Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PERAWATAN MENGGUNAKAN BALUTAN BASAH TERHADAP

PENYEMBUHAN LUKA GANGREN DI PUSKESMAS MULIOREJO


TAHUN 2020

Megawati

Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan


Email: hj.megawati1963@gmail.com

ABSTRACT

Treatment measures in patients with gangrene wounds are used to protect the underlying
tissue and further damage in order to accelerate tissue formation. By: using semipermeable
dressing to prevent dryness and maintain good tissue, not attached, impermeable to bacteria,
able to maintain high humidity at the site of injury while also releasing excessive exudate.
The purpose of this study was to determine the effect of treatment measures using wet
dressing to accelerate the healing of Gangren Wounds in the Muliorejo Health Center. This
type of research is Pre Experimental Design with One Shot Case Study design. The method of
taking samples by means of Accidental Sampling and the results of research that has been
done, the level of wound healing speed in Gangren Wound patients is to use a wet dressing
with a value of 16-20 (fast) of 7 people while with a value of 1-15 (slow) of 3 person. From
the results of a statistical test with a significant P <0.05 using computerized P values
obtained: 0,000 which is smaller and 0.05 and it can be concluded that there is an influence
of the wet dressing on the acceleration of healing of Gangren Wounds in the Muliorejo
Public Health Center. Nursing care and continuing interventions using wet dressing as often
as possible on gangrene wounds.

Keywords: acceleration of healing, gangren wound, nursing care, intervention, wet wrap
treatment

PENDAHULUAN penyembuhan bergantung pada faktor


Penyembuhan luka merupakan jumlah seperti jenis penyembuhan, lokasi dan
jaringan yang hidup, disebut juga sebagai ukuran luka, serta status kesehatan klien,
regenerasi, (pembaruan) jaringan. Proses (Kozier, 2010). Penyembuhan luka
penyembuhan dapat dipertimbangkan melibatkan integrasi proses fisiologis. Sifat
terkait jenis penyembuhan, berkaitan penyambung pada semua luka sama,
dengan keputusan pemberi asuhan dengan variasinya bergantung pada lokasi,
mengenai pilihan apakah membiarkan luka keparahan dan luasnya cedera.
menutup sendiri atau melakukan tindakan Kemampuan sel dan jaringan melakukan
penutupan, dan fase penyembuhan, yang regenerasi atau kembali ke struktur normal
merupakan langkah-langkah proses melalui pertumbuhan sel juga
perbaikan jaringan terjadi secara alami mempengaruhi penyembuhan luka (Potter
dalam tubuh. Setiap luka memiliki fase 2006).
yang sama, namun kecepatan

Jurnal JUMANTIK Vol.5 No.2. Juni – Nopember 2020 203


Luka adalah rusaknya struktur dan maserasi di sekeliling kulit akibat eksudat
fungsi anatomis normal akibat proses luka (Potter, 2006). Sistem Kesehatan
patologis yang berasal dari internal Nasional (SKN) adalah bentuk dan
maupun eksternal dan mengenai organ cara penyelenggaraan pembangunan
tertentu (Lazarus, 1994). Luka gangren, kesehatan yang memadukan berbagai
yaitu luka yang mengalami gagalan dalam upaya bangsa Indonesia dalam satu derap
proses penyembuhan, dapat karena faktor langkah guna menjamin tercapainya tujuan
eksogen dan endogen (Smelzer & Bare, pembangunan kesehatan dalam kerangka
2001). Mekanisme biologis dasar mewujudkan kesejahteraan rakyat
penyembuhan luka gangren adalah: sebagaimana dimaksud dalam Undang-
kontraksi yang akan mengurangi luas luka, Undang Dasar 1945.
dan Epitelisasi. Epitelisasi khususnya Undang-undang Republik Indonesia
penting pada luka tidak dapat berkontraksi no 23 tahun 1992 yang berbunyi; alat
misainya karena ulkus stasis vena. Proses kesehatan adalah instrumen, aparatus,
pembersihan luka terdiri dari memilih mesin, implan yang tidak mengandung
cairan yang tepat untuk membersihkan obat yang digunakan untuk mencegah,
luka dan menggunakan cara-cara mekanik mendiagnosis, menyembuhkan dan
yang tepat untuk memasukkan cairan meringankan penyakit, merawat orang
tersebut tanpa menimbulkan cedera pada sakit serta memulihkan kesehatan pada
jaringan luka. Pertama-tama mencuci luka manusia dan atau untuk membentuk
dengan air yang mengalir, membersihkan struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
dengan sabun yang lembut dan air, serta Dan pasal 63 ayat 4 UU no 36 tahun 2009
dapat memberikan antiseptik yang dibeti di berbunyi, ”Pelaksanaan pengobatan
luar apotik (Potter, 2006). dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
Menggunakan bautan yang tepat perlu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya
disertai pemahaman tentang penyembuhan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
luka, apabila balutan tidak sesuai dengan yang mempunyai keahlian dan
karakteristik luka, maka balutan tersebut kewenangan untuk ltu". Yang mana
dapat menggangu penyembuhan luka berdasarkan pasal ini keperawatan
(Erwin-toth dan Hocevar, 1995; krasner, merupakan salah satu profesi/tenaga
1995; motta 1995). Balutan juga harus kesehatan yang bertugas untuk
dapat menyerap drainase untuk mencegah memberikan pelayanan kepada pasien
terkumpulnya eksudat yang dapat yang membutuhkan.
meningkatkan pertumbuhan bakteri dan

Jurnal JUMANTIK Vol.5 No.2. Juni – Nopember 2020 204


Mengingat masalah penyembuhan luka decubitus (Medikal Record
luka sangat complicated (rumit) maka puskesmas muliorejo kecamatan sunggal
sangatlah diperlukan tehnik yang tepat kab deliserdang Medan).
dalam perawatan luka. Dalam perawatan Tidak optimalnya perawatan luka
luka hal ini sangat penting karena apabila akan berdampak pada terjadinya
tidak tepat dapat mengakibatkan luka sulit komplikasi luka seperti infeksi dan
sembuh dan memungkinkan terjadinya penundaan penyembuhan luka, sehingga
infeksi. Penelitian yang dilakukan WHO luka menjadi lebih lambat yang pada
menunjukkan bahwa sekitar 8,7 % dari 55 akhirnya berdampak waktu dan biaya yang
Rumah Sakit dari 14 Negara yang berasal tidak sedikit (Potter, 2006). Berdasarkan
dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara hasil penelitian Bartholomeus (2011),
dan Pasifik tetap menunjukkan adanya perawatan luka dengan menggunakan
infeksi luka pasca operasi dengan Asia balutan basah lebih cepat memgalami
Tenggara sebanyak 10,0% (Ducel G, penyembuhan luka ini dikarenakan luka
2002). Penelitian di Indonesia dari 10 membutuhkan kelembapan agar dapat
rumah sakit umum pendidikan, infeksi meningkatkan perpindahan sel epitel dan
luka pasca operasi cukup tinggi dengan dapat meningkatkan kenyamanan klien.
rata-rata 9,8 %. Hasil penelitian di RSU Perawatan luka secara benar sebagai upaya
Sleman infeksi luka operasi 3 %, RSU dr. untuk membantu mempercepat proses
sarjito 14,04 %, provinsi lampung 4,3 %, penyembuhan luka perlu dikembangkan.
Jambi 2,8 %, Bengkulu 1 %, DKI Jakarta Pada penelitian ini penulis sebuah kajian
0,8 % dan provinsi nusa tenggara barat 0,5 mengenai "Pengaruh Tindakan Perawatan
%, (Suparno, 2006). Menggunakan Balutan Basah Terhadap
Penelitian menunjukkan bahwa 6,5 - Percepatan Penyembuhan Luka Gangren
9,4 % dari populasi yang dirawat fumah Di Puskesmas Muliorejo.
sakit menderita paling sedikit satu Puskesmas Muliorejo Kecamatan
decubitus pada setiap kali masuk sakit sunggal kabupaten deli serdang belum ada
(David, 1983). Berdasarkan hasil survey di ditemukan tindakan keperawatan balutan
Puskesmas muliorejo kecamatansunggal basah terhadap pencapaian penyembuahan
kab deli serdang Medan pada tanggal 2 luka pada pasen gangren generalisasi
februari 2020 diketahui bahwa tingkat peranan asuhan keperawatan dalam
kasus Luka Gangren dari bulan Januari penyembuhan luka gangren pengaturan.
sampai Desember 2020 sebanyak 37 kasus
diantaranya adalah 18 kasus dan 19 kasus

Jurnal JUMANTIK Vol.5 No.2. Juni – Nopember 2020 205


METODE Tabel 1. Distribusi Frekwensi Responden
Berdasarkan Diagnosa
Secara skematis kerangka konsep
Menggunakan Balutan Basah
pada penelitian ini digambarkan sebagai Pada Luka Gangren di
Puskesmas Muliorejo Medan
berikut:
Variabel Variabel
Independen Dependen

Tindakan Perawatan
luka : Penyembuhan
Dengan menggunakan Luka Luka
balutan basah Gangren Berdasarkan tabel distribusi 1 diatas
diketahui mayoritas responden
Penelitian ini menggunakan Pra berdasarkan diagnosa menggunakan
Eksperimental Design dengan rancangan balutan basah pada Luka Gangren adalah
the one-shot case study, melakukan fx femur terbuka sebanyak 3 orang (30 %),
intervensi/tindakan pada suatu kelompok dengan fx terbuka tibia fibula sebanyak 2
kemudian diobservasi pada variabel orang (20%), dengan ulkus decubitus 3
dependen setelah dilakukan intervensi, orang (30%), dengan skin loss sebanyak 1
(Nursalam, 2011). Populasi dalam orang (10%), dengan post operasi
penelitian ini adalah seluruh pasien yang amputasi sebanyak 1 orang (10%).
ada di Puskesmas Muliorejo Medan
dengan kasus Luka Gangren. Penelitian ini Tabel 2. Distribusi Frekwensi Responden
Menggunakan Balutan Basah
sampel diptlih dengan menggunakan Pada Luka Gangren di
metode Accidental Sampling, yaitu dengan Puskesmas Muliorejo Medan
Tahun 2020
mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat.
HASIL PENELITIAN
Berikut inidisajikan hasil penelitian
Berdasarkan pada tabel diatas
dalam tabel distribusi frekwensi.
responden yang mayoritas perawatan luka
pasien pada luka gangrene adalah 7 orang
(70%), dan minoritas atau lambat
sebanyak 3 orang (30%).

Jurnal JUMANTIK Vol.5 No.2. Juni – Nopember 2020 206


Uji Normalitas Data Tabel 4. Hasil Analisa Pengaruh
Perawatan Luka
Uji normalitas data bertujuan untuk
Menggunakan balutan
menentukan apakah data hasil penelitian Basah Terhadap
Penyembuhan Luka Pada
tersebut terdistribusi normal atau tidak. uji
Pasien Luka Gangren di
yang digunakan untuk menguji normalitas Puskesmas Muliorejo
data dalam penelitian ini adalah Uji
Kolmogrov-Smirnov-Z,
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
(Kolmogrov-Smirnov Z)

Berdasarkan tabel diatas pengaruh


perawatan luka menggunakan balutan
basah terhadap penyembuhan luka pasien
Hasil Uji Kolmogrov Smirnov Z pada luka gangrene di Puskesmas Muliorejo
tabel variabel diatas didapatkan nilai lebih cepat sembuh sebanyak 7 orang
probabilitas (P) penyembuhan luka dengan (70%) dan yang penyembuhannya lambat
menggunakan balutan basah pada pasien sebanyak 3 orang (30%).
luka gangrene adalah sebesar 1.385 (P PEMBAHASAN
value > 0.05) yang berarti variabel Luka adalah rusaknya struktur dan
berdistribusi normal. dengan demikian fungsi anatomis normal akibat proses
dapat disimpulkan bahwa uji T yang patologis yang berasal dari internal dan
digunakan pada analisa bivariat adalah Uji eksternal dan mengenai organ tertentu
One Sample T Test. (Lazarus, 1994). Menurut Kozier (1995),
Analisa Bivariat Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit,
Analisa ini dilakukan untuk mukosa membrane dan tulang atau organ
mengetahui pengaruh perawatan luka tubuh lain. ketika luka timbul, beberapa
menggunakan balutan basah terhadap efek akan muncul : a) Hilangnya seluruh
penyembuhan luka pada pasien luka atau sebagian fungsi organ, b) Respon
gangren di Puskesmas Muliorejo Tahun stres simpatis, c) Perdarahan dan
2020, dengan menggunakan uji One pembekuan darah, d) Kontaminasi bakteri,
Sample T Test. e) Kematian sel.
Proses pembersihan luka terdiri dari
memilih cairan yang tepat untuk
membersihkan luka dan menggunakan

Jurnal JUMANTIK Vol.5 No.2. Juni – Nopember 2020 207


cara-cara mekanik yang tepat untuk diperlukan setiap kali mengganti balutan
memasukkan cairan tersebut tanpa untuk mencegah perlambatan
menimbulkan cedera pada jaringan luka penyembuhan pada luka bersih hanya
(AHCPR, 1994). Menurut pedoman klinis terdapat sedikit eksudat dan bergranulasi
AHCPR, 1994, cairan pembersih yang sehat, pembersihan berulang dapat
dianjurkan adalah cairan salin normal. mengakibatkan trauma pada jaringan halus
Salin normal merupakan cairan fisiologis yang baru terbentuk, mengurangi suhu
dan tidak akan membahayakan jaringan permukaan luka, dan mengangkat eksudat
luka, banyak obat-obatan topical yang dulu yang mempunyai sifat bakterisida
digunakan untuk membersihkan luka, (Morison, 2004).
seperti larutan yodium-povidon, larutan Area luka gangren perlu dilakukan
dakin (larutan natrium hipoklorit), laruan perawatan luka dengan balutan basah lebih
asam asetat, dan hydrogen peroksida baik basah atau lembab dari pada kering
merupakan jenis-jenis larutan yang bersifat untuk penyembuhan luka gangren.
toksit bagi fibroblast, dan oleh karena itu Perawatan luka umumnya dilakukan
tidak boleh digunakan untuk dengan mengganti balutan setiap hari dan
membersihkan luka. membersihkan luka memakai cairan NaCl
Pembersihan luka adalah tindakan 0,9%, diberi metronidazole dibiarkan
yang dilakukan pada luka menggunakan basah/lembab ditutup dengan kain kasa
kapas yang telah dibasahi larutan steril (yang tipis). Perlakuan ini dapat
antiseptic dengan bantuan pinset secara diterapkan sebagai model peranan asuhan
mekanik dioleskan pada permukaan luka keperawatan pada kasus-kasus luka
untuk menghilangkan kotoran/secret pada gangren dengan percepatan pertumbuhan
luka. Kesulitan dari irigasi adalah jaringan. Menurut suzane & Bare (2001),
bagaimana caranya untuk memakai larutan luka dapat diklasifikasikan ke dua cara
pembersih dengan tekanan yang cukup yaitu: dengan mekanisme cedera dan
sehingga dapat meluruhkan debris tanpa tingkat kontaminasi. Luka ganggren, yaitu
merusak jaringan yang ada di bawahnya. luka yang mengalami kegagalan dalam
Juga terdapat kemungkinan merusak proses penyembuhan, dapat karena faktor
jaringan luka karena penanganan yang eksogen dan endogen (Smelzer & Bare,
kasar dengan bola kapas atau kasa 2001).
(Morison, 2004). Luka sangat Antiseptik memerlukan waktu untuk
terkontaminasi oleh bahan asing, krusta kontak dengan bakteri apabila digunakan
atau jaringan nekrotik, pembersihan luka membunuh bakteri atau untuk

Jurnal JUMANTIK Vol.5 No.2. Juni – Nopember 2020 208


menghambat pembelahannya. Bila rekonstruksi dan epitelisasi vaskuler dan
antiseptik digunakan hanya sambil lalu, jaringan ikat. Seringkali hal itu
sebagai larutan pembersih, maka antiseptik memerlukan penutupan luka dengan
tersebut tidak mempunyai kesempatan sebuah balutan, jika ada kulit yang rusak
untuk menjadi efektif. Jika bakteri semata- maka biasanya diperlukan balutan untuk
mata disingkirkan melalui tindakan melindungi jaringan yang berada di
pembersihan fisik, saat pengantian balutan, bawahnya dari kerusakan lebih lanjut dan
maka cairan fjsiologis seharusnya bisa untuk menggantikan sementara beberapa
sama efektifnya dengan agens pembersih fungsi kulit yang utuh (Morison, 2004).
lain, dan tidak mempunyai efek yang tidak Umumnya balutan pertama pada insisi
diinginkan (Morison, 2004). bersih dan kering dibiarkan ditempatnya
Metode debridemen dan pembersihan sampai tepi luka merapat dan luka
luka lainya adalah dengan menggunakana menyembuh (biasanya 24 jam). Semua
kasa basah hingga Kasa kering. Disamping balutan pertama pasca operasi diganti oleh
membersihkan luka, teknik ini juga ahli bedah, balutan berikutnya dalam
menghasilkan suatu lingkungan yang periode pascaoperasj segera biasanya
basah. Bakteri dan fibrin terperangkap diganti oleh perawat (Smeltzer & Bare,
dalam lubang-lubang kasa ketika 2002). Luka Gangren yaitu luka yang
pengeringan terjadi. Teknik ini khususnya mengalami kegagalan dalam proses
bermanfaat dalam mengobati luka yang penyembuhan, dapat karena faktor
dalam karena kain kasa dapat ditempelkan eksogen dan endogen (Smelzer & Bare,
pada lekuk terdalam dari luka, lingkungan 2001). Idealnya balutan harus membuat
yang bawah meningkatkan pertumbuhan luka agar perpindahan sel epitel
jaringan granulasi. Untuk fungsi proteksi meningkat. balutan juga harus dapat
ini dapat digunakan bermacam-macam menyerap drainase untuk mencegah
bahan pembalut luka (Schwartz, 2000). terkumpulnya eksudat yang dapat
Perawatan Luka meningkatkan pertumbuhan bakteri dan
Tujuannya adalah untuk melindungi maserasi di sekeliling kulit akibat eksudat
individu dari kerusakan-kerusakan luka (Erwin – Toth dan Hocevar 1995).
fisiologis lebih lanjut, untuk Hasil penelitian ini didukung oleh
menyingkirkan penyebab actual atau penelitian sebelumnya oleh B. (Rimba
potensial yang memperlambat (2011), mendapatkan hasil dari 10
penyembuhan dan untuk menciptakan responden yang dilakukan perawatan luka
suatu lingkungan lokal optimal untuk dengan balutan terhadap penyembuhan

Jurnal JUMANTIK Vol.5 No.2. Juni – Nopember 2020 209


luka gangrene, dengan tingkat kesembuhan intervensi perawatan luka
sebesar 60%. Pada tahap penyembuka luka menggunakan balutan basah pada
pada luka gangrene lebih banyak dipenuhi pasien luka gangren karena sangat
oleh jaringan granulasi yang memiliki bermanfaat untuk menyembuhkan luka
banyak suplai darah, jika jaringan yang bagi pasien luka gangren.
hilang lebih luas maka jaringan parut 2. Bagi Institusi Khususnya Jurusan
(scar) lebih luas juga terbentuk, kontraksi Keperawatan
luka juga akan terjadi jika sel epitel dan Agar menjadi masukan dalam
jaringan penyambungan tidak menutup. menerapkan pengetahuan dan
sesuai dengan teori Potter 2006). mendalami penelitian selanjutnya
KESIMPULAN tentang pengaruh perawatan luka
Berdasarkan hasil penelitian dan menggunakan balutan basah terhadap
pembahasan maka dapat disimpulkan penyembuhan luka pada pasien luka
sebagai berikut: gangren.
1. Terdapat penyembuhan pada pasien 3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
luka gangrene dengan menggunakan dan Teknologi
balutan basah di Puskesmas penggunaan teknik perawatan luka
Muliorejo. menggunakan balutan basah pada
2. Berdasarkan uji statistic dengan pasien luka gangren dapat
menggunakan One Sample T Test menyembuhkan luka, sehingga dapat
program di dapatkan hasil nilai P digunakan sebagai intervensi
Value <  (0.000 < 0.05) dengan keperawatan mandiri dalam membantu
demikian Ho : ditolak dan Ha : pasien-pasien dengan luka gangren
diterima yang berarti ada pengaruh yang dapat mempercepat
terhadap penyembuhan luka penyembuhan disamping mendapatkan
menggunakan balutan basah pada terapi farmakologis.Dan tidak perlu
pasien luka gangren di Puskesmas dilakukan tindakan oprasi bagi
Muliorejo. penderita gangrene,sesering mungkin
SARAN dilakukan perawatan luka basah.
1. Kepada Pihak Puskesmas Muliorejo 4. Bagi Peneliti selanjutnya
Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli a. Penelitian dilakukan pada sedikit
Serdang. sampel responden pada pasien luka
Agar lebih meningkatkan pelayanan gangren di Puskesmas Muliorejo
keperawatan dan melanjutkan karena keterbatasan waktu dan

Jurnal JUMANTIK Vol.5 No.2. Juni – Nopember 2020 210


jumlah pasien yang ditemui sedikit Poltekkes Depkes RO, 2006. Panduan
dan dianjurkan untuk memperbesar Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
(KTI). Politeknik Kesehatan
jumlah sampel.
Medan.
b. Sebaiknya peenelitian berikutnya
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar
melakukan spesifikasi terhadap Fundamental Keperawatan. edisi 4.
responden luka gangren tertentu volume 2. EGC. Jakarta.
sehingga homogenitas responden Price A.S. 2006. Patofisiologi Konsep
penelitian dapat terjaga. Klinis Proses-Proses Penyakit edisi
6. volume 1. EGC. Jakarta.
5. Kepada Pasien dan keluarga
Rimba B. 2011. Pengaruh Tindakan
Diinformasikan bahwa luka gangren
Perawatan Terhadap
tidak hanya dapat disembuhkan dengan Penyembuhan Luka Pada pasien
obat-obatan tetapi juga disembuhkan Fraktur Terbuka di RB-3 RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2011.
dengan menggunakan teknik
Politekkes Kemenkes Medan.
perawatan luka.
Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip
Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Smetzer S.C dan Brenda G.B, 2001, Buku
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian :
Ajar Keperawatan medical Bedah,
Suatu Pendekatan Praktek, PT.
Edisi 8. EGC. Jakarta.
Rineka Cipta. Jakarta.
Wasis, 2008. Pedoman Riset Praktis Untuk
Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Profesi Perawat, EGC. Jakarta.
Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 7. volume 2. EGC.
Jakarta.
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta
kedokteran. Media Aesculapius.
Jakarta.
Morison. M.J, 2004. Seri Pedoman Praktis
Manajemen Luka, Alih Bahasa
Tyasmono A.F. Cetakan I, EGC.
Jakarta.
Notoatmojo, S, 2006. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Cetakan II.
Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.
Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan
Ilmu Keperawatan, Salemba
medika. Jakarta.

Jurnal JUMANTIK Vol.5 No.2. Juni – Nopember 2020 211

Anda mungkin juga menyukai