Anda di halaman 1dari 4

4.g.

Tanggung Jawab sebagai Karakter

Karakter merupakan nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma


agama, kebudayaan, hukum atau konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Jika dikaitkan dengan
pendidikan, pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik
mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai
insan kamil. Dalam rumusan lain dapat didefinisikan bahwa pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai perilaku atau karakter kepada warga belajar yang meliputi
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik
terhadap Tuhan Yang Mahaesa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi insan kamil. Definisi tersebut mengamanatkan bahwa dengan segala
perbedaan bangsa Indonesia, pendidikan di Indonesia bertujuan menjadikan warga belajar
memiliki empat karakter pokok: manusia beragama, manusia sebagai pribadi, manusia sosial,
dan manusia sebagai warga bangsa.(Najmina, 2018)

Kemendiknas (2010: 9-10) mengemukakan bahwa nilai dan pendidikan budaya dan karakter
bangsa terdiri dari:

(a) Religius; (b). Jujur; (c). Toleransi; (d). Disiplin; (e). Kerja keras; (f). Kreatif; (g).
Mandiri; (h). Demokratis; (i). Rasa ingin tahu; (j). Semangat kebangsaan; (k). Cinta
tanah air; (l). Menghargai prestasi; (m). Bersahabat/komunikatif; (n). Cinta damai;
(o). Gemar membaca; (p). Peduli lingkungan; (q). Peduli sosial; (r). Tanggung jawab.

Dari uraian di atas, dapat dimaknai bahwa tanggung jawab merupakan bagian dari
salah satu pendidikan nilai dan karakter yang perlu dikembangkan agar menjadi warga negara
yang baik. Oleh karena itu diharapkan pendidikan formal, informal, dan nonformal harus
benar-benar dalam mendidik anak didiknya sehingga menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.(Rohani, 2015)

Karakter keindonesiaan melalui penanaman nilai kebangsaan dapat dilakukan dengan


penanaman sikap kepada peserta didik dalam bentuk penanaman kesadaran nasional. Sebagai
bangsa yang memiliki sejarah panjang, bentukbentuk kesadaran nasionalis Indonesia berupa:
kesadaran kebanggaan sebagai bangsa, kemandiriaan dan keberanian sebagai bangsa,
kesadaran kehormatan sebagai bangsa, kesadaran melawan penjajahan, kesadaran berkorban
demi bangsa, kesadaran nasionalisme bangsa lain, dan kesadaran kedaerahan menuju
kebangsaan. Sejalan dengan konsep karakter keindonesiaan di atas, pendidikan multikultural
diharapkan dapat mempersiapkan anak didik secara aktfi sebagai warga negara yang secara
etnik, kultural, dan agama beragam, menjadi manusia-manusia yang menghargai perbedaan,
bangga terhadap diri sendiri, lingkungan, dan realitas yang majemuk.(Najmina, 2018)

Pendidikan multikultural juga memiliki kaitan yang signifikan dalam perkembangan


dunia global. Keragaman bangsa-bangsa di dunia menuntut warga dunia mengenal perbedaan
agama, kepercayaan, ideologi, etnik, ras, warna kulit, gender, seks, kebudayaan, dan
kepentingan. Strategi pendidikan multikultural selanjutnya perlu dijabarkan dalam implikasi
di sekolah. Dari para ahli maka pendidikan multikultural dapat diimplikasikan dalam dunia
pendidikan sebagai berikut: 1) Membangun paradigma keberagamaan inklusif di lingkungan
sekolah; 2) Menghargai keragaman bahasa di sekolah; 3) Membangun sikap sensitif gender di
sekolah; 4) Membangun pemahaman kritis dan empati terhadap ketidakadilan serta perbedaan
sosial; 5) Membangun sikap antideskriminasi etnis; 6) Menghargai perbedaan kemampuan.;
7) Menghargai perbedaan umur.(Najmina, 2018)

Pendekatan multikulturalisme erat dengan nilai-nilai dan pembiasaan sehingga perlu


wawasan dan pemahaman yang mendalam untuk diterapkan dalam pembelajaran, tauladan,
maupun perilaku harian yang mampu mengembangkan kepekaan rasa, apresiasi positif, dan
daya kreatif.(Najmina, 2018)

4.h.

