Anda di halaman 1dari 5

2.

3 Pemanfaatan dan Pelestarian Biodiversitas di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya di bidang

biodiversitas, baik di daratan maupun lautan. Indonesia sendiri termasuk ke dalam

17 negara mega biodiversitas selain Amerika Serikat, Afrika Selatan, Australia,

Brasil, Cina, Ekuador, Filipina, India, Kolombia, Kongo, Madagaskar, Mlaysia,

Meksiko, Papua Nugini, Peru dan Venezuela (CI 1997; Mittermeier et al., 2005).

Konsep negara mega biodiversitas terdiri atas 4 premis, yaitu:

(1) Keanekaragaman setiap negara sangat penting bagi kelangsungan hidup

negara itu dan harus menjadi komponen dasar setiap strategi pembangunan

nasional atau regional,

(2) Keanekaragaman hayati tidak merata di bumi, dan beberapa negara,

terutama di daerah tropis, memiliki konsentrasi biodiversitas yang lebih

besar dibandingkan negara-negara lain,

(3) Beberapa negra yang paling kaya spesies dan keanekaragaman hayti juga

memiliki ekosistem yang berada di bawah ancaman paling parah,

(4) Untuk mencapai dampak maksimum dari sumber daya yang terbatas ini,

upada konservasi harus dikonsentrasikan (namun tidak eksklusif) di

negara-negara terkaya dalam keanekaragaman andendemisme namun

paling parah terancam.

Hotspot biodiversitas merupakan skema andalan (flagship) konservasi

yang digunakan untuk meningkatkan kesadaaran dan penggalangan dana untuk

wilayah di dunia dengan jumlah spesies endemik yang lebih banyak dan dengan

ancaman kepunahan yang lebih. Menurut FAO (2013), biodiversitas memiliki

banyak manfaat seperti,

(1) Jasa ekosistem, seperti air minum yang bersih, pembentukan dan

perlindungan tanahh, penyimpanan dan daur hara, mengurangi dan


menyerap polusi, berkontribusi dalam stabilitas iklim, pemeliharaan

ekosistem dan penyerbukan tanaman.

(2) Sumber daya hayati, seperti makanan, obat-obatan, bahan baku industri,

tanaman hias, stok untuk pemuliaan dan penyimpanan populasi.

(3) Manfaat sosial, seperti pendidikan, rekreasi dan penelitian, serta budaya

biodiversitas sendiri telah memberikan berbagai bahan pangan untuk

kehidupan umat manusia namun keberlanjutannya terancam.

Indonesia sendiri memiliki beragam sumber genetic yang berpotensi

sebagai bahan pangan. Beberapa jenis sumber pangan yang berasal dari ternak

local Indonesia adalah sapi bali (banteng), ayam kampung dan beberapa jenis

unggas lainnya. Peningkatan populasi manusia mengakibatkan konsumsi menjadi

naik dan menjadi penyebab hilangnya habitat bagi keanekaragaman hayati.

Berdasarkan penelitian yang disebutkn (Sutarno dan Setyawan, 2015) kerusakan

alam dan hilangnya habitat telah menyebabkan puluhan ribu spesies terancam

mengalami kepunahan, Indonesia menduduki posisi ke-5 dari 20 negara yang

jenis-jenis alamiahnya terancam. Eksploitasi berlebihan, kerusakan habitat,

perubahan iklim akibat pemanasan global, pencemaran lingkungan,

ketidaksengajaan/kecelakaan dan pendatangan spesies asing dapat menjadi

penyebab utama hilangnya biodiversitas (WWF, 2012). Berikut adalah strategi

pengelolaan keanekaragaman hayati menurut Mahipal (2018),

(1) Kawasan konservasi yang ada harus dipertahankaan dan dijaga agar fungsi

ekologi dan biodiversitas yang ada di dalamnya tetap terjaga dan

memberikan manfaat yang signifikan.

(2) Pemerintah harus memperjelas dan menyempurnakan berbagai hukum dan

perundang-undangan, peraturan-peraturan dan berbagai ketentuan


pelaksanaan lainnya termasuk pembagian tugas antar instansi yang terkait

dalam upaya pengelolaan keanekaragaman hayati.

