Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


KELAS REGULER & NON REGULER
SEMESTER V/ TAHUN 2020
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Catatan:
1. UTS ini di TULIS TANGAN untuk masing-masing jawabannya
2. Di Kumpulkan melalui link One Drive yang akan di berikan
3. Batas Waktu Pengumpulan: Hari/Tanggal, Rabu, 11 November 2020

Soal Kasus:
“PEMBOROSAN WAKTU: KESENJANGAN DIGITAL BARU”
Pada masa awal computer pribadi (personal computer-PC) dan internet, beberapa analis
teknologi dan sosiologi mengkhawatirkan tentang “kesenjangan digital”, dimana orang yang
lebih kaya dan berpendidikan jauh lebih diuntungkan dengan kehadiran teknologi-teknologi
baru, ketimbang masyarakat dari kelompok yang kurang beruntung. Kesenjangan diantara
“orang mampu” dan “orang tidak mampu” semakin menurun, seiring dengan menurunnya
harga akses internet, PC, dan smartphone. Bagaimanapun, pengembangan pola penggunaan
teknologi diantara kelas sosial yang berbeda menunjukkan adanya kesenjangan baru:
penggunaan teknologi pada kalangan masyarakat menengah ke bawah dan berpendidikan
rendah cenderung memperkuat, ketimbang menghilangkan kesenjangan sosial dan ekonomi.
Perkembangan teknologi telah memungkinkan pengguna komputer dan smartphone
untuk mengakses media sepanjang hari, setiap hari. Jumlah waktu yang dihabiskan anak-anak
muda dalam mengakses media hiburan telah meningkat secara dramatis, namun peningkatan
terbesar berasal dari kalangan muda minoritas. Studi yang di lakukan Kaiser Foundation tahun
2010 menemukan bahwa anak berusia 8 hingga 18 tahun menghabiskan waktu rata-rata 7 jam
38 menit perhari untuk media hiburan. Kebanyakan waktu tersebut dihabiskan dengan cara
multitasking (melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu), yang memungkinkan
pengguna untuk memanfaatkan waktu 3,5 jam untuk konten media dari total 7,5 jam waktu
yang dihabiskan. Gambaran ini mewakili peningkatan sebesar 1 jam 17 menit untuk waktu yang
dihabiskan pada media hiburang per hari dan 2 jam untuk total konten media yang dikonsumsi.
Peningkatan dalam konsumsi media ini telah didorong oleh penyebaran dan
peningkatan fungsi telepon seluler dan smartphone. Dalam 5 tahun belakangan ini, ponsel dan
iPod telah ada dimana-mana, 66 persen anak berusia 8 hingga 18 tahun saat ini telah memiliki
ponsel, dan 76 persennya memiliki pemutar music MP3. Pada saat yang bersamaan, ponsel
telah menjadi perangkat utama dalam mengakses multimedia. Faktanya, saat ini sebagian besar
anak muda lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengakses meida pada ponselnya,
ketimbang menggunakannya untuk menelpon.
Seiring dengan penyebaran akses terhadap perangkat ini, anak-anak dari keluarga
miskin menghabiskan waktu jauh lebih banyak, ketimbang anak-anak dari kalangan berada
dalam penggunaan komputer, ponsel, dan televise untuk mengakses media hiburan serta
jejaring sosial, seperti Facebook. Perhatian terhadap “kesenjangan digital” sekarang telah
bergeser-bimbingan orang tua dan pengawasan dalam penggunaan teknologi lebih penting,
ketimbang akses kepada teknologi itu sendiri. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kaiser
Foundation sebagian besar anak muda tidak memiliki aturan dan batasan mengenai seberapa
besar waktu yang mereka habiskan menggunakan perangkat elektronis mereka. Bagaimanapun,
anak-anak yang diatur orang tuanya dalam penggunaan teknologi memiliki waktu yang jauh
lebih sedikit dalam mengakses media hiburan setiap harinya.
Anak-anak kaum minoritas (kulit hitam-Negro dna Hispanik) jauh lebih banyak
menghabiskan waktu dengan media mereka, ketimbang anak-anak kulit putih. Anak-anak Negro
dan Hispanik menghabiskan 13 jam untuk media per hari, bandingkan dengan anak-anak kulit
putih yang menghabiskan 8 jam 36 menit. Perbedaan utama timbul dari kegemaran menonton
acara televisi. Kesenjangan ras dalam penggunaan media, serta kegemaran menonton acara
tayangan televise meningkat drastic dari tahun 2005-2010. Pada saat itu, kesenjangan berada di
angka 2 jam 12 menit, namun saat ini menjadi 4 jam 23 menit. Segala bentuk konsumsi media
