ORAL MEDICINE
disusun oleh :
Selvi Anggun Septyanilisa 160110110091
Ardena Maulidia Hamdani 160110110092
Akhyar Dyni Zakyah 160110110093
pembimbing :
drg. Wahyu Hidayat, Sp. PM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV. Virus ini merusak sistem
imun tubuh sehingga penderita akan sangat rentan terhadap mikroorganisme oportunistik
yang dapat terlihat secara sistemik maupun oral. Salah satu pigmentasi ronggga mulut
yang berhubungan dengan infeksi HIV yaitu adanya pigmentasi dari melanin pada
rongga mulut.
mulut lainnyanya, yang dapat menunjukkan tanda awal dari infeksi HIV. Ada banyak
Clearinghouse yang membagi klasifikasi lesi oral yang berhubungan dengan infeksi
- Sarkoma Kaposi
- Non-Hodgkin’s Lymphoma
1
2
Mycobacterium tuberculosis.
- Melanotic Hyperpigmentation
- Trombositopenia purpura
- Neurologic disturbances
3
Pigmentasi mukokutan difus atau multifokal telah sering dijelaskan dalam pasien
dengan asupan berbagai obat, termasuk obat antijamur dan antiretroviral atau sebagai
akibat dari perusakan adrenocortical oleh infeksi organisme yang virulen. Namun,
melanosis juga telah diidentifikasi pada beberapa pasien, termasuk pasien yang baru
didiagnosis, yang tidak memiliki riwayat penyakit adrenocortical atau asupan obat.
stadium akhir, manifestasi klinis HIV /AIDS. Goldstein dkk menunjukkan korelasi
imun syndrome (AIDS) menyebabkan peningkatan sekresi dari alfa MSH dari
kelenjar hipofisis anterior, yang juga dapat merangsang peningkatan sintesis melanin.
Pasien HIV / AIDS memiliki riwayat yang progresif pada hiperpigmentasi dari
melanosis difus. Mukosa bukal adalah lokasi yang paling sering terkena, tetapi
gingiva, palatum, dan lidah kemungkinan juga terlibat. Seperti semua melanosis
4
difus, HIV yang berhubungan dengan pigmentasi secara mikroskopis ditandai oleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ABSTRAK
Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi HIV yang
populasi khusus yakni HIV-seropositif pada penduduk Afrika Selatan dan untuk
demografi serta imunologi dari kelompok studi kohort. Bahan dan Metode.
Penelitian cross-sectional termasuk 200 subjek orang kulit hitam dengan HIV-
seropositif. Data yang dikumpulkan terdiri dari usia, jenis kelamin, jumlah CD4 + T,
viral load, penyakit sistemik, obat-obatan, lokasi oral mukosa yang terkena HIV-
OMH, luasnya (lokal atau umum), intensitas pigmentasi (gelap atau terang), dan
kelompok studi kohort memiliki HIV-OMH. 22,5% memiliki OMH yang tidak bisa
dikaitkan dengan infeksi HIV, dan 59% tidak memiliki OMH. Terdapat hasil yang
6
Kesimpulan. Prevalensi populasi HIV-OMH dalam penelitian ini sebesar 18,5% dan
gingiva menjadi lokasi yang paling sering terkena. Tampak bahwa jumlah sel CD4 +
PENDAHULUAN
dengan Infeksi HIV pada orang dewasa bulan September tahun 1992 [1], hubungan
dikategorikan kurang "lesi yang kurang umum kaitannya dengan infeksi HIV "(Grup
2). Apa yang dimaksud dalam dokumen ini sebagai "HIV yang terkait dengan
mukosa rongga mulut hiperpigmentasi melanin" kita akan istilahkan dalam jurnal ini
sebagai “hiperpigmentasi melanin di mukosa rongga mulut yang terkait HIV (HIV-
OMH)” yang kami percayai lebih akurat dalam menggambarkan kondisi ini.
