Anda di halaman 1dari 11

RMK

“MEMAHAMI CORPORATE GOVERNANCE DAN CORPORATE CONTROL”

Mata Kuliah : Corcoporate Governance


Dosen : Ayu Aryista Dewi, S.E.,M.Acc. Ak.,CA
Kelas : A2

Oleh :

KELOMPOK 3

I Putu Agus Yoga Bhaskara 1807531131


I Putu Bagus Sastra Wirayudha 1807531146
Putu Ayu Ratih Purnama Dewi 1807531241

JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
A. Corporate Governance di Asia dan Dunia ditinjau dari Struktur Pengurus /
Pengelola Perusahaan.

Pada awal dekade 2000-an, dunia dikejutkan oleh tumbangnya perusahaan-


perusahaan raksasa terkemuka di berbagai negara industri maju termasuk Amerika
Serikat, Inggris, Italia, Australia, Singapura, dan Hongkong. Regulator pemerintah
tiap negara dan pakar manajemen memberikan kesimpulan bahwa penyebab utama
tumbangnya perusahaan-perusahaan besar tersebut adalah karena lemahnya penerapan
prinsip-prinsip good corporate governance mereka.

Dua negara yang paling serius menangani imbas skandal perusahaan-


perusahaan publik di dunia itu adalah Inggris dan Amerika Serikat. Hal itu disebabkan
karena pasar modal di kedua negara itu merupakan motor perkembangan ekonomi
mereka. Krisis ekonomi yang melanda Asia Timur pada akhir tahun 1997 telah
memicu terjadinya diskusi tentang pentingnya sistem tata kelola dalam suatu ncgara.
Secara umum ada tiga persoalan utama di Asia yang menycbabkan pelaksanaan good
corporate governance masih begitu lemah. Tiga persoalan ini antara lain:

1. Banyak perusahaan yang masih terbelakang atau belum didisain untuk


memainkan peran penting di pasar.
2. Pasarnya sendiri tidak bekerja secara optimal dan lingkungan bisnisnya tidak
kompetitif.

Sistem hukum yang lemah dan lembaga-lembaga yang menangani dan


menjalankan aturan main itu sendiri maupun keseluruhan penegakan peraturan
administratif masih lemah termasuk didalamnya penegakan peraturan di bursa saham
atau standarisasi laporan akutansi. I stilah Good Corporate Governance (CG) kian
populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi terhormat.
Pertama, CG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan
menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis
global. Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini
muncul karena kcgagalan penerapan Corporate Governance. Pada tahun 1999, kita
melihat negara-negara di Asia Timur yang sama-sama terkena krisis mulai mengalami
pemulihan, kecuali Indonesia. Harus dipahami bahwa kompetisi global bukan
kompetisi antarnegara, melainkan antarkorporat di negara-negara tersebut. Jadi
menang atau kalah, menang atau terpuruk, pulih atau tetap terpuruknya perekonomian
satu negara bergantung pada korporat masing-masing. Pemahaman tersebut membuka
wawasan bahwa korporat kita belum dikclola secara benar. Dalam bahasa khusus,
korporat kita bclum menjalankan governansi. Survey dari Booz-Allen di Asia Timur
pada tahun 1 998 menunjukkan bahwa Indonesia memi liki indeks corporate
governance pal ing rendah dengan skor 2,88 jauh di bawah Singapura (8,93),
Malaysia (7,72) dan Thailand (4,89). Rendahnya kualitas CG korporasi-korporasi di
Indonesia ditengarai menjadi kejatuhan perusahaan-perusahaan tersebut.

Penerapan GCG didukung oleh Organisation for Economic Cooperation and


Development dengan penerbitan prinsip-prinsip GCG yang bertujuan untuk
membantu negara-negara baik negara anggota OECD maupun bukan anggota OECD
untuk menerapkan GCG di negaranya terutama untuk dapat menyediakan pedoman
dan saran-saran bagi bursa saham, investor, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang
memiliki peranan dalam proses pengembangan GCG.

Contoh Good Corporate Govarnance di Asia

1. Good Corporate Governance di Malaysia

Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian Code on


Corporate Governance) ini diterbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan kewajiban
untuk melaksanakan Pedoman ini diatur dalam peraturan tentang pencatatan e fek
di bursa efek tersebut. Pedoman ini diterbitkan pada tahun 2007 dan merupakan
revisi atas pedoman yang diterbitkan sebelumnya.

