Anda di halaman 1dari 21

MINI PROJECT

MITOS COVID-19 DI KALANGAN MASYARAKAT


WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUKIT SURUNGAN
PADANG PANJANG

Oleh:

dr. Achmad Kurniawan


dr. Tesar Arafat
dr. Anita Sari

Pendamping:

dr. Yunita Saraswati, M.Kes

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA ANGKATAN III

PERIODE AGUSTUS 2020

PUSKESMAS BUKIT SURUNGAN KOTA PADANG PANJANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur yang telah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan Mini Project yang berjudul “Mitos COVID-19 di
Kalangan Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Surungan Padang
Panjang”.

Laporan Mini Project ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia yang dilaksanakan di wahana
Puskesmas Bukit Surungan Kota Padang Panjang.
Penulis menyadari Mini Project ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
menyempurnakan laporan ini. Penulis berharap semoga dengan Mini Project ini
dapat membantu Puskesmas Bukit Surungan dalam memberikan pelayanan yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang dan mampu memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kita semua.

Padang Panjang, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO)
China Country Office melaporkan adanya kasus kluster pneumonia dengan
etiologi (penyebab) yang tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,
China. Kasus ini terus berkembang hingga pada 7 Januari 2020, dan
akhirnya diketahui etiologi dari penyakit ini adalah suatu jenis baru
coronavirus atau yang disebut sebagai novel coronavirus, yang merupakan
virus jenis baru yang sebelumnya belum pernah diidentifikasi pada
manusia (Kemenkes RI,2020).
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar
ke berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 27 Maret
2021, terdapat 614.489 kasus terbaru per hari dengan 7.683 kematian di
seluruh dunia (covid.go.id). Indonesia melaporkan kasus pertama pada
tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di
seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan tanggal 6 April 2021
Kementerian Kesehatan melaporkan 1,54 juta total kasus dengan 1,38 juta
sembuh dan 41.815 meninggal (JHU CSSE Covid 19 data). Info Covid-19
Kota Padang Panjang tanggal 6 April 2021, total kasus konfirmasi positif
sebanyak 916 kasus, dengan kasus meninggal sebanyak 19 kasus
(kominfopadangpanjang).
Serangan wabah Corona Virus Desease (Covid-19) kini memicu
kekhawatiran sebagian populasi manusia di berbagai negara di dunia,
termasuk Indonesia dan Kota Padang Panjang. Sejak wabah Covid-19
menyebar pada akhir 2019 di Wuhan Cina, para ahli terus melakukan
penelitian dan berbagai informasi menyebar berkaitan dengan penyebab,
penyebaran dan pencegahannya. Shalihah (2020) mengutip hasil temuan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang mencatat sepuluh mitos
yang beredar dikalangan masyarakat seperti mitos bahwa virus dapat
menular melalui buah impor, mitos virus tidak bisa menular diiklim tropik
dan lain sebagainya. Menteri Komunikasi dan Informatika menyebutkan
bahwa pemerintah telah mengkonfirmasi 554 berita palsu atau hoax terkait
wabah virus corona yang tersebar di 1.209 platform, di Facebook,
Instagram, Twitter, atau Youtube (Maharani, 2020). Beragam informasi
tentang Covid-19, ada yang benar, ada yang salah, dan ada yang salah
dipersepsikan oleh masyarakat. Pengetahuan yang diperoleh dari sumber
yang tidak valid ini mempengaruhi perilaku masyarakat dalam
menghadapi situasi pandemi Covid-19. Perilaku masyarakat umum
berpeluang mempengaruhi penyebaran pandemi virus Covid-19. Perilaku
manusia dipengaruhi oleh pengetahuan manusia tersebut.
Besarnya angka kejadian COVID-19 disertai oleh luasnya
informasi mengenai penyakit ini, tetapi masih banyak terdapat
disinformasi dan misinformasi di masyarakat yang berujung dengan
kepanikan berlebihan dan penolakan dalam mengikuti rekomendasi
pemerintah.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang
dibahas pada penelitian ini adalah: “Bagaimana gambaran mitos COVID-19
di kalangan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan”

