Anda di halaman 1dari 9

PEMECAHAN MASALAH

(PROBLEM SOLVING)

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Landasan Pendidikan dan Pembelajaran
yang dibina oleh Bapak Sukoriyanto

Disusun oleh :
Diana Novitasari (190311767263)
Dinda Dwi Nugraheni(190311767269)
Kresentia Peppy R. (190311867235)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA
October 2019
A. Masalah
Krulik dan Rudnick (1995) menjelaskan bahwa masalah adalah suatu situasi atau
sejenisnya yang dihadapi oleh seorang atau kelompok yang menghendaki keputusan dan
seseorang itu mencari jalan untuk memperoleh pemecahan. Jika seseorang segera mengenal
tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, maka tugas tersebut merupakan tugas
atau situasi yang rutin. Jika tidak, maka tugas tersebut merupakan masalah baginya. Hudojo
(2005) menyatakan bahwa suatu pertanyaan akan merupakan masalah hanya jika seseorang
tidak mempunyai aturan tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban
pertanyaan tersebut. Hudojo (2005) menyebutkan bahwa pertanyaan akan menjadi masalah
bagi siswa apabila memenuhi syarat:
• Pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang siswa haruslah dapat dimengerti oleh siswa
tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk menjawabnya.
• Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui
siswa. Karena itu, faktor waktu untuk menyelesaikan masalah janganlah dipandang
sebagai hal yang esensial.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu soal dapat
dikatakan sebagai masalah apabila masalah yang diberikan dapat dimengerti oleh siswa
tersebut, namun masalah tersebut harus merupakan tantangan baginya untuk diselesaikan dan
masalah tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa.
Dalam pengajaran matematika, pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa biasanya
disebut soal. Dengan demikian soal-soal matematika dibedakan menjadi dua bagian berikut.
• Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah bersifat “berlatih” agar
terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru saja diajarkan.
• Masalah tidak seperti halnya latihan tadi, menghendaki siswa untuk menggunakan
sintesis atau analisis. Untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut harus
menguasai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman, tetapi dalam hal ini ia menggunakannya pada situasi
baru.
B. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan bagian kurikulum matematika yang sangat penting
(tim MKPBM, 2001). Menurut Maimunah (2016), pemecahan masalah adalah suatu aktivitas
intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal
pengetahuan yang sudah dimiliki. Sedangkan menurut Sa’dijah (2007), pemecahan masalah
merupakan strategi dalam mencari solusi atau menyelesaikan masalah dari berbagai
pertanyaan dan persoalan yang tidak rutin. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemecahan masalah merupakan usaha seseorang dalam menggunakan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahamannya untuk menemukan solusi dari masalah.
Kemampuan pemecahan masalah terkait dengan masalah yang dihadapi siswa
(Armagan, 2009). Menurut Kannan (2006), kemampuan pemecahan masalah adalah
kemampuan untuk memahami apa tujuan dari masalah dan aturan apa yang dapat diterapkan
dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan menurut Ifamuyiwa & Ajilogba (2012),
kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat sebagai kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan yang diperoleh untuk menemukan solusi dari masalah dengan melakukan
serangkaian tindakan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah adalah kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan
strategi tertentu untuk menemukan solusinya.

C. Pentingnya Mengajarkan Pemecahan Masalah


Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu
menjadi lebih analitik saat mengambil keptusan dalam kehidupan (Cooney et.al, 1975).
Dengan kata lain, bila siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah maka siswa itu akan
mampu mengambil keputusan, sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang
bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari
betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.
Matematika yang disajikan berupa masalah akan memberikan motivasi kepada siswa
untuk mempelajari pelajaran tersebut. Dengan dihadapkan suatu masalah, maka siswa
berusaha menemukan penyelesaiannya. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan
dengan proses memecahkan masalah, kemudian para siswa akan merasa puas bila mereka
dapat memecahkan masalah yang dihadapkan kepadanya.
D. Perencanaan Mengajarkan Pemecahan Masalah
Hudojo (2005) mengatakan bahwa dalam mengajar siswa untuk memecahkan masalah
perlu suatu perencanaan. Secara garis besar, perencaan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Merumuskan Tujuan.
Tujuan itu hendaknya menyatakan bahwa siswa akan mampu menyelesaikan masalah-
masalah tidak rutin. Soal-soal yang sudah sering diberikan sebaiknya dihindari, sebab
soal tersebut tidak menjadi masalah lagi bagi siswa.
2. Mengidentifikasi Prasyarat
Untuk menyelesaikan setiap masalah matematika, seorang siswa memerlukan prasyarat
pengetahuan, keterampilan dan pemahaman. Guru harus mengidentifikasi apa saja yang
sudah dipelajari siswa untuk suatu masalah sehingga dapat menentukan masalah yang
cocok untuk siswa. Misal terdapat suatu masalah seperti berikut.
“Jumlah dua bilangan prima kembar yang bukan 3 dan 5 habis dibagi 12. Tentukan
bilangan prima tersebut”.
Prasyarat yang perlu dimiliki seorang siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut
adalah siswa harus sudah mengerti mengenai bilangan prima dan arti habis dibagi 12.
3. Mengajarkan Pemecahan Masalah
Untuk belajar memecahkan masalah, para siswa harus mempunyai kesempatan untuk
menyelesaikan masalah. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seorang guru
menyiapkan masalah-masalah untuk siswanya dan membuat siswanya tertarik untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan.
Guru harus memiliki bermacam-macam masalah yang cocok dan bermakna bagi
siswanya. Masalah dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah, atau dapat dikerjakan
kemudian didiskusikan atau disajikan di depan kelas. Masalah juga dapat diberikan
untuk dikerjakan secara individu maupun kelompok. Agar siswa tertarik untuk
menyelesaikan masalah, perlu diberikan suatu penghargaan. Penghargaan bisa berupa
nilai atau penghargaan khusus lainnya. Selain penghargaan, pujian juga berarti penting
bagi siswa. Hal itu merupakan cara yang efektif untuk mendorong keberhasilan,
walaupun banyak juga siswa yang dengan senang hati menyelesaikan masalah yang
diberikan.
E. Strategi Pemecahan Masalah
Dalam memecahkan suatu masalah tentunya menggunakan strategi yang tepat dalam
penyelesaiannya. Terdapat empat tahap dalam proses pemecahan masalah menurut Polya
(2004), sebagai berikut.
1. Memahami masalah (understanding problem)
Dalam tahap ini siswa harus melihat apa saja yang dibutuhkan agar dapat memahami
masalah dengan baik. Siswa juga harus mampu menunjukkan bagian-bagian utama dari
masalah, meliputi apa yang ditanyakan, apa yang diketahui, dan kondisi/syarat-syarat
apa saja yang diperlukan. Adapun komponen-komponen dalam tahap ini adalah sebagai
berikut.
a. Membaca dan menyelidiki
b. Mengidentifikasi fakta
c. Mengidentifikasi pertanyaan
d. Memahami kosakata
2. Membuat rencana penyelesaian (devising a plan)
Keberhasilan utama dalam menyelesaikan masalah tergantung bagaimana rencana
disusun. Rencana dapat disusun juka seseorang mampu memunculkan gagasan rencana.
Gagasan rencana ini dapat muncul secara berangsur-angsur, setelah coba-coba, ataupun
muncul secara tibatiba. Gagasan yang baik dapat didasarkan pada pengalaman atau
pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya. Adapun komponen-komponen dalam
tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Mengatur dan merepresentasikan data dalam bentuk peta, tabel, grafik, diagram
b. Memilih operasi
c. Menulis kalimat aljabar
d. Memilih strategi pemecahan masalah
3. Melaksanakan rencana penyelesaian (carrying out the plan)
Apabila rencana pemecahan masalah yang telah dibuat (tertulis maupun tidak),
selanjutnya dilakukan pemecahan masalah sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Adapun komponen-komponen dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Menggunakan keterampilan berhitung
b. Menggunakan keterampilan aljabar
4. Memeriksa kembali (looking back)
Tahap ini juga diperlukan dalam pemecahan masalah karena untuk meminimalisasi
kesalahan pengerjaan, sehingga jawaban siswa benar sesuai dengan masalah yang
diberikan. Adapun komponen-komponen dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Mengecek hasilnya
b. Menginterpretasi jawaban yang diperoleh dengan pertanyaan yang dicari
c. Menerapkan cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama (agar jawaban
lebih meyakinkan)

Sedangkan menurut Krulik & Rudnick (1995) terdapat lima tahap dalam proses
pemecahan masalah, sebagai berikut
1. Membaca dan memikirkan (read and think)
Dalam tahap ini, siswa: (1) menganalisis masalah, menguji dan mengevaluasi fakta-
fakta, (2) menentukan pertanyaan, kondisi secara fisik divisualisasikan, dideskripsikan,
dan dipahami, (3) masalah diterjemahkan kedalam bahasa siswa, dan (4)
menghubungkan antar bagian-bagian dari masalah.
2. Mengeksplorasi dan merencanakan (explore and plan)
Dalam tahap ini, data dianalisis dan menentukan syarat cukup informasi, mengeliminasi
hal-hal yang tidak perlu, mengorganisasikan data dalam tabel, gambar, model, dan
sebagainya.
3. Memilih suatu strategi (select a strategy)
Strategi merupakan bagian dari proses pemecahan masalah yang memberikan arah
kepada siswa untuk menemukan solusinya.
4. Menemukan suatu jawaban (find an answer)
Dalam tahap ini, semua keterampilan matematika digunakan secara tepat untuk
menemukan solusi dari masalah.
5. Meninjau kembali dan mendiskusikan (reflect and extend)
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Mengecek kebenaran jawaban
• Apakah perhitungan benar?
• Apakah pertanyaan terjawab?
• Apakah jawaban masuk akal?
b. Menentukan alternatif solusi masalah yang lain
c. Membahas kedalam konsep matematika yang lain (generalisasi)
d. Mendiskusikan solusi

