliki komitmen moral yang
tinggi untuk menempati janji.
3. Prinsip bertanggung jawab secara moral (morality of duty and aspiration)
Prinsip ini menegaskan bahwa masing-masing pihak harus saling
menghormati dan mengikuti aturan yang ada serta secara sadar melakukan
aktivitas yang tidak merugikan satu sama lain.

Dari ketiga prinsip etika bisnis tersebut sesungguhnya Keadilan dan Kesetaraan
merupakan prinsip yang wajib diperlihara dalam praktik bisnis. Adapun beberapa praktik
bisnis yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip kweadilan dan kesetaraan adalah
Monopoli, Kolusi, Nepotisme, Manipulasi hak istimewa, Perlindungan politik, dll.

Perkembangan etika bisnis sudah dimulai sejak perusahaan menyusun perencanaan


strategis, merancang tata kelola organisasi yang baik, membangun sistem prosedur yang
transparan dan menciptakan budaya perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen. Agar etika bisnis dapat berjalan secara konsisten dan konsekuen, diperlukan
suatu Kode Etik yang mengikat bagi stakeholder bisnis. Tujuan Kode Etik diperlukan
untuk memberikan cara pandang bagi pelaku bisnis dalam menjalankan aktivitas bisnis
yang beretika.

B. Penggolongan Etika Bisnis dan Profesi


1. Etika Normatif
Etika normatif yaitu sikap dan perilaku manusia atau masyarakat sesuai dengan
norma dan moralitas yang ideal. Etika ini secara umum dinilai memenuhi tuntutan
dan perkembangan dinamika serta kondisi masyarakat. Adanya tuntutan yang
menjadi acuan bagi masyarakat umum atau semua pihak dalam menjalankan
kehidupannya. Etika normatif merupakan cabang etika yang penyelidikannya
terkait dengan pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya
seseorang bertindak secara etis. Dengan kata lain, etika normatif adalah sebuah
studi tindakan atau keputusan etis. Di samping itu, etika normatif berhubungan
dengan pertimbangan-pertimbangan tentang apa saja kriteria-kriteria yang harus
dijalankan agar sautu tindakan atau kepusan itu menjadi baik (Kagan, 1997, 2).
2. Etika Deskriptif
Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap ‘etis’ oleh
individu atau masyarakat. Dengan begitu, etika deskriptif bukan sebuah etika yang
mempunyai hubungan langsung dengan filsafat tetapi merupakan sebuah bentuk
studi empiris terkait dengan perilaku-perilaku individual atau kelompok. Tidak
heran jika etika deskriptif juga dikenal sebagai sebuah etika komparatif yang
membandingkan antara apa yang dianggap etis oleh satu individu atau masyarakat
dengan individu atau masyarakat yang lain serta perbandingan antara etika di
masa lalu dengan masa sekarang. Tujuan dari etika deskriptif adalah untuk
menggambarkan tentang apa yang dianggap oleh seseorang atau masyarakat
sebagai bernilai etis  serta apa kriteria etis yang digunakan untuk menyebut
seseorang itu etis atau tidak (Kitchener, 2000, 3).
3. Etika Terapan
Etika terapan (applied ethics) adalah studi etika yang menitikberatkan pada aspek
aplikatif teori etika atau norma yang ada. Etika terapan muncul akibat
perkembangan yang pesat dari etika dan kemajuan ilmu lainnya. Sejak awal Abad
XX, etika terapan menjadi suatu studi yang menarik karena terlibatnya berbagai
bidang ilmu lain (ilmu kedokteran, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu keperawatan,
dan sebagainya) dalam mengkaji etika.

Disebut etika terapan karena sifatnya yang praktis, yaitu memperlihatkan sisi
kegunaannya. Sisi kegunaan itu berasal dari penerapan teori dan norma etika
ketika berada pada perilaku manusia. Sebagai ilmu praktis, etika bekerja sama
dengan bidang ilmu lain dalam melihat prinsip yang baik dan yang buruk.
Penyelidikan atau kajian etika terapan meliputi dua wilayah besar, yaitu kajian
yang menyangkut suatu profesi dan kajian yang berkaitan dengan suatu masalah.
Kajian tentang profesi berarti membahas etika terapan dari sudut profesi tertentu,
misalnya etika kedokteran, etika politik, etika bisnis, etika keperawatan. Etika
terapan yang meyoroti berbagai masalah misalnya pencemaran lingkungan hidup
menimbulkan kajian tentang etika lingkungan hidup; pembuatan, pemilikan dan
penggunaan senjata nuklir menimbulkan kajian tentang etika nuklir; diskriminasi
dalam berbagai bentuk (ras, agama, gender, warna kulit, dan lain-lain)
menyebabkan munculnya studi tentang hal itu (misalnya etika feminisme dan
etika multikultural). Jadi jelaslah bahwa etika terapan yang berkaitan dengan
masalah tersebut sangat diminati oleh masyarakat modern saat ini karena topiknya
aktual dan sangat relevan dengan kehidupan kontemporer.
4. Etika Meta Etika
Metaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral. Fokus dari metaetika adala
arti atau makna dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam etika. Dengan kata
lain, metaetika merupakan kajian tingkat kedua dari etika.1

C. Etika dan Filsafat


Etika dan filsafat merupakan dua hal yan berkaitan erat. Pada bagian sebelumnya kita
telah membahas apa yang dimaksud dengan bisnis etika, akhlak dan moral beserta
penerapan, ruang lingkup dan lainnya. Dengan demikian, dapat diketahui bagaimana
pentingnya moral, etika dan akhlak itu diterapkan dalam praktik hubungan bisnis pada
setiap manusia. Praktik bisnis yang baik dapat berjalan dengan didasari niat dan
tanggung jawab, semisal diibaratkan seperti hubungan dokter dengan pasiennya yang
mengobati dengan penuh rasa tanggung jawab dan memiliki rasa kemanusiaan, ia
bersikap harmonis, penuh kasih sayang, tanggap serta perhatian terhadap apa yang
dirasakan dan diderita oleh pasiennya, kemudian ia bertanya bagaimana perkembangan,
keadannya dan sekaligus berupaya menyembuhkan sakit dialami pasiennya dengan
segenap kemampuannya.
1. Etika Filosofi
Merupakan etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang
dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat.
Karena etika hakikatnya lahir dari filsafat. Untuk itu ada baiknya kita mengenal
kaidah dan sifat-sifat manusia dalam memahami suatu ilmu yang menempatkan
sebagai The Knower, Knowing dan Knowledge dalam perjalanan hidupnya
Herman Soewardi (1999).
a. The Knower
Manusia memiliki kemampuan secara analitik yang dibedakan sebagai
berikut.
1) Kemampuan kognitif, yaitu kemamouan untuk mengetahui
(mengerti, memahami, menghayati) dan mengingat apa yang
diketahui. Dengan menggunakan rasio atau akal yang dimiliki
manusia.
2) Kemampuan afektif, kemampuan untuk merasakan tentang yang
diketahuinya (seperti, rasa cinta-becni dan rasa indah-buruk).
1
Hendi Prihanto. 2018. Etika Bisnis dan Profesi: Sebuah Pencarian, (Depok: Rajagrafindo, 2018), 38
3) Kemampuan konatif, kemampuan untuk mencapai apa yang
dirasakan (kemauan, keinginan, hasrat).
b. Knowing atau Nalar/Berpikir
Kesadaran merupakan landasan untuk nalar atau berpikir. Apa yang dipikir
oleh manusia ialah tentang segala sesuatu, baik yang dapat diindra maupun
yang tidak dapat diindra. Segala sesuatu yang dapat diindra oleh manusia
disebut pengalaman atau experience. Sedangkan segala sesuau yang tak
dapat diindra oleh manusia disebut dunia metafisika
c. Knowledge (pengetahuan)
Knowledge berkaitan dengan kepercayaan; reliabilitas, dan solidaritas dari
dunia eksternal yang kita ketahui melalui sense perception, pertaliannya
dengan ingatan (memori) dan pengenalan obyek-obyek yang sama seperti
telah pernah kita lihat sebelumnya.
2. Etika teologis
Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk
berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral
sebagai:
a. Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan atas sesuai
dengan kehendak Tuhan;
b. Perbuatan-perbuatan sebagai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan;
c. Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.
D. Teori Etika Bisnis dan Profesi
Perbedaan antara teori dan kenyataan sering kali kita alami dalam hidup. Bukan hanya
pada etika, tapi pada bidang-bidang lain dalam kehidupan pun banyak terjadi hal yang
demikian Dan hal yang demikian itu sering kali dianggap lumrah terjadi. Apalagi teori
tersebut didapat dengan cara membaca buku-buku dan literatur pada sekolah kita selama
ini dilakukan. Hal ini sering bias dan tidak sesuai dengan kenyataannya, walaupun
terkadang masih ada juga yang sesuai dengan kenyataannya.
Salah satu fungsi penting teori adalah memberikan penjelasan tentang gejala-gejala,
baik bersifat alamiah maupun bersifat sosial. Pemenuhan fungsi itu tidak hanya
dilakukan dengan mengemukakan, melukiskan gejala-gejala, melainkan disertai dengan
keterangan tentang gejala tersebut baik dengan membandingkan, mengidentifikasi,
menghubungkan, memilah-milah, atau mengombinasikannya satu dengan lainnya.
Kebutuhan akan etika memaksa manusia untuk lebih memperdalam dan mencari apa,
bagaimana dan untuk siapa seharusnya dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
merupakan hal yang harus dijawab melalui pengkajian lebih lanjut. Dalam mempelajari
etika, perlu rasanya untuk kita mengetahui berbagai latar belakang mengapa etika
tersebut muncul, dan mengapa menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan. Seperti
layaknya Anda berhubungan dan berhadapan dengan orang tua, rasanya tidak mungkin
Anda bertindak sesuka hati dan semaunya sendiri seperti layaknaya kepada sesama
teman.
Walaupun bukan merupakan suatu keharusan untuk mengetahui namun dalam
pembelajaran etika ada yang baik adalah mengetahui mula lahirnya dalam konsep atau
teori yang dikemukakan oleh para at yang dewasa ini dianggap sangat penting dan
dijadikan rujukan dalam pembelajaran etika. Dalam bagian ini akan dikupas secara
singkat ten teori yang mendasari dari lahirnya klasifikasi etika.
1. Teori Teleologi, sebelum kita memahami tentang apa itu tentang Erila Teleologi
ini? Ada baiknya kita melihat penggunaan dari kata tersebut Etika Teleologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu telos yang berarti tujuan maksudnya mengukur
baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akiba yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.
Semisal, berbohong adalah suatu perbuatan yang tidak baik dan tidak dibenarkan
bila dinilai dalam konteks nilai kewajaran, namun tidak demikian dalam teleologi
Berbohong bisa menjadi suatu tindakan yang dibenarkan. Istilah teleologi pertama
kali dikemukakan oleh Christian Wolff, seorang filsuf Jerman pada abad ke-18.
Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan
keteraturan, rancangan, tujuan akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan
bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan Teleologi tidak
dinilai baik atau buruk berdasarkan tindakan atau perbuatan, melainkan lebih
kepada tujuan dan akibat dari tindakan tersebut (walaupun Anda mengenal mana
yang benar dan mana yang salah). Kalau tujuannya baik, maka tindakan yang
tidak baik pun akan dinilai sebagai tindakan yang baik. Seperti seorang yang
berbohong demi menyelamatkan orang lain yang sedang terancam jiwanya oleh
seorang preman, karena apabila ia berkata jujur orang tersebut punya uang akan
terancam nyawanya. Preman tersebut akan mendatanginya untuk segera
mengambil uang, melukai bahkan akan membunuh korbannya. Atau seorang
dokter yang berbohong atas penyakit pasiennya, agar pasien tersebut tidak
mengalami tekanan (stres) atas penyakitnya yang berat maka sang dokter terpaksa
berbohong dengan mengatakan sang pasien hanya sekadar menderita penyakit
yang ringan saja dengan tujuan sang pasien cepat sembuh Atas dasar ini dapat
dikatakan bahwa etika teleologi lebih situasional, karena tujuan dan akibat suatu
tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu.
2. Teori Deontologi berarti pengetahuan sehingga etika etimologi menekankan
kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan
dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik dari tindakan yang
dilakukan, mealinkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada diri
sendiri.
3. Teori Hak
Teori Hak merupakan suatu aspek  dari teori deontologi, karena berkaitan dengan
kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Dalam
pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi  baik buruknya  suatu perbuatan atau
perilaku.
4. Teori Keutamaan (Virtue)
Keutamaan bisa didefinisikan  sebagai berikut : disposisi watak  yang telah
diperoleh  seseorang dan memungkinkan  dia untuk bertingkah  laku baik secara
moral. memandang  sikap atau akhlak seseorang.  Tidak ditanyakan apakah suatu
perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya.2

2
Abdullah, Syukry dan Abdul Halim. 2002. Pengintegrasian Etika dalam Pendidikan dan Riset Akuntansi .
(Kompak, STIE YO). 56
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bisnis merupakan kegiatan yang sangat berperan dalam masyarakat, selain
mempertaruhkan barang dan jasa untuk tujuan mendapat keuntungan, bisnis juga
membutuhkan etika yang setidak-tidaknya memberikan pedoman dan aturan bagi
pihak yang melakukannya. Etika bisnis berperan penting dalam memberikan
kepercayaan terhadap kelompok atau individu yang berkepentingan dalam kegiatan
itu dengan menjalankan system untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan kedua belah pihak. Pada dasarnya, dunia bisnis yang bermoral akan
mampu mengembangkan etika yang nantinya akan menjamin kegiatan bisnis itu dapat
berjalan dengan lancer.

B. Saran
Performa dalam menjalankan sebuah bisnis begitu penting, namun etika dalam
berbisnis lebih penting karena apabila dalam menjalankan sebuah bisnis yang
memiliki performa yang hebat tapi tidak memiliki etika yang baik dalam berbisnis
maka akan sangat susah dalam mencari klien maupun konsumen karena usaha
tersebut akan menghalalkan segala cara agar usaha tersebut menjadi hebat namun
tidak mementingkan aspek etika.
DAFTAR PUSTAKA

Prihanto, Hendi. 2018. Etika Bisnis dan Profesi: Sebuah Pencarian. Depok: Rajagrafindo.

Abdullah, Syukry dan Abdul Halim. 2002. Pengintegrasian Etika dalam Pendidikan dan Riset
Akuntansi . Kompak, STIE YO.

Anda mungkin juga menyukai