dan biasanya muncul sebagai gejala yang asimtomatik, tunggal atau ganda, baik atau
tidak jelas, dan terang sampai coklat gelap untuk makula dari segi ukuran dan bentuk
(Gambar 1) [2]. HIV-OMH etiopatogenesis nya tidak jelas, tetapi telah diduga bahwa
HIV mengakibatkan sitokin disregulasi, beberapa obat yang biasa digunakan dalam
7
kelompok etnis / ras yang berbeda [4], yang paling mungkin karena genetik dan
lain dari penyakit HIV, dan juga obat-obatan tertentu yang digunakan untuk
mulut atau pada kualitas hidup, dan itu tidak ada penelitiannya dan tidak diketahui
apakah ada atau tidak patologis yang bermakna dari HIV-OMH. Penelitian lebih
lanjut diperlukan dalam intra dan ekstraseluler jalur biologis yang terlibat dalam
Protokol dari penelitian cross sectional ini di setujui oleh Komite Etik
Partisipan diberikan informasi verbal dan juga tertulis mengenai sifat penelitian ini,
9
dan lembar persetujuan tertulis diperoleh. Semua inormasi pribadi mengenai pasien
dijaga kerahasiaannya.
yang datang ke klnik rawat jalan Unit Penyakit menular di Klinik Tshepang, Dr
George Mukhari Academic Hospital atau Medusa Oral Health Centre, Pretoria,
Afrika Selatan. Kebanyakan pasien yang datang ke fasiltas perawatan kesehatan ini
adalah pasien dari komunitas semi urban sekitar, dan kebetulan semua subjek pada
populasi penelitian ini berkulit hitam. Status HIV dari semua subjek sebelumnya telah
mencatat semua data klinik yang berkaitan, dan memeriksa rekam medis untuk
riwayat medis tambahan. Bila ada, HIV-OMH dan lesi oral lain yang kemungkinan
berkaitan dengan HIV lainnya akan di klasifikasikan berdasarkan kriteria dari EC-
Clearinghouse.
cell count, adanya riwayat peyakit sistemik, pengobatan, adanya HIV-OMH dan
peyebarannya (lokalisasi atau generalisasi), dan intensita nya (gelap atau terang).
Kebiasaan merokok atau penggunaan snuff juga di catat. Karena informasi mengenai
masa dari diagnosis HIV dan insisiasi dari HAART ke munculnya HIV-OMH tidak
10
selalu bisa didapatkan dan diandalkan, faktor tersebut tidak dimasukan kedalam
penelitan.
dalam regio tertentu. Intensitas pigmentasi dibagi secara subjektif mejadi terang atau
gelap. Untuk kondisi atau lesi oral lain yang membutuhkan perawatan, pasien akan
Analisis statistik antar kelompok uji akan dilakukan sebagai berkut: X2 tes
Fisher’s digunakan untuk tabel 2 x 2 atau dimana persyaratan untuk uji X2 tidak dapat
koefisien phi.
Hubungan antara variabel kategori dan variabel kontinu dinilai dengan t-test.
Ketika data tidak memenuhi asumsi dari t-test, alternative nonparameter , Wilcoxon
rank sum test akan di gunakan. Kuatnya asosiasi di ukur masing-masing dengan
HASIL
Dua ratus subjek HIV-seropositive, 134 (67%) dan wanita 66 (33%) laki-laki
di ikutsertakan dalam penelitian ini (F:M= 2.03). Rata-rata umur adalah 41,6 tahun;
14,5% adalah dan 4% pengguna snuff. Secara keseluruhan median CD4+ T cell
count adalah 159 sel/mm3 (jarak interkuartil 57 hingga 304) dan median viral load
adalah 40 (jarak interkuartil 40 hingga 9668). Semua pasien menjalani HAART dan
atau tidak yakin dengan adanya perkembangan OMH yang memiliki relasi dengan
12
diagnosis infeksi HIV (n=20) (Gambar 2) oleh karenanya tidak dimasukan kedalam
analisis selanjutnya.
Rata-rata umur dari kelompok non OMH (n=117) adalah 40,9 tahun (sd = 9,9;
range 34-47; median = 40 tahun) sedangkan rata-rata umur dari kelompok HIV-OMH
(n=37) adalah 42,5 tahun (sd=10,7 tahun; range 36-48 tahun; median 42 tahun)
(Tabel 1). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata umur atau kategori
umur antara kelompok non OMH dan kelompok HIV-OMH. Kelompok non OMH
terdiri dari 77,8% wanita (F:M = 3,5:1) sedagkan kelompok HIV-OMH terdiri dari
56,7% wanita (F:M = 1.31:1) (tabel 1). Terdapat asosiasi yang signifikan namun
phi = 0.20).
kebiasaan merokok (p = 0.019; koefisien phi = 0.28). Dua koma enam persen dari
kelompok non OMH adalah perokok dibandngkan dengan 18.9% kelompok HIV-
sistemik, durasi infeksi HIV, cara hidup HAART, durasi penggunaan HAART,
CD4+ T cell count, viral load di satu sisi dan ada atau tidaknya HIV-OMH di sisi
lain.
13
Frekuensi dimana lokasi oral yang terpengaruhi dan karakteristik klinis utama
dari HIV-OMH terlihat pada tabel 2. Dalam kelompok HIV-OMH, tidak terdapat
asosiasi yang signifikan baik di antara CD4+ T cell count (0-199, 200-499, >499)
atau diantara kebiasaan merokok dan perluasan, intensitas, atau lokasi yang
terpengaruhi oleh OMH. Namun begitu ukuran kelompok HIV-OMH sangat sedikit
(n= 37) oleh karenanya hasil penelitian ini perlu di tafsirkan dengan hati-hati.
DISKUSI
Warna yang normal dari mukosa oral ditentukan oleh beberapa faktor,
termasuk ketebalan dan transparansi dari epitel (apakah epitel tersebut parakeratin
atau ortokeratin), vaskularisasi dari lamina propria, kadar hemoglobin dalam darah,
imunoinflamasi (liken planus oral), infeksi (infeksi HIV), atau mewakili neoplasma
Kontribusi melanin terhadap warna dari mukosa oral ditentukan oleh kadar
minimal yang melekat dari aktivitas enzim dan protein yang menjalankan proses
eksternal yang bergantung pada aktivitas fungsional dari interaksi reseptor ligand dan
15
jalur pemberi sinyal intraseluler [9, 10]. Faktor lain yang berkontribusi terhadap
warna mukosa oral termasuk jumlah dan jenis melanin yang diproduksi, ukuran dan
Hal ini membuat proses timbulnya OMH menjadi kompleks dan mekanisme
spesifik yang menjalankannya pada infeksi HIV menjadi tidak diketahui. Tampaknya
lapisan sel basal di epitel tanpa peningkatan jumlah melanosit. Namun, peningkatan
Ada kemungkinan bahwa upregulation dari IL-1, IL-6, dan TNF- 𝛼 yang
melanin, dan secara klinis bermanifestasi menjadi HIV-OMH. Pada subjek dengan
digunakan untuk perawatan infeksi HIV dan kondisi sistemik yang berkaitan dengan
HIV [2]. Faktanya, beberapa bukti menunjukkan bahwa prevalensi OMH lebih tinggi
dengan subjek dengan HIV-seropositif yang tidak mengkonsumsi HAART [12, 13].
16
Sahara Afrika (Tanzania 4,7%, Kenya 6%) [14, 15] dan di Eropa (Italia 6,4%, Yunani
2%) tetapi lebih rendah dari Venezuela (38%) [16] dan di India (26% sampai 35%)
[17, 18]. Berdasarkan pengetahuan peneliti hanya terdapat satu laporan lain dari
HIV-OMH kurang dari 1% [19]. Meskipun begitu, penelitian ini dilakukan pada
populasi Afrika Selatan yang sepenuhnya berbeda, dengan jumlah orang asia dan ras
campuran yang sangat besar, dan para peneliti menyadari bahwa terkadang mereka
tidak dapat menentukan dengan yakin apakah onset dari OMH mengikuti atau tidak
mengikuti onset dari penyakit akibat HIV dan obat-obatan yang menyertainya.
Telah dilaporkan bahwa pada saat penelitian dilakukan, frekuensi dari HIV-
OMH terbalik secara proporsional terhadap jumlah sel CD4+ [3] dan bahwa HIV-
OMH lebih umum mempengaruhi mukosa bukal dibandingkan daerah lain di rongga
mulut. Penelitian ini tidak memastikan observasi tersebut karena tidak ditemukan
hubungan yang signifikan antara HIV-OMH dan lokasi di rongga mulut yang terkena
atau jumlah sel CD4+. Satu-satunya hubungan yang signifikan adalah bahwa subjek
KOMENTAR
17
umum cukup sulit dan di populasi Afrika Selatan secara umum juga, karena
masyarakat Afrika Selatan ras kulit hitam diketahui memiliki prevalensi yang tinggi
antara kondisi fisiologis dan HIV-OMH bergantung pada riwayat yang dilaporkan
sendiri yang tidak selalu dapat dipercaya. Selain itu, karena OMH sering asimtomatik
dan lokasi di rongga mulut yang terkena tidak selalu dapat terlihat oleh subjek,
sebagian besar subjek bahkan tidak dapat menyatakan dengan yakin apakah mereka
memiliki OMH atau tidak, apalagi untuk menyebutkan apakah OMH tersebut terjadi
HIV didiagnosis dan dimulai perawatannya pada fase akhir dari penyakit tersebut.
Sebagai konsekuensinya, banyak subjek yang melaporkan dengan yakin bahwa OMH
yang mereka miliki sudah ada sebelum mereka didiagnosis dengan HIV, padahal
faktanya mereka mungkin telah menjadi HIV-seropositif ketika mereka pertama kali
Meskipun hal yang paling baik adalah untuk mulai memberikan HAART
segera setelah diagnosis infeksi HIV, bisa dikatakan sulit untuk membedakan HIV-
OMH yang diinduksi oleh HAART dan HIV-OMH yang idiopatik. Yang membuat
statistik hasil survei dari populasi khusus yang memiliki HIV-OMH menjadi lebih
OMH yang lebih tinggi daripada bukan perokok, sehingga smoker’s melanosis sering
KONFLIK KEPENTINGAN
makalah ini.
PENGAKUAN
PEMBAHASAN
Mukosa oral manusia tidak memiliki warna yang sama, dan beberapa derajat
perbedaan warna dapat diamati dalam kondisi fisiologis dan patologis. Sublokasi oral
jumlah dan aktivitas melanogenik dari melanosit, vaskularisasi, dan tipe jaringan
Pigmentasi oral dan perioral dapat merupakan suatu bentuk fisiologis maupun
yang terjadi mungkin saja tidak memiliki hubungan dengan pigmen namun
dikarenakan adanya deposisi atau akumulasi dari substansi organik dan inorganic.
Hemoglobin, hemosiderin dan melanin mewakili sumber endogen yang paling umum
submukosa dihasilkan dari lisis sel darah merah, dapat memberikan tampilan warna
merah atau biru. Sedangkan melanin yang disintesis oleh melanosit dapat memberika
tampilan warna coklat, biru atau hiitam bergantung pada jumlah melanin dan
kedalam jaringan submukosa. Pada beberapa kasus, substansi mungkkin d serap dan
19
20
pada area yang mengalami inflamasi kronis. Dalam kasus lain, substansi tersebut juga
Pigmentasi eksogen juga dapat diinduksi oleh makanan dan minuman tertetu.
Pigmetasi Endogen
Melanin di sintesis oleh melanosit yang terletak di lamina basalis dari epitelium.
Fungsi biokimia utama dari melanosit yang matang adalah sebuah proses yang
disebut melanogenesis, yaitu proses produksi dan pengiriman pigmen melanin oleh
Neuromelanin yang ditemukan pada beberapa sel saraf adalah senyawa yang tidak
berhubungan.
atau idiopatik, neoplasia, medikasi, konsentrasi serum tinggi dari ACTH, perubahan
PIGMENTASI FOKAL
Freckle/ Ephelis
21
Ephelid (freckles) adalah lesi makula merah hingga cokelat terang yang terletak
pada area yang terpapar matahari pada tubuh. Biasanya ini menyerang orang kulit
putih, lesi multiple, memiliki warna dan batas yang jelas, meskipun gabungan antar
lesi dapat membentuk tambalan (patch) besar ireguler. Ephelid dapat muncul pada
segala usia, tetapi lebih umum timbul pada masa kanak-kanak. Ephelid muncul dan
hilang sesuai derajat eksposur cahaya matahari, tampak paling mencolok selama
musim panas. Tidak ada data yang menunjukkan prevalensi lentigen dan ephelid
intraoral, biasanya lesi ini mengenai vermilion border pada bibir atau jaringan
perioral.
Makula Melanosit
Makula melanotik pada kavitas oral merupakan lesi yang umum, biasanya
disebabkan oleh peningkatan produksi dan deposisi melanin di lamina basalis, lamina
Makula melanotik biasanya lesi single bulat berwarna biru atau cokelat kehitaman
yang warnanya merata dan berukuran kurang dari 1 cm. Lesi intraoral biasanya lebih
besar dari yang terdapat di bibir. Berbeda dengan ephelide, makula melanotik tidak
menjadi lebih gelap setelah terpapar radiasi sinar matahari. Dermatoskopi dapat
kehitaman, kadang terdistribusi tidak merata, tanpa jaringan pigmen atau globula dan
Kaugars et al. melaporkan prevalensi sebesar 0.4% dari 86,202 biopsi dari kavitas
oral. Lesi labial hampir selalu terdapat di bibir bawah, sedangkan makula pada
gingiva lebih sering terdapat pada bagian anterior maksila. Pasien kulit hitam lebih
sering mengalami keterlibatan mukosa bukal. Rasio perempuan dan laki-laki hampir
mencapai 2:1 dan imsidensi tertinggi dilaporkan terjadi pada dekade kelima
kehidupan.
Melanoakantoma
keratinosit dan melanosit dendritik yang jinak dan jarang terjadi. Melanoakantoma
oral diduga memiliki sifat yang reaktif dan berkurang secara spontan atau menghilang
setelah pembedahan tidak lengkap, seperti biopsi insisional. Sekitar 40 kasus dari
melanoakantoma oral telah dilaporkan. Berbeda dari melanoakantoma pada kulit, lesi
oral muncul secara eksklusif pada orang kulit hitam dengan usia muda, berkembang
dengan cepat, dan memiliki permukaan yang datar. Mukosa bukal adalah daerah yang
sering terkena.
Nevus Melanositik
Etiologi dan patogenesis dari OMN sangat sulit dipahami meskipun, sama seperti
nevus yang terletak pada jaringan kutan, mutasi onkogenik dari pengkodean gen
untuk komponen yang menimbulkan RAS diduga ikut berperan. Nevus melanositik
kongenital telah ada sejak lahir, dan yang muncul sesudah lahir disebut sebagai nevus
23
dapatan. Diduga sebagian besar nevus melanositik pada mukosa oral adalah dapatan,
meskipun beberapa kasus nevus kongenital telah dilaporkan. OMN biasanya berupa
makula atau papula bulat atau oval yang berbatas jelas, tetapi lesi polipoid yang lebih
besar telah juga dilaporkan. OMN biasanya muncul secara multipel. Nevus dapatan
yang menonjol biasanya memiliki pigmentasi yang lebih cerah, sementara lesi yang
lebih datar biasanya memiliki pigmentasi yang lebih gelap. Warna dapat bervariasi
dari cokelat hingga biru, abu-abu kebiruan, atau hitam. Umumnya lesi individu
memiliki warna yang seragam. Nevus yang tidak berpigmentasi biasanya jarang
ditemukan. Palatum keras, mukosa bukal, dan gingiva biasanya paling sering terkena.
Melanoma Malignan
melanosit yang agresif, berjumlah 0.5% dari seluruh malignansi oral. Neoplasma ini
lebih umum di jepang dan afrika dibandingkan di negara-negara barat. Etiologi OMM
belum diketahui. Penggunaan tembakau dan iritasi mekanis kronis yang didapat dari
dentur yang tidak retentif telah disebutkan sebagai faktor risiko yang mungkin terjadi.
Sebagian besar OMM muncul tiba-tiba dari mukosa yang terlihat normal, tetapi
sekitar 30% didahului oleh pigmentasi oral selama beberapa bulan atau tahun. Gejala
dan tanda awal dari OMM adalah kemunculan lesi bermasa yang biasanya juga
berwarna.
OMM bisa berwarna cokelat kehitaman dengan seragam atau menunjukkan variasi
warna, seperti hitam, cokelat, abu-abu, ungu, merah, atau mengalami depigmentasi.
24
Fokus satelit biasnaya mengelilingi tumor primer. Pada melanoma amelanotik tidak
terdapat pigmentasi. Lokasi oral yang paling sering terkena adalah palatum dan
gingiva pada maksila. Melanoma gingiva memiliki rasio bertahan hidup 5 tahun lebih
lama dibandingkan lesi yang terdapat pada palatal, dengan waktu bertahan rata-rata
lebih panjang (46 bulan vs 22 bulan). Melanoma rekuren dapat bermanifestasi sendiri
selama 10-15 tahun dari terapi primer. Metastase yang jauh biasanya mengenai paru-
melanoma yang terjadi merupakan kasus primer atau metastase dari jaringan lain. Hal
ini dapat ditentukan dengan biopsi. Pengobatan yang dipilih adalah operasi ablasi
dengan penghilangan margin yang luas. Terapi radiasi tambahan mungkin diperlukan
PIGMENTASI MULTIFOKAL/DIFUS
Pigmentasi Fisiologis
Tidak ada kesepatakan mutlak di literatur mengenai definisi tentang ras, grup
rasial, grup etnik, atau etnisitas. Lebih lanjut, telah didemonstrasikan bahwa kekuatan
hubungan antara warna kulit dan keturunan sangat bervariasi. Faktanya, kandungan
melanin pada kulit tidak secara tegas berhubungan dengan keturunan, secara genetik
populasi berkulit gelap. Pada penelitian dengan 1.300 anak, ORP diidentifikasi pada
13.5%. Pigmentasi biasanya difus dan bilateral meskipun variasi pola tersebut telah
diamati. Warna bervariasi dari cokelat terang hingga gelap. Gusi, selain batas
marginal, dan mukosa bukal adalah daerah yang sering terlibat. Daerah lain termasuk
bibir, palatum, dan lidah. Pigmentasi rasial tidak berbahaya dan perawatan biasanya
deposisi metabolit obat di jaringan. Obat yang paling sering menimbulkan reaksi ini
adalah obat-obatan malaria yang di negara maju sering juga digunakan untuk terapi
difus, dan mengenai satu daerah saja utamanya palatum keras. Lesi dapat diperparah
oleh paparan sinar matahari. Belum ada mekanisme pasti yang disepakati mengenai
melanogenesis.
obat-obatan yang digunakan dan pilihan terapi adalah menghentikan penggunaan obat
sebagai diagnosis. Diagnosis banding salah satunya adalah pigmentasi mukosa difus.
26
Melanosis Perokok
Merokok telah diketahui sebagai penyebab dari pigmentasi oral yang difus pada
populasi eropa dan asia. Lesi ini telah dilaporkan pada 21.5% perokok dan intensitas
peneliti telah mengetahui peningkatan secara signifikan melanosis gingiva pada anak-
langsung dengan efek stimulan yang terdapat pada rokok terhadap melanosit. Sesuai
dengan model yang disepakati untuk kulit, beberapa peneliti menduga bahwa melanin
mungkin berperan dalam detoksifikasi dari amino polisiklik nikotin dan benzopiren.
Daerah yang terkena meliputi gingiva, palatum durum, mukosa bukal dan komisural,
permukaan inferior lidah, dan mukosa bibir. Melanosis perokok biasanya berwarna
ini lebih umum timbul pada orang berkulit gelap dan memiliki kulit yang cenderung
berjerawat. Beberapa kasus juga ditemukan pada daerah yang sebelumnya terdapat
atau sedang mengalami lichen planus. Biasanya lesi hiperpigmentasi akan hilang
setelah inflamasi berhenti. Patofisiologi lesi ini belum jelas. Pemeriksaan mikroskopis
Melasma
Merupakan melanosis simetris dapatan yang sering mengenai area yang banyak
terpapar sinar matahari seperti dahi, pipi, bibir atas, dan dagu. Lebih banyak
ditemukan pada wanita berkulit gelap. Paparan berlebih dari sinar matahari
merupakan faktor etiologi dan predisposisi. Istilah melasma lebih cocok untuk
menggambarkan perubahan pigmentasi pada wajah yang timbul pada wanita yang
melanosit.
ATAU GENETIK
Penyakit Addison
pada jaringan dapat menimbulkan pigmentasi difus atau diskret. Predileksi pada bibir,
gingiva, mukosa bukal, dan palatum keras. Pengobatan untuk lesi biasanya tidak
Sindrom Cushing
Yang terjadi pada sindrom Cushing adalah kebalikan dari penyakit Adison, yaitu
hiperaktivitas dari korteks adrenal yang biasanya disebabkan oleh adenoma sekretoris
kortikal atau hiperplasia kortikal yang berasal dari adrenal, sehingga produksi ACTH
akan berhenti. Jika hiperkortikoisme disebabkan oleh sekresi berlebihan ACTH oleh
menunjukkan edema fasial (moon face). Pada pasien kulit dapat terlihat gosong dan
endokrin harus dicurigai jika pigmentasi melanin oral disertai dengan perubahan
warna kulit menjadi tembaga. Pemeriksaan serum steroid dan ACTH diperlukan
Penyakit Grave
(prevalensi hingga 40%) tetapi tidak menunjukkan efek yang sama pada ras kulit
putih. Mekanisme timbulnya lesi masih belum jelas dan pengobatan spesifik tidak
wanita paruh baya. Sirosis biliaris primer (SBP) terjadi akibat kerusakan duktus
29
tanda umumnya adalah jaundis, tetapi jaundis dapat juga diakibatkan oleh sirosis hati,
manifestasi oral dan mukokutan, sensasi terbakar, eritema dan atrofi jaringan mukosa
oral. Mekanisme induksi melanosis belum diketahui. Lesi ini jarang teridentifikasi.
Sindrom Peutz-Jeghers
pankreas, payudara, dan tiroid. Penyakit ini diasosiasikan dengan mutasi gen pada
kromosom 19. Bintik hitam kecokelatan dengan ukuran <1mm biasanya ditemukan
pada daerah perioral dan bibir bawah. Lesi dapat juga terdapat intraoral, intranasal,
konjungtival, dan rektal. Lesi oral biasanya jinak dan secara histologis dapat terlihat
peningkatan jumlah melanin di lamina basalis. Biasanya hal ini diamati pada usia
lanjut.
BAB IV
SIMPULAN
endokrin, proses imunoinflamasi, infeksi HIV, atau dapat pula mewakili neoplasma
primer. Secara klinis dan histologis sulit membedakan antara hiperpigmetasi melanin
yang disebabkan HIV dan makula melanotik atau pigmentasi fisiologis. Hal ini dapat
dibedakan hanya dengan mengetehaui waktu kemunculan OMH itu sendiri. Onset
biasanya terjadi pada dua tahun pertama setelah diagnosis HIV. Mekanisme spesifik
terhadap infeksi HIV yang dapat menimbulkan OMH tidak diketahui, namun
Selatan adalah 18,5% dengan gingiva sebagai lokasi yang paling sering terkena.
Tidak terdapat asosiasi yang signifikan antara usia, kebiasaan penggunaan snuff,
penyakit sistemik, durasi infeksi HIV, durasi penggunaan HAART, jumlah CD4+,
30
31
dan viral load antara kelompok non OMH dengan kelompok HIV-OMH dan terdapat
asosiasi yang signifikan namun lemah antara jenis kelamin dan kebiasaan merokok
antara kelompok non OMH dan kelompok HIV-OMH. Wanita dan perokok
DAFTAR PUSTAKA
M. Meleti, P. Vescovi, W.J. Mooi, and I. van der Waal, “Pigmented lesions of
the oral mucosa and perioral tissues: a flow-chart for the diagnosis and some
Pathology, Oral Radiology and Endodontology, vol. 105, no.5, pp. 606–616, 2008.