Perbandingan tahap-tahap proses pemecahan masalah menurut Polya dengan tahap-


tahap menurut Krulik & Rudnick disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Tahap Pemecahan Masalah Menurut Polya dan Krulik & Rudnick
Polya (2004) Krulik & Rudnick (1995)
Memahami masalah (understanding
Membaca dan memikirkan (read and think)
problem)
Mengeksplorasi dan merencanakan (explore
Membuat rencana penyelesaian (devising a
and plan)
plan)
Memilih suatu strategi (select a strategy)
Melaksanakan rencana penyelesaian
Menemukan suatu jawaban (find an answer)
(carrying out the plan)
Meninjau kembali dan mendiskusikan
Memeriksa kembali (looking back)
(reflect and extend)

F. Peran Guru Bagi Siswa dalam Pemecahan Masalah


Berikut ini merupakan petunjuk bagaimana seorang guru membantu siswanya dalam
menyelesaikan masalah menurut Hudoyo (1983).
1. Membuat siswanya mengerti masalah yang diberikan.
Bila siswa tidak mengerti masalah yang akan diselesaikan, biasanya siswa itu tidak lagi
mempunyai perhatian terhadap masalah tersebut. Soal yang diberikan oleh guru bukan
menjadi masalah baginya. Bagaimana seorang guru mengetahui bahwa siswanya
mengerti mengenai masalah yang diberikan? Guru harus mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti:
• Apakah siswa sudah mengerti istilah yang digunakan dalam masalah tersebut?
• Apakah siswa sudah menggunakan semua informasi yang relevan?
• Tahukah siswa apa yang dicari dalam masalah tersebut?
• Dapatkah siswa menyatakan kembali masalah yang dihadapi dengan kata-katanya
sendiri?
2. Membantu siswanya menghimpun pengalaman-pengalaman belajar yang relevan yang
sekiranya memudahkan penyelesaian masalah, misalnya sebagai berikut.
• Membantu siswa menganalisis data dan kondisi masalah tersebut.
• Membantu siswa mendapatkan informasi dengan menganalisis suatu masalah
yang mirip.
• Bila siswa tidak menghasilkan suatu penyelesaian, bantulah siswa dengan melihat
masalah dari sudut pandang lain.
3. Membawa siswa ke dalam situasi yang mendorong untuk menyelesaikan suatu masalah.
Misalnya dengan pernyataan sebagai berikut. “Nah bagus, coba terus! Soal itu memang
memakan waktu, sabarlah?”, dan masih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Armagon, F. O., Sagir, S. U., Celik, A. Y. 2009. The Effect of Students’ Problem Solving
Skills on Their Understanding of Chemical Rate and Their Achievement on This
Issue. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 1(1): 2678-2684.
Cooney, T.J; E.J. Davis & K.B. Henderson. 1975. Dynamic of Teaching Secondary School
Mathematics. Boston: Houghton Mifflin
Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang:
UM Press.
Hudoyo, Herman. 1983. Pemecahan Masalah dalam Pengajaran Matematika. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Ifamuyiwa, A. S., & Ajilogba, S. I. 2012. A Problem Solving Model as a Strategy for
Improving Secondary School Students’ Achievement and Retention in Further
Mathematics. Journal of Science and Technology, 2(2): 122-130.
Kannan. 2006. A Study on Problem Solving Ability in Mathematics of IX Standard Students
in Dindigul District. International Journal of Applied Research 2016, 2(1): 797-799.
Krulik, S & Rudnick, J.A. 1995. A New Sourcebook For Teaching Reasoning and Problem
Solving in Elementary School. Massachusset: A Simon & Schuster Company.
Maimunah, M., Purwanto, P., Sa’dijah, C., Sisworo, S. 2016. Penerapan Model Pembelajaran
Matematika Melalui Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Penalaran Matematis
Siswa Kelas X-A SMA Al-Muslimun. Jurnal Review Pembelajaran Matematika,
1(1): 17-30.
Polya, G. 2004. How to Solve It. A New Aspect of Mathematical Method. Princeton and
Oxford: Princeton University Press.
Sa’dijah, C. 2007. Sikap Kritis dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Perempuan
Dengan Menggunakan Pembelajaran Matematika Kontruktivisme. Jurnal
Pembelajaran Matematika, 36 (2): 133-146.
Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Banding: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai