9 APRIL 2021
STUDI KASUS PELANGGARAN TERHADAP ANEKA: KORUPSI OLEH MANTAN
MENTERI SOSIAL
A. SUMBER KASUS
Untuk dapat mewujudkan fungsi Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa, maka diperlukan
ASN yang profesional, kompeten dan berintegritas yang berkarakter ANEKA. Karakter
ANEKA yaitu mempunyai nilai-nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
Baru-baru ini, terdapat kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh menteri
sosial kita. Studi kasus bersumber dari https://youtu.be/TnEUCtKak14 dan
https://youtu.be/wYHD74-8LTU yang berisi kiat-kiat mencegah korupsi ala menteri
sosial Bapak Juliari Piter Batubara dan vidio kedua tentang terjeratnya kasus korupsi
terhadap menteri sosial terkait bantuan dana sosial Covid-19.
B. ISI KONTEN
Wawancara yang dilakukan pada tanggal 17 Desember 20199 tahun lalu oleh
Bapak Febby Mahendra Putra, Direktur Pemberitaan Tribun Network bersama dengan
Menteri Sosial Nonaktif.yang membahas soal cara Juliari Batubara melaksanakan
perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak korupsi. Kiat-kiat mencegah
korupsi ala menteri sosial tersebut yaitu korupsi itu dimulai dari diri sendiri yaitu dari
keserakahan, secanggih apapun sistem pengawasan, biasanya ada saja celahnya,
kalau kita tidak serakah tidak akan terjadi korupsi. Selain itu juga harus menyesuaikan
diri dengan kemampuan, janganlah gaji Rp20 juta pengeluaran Rp100 juta sebulan, jadi
pengendali utama korupsi itu adalah diri sendiri, tidak ada yang lain. Pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan humanis. Misal kalau kita korupsi, bukan kita saja yang
malu tapi juga suami/ istri dan anakmu bisa dibully.
Video kedua membahas tentang sekitar penghujung tahun 2019, tanggal 4 atau 5
Desember 2019 tim Komisi pemberantasan korupsi/ KPK melakukan operasi tangkap
tangan (OTT) terhadap pejabat Kementerian Sosial termasuk Bapak Juliari Batubara
dan 6 tersangka lainnya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan Menteri
Sosial (Mensos) Juliari Peter Batubara (JPB) selama 20 hari. Juliari ditetapkan sebagai
tersangka atas kasus dugaan suap bantuan sosial (bansos) penanganan pandemi
Covid-19 untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Dalam OTT tersebut, KPK mengamankan enam orang melibatkan pejabat
pemerintahan dan swasta. Keenam orang itu adalah MJS, direktur PT TPAU berinisial
WG, AIM, HS, seorang sekretaris di Kemensos berinisial SN, dan seorang pihak swasta
berinisial SJY.
Juliari diduga melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11
Undang-Undang (UU) Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1)
ke-1 KUHP. Sementara, MJS dan AW disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau
Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 dan Pasal 12 (i) Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Kemudian, selaku pemberi
suap, yaitu AIM dan HS, disangkakan melanggar Pasal 5 Ayat (1) huruf atau Pasal 5
Ayat (1) huruf b atau Pasal 13 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Keputusan final kasus tersebut belum dapat
ditentukan/ belum diputuskan.
Penyebab korupsi oleh pejabat menteri sosial ini dapat di irngkas dalam diagram
dibawah ini: Serakah/
materialistik
Tidak
bermoral Ajakan/dorongan teman
KORUPSI kerja
/ pihak terkait lainnya
SOSIAL
Politik yang tidak stabil
POLITIK
FAKTOR EXTERNAL
HUKUM Lemahnya hukum dan
buruknya perundang-
EKONOMI undangan
Pemimpin kurang/tidak
teladan kepada
bawahan
Dari uraian di atas, hendaknya kita melakukan antisipasi diri atau pencegahan
terhadap tindak pidana korupsi. Pemerintah juga membuat peraturan yaitu Peraturan
Presiden Republik Indonesia No 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi. Komitmen dan upaya dalam pencegahan dan pemberantasan
korupsi selama ini selalu menjadi prioritas pemerintah. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh Pemerintah seperti penataan kebijakan dan regulasi, baik berupa
instruksi/arahan maupun peraturan perundang-undangan, perbaikan tata kelola
pemerintahan, pembenahan proses pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, termasuk penyelamatan keuangan/ aset negara.