1.3. Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan terkait mitos
COVID-19 di kalangan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bukit
Surungan.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk menggambarkan mitos tentang COVID-19 yang
berkembang di masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bukit
Surungan sehingga dapat digunakan sebagai bagian dari promosi
perilaku pencegahan.
2) Menyelesaikan tugas masa internship dokter periode Januari 2021

1.4. Manfaat Penelitian


a. Manfaat bagi Puskesmas Bukit Surungan
Memberikan informasi kepada Puskesmas mengenai gambaran
mitos COVID-19 yang berkembang di kalangan masyarakat wilayah
kerja Puskesmas Bukit Surungan.
b. Manfaat bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan menjadi landasan bagi peneliti untuk
melaksanakan promosi perilaku pencegahan wabah COVID-19 pada
masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan.

c. Manfaat bagi Masyarakat


Melalui penelitian ini diharapkan pada masa pandemi COVID-
19, masayarakat di wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan memiliki
pengetahuan yang baik mengenai wabah COVID-19 sehingga
menurunkan angka penolakan dalam mengikuti rekomendasi
pemerintah dan menekan angka penyebaran penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. CORONA VIRUS DISEASE (COVID-19)

a. Karakteristik Patogen

Novel coronavirus 2019 (nCoV-2019) secara resmi dinamai


sebagai severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 [SARS-CoV-
2] oleh ICTV), termasuk genus β, memiliki envelope, berbentuk
bundar atau oval dan sering pleomorfik, dengan diameter antara 60140
nm. Virus ini secara genetik berbeda dengan SARSr-CoV dan MERSr-
CoV. Studi terbaru menunjukkan bahwa tingkat kesamaan atau
homologi antara nCoV-2019 dan bat-SARS-like coronavirus (bat-SL-
CoVZC45) di atas angka 85%. Novel coronavirus 2019 dapat
ditemukan dalam sel epithelial pernafasan setelah 96 jam dengan
kultur in vitro, dan membutuhkan waktu sekitar 6 hari untuk dapat
diisolasi dan dilakukan kultur cell line Vero E6 dan Huh-7 (Kemenkes
RI, 2020).

Pengetahuan tentang karakteristik fisik dan kimia dari virus


corona didapat dari studi sebelumnya tentang SARSr-CoV and
MERSr-CoV. Virus corona sensitif terhadap sinar ultraviolet dan
panas, dan secara efektif dapat dinonaktifkan dengan pemanasan pada
suhu 56°C selama 30 menit dan pelarut lemak (lipid solvents) seperti
eter, etanol 75%, disinfektan yang mengandung klorin, asam
peroksiasetat, dan khloroform (kecuali khlorheksidin) (KKN RCC,
2020)
b. Karakteristik Epidemiologi

Saat ini, sumber utama infeksi adalah para pasien COVID-19.


Pembawa (carrier) nCoV-2019 yang asimptomatik juga berpotensi
menjadi sumber infeksi. Corona Virus Disease umumnya ditularkan
melalui kontak langsung dan percikan (droplet). Penularan lewat udara
mungkin terjadi pada orang yang lama terpapar konsentrasi udara
tinggi pada ruang tertutup. Manusia dalam segala kategori umur pada
umumnya rentan (KKN RCC, 2020).

