Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA PADA ANAK

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

oleh

Kelompok 16 / Kelas A

Sinditya Faridatul Nikmah NIM 172310101015

Atik Sri Suminarwati NIM 172310101016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019

1
ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA PADA ANAK

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing : Ns. Ira Rahmawati, M.Kep, Sp.Kep.An

oleh

Kelompok 16 / Kelas A

Sinditya Faridatul Nikmah NIM 172310101015

Atik Sri Suminarwati NIM 172310101016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Leukemia pada Anak“ sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh
pembelajaran di semester ini. Didalam pengerjaan makalah ini telah melibatkan banyak
pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, kami sampaikan rasa
terima kasih kepada :

1. Ns. Ira Rahmawati, M.Kep, Sp.Kep.An selaku Dosen Penanggung Jawab Mata


Kuliah Keperawatan Bedah
2. Semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 1 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Tujuan.........................................................................................................................2

1.2.1 Tujuan Umum......................................................................................................2

1.2.2 Tujuan Khusus.....................................................................................................2

1.3 Manfaat.......................................................................................................................2

BAB II KONSEP PENYAKIT..........................................................................................3

2.1 Definisi.......................................................................................................................3

2.2 Klasifikasi...................................................................................................................3

2.3 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis..........................................................................4

2.4 Tanda dan Gejala Leukemia.......................................................................................4

2.5 Penatalaksanaan.........................................................................................................5

2.6 Efek samping kemoterapi leukimia............................................................................5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................9

3.1 Pengakajian................................................................................................................9

3.2 Diagnosa...................................................................................................................14

3.3 intervensi..................................................................................................................16

BAB IV PATHWAY.......................................................................................................27

BAB V PENUTUP..........................................................................................................29

5.1 Kesimpulan...............................................................................................................29
iii
5.2 Rekomendasi Isu Menarik........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................32

KEPERAWATAN ANAK..............................................................................................35

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)...................................................................28

Leaflet..............................................................................................................................37

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan pertumbuhan sel yang abnormal tumbuh secara terus menerus
dan tidak dapat terkendali. Kasus kanker pada anak menjadi penyebab terbesar dari
kematian pada anak (Rahmawati, dkk, 2016). Salah satu kanker yang sering dijumpai
pada anak adalah leukemia. Leukemia (Kanker Darah) merupakan penyakit
keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang. Biasanya ditandai oleh
poliferasi sel-sel darah putih dengan manifestasinya yang berupa sel-sel abnormal
dalam darah tepi (sel blast) secara berlebihan yang menyebabkan terdesaknya sel
darah yang normal sehingga mengakibatkan fungsinya terganggu. (Kemkes, 2019).
Berdasarkan data Yayasan Onkologi Anak Indonesia, 2012 di Indonesia sekitar
11.000 kasus kanker baru pada anak yang ditemukan setiap tahunnya dan 70% dari
kasus tersebut merupakan leukemia (Herfiana, 2017).
Kasus Leukemia banyak terjadi pada kelompok usia anak kurang dari 15 tahun.
Dimana kasus leukemia jenis LLA (Leukimia Limfositik Akut) pada kelompok usia
anak 5 kali lebih sering terjadi dibanding jenis leukemia lainnya. Sistem Registrasi
Kanker di Indonesia (Srikandi) tahun 2005-2007 mencatat bahwa diperkirakan
insiden kanker pada anak usia 0-17 tahun sebesar 9 per 100.000 anak. Dimana
leukemia merupakan kasus kanker tertinggi pada anak dengan estimasi insiden
sebesar 2,8 per 100.000 anak, (Riskesdas, 2013). Angka kematian akibat leukemia di
Indonesia mencapai 50-60 % karena pengetahuan masyarakat mengenai bahaya
kanker terbatas, umunya pederita datang ke tenpat berobat yang salah dan baru
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan saat stadium sudah lanjut sehingga biaya
pengobatan lebih mahal (Putri, 2015).
Pada anak factor yang mempengaruhi terjadinya leukemia yaitu factor genetic dan
lingkungan. Pada factor genetic diturunkan oleh orang tua baik secara langsung
maupun tidak langsung. Anak dengan riwayat kanker pada keluarga memiliki resiko
keganasan apapun jenisnya termasuk leukemia. Sedangkan faktor lingkungan dapat
terjadinya kanker seperti terpapar radiasi, paparan zat kimia, polusi udara, dan lain-
lain. Sehingga orang tua harus mengecek kondisi anak jika anak mengalami gejala-
gejala yang menunjukkan terkena kanker, jika anak menunjukkan gejala-gejala

1
tersebut segera bawa anak ke dokter atau pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pemeriksaan lebih lanjut. Salah satu pemeriksaan yang akan dilakukan yaitu dengan
pemeriksaan darah (darah tepi lengkap) dan itu merupakan salah satu skrining awal
adanya kelainan pada darah (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017).
Pelayanan kesehatan tindak lanjut bisa dengan melakukan terapi yang sangat
efektif untuk leukemia yaitu kemoterapi. Kemoterapi merupakan pengobatan seecara
sistemik maka dari itu akan merusak jaringan normal. Kerusakan jaringan normal
sifatnya bisa akut atau kronis. Efek samping akut kebanyakan timbul seperti mual,
muntah, alopesia dan penekanan sumsum tulang. Untuk efek samping lambat terjadi
berbeda-beda dan termasuk pulmonary fibrosis, neuropaty dan neprhopaty. Klien
menjalani kemoterapi terdapat sebanyak 71,4% mengeluh kelelahan dan 85,7%
mengeluh mengalami gangguan tidur (Rahmawati, 2014 dalam Herfiana, 2017).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit leukemia pada anak.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi penyakit leukemia pada anak
2. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi penyakit leukemia pada anak
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi penyakit leukemia pada
anak
4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinik penyakit leukemia
pada anak
5. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan penyakit leukemia
pada anak
6. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan penyakit leukemia
pada anak
1.3 Manfaat
Untuk meningkatkan wawasan pengetahuan dan sikap dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien anak dengan leukemia dan diharapkan mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2
BAB II KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Leukemia adalah keganasan hematologis akibat proses neoplastic yang
disertai dengan gangguan diferensiasi berbagai tingakatan sel induk
hematopoietik. Hal ini disebabkan oleh poliferasi tidak terkontrol dari sel darah
immatur yang berasal dari sel induk hematopoietic (Handayani dan Andi, 2015).
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi leukimia ada 4 yaitu (Handayani dan Andi, 2015) :
a. Leukimia Myeoloid Akut (AML)
AML merupakan kanker sel darah myeloid yang belum dewasa dan sering
terjadi pada orang dewasa.tingkat pertumbuhan sel ini cepat dan awalnya
mempengaruhi produksi sel darah normal. Pasien akan mengalami gejala
rendahnya jumlah sel darah (misalnya anemia, infeksi karena jumlah sel darah
putih yang rendah, pendarahan abnormal karena jumlah trombosit yang
rendah)
b. Leukimia Limfoblastik Akut (ALL)
ALL merupakan sel kanker limfoid yang belum dewasa, lebih sering pada
anak-anak dan merupakan leukimia yang paling umum diderita oleh anak
anak. Presentasinya mirip dengan AML.
c. Leukimia Myeloid Kronis (CML)
CML yaitu sel kanker myeoloid dewasa yang terikat dengan kehadiran
kromosom philadelphia. Jenis leukimia ini sering terdeteksi pada orang
dewasa. Sel kanker ini berkembang pada tingkatan yang relatif lambat,
penyakit di stadium awal mungkin tidak menunjukkan gejala apapun. Pada
stadium selanjutnya, pembesaran limfa bisa menyebabkan sakit perut.
Produksi sel darah normal juga bisa terpengaruh , dan memunculkan gejala-
gejala yang tercantum diatas.
d. Leukimia Limfositik Kronis (CLL)
CLL merupakan sel kanker limfoid dewasa. Sebagian besar diderita oleh
yang berusia lanjut (>60 tahun). Jenis ini jarang terjadi pada anak-anak. Sel
kanker ini ditandai dengan laju pertumbuhan yang lambat. Penyakit stadium
awal biasanya bersifat asimtomatik.