Upaya sinergi dalam rangka mencegah korupsi, berfokus pada: perizinan dan
tata niaga; keuangan negara; dan penegakan hukum dan reformasi birokrasi.
1. Perizinan dan Tata Niaga
Sasaran dan tantangan sebagi berikut:
Tantangan Sasaran
1. Terlalu banyak regulasi 1. Menguatnya upaya pencegahan korupsi
yang mengatur tentang dalam pemberian pet'tzirran yang meliputi
kewenangan perizinan. a. simplilikasi kebiiakan dan regulasi
2. Kewenangan menerbitkan terkait perizinan.
izin belum sepenuhnya b. percepatan pelimpahan seluruh
dilimpahkan dari instansi kewenangan penerbitan izin menjadi
teknis ke PTSP baik di satu pintu baik di pusat maupun di
pusat maupun daerah. daerah;
3. Belum diberlakukannya c. pemberlakuan standar layanan
standar layanan perizinan perizinan di seluruh daerah;
yang sama di seluruh d. pengembangan dukungan infrastruktur
daerah. untuk penerapan teknologi informasi
4. Masih terbatasnya dalam layanan perizinan; dan
pelibatan masyarakat e. penguatan partisipasi publik dalam
untuk mengawasi penyelenggaraan Layanan perizinan di
perizinan di tingkat pusat pusat maupun daerah.
dan daerah. 2. Menguatnya upaya pencegahan korupsi
5. Menguatnya praktik kartel di dunia usaha yang meliputi:
dan monopoli dalam tata a. penguatan pengelolaan basis data
niaga sektor strategis pelaku usaha pada berbagai selrtor
pertanian, perkebunan, strategis di tingkat pusat maupun
kehutanan, kelautan dan daerah;
energi. b. penerapan sanksi yang tegas bagt
6. Rendahnya pelibatan pelaku usaha yang melanggar
pelaku usaha dalam peraturan perundang-undangan;
pencegahan korupsi. c. pengembangan strategi komunikasi
7. Belum berkembangnya dan advokasi manajemen pencegahan
budaya pencegahan korupsi di dunia usaha; dan
korupsi pada sektor d. pengembangan budaya integritas bagi
swasta. pelaku usaha.
2. Keuangan Negara
Sasaran dan tantangan:
Tantangan Sasaran
1. Masih adanya penyelewengan 1. Teroptimalisasinya tata kelola
dan kriminalisasi petugas penerimaan negara secara
pada sektor pajak dan non transparan dan akuntabel.
pajak. 2. Meningkatnya ke{asama pertukaran
2. Belum optimalnya ke{asama data keuangan dan perpajakan.
pertukaran data keuangan dan 3. Terintegrasinya kebijakan. proses
perpajakan. perencanaan, penganggaran dan
3. Belum terintegrasinya kinerja birokrasi.
kebijakan, proses 4. Mendorong pemberlakuan
perencanaan, penganggaran, pembatasan transaksi tunai dalam
dan realisasi belanja negara. penyelenggaraan pemerintahan dan
4. Pengadaan barang dan jasa pelaksanaan program pembangunan.
belum independen dan 5. Meningkatnya independensi
didukung sumber daya transparansi dan akuntabilitas proses
manusia yang profesional. pengadaan barang dan jasa.
5. Masih terbatasnya pelibatan 6. Meningkatnya transparansi,
masyarakat dalam partisipasi dan akuntabilitas
pengawasan pengelolaan pengelolaan keuangan negara.
keuangan negara di tingkat
pusat rnaupun daerah.