Tanggung Jawab Warga Negara dalam Memecahkan Masalah Sosial

Tanggung jawab (responsibility) menyangkut hubungan manusia dengan sang pencipta,


manusia dengan lingkungan ataupun hubungan manusia dengan manusia. Dalam hubungan
tersebut terdapat pemenuhan hak dan kewajiban. Pemenuhan kewajiban, terbagi menjadi dua hal
yaitu pemenuhan kewajiban secara wajar atau sesuai dengan norma kehidupan, hal ini disebut
“tanggung jawab positif” bersifat sempurna. Ada lagi pemenuhan kewajiban tidak wajar atau
tidak sesuai denga norma kehidupan, hal ini disebut “tanggung jawab negatif” yang bersifat tidak
sempurna (incomplete responsibility). Tanggun jawab negatif, lazim disebut “tidak bertanggung
jawab” (unresponsibility). Pemenuhan kewajiban yang tidak sesuai dengan norma kehidupan
disebut tidak bertanggung jawab.(Rohani, 2013)
Warga negara yang bertanggung jawab menurut Wahab (2011: 1) yaitu warga negara
yang memiliki pengetahuan dan berbagai keterampilan untuk dapat memahami dan memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapinya dengan keputusan-keputusan yang cepat dan tepat baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Melalui pendidikan diharapkan dapat membentuk sikap
warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab.(Rohani, 2013)

Berdasarkan hasil temuan peneliti mengenai langkah-langkah yang dilakukan oleh


community civics untuk melakukan pembinaan tanggung jawab terungkap bahwa secara
sederhana pembinaan sudah dilakukan dengan baik. Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk
menumbuhkan rasa tanggung jawab warga negara yang dipandang efektif untuk menumbuhkan
tanggung jawab warga masyarakat seperti yaitu: pertama, dilakukannya sosialisasi-sosialisasi
tentang prilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan secara terus menerus. Kedua, diadakannya
serangkaian pelatihan bagi kader lingkungan. Ketiga, kader lingkungan ini melakukan diskusi
bersama masyarakat mengenai dampak buruk dari lingkungan yang tercemar bagi kesehatan.
Keempat, para kader lingkungan melakukan transect walk bersama masyarakat berkeliling di
lingkungan sekitar, khususnya ke sumber-sumber air, untuk melihat sejauh mana air
terkontaminasi dengan sampah, kotoran ternak, serta kotoran manusia. Kelima, kader
menunjukkan alur kontaminasi melalui praktek sederhana bagaimana sampah, kotoran ternak,
kotoran manusia dapat masuk ke dalam mulut melalui sumber air yang tercemar, dan dilanjutkan
dengan pemetaan kondisi lingkungan yang sudah tercemar di tempat mereka tinggal. Dan yang
keenam, para kader lingkungan melakukan praktek pengolahan sampah organik skala rumah
tangga dengan metode takakura, dan praktek keterampilan daur ulang sampah non organik.
(Rohani, 2013)

Sumber

Najmina, N. (2018). Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter Bangsa


Indonesia. Jupiis: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10(1), 52.
https://doi.org/10.24114/jupiis.v10i1.8389

Rohani. (2013). PEMBINAAN TANGGUNG JAWAB WARGA NEGARA DALAM


MEMECAHKAN MASALAH-MASALAH SOSIAL MELALUIPENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN KEMASYARAKATAN ( COMMUNITY CIVICS ). 11(2), 217–
228.

Rohani. (2015). Urgensi Pembinaan Tanggung Jawab Warga. Sosial Horizona: Jurnal
Pendidikan Sosial, 2(2), 221–234.

Anda mungkin juga menyukai