3
2.3 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Patofisologi leukemia merupakan proliferasi sel darah putih yang imatur
dalam jaringan tubuh yang membentuk darah atau bisa disebut dengan kanker sel
darah putih. Keadaan patologi dan manifestasi klinisnya disebabkan oleh infiltrasi
dan penggantian setiap jaringan tubuh dengan sel-sel leukemia nonfungsional.
Organ-organ seperti hati dan limpa yang mempunyai banyak pembuluh darah
merupakan organ yang terkena paling berat (Hockbenberry 2005 dalam
Rahmawati, 2014). Kanker ini menyerang sumsum tulang karena disanalah
leukosit atau sel darah putih diproduksi. Akibat kanker ini, maka sumsum tulang
didominasi oleh sel-sel kanker tersebut, dan akibatnya fungsi sumsum tulang
terganggu. Sumsum tulang terletak dirongga tulang yang berfungsi sebagai tempat
produksi sel darah merah, trombosit dan sel darah putih. Penyakit leukemia
menyebabkan fungsi sumsum tulang terganggu sehingga seluruh kegiatan
produksi darah yaitu pembentukan sel darah merah, pembentukan sel limfosit,
pembentukan trombosit dan granulopoesis mengalami gangguan (Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2017).
Tanda gejala leukemia yang sering ditemukan karena akibat dari infiltrasi
pada sumsum tulang. Anak yang mengalami sakit ini akan menunjukkan tanda-
tanda seperti anemia, mudah mengalami perdarahan akibat penurunan produksi
trombosit dan mudah terkena infeksi akibat neutropenia. Gejala lain yang
biasanya dialami oleh anak yang mengalami leukemia yaitu pucat, lemah, nafsu
makan menurun, demam (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017). Invasi sel-sel
leukemia ke dalam sumsum tulang secara perlahan-lahan akan melemahkan
tulang dan cenderung mengakibatkan fraktur. Karena sel-sel leukemia menginvasi
periosteum, peningkatan tekanan menyebabkan rasa nyeri yang hebat
(Rahmawati, 2014).
2.4 Tanda dan Gejala Leukemia
Tanda dan gejala yang sering terlihat pada anak-anak yang mengalami
leukemia antara lain anemia, demam, kelemahan dan kelelahan, kekurangan nafsu
makan, penurunan berat badan, pembengkakan kelenjar getah bening, pembesaran
pada limpa, bitnik merah kecil pada kulit, keringat berlebih terutama di malam
hari, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, kejang.

4
2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan utama leukimia limfoblastik akut adalah kemoterapi, yang
akan diberikan dalam beberapa fase, yaitu (Handayani dan Andi, 2015) :

a) Fase induksi
Fase terapi ini bertujuan untuk membunuh sel-sel kanker dalam tubuh,
terutama didarah dn sumsum tulang.
b) Fase konsolidasi
Fase terapi ini bertujuan untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa
setelah terapi induksi
c) Fase pemeliharaan
Fase terapi ini dilakukan untuk mencegah sel sel kanker tumbuh kembali.
d) Fase tambahan untuk sistem saraf pusat
Terapi ini khusus diberikan kepada pasien yang sel sel kankernya sudah
menyebar ke sistem saraf pusat.
Terapi lain yang dapat dijalani oleh pasien untuk mengobati leukimia
limfoblastik akut adalah :
1. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan dengan cara mengganti sumsum
tulang pasien dengan sumsum tulang yang sehat dari donor.
2. Radioterapi
Radioterapi dilakukan dengan cara menembakkan sinar khusus ke area,
tujuannya adalah untuk membunuh sel sel kanker yang telah menyebar ke otak
atau saraf tulang belakang.
3. Targeted therapy
Terapi ini dilakukan dengan memberikan obat-obatan sesuai mutasi gen
yang dialami.
2.6 Efek samping kemoterapi leukimia
a. Alopesia
b. Mual dan muntah
c. Penurunan nafsu makan
d. Sariawan

5
e. Diare
f. Kelelahan
g. Demam
h. Batuk
i. Flu
j. Pertambahan berat badan
k. Memar dan mudah terjadi pendarahan
l. Kulit kering
m. Perubahan warna urine
n. Mati rasa pada kaki dan tangan
Dalam penelitian didapatkan data bahwa dampak fisiologis
kemoterapi pada anak dengan leukemia yang dialami oleh anak yaitu
alopesia (rambut rontok), mual, muntah, penurunan nafsu makan,
sariawan, diare, kelelahan, demam, batuk, flu, memar, perdarahan,
pertambahan berat badan, kulit kering, perubahan warna urin, dan mati
rasa pada kaki dan tangan. Obat kemoterapi menyerang sel-sel yang
membelah dengan cepat, itulah sebabnya obat kemoterapi melawan sel-sel
kanker. Tetapi sel-sel lain dalam tubuh, seperti sel yang berada di sumsum,
lapisan mulut, lambung dan usus, serta folikel rambut juga membelah
dengan cepat (Society, 2016).
Kemoterapi merusak sel normal yang berpoliferasi dengan cepat
termasuk sel folikel rambut, menyebabkan rambut rontok. Rambut rontok
disebabkan oleh agen kemoterapi bersifat sementara, mencakup rambut
diseluruh tubuh, dimulai 1-2 minggu setelah pemberian kemoterapi dan
rambut akan tumbuh dalam 3-5 bulan setelah pengobatan berakhir dengan
tekstur dan konsistensi yang agak berbeda daripada rambut sebelumnya
(Society, 2016).
Obat kemoterapi menyebabkan iritasi pada mukosa lambung dan
duodenum yang kemudian merangsang pusat muntah di sistem saraf pusat.
Kemoterapi juga menyebabkan aktivasi sistem saraf pusat obstruksi,
pengosongan lambung terlambat, dan reaksi inflamasi. Obat obat
kemoterapi yang dapat menyebabkan mual dan muntah yaitu Methotrexate,
Vincristine, Daunorubicin(Society, 2016).
6
Penurunan nafsu makan berhubungan dengan mual dan
perubahan rasa yang dialami oleh beberapa anak sebagai respons terhadap
agen kemoterapi tertentu. Penurunan nafsu makan dapat menyebabkan
malnutrisi yang mengakibatkan penurunan berat badan dan menganggu
pertumbuhan. Meskipun antiemetik dapat efektif dalam mencegah mual
dan muntah, namun tidak dapat mencegah perubahan rasa yang
diakibatkan oleh pemberian terapi kemoterapi (James, Nelson, & Ashwill,
2013 ).
Penurunan nafsu makan dapat juga disebabkan oleh masalah
tenggorokan, merasa tertekan atau kelelahan (Society, 2016). Pasien
dengan kemoterapi mempunyai risiko terkena sariawan. Sariawan terjadi
karena kerusakan pada sel epitel akibat pemberian terapi yang melalui dua
cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung kemoterapi
mengganggu produksi, kematangan dan penggantian sel epitel; sedangkan
secara tidak langsung disebabkan karena depresi sumsum tulang akibat
pemberian kemoterapi, yang menyebabkan terjadinya neutropenia dan
trombositopenia, sehingga terjadi peningkatan risiko perdarahan dan
infeksi (Society,2016).
Obat kemoterapi menyerang sel epitel mukosa pada usus yang
mempunyai sifat yang cepat tumbuh dan jika tidak ada pergantian sel
meukosa yang baru, sel ini akan atrofi dan mengalami inflamasi. Mukosa
yang terinflamasi akan menghasilkan lendir yang merangsang peristaltik.
Hal inilah yang menyebabkan diare. Obat kemoterapi yang menyebabkan
diare umumnya metrotexate, hydroxyuera dan dactinomycin
(Society,2016).
Kelelahan pada pasien kemoterapi disebabkan oleh anemia dan
penurunan nafsu makan yang menyebabkan berkuranganya kebutuhan
energi. Kemoterapi mengakibatkan terjadinya pelepasan zat sitokin dan
interleukin yang merangsang hipotalamus untuk menurunkan rasa lapar
yang mengakibatkan terjadinya penurunan nafsu makan sehingga
kebutuhan energi dalam tubuh tidak tercukupi (Society,2016).
Kemoterapi menyebabkan aktivitas abnormal dari sistem
kekebalan tubuh, sehingga hal ini dapat menyebakan kelelahan. Sitokin
7
merupakan protein yang dilepaskan oleh sel darah putih dalam merespon
infeksi. kanker dan pengobatannya. Dapat mengganggu tingkat sitokin.
Sitokin membawa pesan yang berfungsi untuk mengatur sistem imun dan
endokrin. Tetapi dalam jumlah yang tinggi dapat berubah menjadi racun
dan inflamasi yang dapat menyebabkan kelelahan. Berdasarkan teori,
tingkat sitokin yang tinggi akan memperburuk peradangan dan
mengganggu produksi dari serotonin (Leukemia, 2016).
Kemoterapi menekan sumsum tulang sehingga produksi sel
dalam sumsum tulang menurun, salah satunya adalah trombosit. Trombosit
adalah sel-sel yang membantu menghentikan perdarahan dengan
mengganti sel darah yang rusak dan membantu sel darah membeku. Jika
jumlah trombosit tidak cukup, maka kemungkinan mudah terjadi
perdarahan atau memar, bahkan dari cedera ringan (Society, 2016).
Trombositopenia terjadi karena adanya penekanan sumsum
tulang. Kompartemen penyimpanan pada sumsum tulang dapat mensuplai
selsel matur ke peredaran darah perifer selama 8 sampai 10 hari.
Trombositopenia dapat menyebabkan anak memiliki bintik-bintik kecil
pada kulit, muntah darah, perdarahan pada gusi dan hidung (Miller, 2016).
Neuropati perifer meliputi sensorik dan motorik. obat
kemoterapi tertentu dapat mempengahi otot menjadi lemah, lelah bahkan
sakit. Obat kemoterapi yang menyebabkan neuropati pada anak umumnya
adalah vincristine. Agen sitotoksik menyebabkan masalah pada barier kulit
seperti ruam kulit, kulit kering dan hiperpigmentasi. Gejala pada kulit akan
terlihat dalam waktu dua minggu pertama kemoterapi. Efek samping
kemoterapi tergantung pada tipe dan dosis obat yang diberikan dan lama
pengobatan (Society, 2015).
Peningkatan berat badan merupakan salah satu efek dari
pemberian obat kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid mengakibatkan
peningkatan nafsu makan dan penumpukan lemak pada tubuh. Selain itu
kortikosteroid juga meningkatkan gula darah akibat peningkatan
pembentukan glukosa dari protein yang berlebih (Aprianto, 2016).
Beberapa anak memiliki dampak fisiologis yang sama, hal ini dikarenakan
beberapa obat kemoterapi memiliki dampak fisiologis yang sama. Seperti
8
senyawa alkil (Cyclophosphamide), Antimetabolit (Methotrexate, 6-
Mercaptopurine), Vincristine, Doxorubicin yang memiliki efek samping
yang sama yaitu menekan sumsum tulang, menyebabkan rambut rontok,
menekan sistem kekebalan tubuh (Society,2016).

9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengakajian
1. Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang sistematis
dalam pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data dari sumber primer
(klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) kemudian data
dianalisis sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Potter dan Perry,
2005).
a. Identitas Klien

Identitas klien terdiri nama, jenis kelmain, umur, tanggal lahir, suku
atau bangsa, status perkawinan, pendidikan, alamat, nomor register,
tanggal datang ke rumah sakit, dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat kesehatan, yang terdiri dari :

1. Diagnosa Medik

Diagnosa yang sudah ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan


dari singkatan-singkatan atau istilah medis terkait leukimia.
2. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan


mengganggu bagi klien sehingga klien datang ke rumah sakit.
Keluhan utama yang dialami klien leukimia yaitu nyeri pada
tulang, nafsu makan menurun, demam (sering terjadi infeksi) bias
juga disertai dengan sakit kepala.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Merupakan kronologis peristiwa mengenai penyakit klien yang


dialami sekarang dimulai sejak klien mengalami keluhan pertama
kali sampai klien memutuskan untuk datang ke rumah sakit.
Kronologi yang harus diceritakan antara lin waktu kejadian, cara
atau proses, tempat, suasana, manifestasi klinis, riwayat

10
pengobatan, persepsi tentang penyebab dan penyakit. Tanda awal
muncul pada penderita leukimia nyeri pada tulang. Data focus
yang perlu dikaji dalam masalah leukimia adalah riwayat kanker
sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Terdiri dari pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah,


pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, perilaku yang
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga mengenai penyakit
klien. Data focus dalam hal ini adalah riwayat ada atau tidaknya
keluarga yang pernah mengalami leukemia, adanya gangguan
hematologis, adanya factor herediter missal kembar monozigot.
c. Pemeriksaan Fisik

Pengkajian yang secara umum dilakukan dengan cara head to toe


terdiri dari keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Pengkajian pada anak
dengan leukimia yaitu dengan :
a. Keadaan umum tampak lemah
Kesadaran composmentis selama belum terjadi
komplikasi
b. Tanda-tanda vital
TD : dbn
Nadi : meningkat
Suhu : meningkat
RR : Dispneu, Takhipneu
c. Pemeriksaan kepala leher
Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh
jamur atau bakteri), dan perdarahan pada gusi
Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan
penglihatan akibat infiltrasi ke SSP
d. Pemeriksaan integument
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor
menurun jika terjadi dehidrasi.

11
e. Pemeriksaan dada dan thorax
i. Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae
ii. Auskultasi suara nafas, adakah ronkhi (terjadi
penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi
jantung I, II, dan III
iii. Palpasi denyut apex (ictus cordis)
iv. Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas
paru
f. Pemeriksaan abdomen
i. Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi
pembesaran, terdapat bayangan vena, auskultasi
peristaltic usus, palapasi nyeri tekan bila ada
pembesaran hepar dan limpa.
ii. Perkusi tanda asites
g. Pemeriksaan Ekstremitas
Adakah cyanosis kekuatan otot
SISTEM DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
Aktivitas Lesu, lemah, merasa tidak kuat Kontraksi otot lemah,
untuk melakukan aktivitas sehari- klien ingin tidur terus dan
hari tampak bingung.
Sirkulasi Berdebar Takikardi, suara mur mur
jantung, kulit dan mukosa
pucat, deficit saraf cranial
terkadang ada pendarahan
cerebral.
Eliminasi Diare, anus terasa lebih lunak, dan Hematuri
terasa nyeri. Adanya bercak darah
segar pada tinja dan kotoran
berampas, adanya darah dalam urine
dan terjadi penurunan output urine.
Rasa nyaman Nyeri abdominal, sakit kepala, nyeri Meringis, kelemahan,
persendian, sternum terasa lunak, hanya berpusat pada diri
kram pada otot. sendiri.
Rasa aman Merasa kehilangan kemampuan dan Depresi, mengingkari,

12
harapan, cemas terhadap lingkungan kecemasan, takut,
baru serta kehilangan teman. perubahan mood dan
tampak bingung.
Panas, infeksi, memar,
purpura, perdarahan
retina, perdarahan pada
gusi, epistaksis,
pembesaran kelenjar
limfa, hepar, dan
exoptalmus.
Makan dan Kehilangan nafsu makan, muntah, Distensi abdomen,
minum penurunan BB, nyeri pada penurunan peristaltic usus,
tenggorokan dan sakit saat menelan. splenomegali,
hepatomegali, ikterus,
stomatitis, ulserasi pada
mulut, gusi membengkak.
Sexualitas Perubahan pola menstruasi, impoten.
Neurosensori Perubahan mood, bingung, Peningkatan kepekaan
disorientasi, kehilangan konsentrasi, otot, aktivitas yang tak
pusing, kesemutan, telinga terkontrol.
berdenging.
Respirasi Nafas pendek Dispneu, takipneu, batuk,
ada suara ronchi, rales,
penurunan suara nafas.
Penyuluhan Riwayat terpapar bahan kimia
seperti benzene, phenilbutazone,
chloramfenikol, terkena paparan
radiasi, riwayat pengobatan dengan
kemoterapi. Riwayat keluarga yang
menderita keganasan

Pemeriksaan Laboratorium
No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
pemeriksaan

13
1. Hemoglobin < 10 gr/ 100 ml Pria 13,5-18 g/dl
Wanita 12-16 g/dl
2. Complete blood cell (CBC) >10.000/mm3 10.000/mm3
3. Leukosit >50.000/mm3 50.000/mm3
(5000-10000 uI)
4. PT/PTT >12-15 detik 12-15 detik
5. Trombosit <50.000/mm 50.000/mm
(150.000-
400.000/uI, 300-
800/ 100 Iap)
6. Retilokosit <0,5-1,5% 0,5-1,5%
(rendah)
7. LDH >80-240 U/I 80-240 U/I

3.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon manusia


terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan respon
dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas. Indikator
diagnostic data yang digunakan untuk mendiagnosis dan untuk membedakan
satu diagnosis dari yang lain. Indikator diagnostic meliputi batasan
karakteristik yang terdiri dari tanda dan gejala, factor resiko yaitu factor
yang berhubungan dengan penyebab, keadaan, fakta, atau pengaruh yang
memiliki beberapa jenis hubungan dengan diagnosis keperawatan (Keliat
dkk, 2015). Berikut adalah diagnose keperawatan pada klien leukimia
menurut NANDA (2018) :
1. Nyeri akut b.d efek fisiologis dari leukemia
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Resiko Infeksi d.d. kekebalan tubuh menurun.
4. Resiko Perdarahan d.d. terjadi gangguan pembekuan darah.
5. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b,d. asupan
diet kurang.

14
3.3 intervensi
Perencanaan keperawatan adalah perawatan berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang dilakuakn oleh seorang perawat
untuk meningkatkan hasil klien atau pasien. Diagnosis keperawatan digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan
dari perawatan dan merencanakan tindakan keperawatan yang spesifik secara berurutan. Kriteria hasil keperawatan mengacu
pada perilaku yang terukur atau perilaku yang ditunjukkan oleh individu, keluarga, kelompok, komunitas (Keliat dkk., 2015).
Hari /
No Tanggal / Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Jam

1 Senin, 15 Domain 12 Tingkat nyeri (2102) : Pemberian analgesic (2210) a. Untuk


Kenyamanan Setelah dilakukan asuhan a. Tentukan lokasi, memudahkan
September
keperawatan selama 3x24 karakteristik, kualitas perawat dalam
2019, Kelas 1 nyeri akut
jam, nyeri dapat berkurang dan keparahan nyeri membuat
Pukul
(00132)
dengan baik dengan kriteria sebekum mengobati perencanaan
07.00
hasil : pasien selanjutnya
Nyeri akut b.d efek 1. Nyeri yang dilaporkan b. Cek perintah
b. Agar tidak
fisiologis dari leukemia dipertahankan pada pengobatan meliputi
terjadi
skala 2 (cukup berat) obat, dosis dan
kesalahan
ditingkatkan ke skala 4 frekuensi obat
dalam
(ringan). analgesic yang
pemberian
diresepkan

15
c. Monitor tanda vital informasi
2. tekanan darah
sebelum dan setelah
dipertahankan pada c. Untuk
pemberian analgesic
skala 2 (deviasi yang mengetahui
d. Berikan analgesic
cukup berat dari respon obat
sesuai waktu paruhnya
kisaran normal) tersebut
e. Susun harapan yang
ditingkatkan ke skala
positif mengenai d. Agar obat
4 (deviasi yang cukup
keefektifan analgesic tersebut
ringan dari kisaran
untuk mengoptimalkan bekerja sesuai
normal)
respon pasien . dosis
3. panjangnya episode
e. Untuk
nyeri dipertahankan
mengurangi
pada skala 2 (cukup
kecemasan
berat) ditingkatkan ke
skala 4 (ringan).
2 Senin, 15 Domain 4 Aktivitas/ Toleransi terhadap Terapi aktivitas (4310) a. Agar tidak
September Istirahat aktivitas (0005) a. Berkolaborasi dengan salah dalam
2019, Pukul Setelah dilakukan asuhan ahli terapis fisik, memberikan
Kelas 4 intoleran
08.30 keperawatan selama 3x24 okupasi dan terapis perencanaan
Aktivitas (00092)
diharapkan klien bisa rekreasional dalam b. Untuk
Intoleransi aktivitas b.d beraktivitas kembali dengan perencanaan dan memudahkan

16
kelemahan akibat anemia kriteria hasil : pemantauan program klien dalam
a. Kemudahan dalam aktivitas memilih
melakukan aktivitas b. Bantu klien dalam aktivitas
hidup harian memilih aktivitas c. Agar tujuan
dipertahankan dengan c. Bantu klien untuk utama berhasil
skala 2 (banyak tetap focus pada sesuai yang
terganggu) kekuatan yang diharapkan
ditingkatkan ke skala dimilikinya d. Membantu
4 (sedikit terganggu) dibandingkan memberikan
b. Kekuatan bagian kelemahan semangat
tubuh atas d. Dorong aktivitas kepada klien
dipertahankan ke kreativitas yang tepat e. Membantu
skala 2 (banyak e. Bantu klien untuk klien dalam
terganggu) mengidentifikasi memilih
ditingkatkan ke skala aktivitas yang aktivitas
4 (sedikit terganggu) diinginkan sesuai
c. Kekuatan tubuh kemampuan
bagian bawah
dipertahankan ke
skala 2 (banyak

17
terganggu)
ditingkatkan ke skala
4 (sedikit terganggu)

3 Senin, 15 Domain 11 Keamanan / Setelah dilakukan asuhan Manajemen Obat (2380) Manajemen Obat
September Perlindungan Kelas 1 keperawatan selama 3x24 a. Monitor klien mengenai a. Untuk
2019, Pukul Infeksi (00004) jam diharapkan resiko efek terapeutik obat. mengetahui
10.00 infeksi dapat teratasi dengan b. Monitor efek samping perubahan yang
Resiko Infeksi d.d.
kriteria hasil : obat. terjadi pada klien
kekebalan tubuh menurun
Keparahan Infeksi (0703) c. Monitor respon terhadap dari efek obat.
a. Kemerahan dipertahankan perubahan pengobatan b. Mengetahui
pada skala 1 (berat) dengan cara yang tepat. dampak
ditingkatkan ke skala 4 d. Berikan klien dan anggota penggunaan obat
(ringan). keluarga mengenai c. Untuk
b. Demam dipertahankan informasi tertulis dan mengeatahui
pada skala 1 (berat) visual untuk perubahan dari
ditingkatkan ke skala 4 meningkatkan penggunaan obat.
(ringan). pemahaman diri mengenai d. Agar klien dan
Respon Pengobatan (2301) pembeian obat yang tepat. keluarga paham
a. Perubahan gejala yang Kontrol Infeksi (6540) dan mengerti

18
diharapkan a. Anjurkan klien mengenai mengenai
dipertahankan pada skala teknik cuci tangan dengan pemberian obat.
1 (sangat terganggu) tepat. Kontrol Infeksi
ditingkatkan ke skala 5 b. Anjurkan pengunjung a. Agar klien tidak
(tidak terganggu). untuk mencuci tangan mudah terinfeksi
b. Interaksi obat pada saat memasuki dan kuman.
dipertahankan pada skala meninggalkan ruangan b. Agar kuman dari
1 (berat) ditingkatkan ke klien. pengunjung tidak
skala 4 (ringan). c. Gunakan sabun menginfeksi
Kontrol Risiko (1902) antimikroba untuk cuci klien.
a. Menggunkan fasilitas tangan yang sesuai. c. Untuk
kesehatan yang sesuai d. Cuci tangan sebelum dan menghilangkan
dengan kebutuhan sesudah kegiatan kuman-kuman
dipertahankan pada skala perawatan klien. yang ada
1 (tidak pernah e. Anjurkan klien dan ditangan.dan
menunjukkan) keluarga mengenai tanda tidak mudah
ditingkatkan ke skala 4 dan gejala infeksi dan terinfeksi oleh
(sering menunjukkan). kapan harus kuman.
b. Mengenali perubahan melaporkannya kepada d. Untuk
status kesehatan penyedia perawatan menghindari

19
dipertahankan pada skala kesehatan. kuman agar tidak
1 (tidak pernah menginfeksi
menunjukkan) klien.
ditingkatkan ke skala 4 e. Agar klien dan
(sering menunjukkan). keluarga tau dan
c. Memonitor perubahan segera melapor
status kesehatan jika itu gejala
dipertahankan pada skala yang serius.
1 (tidak pernah
menunjukkan)
ditingkatkan ke skala 4
(sering menunjukkan).

4. Senin, 15 Domain 11 Keamanan / Setelah dilakukan asuhan Manajemen Kemoterapi Manajemen


September Perlindungan Kelas 2 keperawatan selama 3x24 (2240) Kemoterapi
2019, Pukul Cedera Fisik (00206) jam diharapkan resiko a. Monitor efek samping dan a. Untuk
11.00 perdarahan dapat teratasi efek toksik dari mengetahui
Risiko Perdarahan d.d.
dengan kriteria hasil : pengobatan. perubahan dan

20
terjadi gangguan Pengetahuan : Manajemen b. Berikan informasi pada efek dari obat
pembekuan darah Kanker (1833) klien dan keluarga tentang yang digunakan.
a. Tanda dan gejala kanker efek obat-obatan b. Agar klien dan
dipertahankan pada skala kemoterapi pada sel keluarga tau dan
2 (pengetahuan terbatas) kanker/ganas. paham mengenai
ditingkatkan ke skala 4 c. Instruksikan klien dan obat kemoterapi.
(pengetahuan banyak). keluarga cara-cara untuk c. Untuk
b. Penyebab dan factor- mencegah infeksi seperti meminimalisir
faktor yang berkontribusi hindari dari keramaian, terjadinya infeksi
dipertahankan pada skala memepertahankan yang lebih parah.
2 (pengetahuan terbatas) kebersihan dan selalu d. Untuk
ditingkatkan ke skala 4 mencuci tangan. mengurangi
(pengetahuan banyak). d. Lakukan pencegahan terjadinya infeksi
c. Efek fisik dari terjadinya neutropenia dan perdarahan
pengobatan kanker dan perdarahan. pada klien.
dipertahankan pada skala e. Ajarkan klien teknik e. Agar klien lebih
2 (pengetahuan terbatas) relaksasi dan imagery tenang dan tidak
ditingkatkan ke skala 4 yang dapat digunakan cemas, ketakutan
(pengetahuan banyak). sebelum, selama dan sebelum, selama,
d. Efek samping obat setelah terapi dengan cara dan setelah

21
dipertahankan pada skala yang tepat. terapi.
2 (pengetahuan terbatas) f. Berikan makanan yang f. Agar klien nafsu
ditingkatkan ke skala 4 bergizi dan menggugah makannya
(pengetahuan banyak). selera sesuai dengan meningkat dan
Keparahan Cedera Fisik pilihan klien. mau untuk
(1913) g. Bantu klien untuk makan.
a. Memar dipertahankan mengatasi kelelahannya g. Agar klien tetap
pada skala 1 (berat) dengan membuat bisa melakukan
ditingkatkan ke skala 4 perencanaan istirahat terapi dengan
(ringan). yang cukup, membatasi baik dan optimal.
b. Perdarahan aktivitas, dan membatasi h. Agar klien dan
dipertahankan pada skala pengeluaran energy harian keluarga
1 (berat) ditingkatkan ke dengan cara yang tepat. mengetahui
skala 4 (ringan). h. Berikan informasi yang informasi efek
konkrit terkait efek dari terapi sebelum
terapi untuk mengurangi dilakukannya
ketidakyakinan, terapi.
ketakutan, dan kecemasan
terkait gejala akibat
terapi.
5. Senin, 15 Domain 2 Nutrisi Kelas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Gangguan Manajemen

22
September 1 Makan keperawatan selama 3x24 Makan (1030) Gangguan Makan
2019, Pukul jam diharapkan nutrisi klien a. Ajarkan dan dukung a. Agar nutrisi yang
Ketidakseimbangan
14.00 dapat teratasi dengan kriteria konsep nutrisi yang baik diberikan klien
nutrisi : kurang dari
hasil : dengan klien (dan orang sesuai dengan
kebutuhan tubuh b,d.
Nafsu Makan (1014) terdekat klien dengan kebutuhan.
asupan diet kurang
a. Hasrat/ keinginan untuk tepat). b. Agar nafsu
makan dipertahankan b. Dorong klien untuk makan klien
pada skala 1 (sangat mendiskusikan makanan meningkat dan
terganggu) ditingkatkan yang disukai bersama mau untuk makan
ke skala 5 (tidak dengan ahli gizi. serta nutrisinya
terganggu). c. Batasi aktivitas fisik tercukupi.
b. Intake nutrisi sesuai kebutuhan untuk c. Agar berat badan
dipertahankan pada skala meningkatkan berat klien mengalami
1 (sangat terganggu) badan. peningkatan.
ditingkatkan ke skala 5 Manajemen Nutrisi (1100) Manajemen Nutrisi
(tidak terganggu). a. Tentukan jumlah kalori a. Agar sesuai
c. Energi untuk makan dan jenis nutrisi yang dengan
dipertahankan pada skala dibutuhkan untuk kebutuhan
1 (sangat terganggu) memenuhi persyaratan nutrisi dan kalori
ditingkatkan ke skala 5 gizi. klien.

23
(tidak terganggu). b. Berikan pilihan makanan b. Agar klien mau
Tingkat Ketidaknyamanan sambil menawarkan untuk makan
(2109) bimbingan terhadap sesuai pilihannya
a. Nyeri dipertahankan pilihan (makanan) yang dan dapat
pada skala 1 (berat) lebih sehat, jika memenuhi nutrisi
ditingkatkan ke skala 4 diperlukan. yang belum
(ringan). c. Pastikan makanan tercukupi.
b. Kehilangan nafsu makan disajikan dengan cara c. Agar klien
dipertahankan pada skala yang menarik dan pada tertarik untuk
1 (berat) ditingkatkan ke suhu yang paling cocok makan dan bisa
skala 4 (ringan). untuk konsumsi secara memenuhi nutrisi
optimal. yang belum
Pemberian Makan (1050) tercukupi.
a. Tanyakan klien apa Pemberian Makan
makanan yang disukai a. Agar klien mau
untuk di pesan. untuk makan dan
b. Atur makanan sesuai memenuhi nutrisi
dengan kesenangan klien. yang belum
c. Catat asupan dengan cukup terpenuhi.
tepat. b. Agar dapat

24
memenuhi nutrisi
sesuai dengan
kebutuhan klien.
c. Untuk
mengetahui
berapa banyak
asupan yang
masuk ke tubuh
klien.

25
BAB IV PATHWAY

Faktor lingkungan : terpapar radiasi, paparan zat kimia


Virus onkogenik dan Faktor genetik

Sel-sel abnormal

Proliferasi sel-sel abnormal

LEUKEMIA

Jumlah sel abnormal meningkat

Berkurangnya sel normal atau terjadinya


Sel-sel normal dan
penyusupan terhadap sel normal
abnormal berebut untuk
mendapatkan nutrisi

Sumsum tulang Gangguan pada


terganngu hati dan limpa

Pembengkakan
Produksi eritrosit Produksi leukosit Penurunan
terganggu menurun produksi trombosit
Nyeri Nafsu makan
Anemia Kekebalan tubuh menurun
menurun 26
Ketidakseimbangan
Nyeri akut nutrisi : Kurang dari
Pucat, lemah, letih, Terjadi gangguan
Kebutuhan Tubuh
lesu, lelah pembekuan darah
Resiko Infeksi

Intoleran Resiko
Aktivitas perdarahan

27
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Leukemia atau kanker darah merupakan penyakit keganasan sel darah yang
berasal dari sumsum tulang. Biasanya ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih
dengan manifestasinya yang berupa sel-sel abnormal dalam darah tepi (sel blast) secara
berlebihan sampai menyebabkan terdesaknya sel darah yang normal sehingga
mengakibatkan fungsinya terganggu. Menurut Riskesdes 2013, leukemia yang sering
terjadi pada anka-anak yaitu jenis leukemia LLA (Leukimia Limfositik Akut) dan
banyak terjadi pada kelompok usia anak kurang dari 15 tahun. Leukemia merupakan
kasus kanker tertinggi pada anak dengan estimasi insiden sebesar 2,8 per 100.000
anak. Pelayanan kesehatan tindak lanjut yang bisa dilakukan untuk leukemia yaitu
dengan terapi yang sangat efektif seperti kemoterapi. Namun, kemoterapi ini juga
memiliki efek samping pada tubuh seperti mual, muntah, alopesia dan penekanan
sumsum tulang.

5.2 Rekomendasi Isu Menarik


Aplikasi Theory Of Unpleasant Symptoms (TOUS) pada Anak yang Mengalami Nyeri di
Ruang Rawat Non Infeksi RSCM Jakarta
Kanker merupakan jenis penyakit kronik yang banyak di alami oleh anak-anak di
Indonesia saat ini. Yayasan Onkolgi Anak Indonesia menyatakan 2-3% penderita
kanker di Indonesia merupakan anak-anak, sekitar 150 dari 1 juta anak menderita
kanker. Hal ini dapat diperkirakan dalam setiap tahunnya ada sekitar 400 kasus baru
anak di Indonesia yang terkena kanker (Umiati, 2010 dalam Sefrina, dkk, 2016 ). Salah
satu penyakit kanker yang sering ditemui pada anak-anak adalah leukemia. Anak yang
menderita penyakit tersebut mengalami gejala bermacam-macam bisa berasal dari
perjalanan penyakit, prosedur diagnostic atau pengobatan penyakit seperti mual,
merasa nyeri dari gejala tersebut dapat menyebabkan terganggunya rasa nyaman pada
anak sehingga akhirnya menurunkan kualitas hidup anak selama sakit. NINR (National
Institute of Nursing Research) mengidentifikasi bahwa manajemen gejala menjadi
salah satu kunci dalam rencana strategis suatu asuhan keperawatan. Selain itu,
diharapkan rasa kenyamanan klien terutama pada anak dapat terpenuhi meski gejala

28
masih dirasakan selama proses perjalanan penyakit masih berlangsung (Sefrina,dkk,
2016).
Salah satu konsep keperawatan yang berfokus pada manajemen gejala adalah
Theory of Unpleasant Symptoms (TOUS). Konsep TOUS ini dikembangkan oleh Dr.
Elisabeth Lenz, Dr. Milligan, Dr. Suppe, Linda Pugh dan Audrey Gift pada tahun
1997. Konsep TOUS berfokus pada manajemen gejala yang tidak menyenangkan,
maka konsep ini sesuai digunakan sebagai landasan teori untuk mengelola klien
dengan gangguan kenyamanan. Dengan manajemen gejala yang tepat diharapkan rasa
tidak nyaman yang dirasakan oleh klien dapat diminimalkan sehingga klien merasa
lebih nyaman meskipun gejala masih muncul. TOUS mempunyai tiga konsep utama
yaitu gejala-gejala, factor-faktor yang mempengaruhi pada gejala seperti fisiologis,
psikologis, situasional dan penampilan akhir klien yang terpengaruh oleh adanya gejala
seperti fisik, kognitif, dan sosial (Sefrina, dkk, 2016).
Para peneliti menyatakan bahwa TOUS dapat membantu perawat dalam
memahami karakteristik gejala apa saja yang dirasakan oleh klien. Konsep TOUS ini
telah diaplikasikan pada beberapa kasus kanker. Tujuan dari TOUS untuk
meningkatkan pemahaman mengenai pengalaman dari berbagai macam gejala, dengan
adanya factor yang mempengaruhi gejala juga dapat ditegakkan diagnosa dan untuk
memberikan informasi yang bermanfaat guna merancang intervensi yang efektif untuk
mencegah terjadinya bermacam gejala yang tidak menyenangkan serta menyusun
manajemen gejala yang sesuai serta dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam evaluasi
keperawatan (Sefrina,dkk, 2016).
Gejala yang dirasakan baik secara subyektif maupun obyektif memang sebagai
gejala yang mengganggu selama proses perawatan berlangsung. Hendaknya saat
melakukan pengkajian harus memperhatikan aspek tumbuh kembang anak sehingga
data yang didapatkan lebih akurat. Rencana intervensi ditetapkan guna mengurangi
gejala yang muncul serta meningkatkan penampilan akhir klien menjadi lebih baik.
Melalui konsep TOUS perawat dapat mengasah kreativitas dan kemampuan berpikir
kritis dalam menentukan manajemen gejala yang tepat diterapkan pada klien (Sefrina,
dkk, 2016).
Hasil pengkajian dari ketiga elemen dalam konsep TOUS dapat digunakan
sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis keperawatan. Hasil pengkajian masing-
masing elemen juga dapat menjadi etiologi diagnosis keperawatan yang ditegakkan
29
oleh perawat. Penyusunan rencana intervensi keperawatan mengacu pada manajemen
gejala yang dirasakan klien sesuai dengan konsep dalam TOUS. Tujuan yang
ditetapkan pada intervensi keperawatan dapat mengacu pada perbaikan gejala,
perubahan pada faktor yang mempengaruhi serta peningkatan penampilan akhir klien.
Pada pemenuhan kebutuhan rasa nyaman, tujuan akhir rencana intervensi adalah
memberikan kenyamanan pada klien sebisa mungkin meski klien masih merasakan
nyeri dalam waktu yang lama. Evaluasi berfokus pada kemunculan gejala tak
menyenangkan yang dialami klien. TOUS mengungkapkan bahwa perawat perlu
mengevaluasi penampilan akhir klien untuk mengetahui kualitas hidup klien secara
umum terganggu atau tidak. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk melakukan tindak
lanjut intervensi dan implementasi keperawatan atau dapat digunakan untuk
pengkajian lanjut jika ditemukan gejala baru (Sefrina,dkk, 2016).

30
DAFTAR PUSTAKA

Aprianto. 2016. Mengenal Kortikosteroid Sang Obat Dewa. Health. hal.13.

Bulechek, M gloria, Howark K Butcher, Joanne M Dochterman, Cheryl M Wagner.2016.


Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam. Singapura: Elsevier Inc.

Handayani, W dan Andi, S, H,. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
https://books.google.co.id/books?
id=PwLdwyMH9K4C&pg=PT97&dq=pengertian+leukimia&hl=id&sa=X&ved=0a
hUKEwiyxMi3lY_lAhUUSX0KHbkbBo8Q6AEIKzAA#v=onepage&q&f=false

Herfiana, 2017. Dampak Fisiologis Kemoterapi pada Anak dengan Leukemia di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Naskah Publikasi Ilmiah. Surakarta: Program
Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017. Mengenal Leukemia pada Anak.


http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-leukemia-pada-anak.
[Diakses pada 10 Oktober 2019].

James, S. R., Nelson, K. A., & Ashwill, J. W. 2013. Nursing Care of Children Principles &
Practice 4th ed. China: Elsevier Sauders.

Leukemia, L. S. 2016. Cancer Related Fatigue Fact. in a series providing the latest
information for patients, caregivers and healthcare professionals, 1-9.

Miller, R. 2016. Side Effect of Chemo and Radiation. Health Kids, 1-4.

31
Moorhead, S., Johnson, M., Dkk.2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
Kelima. Singapura: Elsevier Inc.

Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11 Editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

P2PTM Kemkes RI. 2019. Apa itu Leukemia (Kanker Darah).


http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-
darah/page/2/apa-itu-leukemia-kanker-darah. [Diakses pada 8 Oktober 2019].

Putri, A. F. 2015. Dukungan Orang Tua yang Memiliki Anak dengan Leukemia Usia 6-12
Tahun di RSU Kabupaten Tangerang. Skripsi. Jakarta: Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.

Rachmawati, F. 2014. Hubungan Status Gizi dengan Frekuensi Hospitalisasi Pasien


Leukemia Limfositik Akut pada Anak Prasekolah di RSUD Dr. Moewardi. Naskah
Publikasi. Surakarta: S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Sefrina, A., N. Nurhaeni., dan H. Hayati. 2016. Aplikasi Theory Of Unpleasant Symptoms
(TOUS) pada Anak yang Mengalami Nyeri di Ruang Rawat Non Infeksi RSCM
Jakarta. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. 1(1): 32-39.

Society, A. C. 2015. A Guide to Chemotherapy. http://www.cancer.org/

Society, A. C. 2015. A Guide to Chemotherapy Drugs. American Cancer Society.


http://www.cancer.org/

Society, A. C. (2016). Childhood Leukemia. American Cancer Society .


http://www.cancer.org/

32
33
KEPERAWATAN ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

oleh

Sinditya Faridatul Nikmah 172310101015

Atik Sri Sumunarwati 172310101016

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
EFEK SAMPING KEMOTERAPI PADA ANAK LEUKEMIA

Topik : Efek Samping Kemoterapi pada Anak Leukimia


Sub Topik : Pengertian leukimia, pengertian leukimia LLA, tanda dan gejala
leukimia, efek samping.
Sasaran : Warga Desa panti, Jember
Tempat : Balai Desa panti, Jember
Hari / Tanggal : Selasa / 1 Oktober 2019
Waktu : 15 menit
Penyuluh : Atik Sri Suminarwati dan Sinditya Faridatul Nikmah

I. Analisa Data
A. Kebutuhan Peserta Didik
Berdasarkan survey yang telah dilakukan di Desa Panti Kota Jember,
masyarakat di desa sekitar diketahui bahwasannya terutama anak-anak masuk
pada kategori dimana mereka mengalami leukimia. Orang tua kurang
mengetahui tanda dan gejala leukimia itu sendiri. Sehingga orang tua kurang
mengetahui bagaimana untuk mengatasi masalah anaknya yang mengalami
leukimia tersebut. Dari permasalahan yang tersebut, dapat disimpulkan untuk
memberikan informasi kepada orang tua tentang tanda dan gejala leukimia serta
efek samping kemoterapi leukimia.
B. Karakteristik Peserta Didik
Masyarakat Desa Panti Kota Jember dengan rata – rata tingkat pendidikan tidak
sekolah / lulusan SMP.

28
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, diharapkan para orangtua atau masyarakat
yang ada di Desa Panti Kota Jember dapat mengetahui tanda dan gejala leukimia
serta efek samping kemoterapi leukimia.
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 15 menit, diharapkan orangtua
atau masyarakat di Desa Panti mampu:
a. Mereka dapat mengetahui dan mengerti leukimia atau kanker darah.
b. Mereka dapat mengetahui dan mengerti leukimia pada anak
c. Mereka mengetahui tanda dan gejala leukimia pada anak
d. Mereka mengetahui efek samping kemoterapi leukimia pada anak

IV. Materi (Terlampir)


a. Pengertian Leukimia
b. Pengertian LLA
c. Tanda dan gejala Leukimia
d. Efek samping kemoterapi leukimia
V. Metode
Ceramah dan
diskusi

VI. Media
Leaflet

29
VII. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 Pembukaan a. Memberikan salam a. Menjawab
2 menit b. Perkenalan salam
c. Menjelaskan TIU dan TIK b. Mendengarkan
d. Menyebutkan materi yang akan dan
diberikan memperhatikan

2. Inti 1. Menanyakan (review) kepada a. Menjawab


10 menit masyarat tentang apa itu kanker pertanyaan
darah. penyuluhan
2. Menjelaskan materi tentang : b. Mendengarkan
a. Pengertian Leukimia dan
b. Pengertian LLA memperhatikan
c. Tanda dan Gejala Leukimia c. Bertanya pada
d. Efek Samping Kemoterapi penyuluh bila
Leukimia masih ada yang
belum jelas

3 Penutup a. Evaluasi a. Menjawab


3 menit b. Menyimpulkan pertanyaan
c. Mengucapkan salam penutup b. Memperhatikan
c. Menjawab
salam

30
VIII. Evaluasi
a. Pengertian Leukimia
b. Pengertian LLA
c. Tanda dan gejala Leukimia
d. Efek samping kemoterapi leukimia
IX. Referensi

Aprianto. (2016). Mengenal Kortikosteroid Sang Obat Dewa. Health. hal.13.

Handayani, W dan Andi, S, H,. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
https://books.google.co.id/books?
id=PwLdwyMH9K4C&pg=PT97&dq=pengertian+leukimia&hl=id&sa=X
&ved=0ahUKEwiyxMi3lY_lAhUUSX0KHbkbBo8Q6AEIKzAA#v=onepa
ge&q&f=false

James, S. R., Nelson, K. A., & Ashwill, J. W. (2013 ). Nursing Care of Children
Principles & Practice 4th ed. China: Elsevier Sauders.

Leukemia, L. S. (2016). Cancer Related Fatigue Fact. in a series providing the


latest information for patients, caregivers and healthcare professionals, 1-9.

Miller, R. (2016). Side Effect of Chemo and Radiation. Health Kids, 1-4.

Society, A. C. (2015). A Guide to Chemotherapy. http://www.cancer.org/

Society, A. C. (2015). A Guide to Chemotherapy Drugs. American Cancer


Society. http://www.cancer.org/

Society, A. C. (2016). Childhood Leukemia. American Cancer Society .


http://www.cancer.org/

31
Materi Penyuluhan Makanan Tambahan Khusus untuk Anak Malnutrisi

1. Pengertian Leukimia
Leukemia adalah keganasan hematologis akibat proses neoplastic yang disertai
dengan gangguan diferensiasi berbagai tingakatan sel induk hematopoietik. Hal
ini disebabkan oleh poliferasi tidak terkontrol dari sel darah immatur yang
berasal dari sel induk hematopoietic.

2. Pengertian LLA/ALL
ALL merupakan sel kanker limfoid yang belum dewasa, lebih sering pada
anak-anak dan merupakan leukimia yang paling umum diderita oleh anak anak.
Presentasinya mirip dengan AML. LLA merupakan suatu keganasan pada sel
sel precursor limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi
menjadi limfosit T dan limfosit B.

3. Tanda dan gejala Leukimia


a. Anemia
b. Demam
c. Kelemahan dan kelelahan
d. Kekurangan nafsu makan
e. Penurunan BB
f. Pembengkakan kelenjar getah bening
g. Pembesaran pada limfa
h. Bintik merah kecil pada kulit
i. Keringat berlebih (terutama malam hari)
j. Sakit kepala
k. Batuk/sakit tenggorokan
l. Kejang
4. Efek samping kemoterapi leukemia
a. Alopesia
b. Mual dan muntah
c. Penurunan nafsu makan
d. Sariawan

32
e. Diare
f. Kelelahan
g. Demam
h. Batuk
i. Flu
j. Pertambahan berat badan
k. Memar dan mudah terjadi pendarahan
l. Kulit kering
m. Perubahan warna urine
n. Mati rasa pada kaki dan tangan

Dalam penelitian didapatkan data bahwa dampak fisiologis


kemoterapi pada anak dengan leukemia yang dialami oleh anak yaitu
alopesia (rambut rontok), mual, muntah, penurunan nafsu makan,
sariawan, diare, kelelahan, demam, batuk, flu, memar, perdarahan,
pertambahan berat badan, kulit kering, perubahan warna urin, dan mati
rasa pada kaki dan tangan. Obat kemoterapi menyerang sel-sel yang
membelah dengan cepat, itulah sebabnya obat kemoterapi melawan sel-
sel kanker. Tetapi sel-sel lain dalam tubuh, seperti sel yang berada di
sumsum, lapisan mulut, lambung dan usus, serta folikel rambut juga
membelah dengan cepat (Society, 2016).

Kemoterapi merusak sel normal yang berpoliferasi dengan


cepat termasuk sel folikel rambut, menyebabkan rambut rontok. Rambut
rontok disebabkan oleh agen kemoterapi bersifat sementara, mencakup
rambut diseluruh tubuh, dimulai 1-2 minggu setelah pemberian
kemoterapi dan rambut akan tumbuh dalam 3-5 bulan setelah pengobatan
berakhir dengan tekstur dan konsistensi yang agak berbeda daripada
rambut sebelumnya (Society, 2016).

Obat kemoterapi menyebabkan iritasi pada mukosa lambung


dan duodenum yang kemudian merangsang pusat muntah di sistem saraf
pusat. Kemoterapi juga menyebabkan aktivasi sistem saraf pusat

33
obstruksi, pengosongan lambung terlambat, dan reaksi inflamasi. Obat
obat kemoterapi yang dapat menyebabkan mual dan muntah yaitu
Methotrexate, Vincristine, Daunorubicin(Society, 2016).

Penurunan nafsu makan berhubungan dengan mual dan


perubahan rasa yang dialami oleh beberapa anak sebagai respons
terhadap agen kemoterapi tertentu. Penurunan nafsu makan dapat
menyebabkan malnutrisi yang mengakibatkan penurunan berat badan dan
menganggu pertumbuhan. Meskipun antiemetik dapat efektif dalam
mencegah mual dan muntah, namun tidak dapat mencegah perubahan
rasa yang diakibatkan oleh pemberian terapi kemoterapi (James, Nelson,
& Ashwill, 2013 ).

Penurunan nafsu makan dapat juga disebabkan oleh masalah


tenggorokan, merasa tertekan atau kelelahan (Society, 2016). Pasien
dengan kemoterapi mempunyai risiko terkena sariawan. Sariawan terjadi
karena kerusakan pada sel epitel akibat pemberian terapi yang melalui
dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
kemoterapi mengganggu produksi, kematangan dan penggantian sel
epitel; sedangkan secara tidak langsung disebabkan karena depresi
sumsum tulang akibat pemberian kemoterapi, yang menyebabkan
terjadinya neutropenia dan trombositopenia, sehingga terjadi peningkatan
risiko perdarahan dan infeksi (Society,2016).

Obat kemoterapi menyerang sel epitel mukosa pada usus yang


mempunyai sifat yang cepat tumbuh dan jika tidak ada pergantian sel
meukosa yang baru, sel ini akan atrofi dan mengalami inflamasi. Mukosa
yang terinflamasi akan menghasilkan lendir yang merangsang peristaltik.
Hal inilah yang menyebabkan diare. Obat kemoterapi yang menyebabkan
diare umumnya metrotexate, hydroxyuera dan dactinomycin
(Society,2016).

Kelelahan pada pasien kemoterapi disebabkan oleh anemia dan


penurunan nafsu makan yang menyebabkan berkuranganya kebutuhan

34
energi. Kemoterapi mengakibatkan terjadinya pelepasan zat sitokin dan
interleukin yang merangsang hipotalamus untuk menurunkan rasa lapar
yang mengakibatkan terjadinya penurunan nafsu makan sehingga
kebutuhan energi dalam tubuh tidak tercukupi (Society,2016).

Kemoterapi menyebabkan aktivitas abnormal dari sistem


kekebalan tubuh, sehingga hal ini dapat menyebakan kelelahan. Sitokin
merupakan protein yang dilepaskan oleh sel darah putih dalam merespon
infeksi. kanker dan pengobatannya. Dapat mengganggu tingkat sitokin.
Sitokin membawa pesan yang berfungsi untuk mengatur sistem imun dan
endokrin. Tetapi dalam jumlah yang tinggi dapat berubah menjadi racun
dan inflamasi yang dapat menyebabkan kelelahan. Berdasarkan teori,
tingkat sitokin yang tinggi akan memperburuk peradangan dan
mengganggu produksi dari serotonin (Leukemia, 2016).

Kemoterapi menekan sumsum tulang sehingga produksi sel


dalam sumsum tulang menurun, salah satunya adalah trombosit.
Trombosit adalah sel-sel yang membantu menghentikan perdarahan
dengan mengganti sel darah yang rusak dan membantu sel darah
membeku. Jika jumlah trombosit tidak cukup, maka kemungkinan mudah
terjadi perdarahan atau memar, bahkan dari cedera ringan (Society,
2016).

Trombositopenia terjadi karena adanya penekanan sumsum


tulang. Kompartemen penyimpanan pada sumsum tulang dapat mensuplai
selsel matur ke peredaran darah perifer selama 8 sampai 10 hari.
Trombositopenia dapat menyebabkan anak memiliki bintik-bintik kecil
pada kulit, muntah darah, perdarahan pada gusi dan hidung (Miller,
2016).

Neuropati perifer meliputi sensorik dan motorik. obat


kemoterapi tertentu dapat mempengahi otot menjadi lemah, lelah bahkan
sakit. Obat kemoterapi yang menyebabkan neuropati pada anak umumnya
adalah vincristine. Agen sitotoksik menyebabkan masalah pada barier

35
kulit seperti ruam kulit, kulit kering dan hiperpigmentasi. Gejala pada
kulit akan terlihat dalam waktu dua minggu pertama kemoterapi. Efek
samping kemoterapi tergantung pada tipe dan dosis obat yang diberikan
dan lama pengobatan (Society, 2015).

Peningkatan berat badan merupakan salah satu efek dari


pemberian obat kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid
mengakibatkan peningkatan nafsu makan dan penumpukan lemak pada
tubuh. Selain itu kortikosteroid juga meningkatkan gula darah akibat
peningkatan pembentukan glukosa dari protein yang berlebih (Aprianto,
2016). Beberapa anak memiliki dampak fisiologis yang sama, hal ini
dikarenakan beberapa obat kemoterapi memiliki dampak fisiologis yang
sama. Seperti senyawa alkil (Cyclophosphamide), Antimetabolit
(Methotrexate, 6-Mercaptopurine), Vincristine, Doxorubicin yang
memiliki efek samping yang sama yaitu menekan sumsum tulang,
menyebabkan rambut rontok, menekan sistem kekebalan tubuh
(Society,2016).

36
37
Leaflet

38
39

Anda mungkin juga menyukai