Anda di halaman 1dari 14

Perbandingan Efektivitas Penyuluhan Metode Ceramah dan Media

Audiovisual Terhadap Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang 3M Plus


Sebagai Upaya Preventif Demam Berdarah Dengue

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas


pada mata kuliah“Pengembangan Media Komunikasi Kesehatan”.

Dosen Pengampuh :
Nur Arifatus Sholihah, S.KM.,M.Kes.

Disusun Oleh:

Dedy Iswahyudi

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN GRIYA HUSADA SUMBAWA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat rahmat, karunia serta
kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Perbandingan Efektivitas
Penyuluhan Metode Ceramah dan Media Audiovisual terhadap Pengetahuan Ibu Rumah
Tangga tentang 3M Plus sebagai Upaya Preventif Demam Berdarah Dengue ini dengan
sebaik mungkin.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda Nabi terakhir, penutup
para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa
pula saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Arifatus Sholihah, S.KM.,M.Kes. selaku
dosen mata kuliah Pengembangan Media Komunikasi.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami. Semoga dalam makalah ini
para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang
membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Taliwang, 7 April 2020


Penyusun

Dedy Iswahyudi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 4
A. Metode........................................................................................................................................ 4
B. Hasil ............................................................................................................................................. 4
1. Karakteristik Responden ......................................................................................................... 4
2. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Menggunakan Metode Ceramah .................................................................................................... 5
3. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Menggunakan Media Audiovisual................................................................................................... 5
4. Perbandingan Efektivitas Penyuluhan Metode Ceramah dan Penyuluhan Menggunakan
Media Audiovisual........................................................................................................................... 6
C. Pembahasan ................................................................................................................................ 6
BAB III .................................................................................................................................................... 10
PENUTUP ............................................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 10
B. Saran ......................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan


oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD dapat
menyerang bayi, anak-anak, dan orang dewasa dengan gejala berupa demam ringan
sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot, dan persendian,
hingga perdarahan yang muncul 3-14 hari seletah gigitan. Data dari seluruh dunia
menyebutkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD
tiap tahunnya. Sekitar 1,8 milyar atau lebih dari 70% dari populasi berisiko terinfeksi
virus dengue tinggal di region Asia Tenggara dan regio Pasifik Barat, yang
merupakan 75% terjadinya DBD di seluruh dunia.
Penyakit endemik ini pertama kali didata di Asia Tenggara, dan dilaporkan
terjadi pada tahun 1953-1954 di Filipina, sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat
terjadi ke sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
Menurut Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI tahun 2010 mencatat
angka penderita DBD di Indonesia cenderung meningkat terutama 3 provinsi tertinggi
yaitu DKI Jakarta (313,41), Kalimantan Barat (228,3), dan Kalimantan Timur
(173,84).
Banyak faktor yang menyebabkan tingginya jumlah penderita DBD salah
satunya adalah perilaku preventif terhadap DBD. Kurangnya pengetahuan masyarakat
akan DBD dan penyebab DBD mempertinggi jumlah penderita DBD setiap tahunnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Gumilar dengan judul “Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Mengenai Demam Berdarah Dengue
(DBD) Dengan Kejadiannya di Kelurahan Sungai Bangkong Pontianak Tahun 2010”
didapatkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan masyarakat mengenai DBD
dengan kejadian DBD.
Masyarakat perlu menyadari pentingnya upaya preventif agar tidak terjadi
DBD. Pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah dengan memberantas
jentik. Pelaksanaannya di masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan Sarang

1
Nyamuk (PSN) dalam bentuk kegiatan 3M Plus. PSN yang dilakukan dengan cara 3M
Plus. 3M yang dimaksud yaitu: (1) Menguras dan menyikat tempat penampungan air;
(2) Menutup tempat penampungan air; (3) Memanfaatkan atau mendur ulang barang
bekas. Selain itu ditambah (plus) cara lain seperti mengganti vas, memperbaiki
saluran air, menutup lubang-lubang, menaburkan bubuk larvasida, memelihara ikan
pemakan jentik, dan lain-lain.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perilaku preventif berupa 3M
Plus juga menjadi salah satu faktor tingginya jumlah penderita DBD.Perlu
pengetahuan masyarakat mengenai 3MPlus untuk dapat melakukan perilaku preventif
terhadap DBD terutama pada ibu rumah tangga karena ibu rumah tangga berperan
penting dalam menjaga kesehatan keluarga. Kecamatan Pontianak Barat merupakan
kecamatan dengan angka kejadian DBD tertinggi pada tahun 2014 dan tahun 2015.
Angka kejadian DBD di kecamatan Pontianak Barat adalah 93 kasus pada tahun 2014
dan menurun menjadi 19 kasus pada tahun 2015.
Menurut data yang dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahun 2015,
Kelurahan Sungai Jawi Luar merupakan kelurahan di Pontianak Barat dengan Angka
Bebas Jentik (ABJ) 70,14% dengan kejadian DBD 25 kasus pada tahun 2014 dan
menurun menjadi 9 kasus pada tahun 2015. Angka kejadian DBD pada daerah
tersebut harus ditindak lanjuti agar kasus DBD tidak terjadi lagi. Tingginya angka
bebas jentik dan angka penderita DBD pada daerah tersebut mendorong peneliti untuk
mengetahui bagaimana efektivitas upaya preventif pengetahuan 3M Plus dalam upaya
preventif penyakit DBD pada ibu rumah tangga.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah:


1. Adakah ada perbedaan Efektivitas antara Penyuluhan dengan menggunakan
Metode Ceramah dan Media Audiovisual?
2. Seberapa besar perbedaan efektivitas antara Penyuluhan dengan menggunakan
Metode Ceramah dan Media Audiovisual?

C. Tujuan

Adapun Tujuan umum dari penulisan maklah ini adalah:


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Media Komunikasi

2
2. Untuk mengetahui perbandingan Efektivitas Penyuluhan Metode Ceramah dan
Media Audiovisual terhadap Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang 3M Plus
sebagai Upaya Preventif Demam Berdarah Dengue.
3. Untuk mengetahi tingkat pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Menggunakan Metode Ceramah dan Media Audiovisual

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode

Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner yang akan diisi oleh


responden ibu rumah tangga di Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak
Barat. Kuesioner berisi 17 pertanyaan yang telah divalidasi pada penelitian
sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental non-equivalent
contol group design. Penelitian dilakukan di beberapa Gang yang ada di Sungai Jawi
Luar yaitu Gang Sukapinang, Gang Rukam, Gang Srikaya, Gang Jambu Mente, Gang
Gandaria, dan Gang Palawija. pada bulan Agustus – September 2017. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan
Pontianak Barat. Pemilihan sampel dilakukan melalui metode pengambilan sampel
non probabiluty sampling atau purposive sampling. Jumlah sampel yang diambil
adalah 96 orang dari total populasi 4559 Penelitian dilakukan dengan membagikan
kuesioner yang akan diisi oleh responden ibu rumah tangga di Kelurahan Sungai Jawi
Luar Kecamatan Pontianak Barat. Kuesioner berisi 17 pertanyaan yang telah
divalidasi pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode quasi
experimental non-equivalent contol group design. Penelitian dilakukan di beberapa
Gang yang ada di Sungai Jawi Luar yaitu Gang Sukapinang, Gang Rukam, Gang
Srikaya, Gang Jambu Mente, Gang Gandaria, dan Gang Palawija. pada bulan Agustus
– September 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di
Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat. Pemilihan sampel
dilakukan melalui metode pengambilan sampel non probabiluty sampling atau
purposive sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah 96 orang dari total populasi
4559.

B. Hasil

1. Karakteristik Responden

Responden penelitian ini terdiri dari 31 orang (32,29%) responden dengan


pendidikan terakhir Sekolah Dasar(SD)/ sederajat, 29 orang (30,20%) responden

4
dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ sederajat, 34
orang (35,41%) responden dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas
(SMA)/ sederajat, dan 2 orang (2,08%) responden dengan pendidikan terakhir
D3. Kelompok responden dengan rentang usia antara 22 sampai 59 tahun dengan
distribusi responden terbanyak berada pada kelompok usia 25-50 tahun yaitu 76
orang (79,16%). Kelompok responden dengan rentang usia >50 tahun berjumlah
19 orang (19,79%). Kelompok usia responden yang paling sedikit adalah >25
tahun yaitu 1 orang (1,04%).

2. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah


Penyuluhan Menggunakan Metode Ceramah

Terjadi peningkatan pengetahuan responden setelah dilakukan penyuluhan


menggunakan metode ceramah. Sebelum dilakukan penyuluhan, hanya terdapat
10,42% responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai 3M Plus,
sedangkan setelah dilakukan penyuluhan meningkat menjadi 89,58%. Adapun
tingkat pengetahuan responden yang buruk menurun dari 89,58% menjadi
10,42%. Hasil analisis menggunakan uji t berpasangan diperoleh nilai thitung =
13,109. Nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk= adalah 47 yang berarti
thitung > ttabel yaitu 13,109 > 2.01174 dan P = 0,000 (P < 0,005). Hal ini
menunjukkan terdapat perubahan tingkat pengetahuan responden mengenai 3M
Plus.

3. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah


Penyuluhan Menggunakan Media Audiovisual

Terjadi peningkatan pengetahuan responden setelah dilakukan penyuluhan


menggunakan media audiovisual. Sebelum dilakukan penyuluhan, terdapat 12,5%
responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai 3M Plus, sedangkan
setelah dilakukan penyuluhan meningkat menjadi 39,58%. Adapun tingkat
pengetahuan responden yang buruk menurun dari 87,5% menjadi 68,75%. Hasil
analisis menggunakan uji t berpasangan diperoleh nilai thitung = 8,902. Nilai
ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk= adalah 47 yang berarti thitung >
ttabel yaitu 8,902 > 2.01174 dan P = 0,000 (P < 0,005). Hal ini menunjukkan
terdapat perubahan tingkat pengetahuan responden mengenai 3M Plus dan

5
menunjukkan bahwa penyuluhan menggunakan media audiovisual efektif dalam
meningkatkan pengetahuan responden mengenai 3M Plus.

4. Perbandingan Efektivitas Penyuluhan Metode Ceramah dan Penyuluhan


Menggunakan Media Audiovisual

Nilai post-test kedua kelompok responden sama-sama mengalami kenaikan. Nilai


rata-rata post-test kelompok responden menggunakan metode ceramah
mengalami kenaikan menjadi 88,34 dan termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-
rata post-test kelompok responden menggunakan media audiovisual mengalami
kenaikan menjadi 81,35 dan termasuk dalam kategori baik. Rata-rata nilai post-
test responden setelah dilakukan penyuluhan menggunakan metode ceramah lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai posttest responden dengan penyuluhan
menggunakan media audiovisual. Hasil uji t diperoleh thitung metode ceramah >
thitung media audiovisual yaitu 13,109 > 8,902. Hal ini menunjukkan bahwa
penyuluhan mengenai 3M Plus menggunakan metode ceramah lebih efektif
digunakan pada responden ibu rumah tangga dibandingkan dengan penyuluhan
mengenai 3M Plus menggunakan media audiovisual.

C. Pembahasan

Data yang diperoleh setelah dilakukan penyuluhan menggunakan metode


ceramah mengenai 3M Plus terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata post-test
responden setelah dilakukan penyuluhan menggunakan metode ceramah yang
sebelumnya responden yang tingkat pengetahuannya baik hanya berjumlah 5 orang
(10,41%) meningkat menjadi 43 orang (89,58%). Sedangkan responden dengan
tingkat pengetahuan buruk, sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan metode
ceramah berjumlah 43 orang (89,58%) menurun menjadi 5 orang (10,41%).
Hasil analisis menggunakan uji t berpasangan diperoleh nilai thitung = 13,109.
Nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk= adalah 47 yang berarti thitung > t
tabel yaitu 13,109 > 2.01174 dan P = 0,000 (P < 0,005). Hal ini menunjukkan terdapat
perubahan tingkat pengetahuan responden mengenai 3M Plus. Hal ini menunjukkan
bahwa penyuluhan menggunakan metode ceramah efektif dalam meningkatkan
pengetahuan responden mengenai 3M Plus.
Penyuluhan dengan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan
responden tentang 3M Plus sebagai upaya preventif demam berdarah dengue di

6
Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pulungan mengenai peningkatan pengetahuan dan
sikap dokter kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN DBD) di Kecamatan Helvetia yang membuktikan bahwa metode ceramah
berpengaruh dan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap dokter kecil setelah
dilakukan post-test dibandingkan dengan pre-test. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Sumarah, metode ceramah merupakan metode yang baik untuk sasaran
penyuluhan kesehatan yang lebih dari 15 orang. Dalam metode ceramah materi yang
diberikan dapat jelas terurai dan dapat menghubungkan teori dan praktik atau
pengalaman nyata. Dalam metode ceramah, penyuluh juga dapat menekankan bagian
informasi penting sehingga mudah dipahami.
Data yang diperoleh setelah dilakukan penyuluhan menggunakan media
audiovisual mengenai 3M Plus terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata post-
test responden setelah dilakukan penyuluhan menggunakan media ceramah yang
sebelumnya responden yang tingkat pengetahuannya baik hanya berjumlah 6 orang
(12,5%) meningkat menjadi 19 orang (39,58%). Sedangkan responden dengan tingkat
pengetahuan buruk, sebelum dilakukan penyuluhan menggunakan metode ceramah
berjumlah 42 orang (87,5%) menurun menjadi 29 orang (60,41%). Hasil analisis
menggunakan uji t berpasangan diperoleh nilai thitung = 8,902. Nilai ttabel dengan
taraf signifikansi 5% dan dk= adalah 47 yang berarti thitung > ttabel yaitu 8,902 >
2.01174 dan P = 0,000 (P < 0,005). Hal ini menunjukkan terdapat perubahan tingkat
pengetahuan responden mengenai 3M Plus. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan
menggunakan media audiovisual efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden
mengenai 3M Plus. Media audiovisual mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya
dapat menarik perhatian peserta, menghemat waktu dan rekaman dapat diputar
berulang-ulang, keras lemah suara dapat diatur.19 Media audiovisual yang digunakan
dalam penelitian ini adalah video. Video memiliki kemampuan baik karena memiliki
dua jenis media, yaitu media audio yang menggunakan indera penglihatan, dan visual
yang menggunakan indera pendengaran sehingga tampak seperto nyata. Penggunaan
media audiovisual juga dapat meningkatkan minat dan dapat meningkatkan
kemampuan dalam menyimak.
Perbandingan nilai post-test setelah dilakukan metode ceramah dan
penyuluhan menggunakan media audiovisual, bahwa terjadi peningkatan nilai pre-test
ke post-test pada kedua kelompok responden sesudah diberikan penyuluhan dengan

7
nilai thitung >ttabel. Metode ceramah dan media audiovisual baik digunakan dalam
menyampaikan materi mengenai 3M Plus karena samasama dapat meningkatkan
tingkat pengetahuan pada ibu rumah tangga menjadi baik. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh karakteristik responden yaitu rata-rata responden berusia 25-50 tahun, dan
pernah bersekolah. Karena faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
pendidikan, informasi, sosial, budaya, ekonomi, pengalaman, dan usia.20
Namun rata-rata nilai post-test responden penyuluhan menggunakan media
audiovisual lebih rendah yaitu 81,35 dibandingkan nilai rata-rata post-test responden
penyuluhan menggunakan metode ceramah yaitu 88,34. Setelah dilakukan uji t
berpasangan, nilai thitung media audiovisual lebih kecil daripada thitung metode
ceramah. Hal ini dikarenakan saat dilakukan penyuluhan menggunakan media
audiovisual, video yang ditampilkan kurang menarik sehingga responden merasa
bosan saat dan tidak fokus dalam menyimak video yang ditampilkan.
Salah satu kelemahan media audiovisual adalah tidak semua peserta didik atau
peserta penyuluhan mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan.17 Artinya,
mungkin hanya dapat dipahami oleh responden yang mempunyai tingkat penguasaan
kata dan bahasa yang baik.
Kelompok responden penyuluhan menggunakan metode ceramah memiliki
nilai rata-rata post-test dan nilai thitung lebih tinggi. Peserta penyuluhan metode
ceramah lebih antusias dalam mengikuti penyuluhan. Hal ini dikarenakan saat
dilakukan penyuluhan, penyuluh dapat membawakan materi menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti oleh peserta penyuluhan.
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah penyuluh mudah menguasai
responden, dapat diikuti orang banyak, relatif mudah dalam menyiapkan dan
melaksanakannya, teknik ceramah yang baik dapat mendukung tercapainya
penyerapan dan pemahaman materi yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Megasari bahwa metode ceramah merupakan metode yang paling
ekonomis untuk menyampaikan informasi serta paling efektif dalam mengatasi
kekurangan daya paham audiens atau peserta penyuluhan.
Saat penyuluhan penyuluh juga dapat menceritakan contoh-contoh kasus atau
pengalaman terkait informasi materi penyuluhan. Informasi dan pengalaman atau
kasus-kasus yang pernah terjadi merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Selain informasi yang didapat, adanya pengalaman atau kejadian juga dapat sebagai

8
sumber pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.
Penelitian lain yang mendukung penelitian ini yaitu penelitian oleh
Ratnaningrum dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap metode ceramah lebih
efektif dibandingkan dengan media audiovisual.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Terjadi peningkatan pengetahuan dan nilai rata-rata post-test setelah dilakukan


penyuluhan 3M Plus menggunakan metode ceramah dan penyuluhan 3M Plus
menggunakan media audiovisual.
2. Penyuluhan menggunakan metode ceramah lebih efektif digunakan pada ibu rumah
tangga di Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat dalam
meningkatkan pengetahuan tentang 3M Plus dibandingkan penyuluhan
menggunakan media audiovisual.

B. Saran

1. Penyuluhan 3M Plus dengan menggunaan metode ceramah masih perlu digunakan


dan perlu ditingkatkan frekuensinya.
2. Penyuluhan dengan menggunakan audiovisual perlu memperhatikan latar
belakang pendidikan dari sasaran.
3. Penyuluhan dengan audio visual perlu dilakukan berulang-ulang untuk lebih
menambah pemahaman dari sasaran.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. A. Asli Maghfira, Irsan Abror, Putri Eka A. Agustus 2019. Perbandingan Efektivitas
Penyuluhan Metode Ceramah dan Media Audiovisual terhadap Pengetahuan Ibu Rumah
Tangga tentang 3M Plus sebagai Upaya Preventif Demam Berdarah Dengue. (Jurnal
Cerebellum). Volume 5. Nomor 3B. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Program Studi
Kedokteran, FK UNTAN

11

Anda mungkin juga menyukai