(3) Setiap stakeholders terkait diwajibkan untuk membut prosedur standar

pemeriksaan arus keluar dan masuk spesies tumbuhn dan satwa liar dari

dan ke wilayah kerja dan diwajibkan untuk membuat rambu-rambu

pengelolaan sesuai dengan peruntukannya.

(4) Setiap stakeholders terkait diwajibkan untuk meperhatikan beberapa

spesies hewan yang dianggap perlu untuk dilindungi ruaya, habitat dan

perkembangbiakannya.

(5) Setiap stakeholders terkait diwajibkan untuk menerapkan baku mutu

lingkungan hidup berdasarkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup

dan diwajibkan untuk menerapkan kajian instrumen ekonomi lingkungan

hidup.

2.4 Usaha Konservasi Bioversitas di Indonesia

Upaya perlindungan terhadap sumberdaya genetik telah dilakukan

pemerintah Indonesia, salah satunya adalah dengan membuat kawasan konservasi

dalam berbagai bentuk seperti taman nasional dan suaka margasatwa darat dan

laut. Selain dapat melindungi sumber daya genetik, kawasan konservasi juga

dapat menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan sumber daya

dengan meningkatkan kualitas nilai dan keanekragamannya. Peta ekologi wilayah

Indonesia juga dapat dilakukan sebagai upaya untuk melindungi keanekaragaman

hayati. Berikut adalah usaha konservasi Biodiversitas di Indonesia yang diambil

dari UU RI Nomor 11 Tahun 2013 mengenai Protokol Nagoya Tentang Akses

pada Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbang

yang Timbul dari Pemanfaatannya Atas Konvensi Keanekaragaman Hayati.


Undang-undang ini membahas tentang Protokol Nagoya yang merupakan

perjanjian Internasional di bidang lingkungan hidup dalam kerangka Konvensi

Keanekaragaman Hayati yang mengatur akses terhadap sumberdaya genetik dan

pembagian keuntungan yang adil antara penyedia dan pemanfaat sumber daya

genetik berdasarkan persetujuan untuk mencegah pencurian keanekaragaman

hayati (biopiracy). Manfaat yang Indonesia peroleh dari pengesahan Protokol

Nagoya ini adalah;

 Melidungi dan melestarikan sumber daya genetik dan pengetahuan

tradisional yang berkaitan dengan sumber daya genetic.

 Mencegah pencurian dan pemanfaatan tidak sah terhadap keanekaragaman

hayati.

 Menjamin pembagian keuntungan (finansial dan nonfinansial) yang adil

dan seimbang atas pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan

tradisonal yang berkaitan dengan sumber daya genetik berdasarkan

kesepakatan.

 Meletakkan dasar hukum untuk mengatur akses dan pembagian

keuntungan yang adil dan seimbang.

 Menguatkan penguasaan negara atas sumber daya alam sesuai Pasal 33

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

mengakui keberadaan masyarakat hukum adat dan hak-hak tradisional

sesuai dengan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

 Menegaskan kedaulatan Negara atas pengaturan akses terhadap sumber

daya genetik dan pengatahuan tradisional.

 Memberikan insentif dan dukungan pendanaan.


 Menciptakan peluang untuk akses alih teknologi pada kegiatan konservasi

dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

CI. 1997. Megadiversity. Conservation International, New York.

FAO. 2013. Genetic resources for food and agriculture.


http://www.fao.org/nr/cgrfa/en/

Mahipal. 2018. Kebijakan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati. Jurnal


Pendidikan Insan Kamil Al Ihya. Volume 1 No. 1.

Mittermeier RA, Gil PR, Hoffman M, Pilgrim J, Brooks T, Mittermeier CG,


Lamoreux J, da Fonseca GAB, Seligmann PA, Ford H. 2005. Hotspots
Revisited: Earth's Biologically Richest and Most Endangered Terrestrial
Ecoregions. Conservation International, New York.

Sutarno dan Setyawan AD. 2015. Biodiversitas Indonesia: Penurunan dan Upaya
Pengelolaan untuk Menjamin Kemandirian Bangsa. Jurnal. Vol. 1 No. 1:
1-13.

UU RI Nomor 11 Tahun 2013 mengenai Protokol Nagoya Tentang Akses pada


Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan
Seimbang yang Timbul dari Pemanfaatannya Atas Konvensi
Keanekaragaman Hayati.

WWF. 2012. Living Planet Report 2012. WWF, The Netherlands.

Anda mungkin juga menyukai