c. Cara Penularan dan Pencegahan


Coronavirus merupakan zoonosis. Penelitian menyebutkan
bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang
menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini
membuktikan bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang
bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui
droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter > 5-10
m. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat
(dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan
(batuk/bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan
hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui
benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang
yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat
terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan
permukaan atau benda di sekitar orang yang terinfeksi (Kemenkes
2020). Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi
adalah melalui cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air
bersih, menerapkan etika batuk dan bersin, serta menghindari kontak
dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan
seperti batuk dan bersin. Berikut upaya pencegahan umum berupa
(Kemenkes RI, 2020):
1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20
detik.
2) Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia
3) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci
4) Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit
5) Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera
ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di
luar.
6) Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue.
Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada
tissue, lakukan batuk sesuai etika batuk
7) Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan
benda yang sering disentuh
8) Menggunakan masker. Masker medis digunakan untuk ibu yang
sakit dan ibu saat persalinan. Sedangkan masker kain dapat
digunakan bagi ibu yang sehat dan keluarganya
9) Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat
mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan
spesialis obstetri atau praktisi kesehatan terkait (Kemenkes, 2020)

d. Faktor Resiko
Berdasarkan penelitian yang dilakukan CDC China, diketahui
bahwa kasus paling banyak terjadi pada pria (51,4%) dan terjadi pada
usiaa 30 - 79 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia <10 tahun
(1%). Sebanyak 81% kasus merupakan kasus ringan, 14% parah, dan
5% kritis (Wu Z dan McGoogan JM, 2020). Orang dengan usia lanjut
atau yang memiliki penyakit bawaan diketahui lebih beresiko untuk
mengalami penyakit yang lebih berat. Usia lanjut juga diduga
berhubungan dengan tingkat kematian. Tingkat kematian juga
dipengaruhi oleh penyakit bawaan, 10,5% pada penyakit
kardiovaskular, 7,3% pada diabetes, 6,3% pada pernapasan kronis, 6%
pada hipertensi dan 5,6% pada kanker (Kemenkes, 2020)
Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko
tinggi tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga
medis. Di China, lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan
mortalitas sebesar 0,6% (Wang J, dkk, 2020).

e. Manifestasi Klinis

Berdasarkan investigasi epidemologis saat ini, masa inkubasi


COVID-19 berlangsung antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya dalam
waktu 3 hingga 7 hari.

Demam, kelelahan, dan batuk kering dianggap sebagai


manifestasi klinis utama, sedangkan gejala seperti hidung tersumbat,
hidung berair, pharyngalgia, myalgia, dan diare relatif lebih jarang.
Dalam kasus yang parah, umumnya terjadi sesak nafas dan/atau
hipoksemia setelah onset satu minggu.

Pada kasus terburuk, bisa secara cepat berkembang menjadi


acute respiratory distress syndrome, syok septik, asidosis metabolik
yang sulit dikoreksi, kelainan koagulasi dan perdarahan, multiple
organ failure, dan sebagainya. Penting dicatat bahwa pasien dengan
sakit parah atau kritis hanya menunjukkan demam sedang, atau bahkan
tanpa demam sama sekali. Pada kasus ringan hanya menunjukkan
demam ringan, kelelahan ringan, dan seterusnya tanpa manifestasi
pneumonia.

Berdasarkan kasus-kasus yang ditangani baru-baru ini,


kebanyakan pasien memiliki prognosis yang baik. Sedangkan untuk
kaum lanjut usia dan orang dengan penyakit kronis, umumnya
memiliki prognosis buruk. Sementara kasus pada anak-anak umumnya
memiliki gejala yang relatif ringan (KKN RCC, 2020),

f. Pemeriksaan Laboratorium

Pada fase awal pasien dengan COVID-19, dapat ditemukan


hitung sel darah putih total yang normal maupun menurun dan hitung
limfosit yang menurun. Pada beberapa pasien dapat terjadi
peningkatan nilai enzim hati, LDH, enzim otot dan mioglobin; dan
pada beberapa pasien yang kritis dapat ditemukan peningkatan kadar
troponin. Sebagian besar pemeriksaan laboratorium menunjukkan
peningkatan nilai C-Reaktif Protein dan tingkat laju endap darah,
sedangkan nilai prokalsitonin normal. Pada pasien yang parah, nilai
D-dimer meningkat dan limfosit darah perifer terus menurun. Selain
itu, peningkatan nilai faktor inflamasi juga terjadi pada pasien yang
parah dan kritis.

