Anda di halaman 1dari 16

Pertemuan :I

Dosen : MKB 502


Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 1 / 14

Referensi atau Daftar Bacaan


1. Asroni, A, 2010, “Balok dan Pelat Beton Bertulang”, Yogyakarta, Graha
Ilmu.
2. Dipohusodo,I, 1994, “Struktur Beton Bertulang”, Jakarta, PT. Gramedia.
3. Nawy,E.G, 1990, “Beton Bertulang; Suatu Pendekatan Dasar”, Bandung, PT.
Eresco.
4. Standar Nasional Indonesia (SNI) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), 2007, Surabaya, ITP Press.
5. Wahyudi,L dan Rahim,S.A, 1999, “Struktur Beton Bertulang; Standar SNI T-
15-1991-03”, Jakarta, PT. Gramedia.
6. Wang,C.K dan Salmon,C.G, 1985, “Reinforced Concrete Design”, 4th ed,
N.Y, Harper & Row.
7. Winter,G dan Nilson,A.H, 1993, “Perencanaan Beton Bertulang”, Jakarta,
Pradaya Paramitha.

BAB II PELAT BETON BERTULANG

2.1. Pengenalan Pelat


Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang
dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban
yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini
relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang / lebar
bidangnya. Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal,
sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur
pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok
portal.
Pelat beton betulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai
lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai
pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap
beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut
mengakibatkan terjadi momen lentur. Oleh karena itu pelat juga direncanakan
terhadap beban lentur (seperti pada balok).
Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 2 / 14

2.1.1. Tumpuan pelat


Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan
tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung
di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan
menentukan besar momen lentur yang terjadi pada pelat.
Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok
secara monolit, yaitu pelat dan balok dicor secara bersama-sama sehingga
menjadi satu kesatuan pada gambar (a), ditumpu oleh dinding-dinding bangunan
pada gambar (b). Kemungkinan lainnya, pelat didukung oleh balok-balok baja
dengan sistem komposit pada gambar (c) atau didukung oleh kolom secara
langsung tanpa balok pada gambar (d).

Gambar 2.1. Penumpu Pelat

2.1.2. Jenis perletakan pelat pada balok


Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok)
menjadi salah satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat
pada balok, yaitu :
a. Terletak bebas, keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas
balok, atau antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama sehingga pelat
dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut. Pelat yang ditumpu oleh tembok
juga termasuk kategori terletak bebas.
Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 3 / 14

b. Terletak elastis, keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama
secara monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup
kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
c. Terjepit penuh, keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama
secara monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk
mencegah terjadinya rotasi pelat.

Gambar 2.2. Jenis Perletakan Pelat Pada Balok

2.2. Sistem Penulangan Pelat


Sistem perencanaan tulangan pelat pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam
yaitu :
a. Sistem penulangan pelat satu arah (one way slab)
Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton
lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu
arah saja.

Karena momen lentur hanya bekerja 1 arah saja, yaitu searah bentang ,
maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah searah bentang  tersebut. Untuk
menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak
berubah dari tempat semula, maka dipasang tulangan bagi tambahan yang
arahnya tegak lurus tulangan pokok yang disebut juga dengan tulangan bagi.
Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 4 / 14

Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus,
tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan
bagi dipasang dibagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok. Tepat
pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat
binddraad. Fungsi tulangan bagi selain memperkuat kedudukan tulangan
pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan
perbedaan suhu pada beton.

Gambar 2.3. Contoh Pelat dengan Tulangan Pokok Satu Arah

b. Sistem penulangan pelat dua arah (two way slab)


Pelat dengan tulangan pokok dua arah ini akan dijumpai jika pelat beton
menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua arah. Contoh
pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 (empat) sisi yang saling
sejajar.

Karena momen lentur bekerja pada dua arah, yaitu searah dengan bentang l x
dan bentang ly, maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling
tegak lurus (bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan bagi. Tetapi pada
pelat didaerah tumpuan hanya bekerja momen lentur satu arah saja, sehingga
untuk daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan tulangan bagi.
Bentang ly selalu dipilih  lx, tetapi momennya Mly selalu  Mlx, sehingga
tulangan arah lx (momen yang besar) dipasang di dekat tepi luar (urutan 1).
Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 5 / 14

Gambar 2.4. Contoh Pelat dengan Tulangan Pokok Dua Arah

2.3. Perencanaan Tulangan Pelat


Pada perencanaan pelat beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa
persyaratan / ketentuan sebagai berikut :
a. Pada perhitungan pelat, lebar pelat diambil 1 meter ( b = 1000 mm).
b. Panjang bentang  (pasal 10.7 SNI 03-2847-2002) :
(1) Pelat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung :
λ  λ n  h dan λ  λ as-as ( 2.1)

(2) Pelat yang menyatu dengan struktur pendukung :


λ n  3,0 m, maka λ  λ n ( 2.2)

λ n  3,0 m, maka λ  λ n   2 x 50 mm  ( 2.3)


Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 6 / 14

Gambar 2.5. Penentuan Panjang Bentang Pelat, 

c. Tebal minimum pelat h (pasal 11.5 SNI 03-2847-2002) :


(1) Untuk pelat satu arah (pasal 11.5.2.3 SNI 03-2847-2002), tebal minimum
pelat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Tebal minimum balok non-pratekan atau pelat satu arah bila lendutan
tidak dihitung

TEBAL MINIMUM, h
Dua Satu ujung Kedua ujung
Kantilever
Komponen struktur tumpuan menerus menerus
Komponen tidak mendukung atau menyatu dengan partisi atau
konstruksi lain yang akan rusak karena lendutan yang besar
Pelat solid satu arah L/20 L/24 L/28 L/10
Balok atau pelat jalur
L/16 L/18,5 L/21 L/8
satu arah
* panjang bentang l dalam mm

(2) Untuk pelat dua arah (pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002), tebal minimum
pelat bergantung pada m =  rata-rata,  adalah rasio kekakuan lentur
penampang balok terhadap kekakuan lentur pelat dengan
rumus sebagai berikut :
E cb
Ib
α ( 2.3a)
E cp
Ip

Jika m < 0,2, maka :


h  120 mm ( 2.3b)
Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 7 / 14

Jika 0,2  m  2, maka :


 fy 
λ n  0,8  

 1500  ( 2.3c)
h dan  120 mm
36  5β α m  0,2

Jika m > 2, maka :


 fy 
λ n  0,8  
 1500  ( 2.3c)
h dan  90 mm
36  9β

Dengan  = rasio bentang bersih pelat dalam arah memanjang dan arah
memendek.

Tebal pelat tidak boleh kurang dari ketentuan tabel 2.2 yang bergantung
pada tegangan tulangan fy. Nilai fy pada tabel dapat diinterpolasi linier.

Tabel 2.2 Tebal minimum pelat tanpa balok interior


Tanpa Penebalan Dengan Penebalan
Teg. Panel Eksterior Panel Eksterior
Leleh, fy Tanpa Dengan Panel Tanpa Dengan Panel
(MPa) Balok Balok Interior Balok Balok Interior
Pinggir Pinggir Pinggir Pinggir
300 n/33 n/36 n/36 n/36 n/40 n/40
400 n/30 n/33 n/33 n/33 n/36 n/36
500 n/28 n/31 n/31 n/31 n/34 n/34

d. Tebal selimut beton minimum (pasal 9.7.1 SNI 03-2847-2002) :


Untuk batang tulangan D  36,
( 2.4a)
Tebal selimut beton  20 mm
Untuk batang tulangan D 44 – D 56
( 2.4b)
Tebal selimut beton  40 mm

e. Jarak bersih antar tulangan s (pasal 9.6.1 SNI 03-2847-2002) :


s  D dan s  25 mm ( D adalah diameter tulangan) ( 2.5a)
Pasal 5.3.2.3: s  4/3 x diameter maksimum agregat,
( 2.5b)
Atau s  40 mm
Catatan : diameter nominal maksimum agregat  30 mm

Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 8 / 14

f. Jarak maksimum tulangan (as ke as) :


Tulangan pokok :
Pelat 1 arah : s  3.h dan s  450 mm (pasal 12.5.4) ( 2.6a)
Pelat 2 arah : s  2.h dan s  450 mm (pasal 12.3.2) ( 2.6b)

Tulangan bagi :
s  5.h dan s  450 mm ( 2.6c)

g. Luas tulangan minimal pelat :


Tulangan pokok (pasal 12.5.1 SNI 03-2847-2002):
fc’  31,36 MPa 1,4
: As  .b.d ( 2.7a)
fy
fc’  31,36 MPa fc '
: As  .b.d ( 2.7b)
4.f y

Tulangan bagi (pasal 9.12.2.1 SNI 03-2847-2002)::


fy  300 MPa : A sb  0,0020.b.h ( 2.7c)
fy = 400 MPa : A sb  0,0018.b.h ( 2.7d)
fy  400 MPa  
: A sb  0,0018.b.h. 400 f  ( 2.7e)
 y 
tetapi A sb  0,0014.b.h ( 2.7f)
Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 9 / 14
Gambar 2.6. Skema hitungan tulangan pelat

Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 10 / 14
Gambar 2.7. Skema hitungan pembesaran dimensi pelat

Gambar 2.8. Skema hitungan momen rencana pelat

Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 11 / 14
Tabel 2.3. Faktor momen pikul maksimal (Kmaks) dalam MPa

2.4. Pelat Dengan Satu Tumpuan


Yang dimaksud dengan pelat dengan satu tumpuan adalah pelat yang
ditumpu satu sisi (tumpuan jepit). Pada umumnya pelat satu tumpuan sering
disebut sebagai pelat kantilever. Pelat ini termasuk jenis pelat 1 arah, karena
beban lentur hanya bekerja pada satu arah saja yang menghasilkan momen
negatif.
Karena termasuk pelat satu arah, maka harus dihitung tulangan pokok serta
tulangan bagi (tulangan susut dan suhu), dan karena momen lenturnya negatif,
maka kedu tulangan tersebut dipasang di bagian atas.

Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 12 / 14
Contoh Soal:

Pelat kantilever dari suatu atap beton


bertulang setebal 90 mm, dengan
bentang L = 2,5 m mendukung qu =
4,9 kN/m2, mutu beton fc’ = 20 MPa
dan mutu baja fy = 300 MPa dan
tersedia tulangan D10 serta D6.

Rencanakanlah penulangan pelat tersebut !

Penyelesaian :

1 1
Mu (-) = .q u .L2  . 4,9. 2,5 2  15,3125 kNm
2 2
ds = 20 + (10/2) = 25 mm
d = 90 – 25 = 65 mm

Mu 15,3125.10 6
K 
 .b.d 2  0,8.1000. 65 2
 4,5303 MPa
K  K maks
4,5303 MPa  5,6897 MPa

1  1  2. 4,5303
 2.K   
a  1  1  .d  . 65  20,580 mm
 ' 
0,85.fc  
 0,85. 20 

Tulangan Pokok :
0,85.f c' .a.b 0,85. 20 . 20,58.1000 
As    1166,2 mm 2
fy  300
1,4 1,4
f c'  31,36 MPa, jadi A su  .b.d  .1000. 65  303,333 mm 2
fy 300

Dipilih nilai yang paling besar, yaitu A su  1166,2 mm 2


Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 13 / 14

Jarak tulangan :
1 . .D 2 .S 1 . .10  2 .1000
s 4  4  67,347 mm
A su 1166,2 
s  3.h = (3).(90) =270 mm
s  450 mm

Dipilih nilai yang paling kecil, jadi dipakai s = 65 mm.

Maka luas tulangan :


1 . .D 2 .S 1 . .10 2 .1000
As  4  4  1208,305 mm 2  A su .......(OK
s  65
Tulangan Bagi :
Asb = 20 % . Asu = 20%. (1166,2) = 233,24 mm2
Asb = 0,002.b.h = 0,002. (1000). (90) = 180 mm2
Asb = 0,0014.b.h = 0,0014. (1000). (90) = 126 mm2
Dipilih nilai yang paling besar, yaitu A sb,u  233,24 mm 2

Jarak tulangan :
1 . .D 2 .S 1 . . 6 2 .1000
s 4  4  121,224 mm
A su  233,24
s  5.h = (5).(90) = 450 mm
s  450 mm
Dipilih nilai yang paling kecil, jadi dipakai s = 120 mm.

Maka luas tulangan :


1 . .D 2 .S 1 . . 6 2 .1000
A sb  4  4  235,619 mm 2  A sb,u .......(OK
s 120
Jadi dipakai :
Tulangan pokok, As = D10 – 65 = 1208,305 mm2
Tulangan bagi, Asb = D6 – 120 = 235,619 mm2
Pertemuan :I
Dosen : MKB 502
Waktu : 2 x 50 menit
Shanti Wahyuni M, S.T., M.Eng. STRUKTUR BETON III Halaman : 14 / 14

Gambar 2.9. Sketsa penulangan pelat

Anda mungkin juga menyukai