juga telah meningkat, kecuali film dan media cetak. Musik, TV, komputer, permainan video,
serta jejaring sosial telah meningkat dengan jelas diseluruh kelompok sosial dan ekonomi,
namun yang paling kentara terdapat pada kalangan anak muda kaum minoritas.
Sebagai respons terhadap gejala ini, Komisi Komunikasi Federal (Federal
Communications Commision-FCC) telah meluncurkan upaya untuk menginstruksikan orang tua,
para siswa, dan calon karyawan untuk menggunakan teknologi secara produktif, serta
pengawasan dari orang tua terhadap penggunaan teknologi oleh anaknya. Selain itu, FCC
berencana mengirimkan materi pelatihan dan pemahaman digital kepada organisasi seperti
Boys and Girls Club, The League of United Latin American Citizens, serta National Association
for Advancement of Colored People. Upaya ini, harus dibarengi dengan upaya dari pihak orang
tua dan negara guna memberikan orang tua dan para siswa kemampuan untuk menggunakan
teknologi secara bertanggung jawab. FCC juga masih akan melanjutkan upayanya untuk
meningkatkan ketersediaan perangkat komputer bagi seluruh warga Amerika. Kesenjangan
antara orang kulit putih dengan kaum minoritas dalam hal kepemilikan teknologi masih sangat
lebar. Enam puluh lima persen warga Amerika memiliki akses internet broadband, namun
hanya sebagian kecil dari Hispanik dan Amerika-Afrika.
Studi yang dilakukan oleh Kaiser tidak mengulas tentang penyebab dan pengaruh
konsumsi media secara berlebihan terhadap kinerja akademis seseorang, namun ada
perbedaan yang signifikan antara pecandu berat media dengan pengguna media yang biasa
saja. Pecandu berat media menghabiskan lebih dari 16 jam per hari untuk mengakses media,
melakukan pekerjaan secara multitasking, sementara pengguna yang biasa sja hanya
menghabiskan kurang dari 3 jam per hari untuk mengakses media.
Tida hanya sulit bagi orang tua untuk mengawasi dan mengendalikan pola pemakaian
teknologi oleh anak-anaknya, tetapi riset juga membuktikan mengubah cara berpikir kita secara
fundamental. Beberapa studi membuktikan teknologi digital telah merusak kemampuan kita
dalam berpikir dan berkonsentrasi secara jernih. Internet, smartphone, dan teknologi modern
lainnya dilengkapi dengan kemampuan multitasking, serta melibatkan rangkaian interupsi dan
update informasi terkini secara berkala. Faktor-faktor ini disertai dengan penekanan pada
kemampuan memproses data secara visual, ketimbang menyimpan informasi dan berpikir
secara kritis memengruhi pola pikir kognitif kita. Selingan yang melekat di dalam dunia maya
yang dating terus-menerus menghambat jalan logika kita dalam memahami suatu topik.
Sebaliknya perusahaan media cetak tradisional, lebih mudah dalam berbaur dan berkonsentrasi
dengan sempurna.
Studi yang diadakan diStandford menemukan bahwa orang-orang yang bekerja secara
multitasking lebih sulit berkonsentrasi dan kurang produktif, ketimbang orang yang melakukan
pekerjaan secara normal. Para ilmuwan menyimpulkan internet, smartphone, televise, video
games, serta media lainnya menyediakan selingan, membentuk ulang oatk kita secara
signifikan. Studi lainnya menunjukkan, para penonton televise menyimpan lebih banyak
informasi tentang pertunjukkan tanpa pesan di bawah siaran, ketimbang pertunjukkan dengan
tulisan pesan dibawahnya. Dan banyak perusahaan melaporkan bahwa upaya mereka dalam
mendorong sosialisasi dikalangan karyawan justru menjadi celah baru dalam pemborosan
waktu ditempat kerja, ketimbang meningkatkan efisiensi. Hanya sedikit orang yang
berpendapat kemajuan di berbagai bidang teknologi telah menjadi suatu yang buruk, akan
tetapi pemerintah federal dan negara bagian, orang tua, dan anak-anak perlu lebih waspada,
ketimbang sebelumnya terhadap risiko terlalu banyak berhubungan dengna teknologi.

PERTANYAAN STUDI KASUS:


1. Bagaimana teknologi informasi memengaruhi kesenjangan sosial dan ekonomi ?
Jelaskan jawaban Anda.
2. Mengapa akses terhadap teknologi tidak cukup untuk menghilangkan kesenjangan
digital ?
3. Seberapa pentingkah masalah “kesenjangan digital baru” ? Jelaskan jawabab Anda.
4. Mengapa masalah kesenjangan digital menimbulkan dilemma etika ?

Anda mungkin juga menyukai