1.1 Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance

Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bagi perusahaan


bersifat comply and explain. Denagan demikian tidak ada sanksi apabila
perusahaan tidak menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman tersebut. Bagi
perusahaan yang tercatat di bursa efek Malaysia, prinsip-prinsip Good
Corporate Governance dan praktik- praktik terbaik yang telah diterapkan
perusahaan wajib diungkapkan dal am laporan tahunan. Perusahaan juga
wajib mengidentifikasi prinsip dan praktik terbaik yang tidak dilaksanakan
disertai alasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila perusahaan mengadopsi
praktek tata kelola negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.
1.2 Sanksi atas Ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate
Governance

Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply


and explain sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan tidak
menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman Good Corporate Governance.
Namun terdapat kewajiban untuk mengungkapkan pelaksanaan dari Pedoman
tersebut dalam laporan tahunan. Dengan demikian bagi perusahaan yang
tercatat atau akan mencatatkan sahamnya di bursa tidak mengungkapkan
dalam laporan tahunannya terkait dengan pencrapan tata kelola, Bursa
Malaysia dapat mengambil tindakan terhadap perusahaan atau direksi
sebagaimana tercantum dalam Persyaratan Listing di Bursa Malaysia.

2. Good Corporate Governance di Singapura


2.1 Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat
comply and explain. Selanjutnya berdasarkan ketentuan pencatatan efek di
Bursa efek Singapore mengharuskan perusahaan tercatat untuk
mengungkapkan praktik tata kelola mereka dalam laporan tahunan dengan
referensi khusus kepada prinsip- prinsip yang terdapat dalam Pedoman.
Perusahaan juga wajib mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan
pelaksanaannya dari Pedoman tersebut. Perusahaan juga didorong untuk
melakukan konfirmasi positif tentang pemenuhan prinsip-prinsip tata kelola
dan mengungkapkan setiap ketidak patuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut
dalam laporan tahunan perusahaan.

2.2 Sanksi atas ketidakpatuhan

Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan


hanya bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan
yang tidak menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan
dengan rinci alasan untuk tidak menerapkannya.

2.3 Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance

Ruang lingkup Tata Kelola perusahaan sebagai berikut.


1) Board Matters
2) Remuneration Matters
3) Accountability and Audit
4) Communication with Shareholders
5) Disclosure of Corporate Governance Arrangements

3. Good Corporate Governance di China

Pengakuan akan pentingnya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan


memiliki sejarah panjang di Tiongkok. Tata kelola perusahaan pertama di
Tiongkok kode ini diperkenalkan oleh Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC)
pada tahun 200 1, di depan banyak rekan APAC, dan diperbarui lebih lanjut pada
201 1. Pada Agustus 2016 tinjauan kode ini diumumkan oleh Ketua CSRC, dan
reformasi legislatif lainnya juga sedang ditinjau. Karena semakin banyak investor
global mempertimbangkan untuk berinvestasi di ekuitas Cina, pentingnya upaya
ini untuk mengadopsi dan mematuhi standar global tata kelola perusahaan yang
baik hanya dapat terus tumbuh. Laporan kami memeriksa banyak peluang - dan
risiko – yang disajikan oleh praktik tata kelola perusahaan saat ini di Cina,
berdasarkan pada harapan para calon investor ini. Harapan para investor global
mengenai tata kelola perusahaan publik telah dipandu oleh adopsi kode dan
standar tata kelola perusahaan di hampir semua pasar global, dimulai dengan
publikasi di Inggris pada tahun 1992 dari "Aspek Keuangan Tata Kelola
Perusahaan", lebih dikenal sebagai "Laporan Cadbury". Menurut Cadbury, "Peran
pemegang saham dalam tata kelola adalah untuk menunuk direktur dan auditor
dan untuk memuaskan diri mereka sendiri yang sesuai struktur tata kelola sudah
ada, 'dan" Tanggung jawab dewan termasuk menetapkan tujuan strategis
perusahaan, menyediakan kepemimpinan untuk menerapkannya, mengawasi
manajemen bisnis dan melaporkannya kepada pemcgang saham penatalayanan.
Tindakan dewan tunduk pada hukum, peraturan, dan pemegang saham dalam
rapat umum. ''Prinsip-prinsip inti ini telah digunakan untuk menginformasikan
definisi tata kelola perusahaan yang baik sejak saat itu.
4. Good Corporate Governance di Jepang

Konsep inti corporate governance yang diterapkan oleh jepang adalah


company community. Pandangan ini menganggap bahwa para pegawai tidak
dipekerjakan oleh perusahaan tetapi mereka terma suk dalam company
community. Company community itu sendiri terdiri dari manajemen, dewan
direksi, dan para pegawai inti yang membagi identitas mereka sebagai "company
community". Dewan direksi yang dipilih oleh pemegang saham menentukan
semua arah dan kebijakan korporasi dan menunjuk cksekutif perusahaan yang
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan terse but. Pada praktiknya yang
berlaku umum saat ini, corporate board di jepang mewakili kepentingan
perusahaan dan karyawannya secara kolcktif, bukan hanya kepentingan
pemegang saham semata. Hampir semua direktur merupakan senior manajer atau
mantan karyawan perusahaan. Hampir 80% korporasi di jepang tidak mempunyai
anggota dewan direksi dari luar. Jikapun ada, tidak lebih dari 2 orang.

Contoh Corporate Governance di Dunia


5. Good Corporate Governance di Amerika

Reformasi corporate governance pertama kali berawal dari sebuah pidato


Arthur Levitt pada tahun 1998. Levitt memaparkan berbagai permasalahan yang
ada dalam suatu perusahaan pada saat itu, yang mengakibatkan kinerja dan
akuntabilitas perusahaan terhadapt pemegang saham atau stakeholders menjadi
buruk. Reformasi kedua corporate governance kedua terjadi pada tahun 2002
yaitu disahkannya undang-undang yang mengatur keberadaan komite audit dalam
perusahaan di Amerika Serikat.

6. Good Corporate Governance di Inggris

Mulai Mei 1 99 1, upaya perbaikan corporate governance di Inggtis


dilakukan dengan membentuk Cadbury Committee yang bertugas untuk membuat
rekomendasi untuk memperbaiki mekanisme corporate governance bukan hanya
untuk bank saja melainkan juga untuk semua perusahaan-perusahaan di Inggris.
Rekomendasi ini tertuang dalam Cadbury Report.
7. Good Corporate Governance di Australia

Australia adalah salah satu negara yang mempergunakan sistem voluntary


corporate governance. The Australia Stock Exchange Corporate Governance
Council menyatakan bahwa the Principles of Good Corporate Governance and the
Best Practice Recommendation mempergunakan sistem volun tary perusahaan
yang terdaftar di bursa efek Australia tetapi diperbolehkan untuk tidak memenuhi
ketentuan yang diamanatkan oleh kode corporate governance dengan harus
memberikan alasan yang tepat mengapa perusahaan tersebut tidak mematuhinya.
Oleh karena itu, sistem Australia berlandaskan kepada prinsip dasar "if not why
not" maka para pembuat kode Australia memberikan kebebasan kepada
perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di bursa efek Australia untuk
membangun sistem milik mereka sendiri dalam menjalankan bisnis selama
mereka dapat memberikan alasan yang masuk akal mengapa mereka tidak
mematuhi prinsip yang tertuang dalam kode tersebut.

B. Corporate Control Across The World (Pengendalian Perusahaan di Seluruh Dunia)


1. Evolusi Kontrol Setelah Penawaran Umum Perdana
Berle dan Means dalam bukunya pada tahun 1932 menyatakan bahwa perusahaan
yang tumbuh dan berkembang akan mengalami pemisahan kepemilikan dan kontrol,
dimana pemisahan ini menciptakan suatu konflik kepentingan antara manajer dan
pemilik, yaitu para pemegang saham. Initial Public Offering (IPO) atau penawaran
umum perdana merupakan sebuah peristiwa penting dalam kehidupan suatu
perusahaan. Penawaran umum perdana dimulai dari perusahaan memperoleh listing
di bursa saham dan kemudian menawarkan sahamnya kepada masyarakat umum
untuk pertama kalinya. Saham yang ditawarkan dalam IPO terdiri dari dua jenis,
yaitu:
A. Saham Primer
Ini adalah saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan itu sendiri. Hasil dari
penjualan saham primer menjadi miliki perusahaan sebagai peningkatan modal
perusahaan. Ada berbagai alasan mengapa perusahaan ingin meningkatkan modal
keuntungan dari pemegang saham yang ada. Salah satunya adalah dana internal
yang tidak cukup untuk membiayai semua peluang investasi yang tersedia.
B. Saham Sekunder
Ini adalah saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham. Alasan penting
mengapa perusahaan memutuskan untuk menawarkan saham sekunder dalam IPO
adalah memberikan kesempatan bagi pemegang saham untuk menjual sebagian
atau seluruh kepemilikan mereka

Sebagian besar perusahaan cenderung memiliki dua jenis saham di IPO mereka, yaitu
saham dasar dan menengah. Namun, yang lebih penting, baik penjualan saham
primer dan penjualan saham sekunder adalah mencairkan kepemilikan pemegang
saham yang ada. Misalkan sebuah perusahaan memiliki 100 saham yang beredar
sebelum IPO dan seluruh saham ini dipegang oleh pendiri, yaitu 100% dari ekuitas
sebelum IPO. Kemudian perusahaan memutuskan untuk memiliki IPO yang terdiri
dari penjualan 20 saham primer serta penjualan 10 saham sekunder yang dipegang
oleh pendiri. Sebagai hasil dari IPO, holding pendiri kini menurun menjadi 90 dan
perusahaan sekarang memiliki 120 saham beredar, artinya saham pendiri telah
menurun dari 100% menjadi 75% (90/120).

2. Pengendalian Perusahaan di Eropa Barat dan USA


Studi pertama yang rinci tentang Corporate Controll di seluruh Eropa Barat
dilakukan oleh European Corporate Governance Network (ECGTN), pendahulu dari
Eropa Corporate Governance Institute (ECGI). Penelitian ini awalnya ditugaskan
oleh Direktorat Jenderal Industri Komisi Eropa. Hasil dari studi ini diterbitkan dalam
sebuah buku yang ditulis oleh Fabrizio Barca dan Marco Becht. Penelitian ECGI
berfokus pada kontrol tertinggi. Seperti yang didefinisikan sebelumnya, kontrol
mengacu pada kepemilikan hak kontrol yaitu hak suara untuk ikut serta dalam
menentukan kebijakan penting perusahaan. Pada umumnya penting untuk
mempertimbangkan pemegang saham yang memiliki kontrol penuh atas korporasi.
Ada dua jenis hak kontrol, yaitu:
A. Hak Kontrol Langsung
Persentase saham yang dimiliki pemegang saham pengendali atas nama dirinya
pada suatu perusahaan.
B. Hak Kontrol Tidak Langsung
Penjumlahan atau hasil kontrol minimum dalam setiap rantai kepemilikan,
dengan kata lain hak kontrol ini adalah penjumlahan hubungan paling lemah
dalam setiap rantai kepemilikan.
Dalam hal tingkat kontrol, di Benua Eropa Barat :
A. Di sebagian besar perusahaan mayoritas suara dipegang oleh satu pemegang
saham atau sekelompok pemegang saham.
B. Sebagian besar perusahaan memiliki pemegang saham dengan pemegang saham
minoritas yang memblokir.
C. Terdapat potensi konflik kepentingan antara pemegang saham minoritas dan
pemegang saham besar
Sebaliknya, di Inggris dan AS :
A. Sebagian besar perusahaan dipegang secara luas.
B. Koalisi tiga pemegang saham terbesar memberikan suara kurang dari 30%.
C. Terdapat potensi konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen,
yaitu perusahaan-perusahaan Inggris dan AS cenderung menderita masalah
klasik-agen utama.
Dalam hal sifat kontrol:
A. Industri dan perusahaan induk adalah jenis pemegang saham paling penting di
sebagian besar Eropa Barat Kontinental.
B. Pemegang saham Institutional adalah tipe pemegang saham utama di Inggris
dan juga Belanda.
C. Kontrol keluarga penting di Benua Eropa Barat.
D. Kontrol oleh manajemen penting di Inggris.

3. Kontrol Perusahaan di Asia


Beberapa negara memiliki kekhasan dalam hal kontrol perusahaan mereka. Sebagai
contoh :
A. Di Jepang, beberapa perusahaan membentuk bagian dari apa yang disebut
keiretsus. Keiretsu adalah grup perusahaan industri yang memiliki ikatan dekat
dengan satu bank yang bertindak sebagai pemberi pinjaman utama kepada grup.
Bank juga memiliki kepemilikan di perusahaan grup dan biasanya ada
kepemilikan silang antara perusahaan grup. Sebuah holding-holding terdiri dari
perusahaan A yang memegang saham di perusahaan B dan sebaliknya. Keiretsus
berasal dari zaibatsus periode pra-Perang Dunia II. Zaibatsus adalah kelompok
perusahaan industri atau konglomerat yang dikendalikan oleh keluarga melalui
perusahaan induk di bagian atas kelompok dan dengan bank sebagai salah satu
perusahaan kelompok yang menyediakan pembiayaan. Contoh keiretsu yang
dimulai sebagai zaibatsu adalah grup perusahaan Mitsubishi yang terdiri dari
sekitar 300 perusahaan dengan inti 28 perusahaan. Kelompok ini termasuk bank,
Bank of Tokyo-Mitsubishi.
B. Lanskap industri Korea didominasi oleh chaebol yang kuat. Chaebol adalah
sekelompok perusahaan industri yang dikendalikan oleh keluarga. Contoh
konglomerat terkenal termasuk Hyundai, LG dan Samsung.
C. Ferdinand Gul, Jeong-Bon Kim dan Annie Qiu (2010) mempelajari kontrol
perusahaan-perusahaan Cina. Selama tahun 1980-an, Cina memulai serangkaian
reformasi ekonomi yang memberi para manajer perusahaan milik negara lebih
banyak kekuasaan dan pengambilan keputusan yang terdesentralisasi dari
pemerintah ke tingkat perusahaan). Pada tahun 1990 pemerintah Cina
mendirikan bursa saham Shenzen dan pada tahun 1991 bursa saham Shanghai
mulai beroperasi. Sejak saat itu BUMN diperbolehkan untuk menerbitkan
saham kepada investor individu, secara efektif memulai privatisasi parsial
mereka. BUMN China cenderung memiliki kontrol yang kompleks dan struktur
kepemilikan. Mereka cenderung memiliki lima jenis pemegang saham utama:
pemerintah pusat, badan hukum (yaitu lembaga dan pendiri), karyawan, investor
domestik yang memegang saham A dan investor asing yang memegang saham
B dan H. Saham H diterbitkan di Bursa Efek Hong Kong yang memiliki regulasi
lebih ketat dari pada bursa saham Shenzen dan Shanghai.
D. Rajesh Chakrabarti, William Megginson, dan Pradeep Yadav mempelajari
kontrol perusahaan terhadap 500 perusahaan India terbesar yang terdaftar di
Bursa Saham Bombay. Di India, merupakan praktik umum untuk membedakan
apa yang disebut promotor dan bukan promotor. Promotor cenderung menjadi
pendiri atau orang dalam. Chakrabarti et al. melaporkan bahwa sekitar 60% dari
500 perusahaan terbesar adalah bagian dari konglomerat atau yang disebut
kelompok bisnis. Perusahaan-perusahaan India dicirikan oleh kepemilikan dan
kontrol terkonsentrasi. Struktur kepemilikan cenderung kompleks dan buram
dengan sering menggunakan piramida kepemilikan dan crossholdings. Kontrol
sering dilakukan secara tidak langsung melalui lapisan perantara dari
perusahaan dan kepercayaan yang tidak terdaftar.
4. Kontrol Perusahaan Dalam Ekonomi Transisi
Mantan negara-negara Komunis di Eropa Timur mulai bergerak ke ekonomi pasar
pada awal 1990-an dengan membuka bursa saham dan memulai program privatisasi
yang ambisius. Namun, bahkan sekarang, mendapatkan data yang akurat tentang
kontrol dan kepemilikan untuk Eropa Timur bisa sangat menantang. Anete Pajuste
mengulas pola kontrol dalam ekonomi Eropa Timur dari Republik Ceko, Estonia,
Hongaria, Latvia, Lithuania, Polandia, Rumania, Slovakia dan Slovenia.

Anda mungkin juga menyukai