Asam nukleat nCoV-2019 dapat dideteksi lewat spesimen


biologis seperti hapusan (swab) nasofaring, sputum (dahak), sekresi
saluran pernapasan bagian bawah lainnya, darah dan feses.

Untuk meningkatkan tingkat positif deteksi asam nukleat,


dianjurkan untuk mengambil dan menyimpan sputum dari semua
pasien—kecuali pasien dengan intubasi trakheal (sekresi saluran
pernapasan bawah yang harus diambil); dan semua spesimen harus
dikirim dan diuji secepat mungkin (KKN RCC, 2020).

g. Chest Imaging (Rontgen Dada)

Di fase awal COVID-19, hasil rontgen dada menunjukkan


bayangan bercak-bercak kecil (small patched shadow) yang multipel
dan perubahan interstitial, khususnya di periferal paru. Seiring
perjalanan penyakit, gambaran yang muncul pada pasien berkembang
menjadi bayangan perselubungan (ground glass) yang multipel dan
bayangan infiltrasi pada kedua paru. Pada kasus yang parah, dapat
terjadi konsolidasi paru. Jarang ditemukan efusi pleura pada pasien
COVID-19 (KKN RCC, 2020).

h. Diagnosis

WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk


seluruh pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang
dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid
Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR. (Kemenkes,
2020)

2. Pengetahuan Masyarakat
a. Definisi
Menurut Bloom, pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman
penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih lama diterapkan dibandingkan perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan (Notoadmojo,2003).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik
secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu
(Mubarok dkk,2007)
b. Tingkat pengetahuan
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya (Notoatmodjo,2003)

2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo,2003).
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
(Notoatmodjo,2003).
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003)
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada (Notoatmodjo,2003).

6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada (Notoatmodjo,2003)

c. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :
1) Faktor Internal
 Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
 Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.
2) Faktor Eksternal
 Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
tersebut.
 Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang
yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah,
pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak
jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi media. Hal ini berarti paparan media massa
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang.
 Status Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih
mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi
yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk
kebutuhan sekunder.
 Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang
dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar
informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi
kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan
menurut model komunikasi media.
 Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya,
misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik,
seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas
pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan
tersebut,informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
d. Pengukuran Pengetahuan
Menurut (Arikunto, (Bangash, 2020) (Bangash, 2020)2010),
pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan
disesuaikan dengan tingkatannya, adapun jenis pertanyaan yang dapat
digunakan untuk pengukuran pengetahuan secar umum di bagi
menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pertanyaan subjektif
Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pernyataan essay
digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari
penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari
waktu ke waktu.
2. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choice),
betul salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pas
oleh penilai. Menurut (Arikunto, 2010).
3. Prinsip Pencegahan
1. Upaya Pencegahan Umum
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20
detik.
b. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia
c. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci
d. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
e. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera
ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di
luar.
f. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue.
Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada
tissue, lakukan batuk sesuai etika batuk

g. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan


benda yang sering disentuh

h. Menggunakan masker. Masker medis digunakan untuk ibu yang


sakit dan ibu saat persalinan. Sedangkan masker kain dapat
digunakan bagi ibu yang sehat dan keluarganya

i. Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat


mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan
spesialis obstetri atau praktisi kesehatan terkait (Kemenkes, 2020)
Dan Berikut adalah cara-cara sederhana mencegah penyebaran COVID-19 di tempat
kerja yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan dan WHO:
1. Mencuci tangan secara teratur menggunakan air dan sabun atau handsrub
berbasis alkohol.
2. Pastikan tempat kerja bersih dan higienis, permukaan (seperti bangku dan
meja) dan benda- benda perlu diseka dengan disinfektan secara berkala,
Karena kontaminasi pada permukaan yang disentuh oleh pekerja atau tamu
adalah salah satu cara utama penyebaran COVID-19.
3. Dorong kebersihan pernapasan yang baik di tempat kerja. Ketika batuk dan
bersin, tutup hidung dan mulut dengan tisu atau lengan atas bagian dalam
(bukan dengan telapak tangan).
4. Untuk berkonsultasi dengan otoritas setempat sebelum melakukan perjalanan
bisnis, Menunda perjalanan ke daerah/negara dimana virus ini ditemukan.
Menghindari bepergian ke luar rumah saat merasa kurang sehat.
5. Tidak masuk kerja dan tetap tinggal di rumah apabila sakit.
6. Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh tetap prima dan sistem
imunitas/kekebalan tubuh meningkat.
7. Menghindari kontak dengan orang lain atau bepergian ke tempat umum.
8. Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut (segitiga wajah).
9. Menggunakan masker penutup mulut dan hidung ketika sakit atau saat berada
di tempat umum.
10. Membuang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat sampah
11. Selalu memantau perkembangan penyakit COVID-19 dari sumber resmi dan
akurat.
12. Ikuti arahan dan informasi dari petugas kesehatan dan Dinas Kesehatan
setempat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan survey cross-sectional.
Kualitatif untuk mengetahui gambaran pengetahuan terkait mitos COVID-19 di
kalangan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bukit Surungan Padang Panjang.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan 16 – 23 April 2021

3. Populasi Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bukit
Surungan yang melakukan kunjungan di puskesmas pada bulan April
2021.

b. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel didasarkan pada ketersediaan dan kemudahan untuk
mendapatkannya atau convenience sampling. Besar sampel menggunakan
patokan umum (rule of thumb) menurut Tabachnick adalan n ≥ 50 + 8 (m)
dimana “m” adalah jumlah variabel independen. Dari kedua dasar
penentuan jumlah sampel diatas, berdasarkan rumus rule of thumb oleh
Tabachnick adalah 50+8(1) maka jumlah sampel yang harus dipenuhi
adalah 58 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria Inklusi :
1) Semua pasien di wilayah kerja Puskesmas Bukit Surungan berusia 18-
55 tahun dan berkunjung ke Puskesmas Bukit Surungan pada bulan
April 2021
2) Bersedia menjadi responden dan masuk wilayah kerja Puskesmas
Bukit Surungan.
Kriteri Eksklusi:
1) Tidak bersedia menjadi responden.
2) Berusia <18 tahun dan >55 tahun.

4. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data primer yaitu melalui pengisian
kuisioner.

5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
kuisioner untuk mengumpulkan data dari responden. Pengumpulan data yang
digunakan peneliti adalah lembar kuisioner untuk mengetahui gambaran
pengetahuan terkait mitos COVID-19 pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Bukit Surungan. Lembar kuisioner merupakan daftar pertanyaan yang
disusun secara tertulis yang dibagikan kepada responden untuk mengumpulkan
data.
Kuisioner terdiri atas 14 item tentang mitos, 9 pernyataan mitos yang
tercatat di website mythbuster WHO, 6 mitos diambil dari Freund (2020), dan satu
mitos ditambahkan oleh penulis. Hasil uji reabilitas kuisioner diperoleh nilai
alpha cronbach sebesar 0,755. Dua item gugur, sehingga item yang dianalisiss
adalah 14 item.

6. Prosedur Penelitian
Data dikumpulkan dari pengisian kuisioner. Kuisioner terdiri dari 14 item mitos.
Partisipan memberikan respon dengan memberikan pilihan pada pernyataan sebagai
fakta atau mitos. Atau absence jika responden tidak dapat menentukan pilihan.

7. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer.
Melalui beberapa tahapan yaitu :
 Editing
 Coding
 Processing
 Cleaning
Semua data dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai