Anda di halaman 1dari 93

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS TIDUR

PADA IBU PREEKLAMPSIA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS TEMPUREJO
KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

oleh
Dyan Ayu Pusparini
NIM 152310101258

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS TIDUR
PADA IBU PREEKLAMPSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TEMPUREJO
KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)
dan mencapai gelar sarjana keperawatan

oleh
Dyan Ayu Pusparini
NIM 152310101258

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS TIDUR


PADA IBU PREEKLAMPSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TEMPUREJO
KABUPATEN JEMBER

oleh
Dyan Ayu Pusparini
NIM 152310101258

Pembimbing

Dosen Pembimbing Utama : Ns. Dini Kurniawati, M.Psi., M.Kep., Sp.Kep.Mat


Dosen Pembimbing Anggota : Ns. Enggal Hadi, K., S. Kep., M. Kep

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan ini mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, saya


persembahkan skripsi ini untuk:

1. Ayahanda saya tercinta Sunaryo, M.Pd, Ibunda saya Niswatul Awwalin, M.Pd
dan keluarga besar saya yang telah merawat, memberikan cinta kasih, dukungan,
semangat dan doa tanpa mengenal lelah demi mewujudkan impian dan
keberhasilan saya
2. Almamater Fakultas Keperawatan Universitas Jember dan seluruh dosen serta
semua guru TK Bhayangkari Bangkalan, SDN Pejagan 5 Bangkalan, SMPN 1
Bangkalan, SMAN 1 Bangkalan yang telah memberikan segenap ilmu, bantuan,
dan bimbingan kepada saya selama menempuh pendidikan
3. Semua sahabat saya yang berada di Bangkalan atau yang di Jember yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu yang telah menemani dan memberikan dukungan
terbaik kepada saya selama proses pembuatan skripsi ini.
4. Semua pihak yang membantu dan selalu memberikan dukungan dalam
penyelesaian skripsi ini.

iv
MOTO

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya”
(terjemahan Surat Al-Baqarah ayat 236)*)

atau

“ Walau Tak Ada Yang Sempurna, Hidup Ini Indah Begini Adanya”
(Dee Lestari, 2006)**)

*) Departemen Agama Republik Indonesia 2010. Mushaf Aisyah Al-Quran dan


Terjemahan untuk Wanita. Bandung : Penerbit Jabal

**) Dee lestari. 2006. Filosofi Kopi. Website. Jakarta: Sukita ID

v
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dyan Ayu Pusparini

NIM : 152310101258

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul


“Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Preeklamsi di Wilayah
Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember” yang saya tulis benar-benar
merupakan hasil karya sendiri kecuali kutipan yang sumbernya telah saya
cantumkan. Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa karya ilmiah ini
merupakan jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Saya akan bertanggung jawab atas keabsahan isinya sesuai dengan sikap ilmiah
yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa adanya


paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun.

Jember, Desember 2019

Dyan Ayu Pusparini


NIM 152310101258

vi
vii
Hubungan Tingkat Stres Dengan Kualitas Tidur Ibu Preeklamsi di Wilayah
Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember ( Relationship The Level Of
Stress Of The Sleep Quality In Preeclampsia Women In Tempurejo Community
Healt Center In Jember Regency)

Dyan Ayu Pusparini


Faculty of Nursing, University of Jember

ABSTRACT

Preeclampsia are some of the symptoms that occur in pregnant, childbirth and
puerperal women which are characterized by hypertension, edema, and increased
proteinuria. Preeclampsia usually occurs when pregnancy enters the age of 20
weeks to 48 hours after the birth process, in that condition there are undesirable
complications during pregnancy that can make mothers more vulnerable to
psychological disorders, one of which is stress. Stress experienced during
pregnancy can affect the health of the baby and can also improve poor sleep quality.
This study aims to analyze the relationship of stress levels with the quality of
preeclampsia sleep in the Tempurejo Community Health Center in Jember. This
research was conducted on 31 preeclampsia mothers using a correlational
research design with a cross sectional approach and using total sampling
techniques. Data collection using questionnaires stress and sleep quality. The
results showed 19 (61.3)% of respondents experienced mild stress and 26 (83.9)%
of respondents experienced poor sleep quality. The results of data analysis using
the spearmen statistical test obtained p value 0.001 and r = 0.894, which means
there is a relationship between stress levels and sleep quality or ha is accepted.
Value r = 0.396 means that the correlation between stress levels and sleep quality
in preeclampsia has a positive correlation with weak correlation strength. Nursing
implications for further research can intervene in interventions that can reduce
stress levels with the quality of sleep in preeclampsia mothers so as to reduce the
factors of preeclampsia.

Keywords: Preeclampsia, quality of sleep, and stress

viii
Hubungan Tingkat Stres Dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Preeklamsi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember.

Dyan Ayu Pusparini


Fakultas Keperawatan, Universitas Jember

ABSTRAK

Preeklamsi adalah beberapa gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan nifas
yang ditandai dengan hipertensi, edema, dan peningkatan proteinuria. Preeklamsi
biasanya terjadi pada saat kehamilan memasuki umur 20 minggu hingga 48 jam
setelah proses persalinan, pada kondisi tersebut terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan saat hamil yang dapat membuat ibu lebih rentan mengalami gangguan
psikologis salah satunya yaitu stres. Stres yang dialami saat hamil dapat
mempengaruhi kesehatan bayi dan juga dapat meningkatkan kualitas tidur yang
buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stres dengan
kualitas tidur ibu preeklamsi di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten
Jember. Penelitian ini dilakukan pada 31 ibu preeklamsi menggunakan desain
penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan teknik
total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner stres dan kualitas tidur.
Hasil penelitian menunjukkan 19 (61,3)% responden mengalami stres ringan dan
26 (83,9)% responden mengalami kualitas tidur yang buruk. Hasil analisa data
menggunakan uji statistik spearmen didapatkan p value 0,001 dan nilai r = 0,894
yang artinya terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur atau Ha
diterima. Nilai r = 0,894 mengartikan bahwa korelasi antara tingkat stres dengan
kualitas tidur pada ibu preeklamsi memiliki arah korelasi positif dengan kekuatan
korelasi sangat kuat. Implikasi keperawatan untuk penelitian selanjutnya dapat
melakukan intervensi melakukan intervensi yang dapat mengurangi tingkat stres
dengan kualitas tidur pada ibu preeklamsi sehingga dapat mengurangi faktor-faktor
preeklamsi.

Kata kunci: Preeklamsi, Kualitas Tidur, dan Stress.

ix
RINGKASAN

Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Preeklamsi Di


Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember: Dyan Ayu Pusparini
152310101258; 2019; xix±70; Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Keperawatan, Universitas Jember.

Kesehatan pada ibu hamil adalah salah satu aspek penting yang harus
diperhatikan saat kehamilan, karena pada saat kehamilan rentan terjadi komplikasi
yang tidak diinginkan saat hamil yang dapat membuat ibu lebih rentan mengalami
gangguan psikologis salah satunya yaitu stres. Stres dapat terjadi karena berbagai
macam hal seperti khawatir akan keselamatan janin, ancaman kematian yang lebih
besar, dan keterbatasan dalam beraktivitas. Stres pada ibu hamil akan memproduksi
hormone adrenalin dan mengeluarkan hormon kortisol. Meningkatnya kortisol akan
melumpuhkan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh ibu hamil menjadi rentan
terhadap berbagai penyakit dan gangguan salah satunya seperti preeklamsi.
Perubahan yang terjadi pada ibu preeklamsi juga dapat mempengaruhi pada kualitas
tidur ibu. Tanda dan gejala yang terjadi pada ibu preeklamsi dapat menyebabkan
kualitas tidur ibu menjadi buruk seperti bertambahnya berat badan yang berlebih
diikuti edema, hipertensi, sakit kepala di daerah frontal, diplopia, penglihatan
kabur, nyeri epigastrium, mual dan muntah. Beberapa tanda dan gejala tersebut
menyebabkan gangguan rasa nyaman sehingga ibu sering terbangun saat tidur, hal
tersebut mempengaruhi terganggunya kualitas tidur ibu yang mengalami
preeklamsi.

Tujuan pada penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara tingkat stres
dengan kualitas tidur pada ibu preeklamsi di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo
Kabupaten Jember. Desain Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yaitu
penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu
waktu. Penelitian ini dilakukan pada 31 ibu preekalmsi di Wilayah Kerja
Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember menggunakan teknik total sampling.

x
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berada pada usia produktif yaitu 20-35 tahun. Pada karakteristik tingkat pendidikan
ibu preeklamsi paling banyak adalah pendidikan tingkat SMA. Pada karakteristik
pekerjaan lebih dari stengah jumlah responden ibu preeklamsi adalah ibu rumah
tangga dan lebih dari setengah responden tidak memiliki riwayat preeklamsi.
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden mengalami stres pada
kategori stres ringan yaitu sebanyak 19 responden (61,3 %) dan lebih dari setengah
responden mengalami kualitas tidur buruk yaitu sebanyak 26 responden (83,9%).
Hasil analisis bivariat menggunakan Spearman Rank, ditemukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kualitas tidur ibu preeklamsi
di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember dengan nilai 0,001
kurang dari nilai significant 0,05.

Kesimpulan dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres


dengan kualitas tidur pada ibu preeklamsi di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo
Kabupaten Jember. Ibu yang mengalami stres akan terganggu aktivitas sehari-
harinya sehingga kualitas tidur ibu preeklamsi menjadi buruk. Ibu preeklamsi yang
mengalami stres akan mempengaruhi kualitas tidur ibu pada masa kehamilan. Jika
ibu mengalami stres maka kualitas tidur ibu menjadi buruk.

xi
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat
Stres dengan Kualitas Tidur pada Ibu Preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas
Tempurejo Kabupaten Jember”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, peneliti menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan


Universitas Jember;
2. Ns. Retno Purwandari, M.Kep., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing selama peneliti menjadi mahasiswa;
3. Ns. Dini Kurniawati, M.Psi., M.Kep., Sp.Kep.Mat., selaku Dosen Pembimbing
Utama, Ns. Enggal Hadi K, M.Kep., selaku Dosen Pembimbing Anggota, Ns.
Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep., selaku Dosen Penguji I, dan Ns. Fitrio Deviantony,
M.Kep., selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan
perhatian dalam penulisan proposal ini;
4. Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember yang telah bersedia
membantu peneliti selama melaksanakan penelitian;
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.

Jember, Desember 2019

Peneliti

xii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i


HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
HALAMAN PEMBIMBING ................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ iv
HALAMAN MOTO ............................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ vi
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................. viii
RINGKASAN ......................................................................................... x
PRAKATA ............................................................................................... xii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xix
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Umum............................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................ 5
1.4 Manfaat .............................................................................. 5
1.4.1 Bagi Peneliti ............................................................... 5
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan ..................... 6
1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan .......................................... 6
1.4.4 Bagi Masyarakat ......................................................... 6
1.5 Keaslian Penelitian ........................................................... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8
2.1 Konsep Dasar Preeklamsi ................................................. 8

xiii
2.1.1 Pengertian Preeklamsi ................................................ 8
2.1.2 Patofisiologi ............................................................... 8
2.1.3 Faktor-faktor Preeklamsi ............................................ 9
2.1.4 Tanda dan Gejala Preeklamsi .................................... 10
2.1.5 Klasifikasi Preeklamsi ................................................ 10
2.1.6 Dampak Preeklamsi .................................................... 11
2.2 Kualitas Tidur ................................................................... 11
2.2.1 Pengertian Tidur ....................................................... 11
2.2.2 Fisiologi Tidur.......................................................... 11
2.2.3 Macam-macam Tidur .............................................. 12
2.2.4 Fungsi dan Tujuan Tidur ......................................... 13
2.2.5 Gangguan Tidur ...................................................... 13
2.2.6 Pola Kebutuhan Tidur ............................................. 14
2.2.7 Kualitas Tidur ......................................................... 14
2.2.8 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur ............ 15
2.2.9 Tanda-tanda Kekurangan Tidur .............................. 15
2.2.10 Dampak Kualitas Tidur ........................................... 16
2.2.11 Penatalaksanaan Gangguan Tidur ........................... 16
2.2.12 Kualitas Tidur pada Ibu Preeklamsi ........................ 17
2.3 Konsep Stres ...................................................................... 17
2.3.1 Pengertian Stres ......................................................... 17
2.3.2 Etiologi Stres .............................................................. 18
2.3.3 Klasifikasi Stres .......................................................... 18
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres ................... 19
2.3.5 Respon terhadap Stres ............................................... 20
2.3.6 Stres pada Ibu Preeklamsi ......................................... 21
2.4 Kerangka Teori ................................................................. 22
BAB 3. KERANGKA KONSEP............................................................. 23
3.1 Kerangka Konsep ............................................................. 23
3.2 Hipotesis ............................................................................. 24
BAB 4. METODE PENELITIAN .......................................................... 25

xiv
4.1 Desain Penelitian ................................................................ 25
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian........................................ 25
4.2.1 Populasi Penelitian .................................................... 25
4.2.2 Sampel Penelitian ...................................................... 25
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 25
4.2.4 Kriteria Sampel Penelitian ......................................... 26
4.3 Lokasi Penelitian ................................................................ 26
4.4 Waktu Penelitian................................................................ 26
4.5 Definisi Operasional .......................................................... 27
4.6 Pengumpulan Data ........................................................... 28
4.6.1 Sumber Data .............................................................. 28
4.6.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................ 28
4.6.3 Alat Pengumpul Data ................................................ 29
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 30
4.8 Pengolahan Data ................................................................ 31
4.8.1 Editing ....................................................................... 31
4.8.2 Coding ....................................................................... 31
4.8.3 Processing/ Entry Data ............................................. 32
4.8.4 Cleaning .................................................................... 32
4.9 Analisa Data ....................................................................... 33
4.9.1 Analisa Univariat ....................................................... 33
4.9.2 Analisa Bivariat ......................................................... 33
4.10Etika Penelitian ................................................................. 34
4.10.1 Lembar Persetujuan Peneliti ................................... 34
4.10.2 Kerahasiaan ............................................................. 34
4.10.3 Keadilan .................................................................. 35
4.10.4 Kemanfaatan ........................................................... 35
BAB 5. PEMBAHASAN ....................................................................... 36
5.1 Hasil Penelitian ................................................................. 36
5.1.1 Karakteristik responden berdasarkan tingkat stress .. 36
5.1.2 Tingkat stres ibu preeklamsi ...................................... 37

xv
5.1.3 Kualitas tidur ibu preeklamsi .................................... 37
5.1.4 Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur ........... 38
5.2 Pembahasan Penelitian ..................................................... 39
5.2.1 Karakteristik responden ............................................. 39
5.2.2 Tingkat stres ibu preeklamsi ...................................... 41
5.2.3 Kualitas tidur ibu preeklamsi .................................... 43
5.2.4 Hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur . 44
5.3 Keterbatasan Penelitian ................................................... 45
BAB 6. PENUTUP .................................................................................. 47
6.1 Simpulan ............................................................................ 47
6.2 Saran .................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 49
LAMPIRAN ............................................................................................ 53

xvi
DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Keaslian penelitian ............................................................................. … 7


4.1 Definisi operasional ........................................................................... … 27
4.2 Blue print kuesioner DASS 42 ........................................................... … 29
4.3 Blue print kuesioner PSQI ................................................................. … 30
4.4 Interpretasi hasil uji hipotesis ............................................................ … 34
5.1 Distribusi responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, riwayat
preeklamsi ......................................................................................... … 36
5.2 Distribusi variabel tingkat stres ibu preeklamsi ................................. … 37
5.3 Kualitas tidur ibu preeklamsi ............................................................. … 38
5.4 Analisis hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur ....................... … 38

xvii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerangka teori .................................................................................... … 22


3.1 Kerangka konsep ................................................................................ … 23

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran A: Lembar Informed ................................................................ … 54
Lampiran B: Lembar Consent .................................................................. … 55
Lampiran C: Kuesioner Demografi .......................................................... … 56
Lampiran D: Kuesioner Stres ................................................................... … 57
Lampiran E: Kuesioner PSQI ................................................................... … 59
Lampiran F: Surat Keterangan Studi Literatur ......................................... … 61
Lampiran G: Lembar Bimbingan ............................................................ … 62
Lampiran H: Sertifikat Uji Etik ................................................................ … 66
Lampiran I: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ........................................ … 67
Lampiran J: Surat Ijin Penelitian dari LP2M ........................................... … 68
Lampiran K: Surat Ijin Penelitian dari Bangkesbangpol ......................... … 69
Lampiran L: Surat Ijin Penelitian dari Dinkes ......................................... … 70
Lampiran M: Surat Selesai Penelitian dari Puskesmas ........................... … 71
Lampiran N: Foto Dokumentasi ............................................................... … 72

xix
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan pada ibu hamil merupakan salah satu aspek penting untuk
diperhatikan dalam siklus kehidupan perempuan karena saat masa
kehamilannya dapat mengalami komplikasi yang tidak diinginkan (Salmah,
2006). Salah satu kehamilan yang berisiko tinggi terjadi pada ibu hamil yang
memiliki tekanan darah tinggi (preeklamsi). Hal tersebut merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil sehingga meningkat angka
kematian ibu (AKI) (Shinta, dkk, 2016).
Preeklamsi adalah beberapa gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin
dan nifas yang ditandai dengan hipertensi, edema, dan peningkatan protein
uria. Preeklamsi biasanya terjadi pada saat kehamilan memasuki umur 20
minggu hingga 48 jam setelah proses persalinan. Preeklamsi merupakan salah
satu faktor penyebab angka kematian ibu. Salah satu masalah kesehatan
preeklamsi yang sering muncul adalah tekanan darah tinggi yaitu kenaikan
diastolik ≥ 15 mmHg atau kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg ( Sukarni & Wahyu,
2013).
Menurut WHO tahun 2014, di dunia terdapat sekitar 585.000 ibu
meninggal per tahunnya pada saat hamil atau bersalin dan 58,1% disebabkan
preeklamsi. Di Indonesia preeklamsi merupakan salah satu penyebab angka
kematian ibu yang tinggi yaitu sebesar 24% (Kemenkes RI, 2014). Angka
kejadian preeklamsi di Jawa Timur tahun 2010 sebesar 26,92% yang
meningkat menjadi 27,77% tahun 2011 dan 34,88% tahun 2012. Pada tahun
2014 preeklamsi merupakan masalah yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu
sebesar 31,04% dan menjadi penyebab kematian ibu di Provinsi Jawa Timur
(Dinkes Jatim, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan Lesmana dan Rahma tahun 2019
mengatakan pada tahun 2017 di Puskesmas Tempurejo dari 743 ibu hamil
didapatkan hasil 27 ibu preeklamsi. Pada bulan Januari hingga April tahun

1
2

2018, 309 ibu hamil mengalami resiko preeklamsi. Setelah melakukan skrining
ibu yang mengalami resiko preeklamsi sebanyak 211 (68,3 %), sehingga dapat
disimpulkan ibu yang mengalami preeklamsi berjumlah 41 ibu hamil yang
mengalami preeklamsi. Dari hasil data tersebut menunjukkan bahwa ibu hamil
yang mengalami preeklamsi dari tahun 2017 hingga tahun 2018 di Puskesmas
Tempurejo meningkat.
Tanda dan gejala pada ibu preeklamsi biasanya diikuti bertambahnya
berat badan yang berlebih diikuti edema, hipertensi, sakit kepala di daerah
frontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri epigastrium, mual dan muntah (
Sukarni & wahyu, 2013). Beberapa tanda dan gejala tersebut menyebabkan
gangguan rasa nyaman sehingga ibu sering terbangun saat tidur, hal tersebut
mempengaruhi terganggunya kualitas tidur ibu yang mengalami preeklamsi
(Sinta, dkk 2016).
Menurut Potter dan Perry tahun 2010 beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas tidur adalah faktor fisiologis, faktor psikologis,
lingkungan dan gaya hidup. Dampak dari faktor fisiologis adalah penurunan
kegiatan sehari-hari, rasa lemah, lelah, daya tahan tubuh menurun dan tanda-
tanda vital tidak stabil. Dampak dari faktor psikologis adalah depresi, cemas,
stres dan sulit untuk konsentrasi. Kualitas tidur yang baik berpengaruh pada
kinerja optimal neurokognitif dan psikomotor, begitu juga kesehatan fisik dan
mental. Salah satu penyebab terjadinya kelelahan dan masalah tidur saat
kehamilan adalah perubahan kadar hormon. Meningkatnya kadar progesteron
menyebabkan kantuk di siang hari (Venugopal 2018).
Berdasarkan data National Sleep Foundation jumlah ibu hamil
trimester tiga selalu terbangun di malam hari sebesar 97,3%, rata-rata 3-11 kali
setiap malam. Menurut data hasil survei National Sleep Foundation, jumlah
ibu hamil di Amerika yang mengalami gangguan tidur sebesar 78% dan hanya
1,9% ibu hamil yang tidak terbangun di malam hari saat usia kehamilan
trimester III. gangguan pola tidur terjadi pada trimester I 13% hingga mencapai
80%, sedangkan pada trimester III mengalami peningkatan dari 66%
meningkat hingga 97% (Venugopal dkk., 2018). Menurut Safriani tahun 2017
3

prevalensi gangguan tidur di Indonesia terhadap ibu hamil cukup besar kira-
kira 64 dan 42% terjadi pada ibu hamil yang menderita preeklamsi.
Kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adalah jenis
kelamin dan usia, aktivitas fisik, penyakit, gaya hidup, lingkungan fisik dan
stres psikologis. Adanya kecemasan dan stres dapat menyebabkan peningkatan
aktivitas simpatis sehingga mengalami gangguan tidur.
Menurut Penelitian Fatimah tahun 2017 hubungan stres terhadap
peningkatan tekanan darah tinggi pada ibu hamil menunjukkan pasien
hipertensi dengan tingkat stres sedang sebagian besar mengalami kekambuhan
peningkatan tekanan darah kadang-kadang yaitu sebanyak 34 responden
(64%), sedangkan pada tingkat stres berat sebagian besar mengalami
kekambuhan peningkatan tekanan darah sering yaitu sebanyak 11 responden
(65%). Berdasarkan data tersebut, dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat stres responden maka tingkat kekambuhan hipertensinya semakin
sering, sehingga hipertensi merupakan salah satu tanda yang paling sering pada
preeklamsi.
Stres pada ibu hamil akan memproduksi hormone adrenalin dan
mengeluarkan hormone kortisol. Meningkatkan kortisol akan melumpuhkan
sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh ibu hamil menjadi rentan terhadap
berbagai penyakit dan gangguan, seperti gangguan jantung, hipertensi, saluran
cerna, preeklampsia, dan sebagainya. Preeklampsia bisa terjadi karena jantung
akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan cardiac output yang
menyebabkan hipertensi (Shita,2012).
Menurut Kasenda, dkk 2017 berpendapat bahwa ibu yang mengalami
stres akan mempengaruhi kualitas tidurnya. Ibu hamil yang memiliki gangguan
tidur dengan tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak akan memicu tekanan
darah. Hal ini disebabkan adanya proses hemostasis yang berperan dalam
pengaturan keseimbangan tekanan darah pada ibu hami. Istirahat yang cukup
dapat menghindari ibu hamil dari kondisi stres, karena saat stres produksi
hormon adrenalin meningkat sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh
darah (vasokonstriksi) dan prningkatan inflamasi tubuh (Sitohang dkk, 2016).
4

Menurut Sitohang dkk tahun 2016 mengatakan bahwa peningkatan tekanan


darah cenderung terjadi pada orang yang kurang tidur karena pada ibu hamil
yang kurang tidur akan memicu peningkatan homeostasis. Hasil penelitian
tersebut menyebabkan bahwa sebagian besar ibu hamil dengan preeeklamsi
memiliki tidur dengan rata-rata kurang dari 6 jam per hari yang dapat
meningkatkan risiko mengidap hipertensi sebesar 37%.
Macam macam gangguan tidur selama kehamilan yaitu gangguan pada
durasi tidur, mengantuk, apnea, hypopnea. Hal tersebut karena perubahan
hormon saat hamil sehingga menyebabkan rahim yang membesar, sakit
punggung, gerakan janin yang dapat mempengaruhi perubahan pola tidur
(Pitault dkk., 2015).
Peran perawat diperlukan dalam mengetahui permasalahan ini, dimana
perawat bisa memberikan edukasi mengenai perilaku coping untuk mengatasi
stres selama kehamilan berlangsung, hal tersebut saling berhubungan ketika
coping tidak efektif maka stres akan meningkat, selain itu perawat dapat
memberikan informasi pada ibu preeklamsi agar menciptakan tidur yang
berkualitas.
Berdasarkan latar belakang di atas, mengenai hubungan tingkat stres
dengan kualitas tidur pada ibu preeklamsi yang menyatakan bahwa kualitas
tidur ibu hamil yang buruk dapat memicu terjadinya stres dan hal ini dapat
meningkatkan tekanan darah sehingga berpotensi terjadinya preeklamsi. Pada
variabel tingkat stres dan kualitas tidur sudah ada penelitian yang dilakukan
pada ibu hamil namun pada variabel tersebut masih belumn yang ada penelitia
dilakukan pada ibu preeklamsi. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti lebih
jauh mengenai hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada ibu
preeklamsi.
5

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan dalam suatu
masalah yang dapat diangkat dalam penelitian yaitu “apakah ada hubungan antara
tingkat stres dengan kualitas tidur pada ibu preeklamsi di wilayah kerja Puskesmas
Tempurejo Kabupaten Jember?”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan tingkat stres dengan
kualitas tidur pada ibu preeklamsi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya:
a. Mengidentifikasi karakteristik ibu preeklamsi
b. Mengidentifikasi tingkat stres ibu preeklamsi
c. Mengidentifikasi kualitas tidur ibu preeklamsi
d. Menganalisa hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada ibu
preeklamsi

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menerapkan ilmu pengetahuan, wawasan dan
menganalisis masalah yang diperoleh pendidikan di kampus tentang mata
kuliah Metodelogi penelitian sehingga peneliti dapat menganalisis terjadinya
tingkat stres yang dapat mempengaruhi kualitas tidur sehingga hasil analisis ini
dapat dijadikan sumber informasi yang dapat dilakukan sebagai proses
pencegahan.
6

1.4.2 Bagi Masyarakat


Hasil dari penelitian ini digunakan untuk menambah pengetahuan kepada
masyarakat khususnya tentang tingkat stres dengan kualitas tidur pada ibu
preeklamsi dan sebagai sumber informasi kepada masyarakat untuk mencegah
terjadinya preeklamsi.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan
referensi tentang keilmuan keperawatan maternitas khususnya mengenai
tingkat stres dengan kualitas tidur ibu preeklamsi sehingga perawat diharapkan
mampu meningkatkan kualitas keperawatan khususnya keperawatan
maternitas.
1.4.4 Bagi Institusi Pelayanan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai
tingkat stres dengan kualitas tidur sehingga perawat di layanan kesehatan
khususnya perawat maternitas di komunitas dapat meningkatkan mutu
pelayanan yang berkualitas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada ibu
hamil dengan preeklamsi.

1.5 Keaslian Penelitian


Penelitian ini merupakan pendukung dari penelitian sebelumnya yang
berjudul “Hubungan Stres dengan Kejadian Insomnia Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Bahu Kota Manado”. Jenis penelitian menggunakan observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan yaitu nonprobability sampling dengan pendekatan purposive sampling.
Penelitian saat ini berjudul “Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur
pada Ibu Preeklamsi di Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember”. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional.
Variabel independen dari penelitian ini adalah tingkat stres, sedangkan untuk
variabel dependen dari penelitian yaitu kualitas tidur pada ibu preeklamsi. Teknik
pengambilan sampling yang digunakan yaitu total sampling.
7

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Variabel Penelitian sebelumnya Penelitian Sekarang
Judul Hubungan Stres dengan Hubungan Tingkat Stres
Kejadian Insomnia Pada dengan Kualitas Tidur
Ibu Hamil Di Puskesmas pada Ibu Preeklamsi
Bahu Kota Manado
Tempat penelitian Puskesmas Bahu kota Wilayah Kerja Puskesmas
Manado Tempurejo Kabupaten
Jember
Tahun penelitian 2017 2019
Variabel Stres Tingkat stres
Independen
Variabel Dependen Kejadian Insomnia pada Kualitas tidur pada ibu
ibu hamil preeklamsi
Peneliti Patricia Kasenda Dyan Ayu Pusparini
Herlina Wungouw
Jill Lolong
Desain Penelitian Observasional analitik Observasi analitik dengan
dengan pendekatan cross pendekatan cross
sectional sectional
Tehnik Sampling Purposive sampling Total sampling
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Preeklamasi


2.1.1 Pengertian Preeklamsi
Preeklamsi adalah kondisi yang terjadi pada saat kehamilan yang ditandai
dengan hipertensi, edema dan peningkatan protein di dalam urin (proteinuria).
Preeklamsi biasanya terjadi pada saat kehamilan memasuki umur 20 minggu hingga
48 jam setelah proses persalinan. Preeklamsi merupakan salah satu faktor penyebab
angka kematian ibu. Salah satu masalah kesehatan preeklamsi yang sering muncul
adalah tekanan darah tinggi yaitu tekanan sistolik 140 mmHg dan diastol 90 mmHg
(Lalenoh, 2018).

2.1.2 Patofisiologi

Pada preeklamsi aliran darah dapat menurun. Perubahan tersebut


menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan menyebabkan iskemia pada
uterus. Kondisi iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik
yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. bahan tropoblastik
menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin.
Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi
agresasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan
terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit.
Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh
satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi
kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Vasospasme bersama
dengan koagulasi intravaskuler akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan
gangguan multi organ. Gangguan multiorgan terjadi pada organ oragn tubuh
diantaranya otak, darah, paru-paru, hati/liver, renal dan plasenta. Pada otak dapat
menyebabkan nyeri kepala dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa
keperawatab risiko cedera. Pada paru-paru dapat mengakibatkan oudema paru yang

8
9

menyebabkan terjadinya kesrusakan pertukaran gas. Pada hati menyebabkan payah


jantung dan bisa muncul diagnosa penurunun curah jantung. Selain itu, Vasospasme
arteriol pada ginjal akan menyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terhadap
protein akan meningkat. Permeabilitas terhadap protein akan lolos dari filtrasi
glomerulus dan menyebabkan proteinuria. Hipertensi akan merangsang medulla
oblongata dan sistem parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis
mempengaruhi traktus gastrointestinal yang dapat menyebabkan nyeri epigastrik
yang merangsang mual dan timbulnya muntah serta mempengaruhi ekstrimitas
sehingga akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah, dan sehingga terjadi
intoleransi aktivitas (Sukarni & wahyu, 2013).

2.1.3 Faktor-Faktor Preeklamsi


Menurut Umar dan Wardani tahun 2018 Faktor- faktor yang mempengaruhi
preeklamsi, yaitu;

1. Faktor Usia
Usia di bawah 20 hingga 35 tahun dapat menyebabkan komplikasi saat
hamil. Remaja pada kehamilan pertama memiliki risiko yang lebih besar
mengalami tekanan darah tinggi dalam kehamilan dan akan meningkat lagi pada
usia diatas 35 tahun.
2. Riwayat Keluarga
Adanya peran genetik dalam hipertensi kehamilan. Hipertensi pada saat
hamil dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi.
3. Indeks Massa Tubuh
Kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang nanti dapat
menyebabkan beberapa faktor risiko seperti diabetes melitus, hipertensi
kehamilan, penyakit jantung koroner, reumatik, dan gangguan kesehatan
lainnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya timbunan lemak yang berlebihan di
dalam tubuh.
10

4. Antenatal care
Pemerikasaan tekanan darah secara rutin saat hamil (antenatal care)
meminimalisir tejadinya komplikasi.
5. Paritas
Kehamilan pertama cenderung mengalami kegagalan pembentukan
blocking antibodies terhadap antigen plasenta dan terjadi perubahan hormonal
karena adanya perubahan uterus sehingga menyebabkan kehamilan pertama
cenderung gagal.

2.1.4 Tanda dan Gejala Preeklamsi


Menurut Sukarni & Wahyuni tahun 2013 Tanda dan gejala pada ibu preeklamsi
1. Bertambahnya berat badan yang berlebih
2. Edema
3. Hipertensi
4. Sakit kepala di daerah frontal
5. Diplopia
6. Penglihatan kabur
7. Nyeri epigastrium
8. Mual dan muntah

2.1.5 Klasifikasi Preeklamsi


Menurut Purwantini tahun 2018, preeklamsi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Preeklamsi Ringan
Preeklamsi Ringan yaitu adanya hipertensi yang disertai proteinuria dan
edema saat usia kehamilan ≥ 20 minggu atau pada saat nifas dengan tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang
ditandai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dan edema pada kaki,
jari tangan, wajah.
11

2. Preeklamsi Berat
Preeklamsi berat yaitu suatu komplikasi pada kehamilan yang ditandai
dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg yang disertai proteinuria ≥3+. Adanya gangguan serebral, gangguan
virus, dan rasa nyeri pada epigastrium. Terdapat edema paru dan sianosis.

2.1.7 Dampak Preeklamsi


Dampak preeklamsi pada ibu hamil akan membuat plasenta tidak mendapat
darah dalam jumlah yang cukup, resiko bayi lahir prematur, proses pertumbuhan
dan perkembangan janin terhambat, berat bayi lahir rendah atau bayi baru bahir
sulit bernafas, meningkatnya operasi sesar dan dapat menyebabkan kematian
(Venugopal, dkk 2018).

2.2 Kualitas Tidur


2.2.1 Pengertian Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan relatif tanda sadar dalam ketenangan tidak
melakukan kegiatan apapun, hal ini terjadi berulang kali selama periode tertentu.
Tidur adalah keadaaan alam bawah sadar seseorang yang masih bisa dibangunkan
dengan memberi rangsangan sensorik atau rangsangan yang lain. Kegiatan susunan
saraf pusat disebut tidur, ketika seseorang dalam keadaan tidur, susunan saraf pusat
akan bekerja (Potter & Perry 2010).

2.2.2 Fisiologi Tidur


Kegiatan tidur diatur oleh sistem pada batang otak, yaitu Reticular Activating
System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS mempunyai sel
khusus yang berguna untuk kewaspadaan dan kesadaran, pendengaran, nyeri,
sensori raba, emosi serta proses berfikir. RAS akan melepaskan katekolamin saat
dalam keadaan sadar dan pelepasan serum serotonin dari BSR saat dalam keadaan
tidur. Stimulus RAS menurun saat seseorang dalam keadaan tidur kemudian
12

seseorang tersebut akan menutup mata dan berada dalam keadaan rileks. RAS akan
semakin menurun jika ruangan gelap dan ruangan dalam kondisi tenang,
selanjutnya BSR akan mengambil alih yang akan menyebabkan tidur (Sinta,2016).

2.2.3 Macam-macam Tidur


Menurut beberapa penelitian yang dilakukan menggunakan
elektroensafalogram (EEG) tidur terdiri dari 2 kondisi fisiologis yaitu, Non-Rapid
Eye Movement (NREM), dan Rapid Eye Movement (REM) atau tidur paradoksal.

1. Tidur Non-Rapid Eye Movement (NREM) atau tidur ortodoks


Tidur NREM ini dapat disebut juga tidur gelombang lambat. NREM
merupakan Tidur yang berhubungan dengan penurunan tonus pembuluh Perifer.
NREM disebut juga tidur gelombang lambat karena gelombang otak yang
ditunjukkan oleh seseorang yang sedang tidur berbeda dengan seseorang yang
sadar, seseorang yang sedang tidur gelombang alfa dan beta lebih pendek. Pada
saat tidur kondisi NREM, tekanan darah menurun, frekuensi pernafasan
berkurang, dan laju metabolisme basal berkurang 10 sampai 30 persen. Tidur
NREM terdiri dari 4 tahap, yang pada setiap tahap tidur akan semakin dalam,
gelombang EEG akan semakin pelan dan amplitudonya meningkat. Pada tahap
3 dan 4 kadang terjadi mimpi buruk (Sherwood, 2012).
2. Tidur Rapid Eye Movement (REM) atau Tidur Paradoksal
Menurut Safriani, 2017 REM disebut juga tidur paradoks yang dapat
berlangsung pada tidur malam selama 5-20 menit, dan rata rata timbul 90 menit
akan tetapi jika periode pertama terjadi selama 80-100 menit, apabila kondisi
orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada.
Mimpi yang paling sering terjadi pada tahap ini, tonus otot leher dan anggota
gerak minimal, seseorang akan sulit dibangunkan, dan bola mata bergerak cepat
dibalik pelupuk mata yang menutup. Saat seseorang tidur otak cenderung aktif
dan metabolisme meningkat hingga 20%. Pada tahap ini berbeda dengan tidur
NREM, pada tahap tidur paradoks ini tekanan darah akan berfluktuasi dan
kecepatan jantung tidak beraturan (Sherwood, 2012).
13

2.2.4 Fungsi dan Tujuan Tidur


Fungsi tidur belum diketahui dengan pasti, tetapi tidur mempunyai peran
penting dalam menjaga homeostatis tubuh, fungsi kardiovaskuler, dan metabolisme
tubuh. Tidur dapat mempengaruhi sistem imunitas tubuh, tidur juga berhubungan
dengan fungsi psikologis dan kognitif. Tidur bertujuan untuk menjaga
keseimbangan emosional, mental, kesehatan, dan dapat mengurangi stres pada
kardiovaskuler, paru, endokrin, dan lain lain (Putri 2018).

2.2.5 Gangguan Tidur


Menurut Buysse tahun 2014 gangguan tidur mempunyai dampak dalam
meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Kualitas tidur yang buruk dapat
menyebabkan risiko depresi, waktu tidur berkurang, buruknya kualitas
berhubungan dengan kejadian diabetes melitus dan obesitas. Seseorang yang
kuantitas dan kualitas tidurnya kurang akan mengalami gangguan sulit tidur atau
disebut juga Insomnia. Beberapa keluhan Insomnia adalah kesulitan tidur, sering
bangun di malam hari, susah untuk tidur kembali, bangun pada dini hari dan merasa
tidak segar saat bangun pada pagi hari (Saputra, 2013).

Gangguan tidur dapat terjadi pada ibu hamil. Beberapa gangguan tidur yang
terjadi yang terjadi pada ibu hamil adalah kualitas tidur terganggu, gangguan
berkanjutnya tidur, durasi tidur, restless legs syndrome, gangguan nafas saat tidur
yang meliputi abnormalitas dari pola napas, sleep obstructive apnea atau
berhentinya napas sementara (Putri, 2018).

Ketika seseorang mengalami gangguan tidur, hipotalamus akan mengaktifkan


2 sumbu yaitu medulla adrenal sympatic system dan Hipotalamic Pituitary
Adrenal-axis (HPA-axis). Ketika stressor datang disebabkan oleh gangguan tidur,
maka hormon norepinefrin dan epinefrin disekresikan 59 oleh kelenjar medulla
adrenal dan efek dari perangsangnya yakni langsung pada organ-organ spesifik
seperti pembuluh darah setiap jaringan akan mengalami vasokonstriksi sehingga
14

dapat membuat ketahanan perifer meningkat yang akhirnya dapat meningkatkan


tekanan darah (Irwin, 2014).

2.2.6 Pola Kebutuhan Tidur


Pola kebutuhan tidur terdiri dari dua macam yaitu, kebutuhan tidur normal
dan kebutuhan tidurpada ibu hamil trimester III.

1. Kebutuhan Tidur Normal


Seseorang yang sehat membutuhkan waktu cukup tidur untuk melakukan
kegiatan sehari-hari. Namun, ada tuntutan gaya hidup yang mengganggu pola
tidur seseorang. Setiap orang dari semua kelompok usia mempunyai kualitas dan
kuantitas tidur yang beragam. Kurang lebih 20% waktu tidur dihabiskan yaitu
waktu tidur REM atau tidur paradoks (Hidayat, 2009).
2. Kebutuhan Tidur pada Ibu Hamil trimester III
Secara umum ibu hamil membutuhkan 7 hingga 8 jam setiap hari, jika
waktu tidur kurang, akan berdampak pada kesehatan ibu hamil. Kualitas dan
kuantitas tidur tidak banyak berpengaruh pada ibu hamil trimester I dan trimester
II. Kualitas dan kuantitas tidur banyak berpengaruh pada kondisi kehamilan
trimester III. Pada kehamilan trimester III terjadi peningkatan tekanan darah
tinggi sehingga bisa menyebabkan resiko preeklamsi (Safriani, 2017).

2.2.7 Kualitas Tidur


Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang
tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, gelisah, lesu dan apatis, kantung
mata yang hitam, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih dan
kondisi nyeri. Ukuran seseorang yang mendapatkan kemudahan saat memulai tidur
dan kemudahan untuk mempertahankan kualitas tidur disebut juga kualitas tidur
(Sherwood, 2012).
Penilaian kualitas tidur yang sering digunakan adalah Pitsssburgh Sleep
Quality Index (PSQI). Penilaian kualitas tidur tersebut merupakan salah satu
instrumen yang berbentuk kuesioner, penilaian tersebut digunakan untuk
15

mengetahui kualitas tidur seseorang. Kuesioner PSQI terdiri dari 19 poin


pertanyaan yang mencakup 7 subskala yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur,
durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat, daytime
disfunction (Safriana 2017).

2.2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur


Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur sebagai berikut, yaitu:
jenis kelamin dan usia, aktivitas fisik, stres psikologis, penyakit, gaya hidup dan
kebiasaan konsumsi, dan lingkungan fisik. Pertama jenis kelamin dan usia menurut
Madrid-Valero, dkk tahun 2016 semakin bertambahnya usia dapat mempengaruhi
kualitas tidur yang buruk bagi seseorang. Kedua, menurut Wang dan Youngsdedt
pada tahun 2014 pada wanita dewasa biasa aktifitas fisik yang semakin berkurang
dapat meningkatkan kualitas tidur yang buruk, karena dengan adanya aktivitas fisik
yang kurang wanita dewasa biasanya memiliki intensitas tidurnya. Ketiga, stres
psikologis menurut Becker dkk tahun 2015 menyatakan bahwa adanya stres dan
kecemasan pada seseorang dapat menyebabkan peningkatan aktivitas simpatis
meningkat sehingga menyebabkan tidur tahap 4 NREM dan REM berkuraang.
Keempat, adanya penyakit sepoerti penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan
lain sebagainnya akan mempengaruhi kualitus tidur seseorang. Kelima, gaya hidup
dan kebiasaan konsumsi pada faktor ini, kebiasaan merokok dan mengkonsumsi
minuman beralkohol dapat mempengaruhi penurunan kualitas tidur (Becker, dkk.,
2015). Keenam, lingkungan fisik yang ada di sekitar seperti ventilasi, dan
penerangan ruangan dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang (Bihari, dkk.,
2012).

2.2.9 Tanda-tanda kekurangan tidur


Tanda-tanda kekurangan tidur dibagi menjadi 2 yaitu tanda fisik dan tanda
psikologis. Tanda fisiknya yaitu seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan
16

lelah, gelisah, lesu, kantung mata yang hitam, kelopak mata bengkak, konjungtiva
merah, mata perih, sering menguap, tidak mampu berkonsentrasi. Sedangkan tanda
psikologisnya adalah apatis, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul
ilusi penglihatan dan pendengaran, kemampuan memberi keputusan menurun
(Hidayat 2009; Safriani, 2017).

2.2.10 Dampak Kualitas tidur


Dampak dari faktor fisiologis adalah penurunan kegiatan sehari-hari, rasa
lemah, lelah, daya tahan tubuh menurun dan tanda-tanda vital tidak stabil.
Sedangkan dampak dari faktor psikologis adalah depresi, cemas, stres dan sulit
untuk konsentrasi yang dapat mempengaruhi kualitas tidur. Stres dan kecemasan
akan menyebabkan peningkatan aktivitas simpatis yang dapat menyebabkan
berkurangnya tahap tidur NREM dan REM (Sinta,2016 ; Becker, dkk., 2015).

2.2.11 Penalaksanaan Gangguan Tidur


1. Terapi Farmakologi
Obat yang aman digunakan saat mengalami gannguan tidur adalah
benzodiazepin, obat tersebut tidak menyebabkan depresi sistem saraf pusat
seperti sedatif dan hipnotik. Obat benzodiazepin dapat menimbulkan efek
relaksasi, antiansietas, dan hipnotik. (Potter, 2009).
2. Terapi non farmakologi
Beberapa terapi yang dapat untuk meningkatkan kualiatas tidur yang baik
dan untuk mengatasi gangguan tidur yaitu terapi psikologi, terapi relaksasi dan
terapi pengaturan tidur, meperhatikan apa yang dimakan dan minum sebelum
tidur, membuat kondisi kamar senyaman mungkin, melakukan kebiasaan
sebelum tidur, buat jadwal tidur yang rutin, membatasi waktu tidur siang atau
jangan tidur siang sama sekali, olahraga teratur (Oktara, 2013; Sinta dkk., 2016).
17

2.2.12 Kualitas Tidur pada Ibu Preeklamsi


Beberapa perubahan yang terjadi pada masa kehamilan yaitu dari struktur
anatomi, fisiologi dan psikologi. Setiap trimester yang dilalui ibu hamil akan
menunjukkan dan mengalami perubahan yang berbeda beda. Tubuh ibu hamil akan
mengalami perubahan seiring berkembangnya janin. Perubahan sistem reproduksi,
perubahan payudara, perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem saraf yang
biasanya menimbukan gejala penurunan memori, perubahan sistem hormon tubuh
yang dapat menyebabkan metabolisme sistem tubuh dan perubahan tubuh lainnya
hal tersebut merupakan perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil. Perubahan
hormon ibu saat hamil akan mengalami gejala mual muntah dan gangguan pada
lambung dan ulu hati, keadaan tersebut yang dapat mengakibatkan kualitas tidur
ibu hamil terganggu karena ibu akan sering terbangun (Sinta, 2016).
Menurut penelitian Sinta, dkk tahun 2016 Ibu hamil harus menjaga kualitas
tidurnya, dan harus mendapatkan istirahat yang cukup karena istirahat yang cukup
dapat menghindari dari kondisi stres, sehingga produksi hormon adrenalin
meningkat dan mengakibatkan peningkatan penyempitan pembuluh darah ibu
hamil. Istirahat yang cukup dapat mempertahankan keseimbangan tekanan darah
sehingga mengurangi resiko terjadinya preeklamsi.

2.3 Konsep Stres


2.3.1 Pengertian Stres
Stres adalah keadaan psikis dan reaksi tubuh terhadap berbagai macam
tuntutan lingkungan seseorang yang bersifat non spesifik (Yosep, 2007; Saam dan
Wahyuni, 2012). Perasaan ragu atau cemas terhadap kemampuannya dalam
mengatasi sesuatu yang disebabkan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan
kemampuan respon sehingga tuntutan kepadanya tidak dapat terpenuhi disebut stres
(Saam dan Wahyuni, 2012). Stres merupakan bentuk ketegangan yang berasal dari
fisik, psikis, emosi dan mental yang mempengaruhi kegiatan sehari-hari seseorang.
Produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental dapat
disebabkan stres. Keadaan stres dapat dilihat dari reaksi seseorang terhadap hal-hal
18

yang dianggap mengganggu (Kasenda, dkk, 2017). Pemicu stres disebut dengan
stressor. Stressor adalah stimulasi yang merupakan keadaan yang membuat
kemampuan kita untuk merasa senang menjadi berkurang. (Saam dan Wahyuni,
2012).

2.3.2 Etiologi Stres


Menurut Rukiyah dalam Fatimah tahun 2017 etiologi stres dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Stres Internal
Kepribadian ibu dan pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan mempengaruhi faktor psikologis ibu hamil. Ibu hamil dengan usia
muda, tidak seimbang antara perilaku dan perasaannya, ibu hamil dengan
usianya yang masih muda cenderung memperlihatkan sikap emosi yang tidak
stabil dalam menghadapi kehamilannya dibanding ibu yang memiliki
kepribadian yang dewasa, hal tersebut biasanya menunjukkan ketakutan dan
kecemasan pada dirinya, sehingga ibu tersebut lebih mudah mengalami depresi
selama kehamilan karena merasa kehamilannya menjadi beban
2. Stres eksternal
Stres eksternal ini berasal dari sikap penerimaan ataupun penolakan
seseorang terhadap orang lain. Stres eksternal biasanya disebabkan dari keadaan
rumah, stres karena pekerjaan, atau bisa dari pengalaman ibu.

2.3.3 Klasifikasi Stres


Menurut Achdiat tahun 2003 Klasifikasi Stres dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Stres Ringan, biasanya terjadi di kehidupan sehari-hari, keadaan seperti ini
membantu seseorang lebih hati-hati dan mencegah berbagai macam
kemungkinan yang akan terjadi. Stres pada tingkat ini dihadapi secara teratur
dan berlangsung beberapa jam.
b. Stres Sedang, biasanya berlangsung beberapa hari yang dapat menimbulkan rasa
marah, reaksi berlebihan pada situasi tertentu, perasaan mudah tersinggung,
19

gelisah. Pada tingkat ini seseorang tidak membuat sakit namun disarankan agar
mengubah kebiasaan yang bisa meningkatkan stres. Pada tingkat ini seseorang
lebih mementingkan hal yang terjadi saat ini dan mengesampingkan hal yang
lain sehingga lahan persepsinya menjadi sempit.
c. Stres Berat, pada tingkat ini seseorang yang mengalami stres akan
mengakibatkan sebuah persepsi individu akan menurun dan lebih fokus pada
hal-hal yang lain. perilaku tersebut dilakukan untuk menghilangkan stres.
Sesesorang tersebut mencoba memfokuskan perhatian pada hal lain dan perlu
banyak pengarahan.

2.3.4 Faktor Faktor yang mempengaruhi Stres


Menurut Ridha tahun 2013 beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi stres
adalah:

1. Usia
Orang dewasa lebih rentan terkena stres dibandingkan usia yang lebih
muda. Orang dewasa terlarut dalam sebuah kecemasan sesuai dengan beban
yang dialami oleh individu tersebut.
2. Pengalaman
Seseorang yang memiliki pengalaman dalam menghadapi stres dan
memiliki cara untuk mengatasi stres akan lebih menganggap bahwa stres yang
beratpun dapat diselesaikan oleh indidu tersebut.
3. Pendidikan
Pendidikan yang lebih tinggi dapat mengurang rasa tidak mampu dalam
menghadapi stres.
4. Lingkungan
Keluarga termasuk lingkungan paling kecil bagi individu. Keluarga yang
pengertian dan dapat memecahkan masalah dalam keluarga dapat mendorong
kepada kondisi stres pada anggota keluarganya. Dukungan suami juga berperan
penting bagi kondisi stres pasangannya. Pasangan dapat memberikan dukungan
yang sangat berarti.
20

5. Sosial Budaya
Penyelesaian masalah secara bersama-sama dan saling bertukar pendapat
dengan lingkungan sekitar dapat membuat keadaan individu lebih mampu dalam
menghadapi stres.

2.3.5 Respon Terhadap Stres


Menurut Molloy tahun 2010 ada 3 respon terhadap stres, yaitu :
a. Segi fisik
Beberapa respon fisik yang terjadi saat stres adalah frekuensi jantung,
tekanan darah meningkat, kaki terasa dingin, kulit dan tangan lembab, otot terasa
kaku, nafas dangkal, diafragma menegang sehingga sistem imun menurun.
b. Segi emosi
Seseorang mengalami perubahan emosi seperti cemas, kesal, sedih,
agresif, bingung, kurang konsentrasi. Stres dalam segi emosi membuat seseorang
melampiaskan rasa stresnya seperti sikap saling bermusuhan, rasa bersalah,
balas dendam, dan menekan emosi.
c. Segi perilaku
Pada respon stres dari segi perilaku, individu merasa tertantang untuk
mengatasi masalah yang terjadi dan juga individu tersebut dapat mempengaruhi
kemampuan dalam mengatasi masalah serta kepribadiannya.

2.3.6 Stres pada Ibu Preeklamsi


Stres dapat memicu kejadian preeklamsi melalui beberapa mekanisme yaitu,
stres akan mengaktifkan hipotalamus, kemudian melepaskan rantai peristiwa
biokimia yang mengakibatkan desakan adrenalin dan non adrenalin ke dalam sistem
dan diikuti oleh hormon kortisol. Apabila stres dibiarkan dalam jangka waktu yang
lama, tubuh tetap dalam keadaan aktif secara psikologis dengan hormon stres
adrenalin dan kortisol yang berlebihan. Kortisol yang naik dapat melumpuhkan
21

sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh ibu hamil rentan terhadap penyakit seperti
preeklamsi (Khayati dan Veftisia, 2018).

Meningkatnya tekanan darah secara sangat bahaya karena kondisi tersebut


sama halnya dengan tekanan darah kronis. Stres saat kehamilan berhubungan
dengan keselamatan dan kesehatan bayi saat lahir, persiapan biaya yang dibutuhkan
saat melahirkan, serta perawatan bayi yang akan dilahirkan. Ketakutan pada ibu
hamil contohnya adalah ketakutan akan kematian setelah melahirkan, hal tersebut
membuat stres sehingga dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dan berisiko
kejadian preeklamsi (Kasenda, dkk., 2017)
22

2.4 Kerangka Teori

Faktor yang memengaruhi kualitas tidur: Dampak kualitas tidur buruk:


Jenis kelamin dan usia, aktivitas fisik, stres 1. Penurunan kegiatan sehari-hari
Faktor yang memengaruhi
preeklamsi: psikologis, penyakit, gaya hidup dan kebiasaan 2. Rasa lemah
1. Usia konsumsi, lingkungan fisik (Madrid-Valero, dkk., 3. Lelah
2016; Wang dan Youngstedt, 2014; Becker,dkk., 4. Daya tahan tubuh menurun
2. Riwayat keluarga
3. Indeks massa tubuh 2015; Chang, dkk., 2016; Pehlivan, dkk., 2016; 5. Tanda-tanda vital tidak stabil
Bihari, dkk., 2012; Chun dan Han, 2015). 6. Depresi
4. Antenatal care
5. Paritas 7. Cemas
8. Stres
(Umar dan Wardani,2018 ;
9. Sulit konsentrasi
Sinta, dkk., 2016) Preeklamsi Kualitas tidur
(Potter dan Perry dalam Sinta,2016; Becker
et al, 2015)
Etiologi stres: Respon terhadap stres:
1. Stress internal 1. Segi fisik
Tingkat stres
2. Stress eksternal 2. Segi emosi
(Rukiyah dalam Fatimah 2017) 3. Segi perilaku
(Molloy, 2010)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stress:


1. Usia
2. Pengalaman
3. Lingkungan
4. Pendidikan
5. Sosial dan budaya
(Ridha, 2013)
Gambar 2.1 Kerangka teori
BAB 3. KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Tingkat Stres Kualitas Tidur pada Ibu


a. Stres ringan
cvcv Preeklamsi
b. Stres sedang a. Kualitas tidur baik
c. Stres Berat b. Kualitas tidur buruk

Faktor-faktor yang Faktor yang memengaruhi kualitas tidur:


mempengaruhi tingkat 1. Jenis kelamin dan usia,
stress: 2. Aktivitas fisik,
1. Usia 3. Stres psikologis,
2. Pengalaman 4. Penyakit,
3. Lingkungan 5. Gaya hidup dan kebiasaan konsumsi,
4. Pendidikan 6. Lingkungan fisik
5. Sosial dan budaya

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak Diteliti

: Berhubungan untuk diteliti

23
24

3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan
(Sugiyono,2018). Jika nilai p value <0.05 maka hipotesis dari penelitian adalah
alternatif (Ha) diterima kemudian diinterpretasikan bahwa ada hubungan tingkat
stres dengan kualitas tidur pada ibu preeklamsi. Jika nilai p value > 0,05 maka
hipotesis dari penelitian ini Ho ditolak kemudian diinterprestasikan bahwa tidak
ada hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada ibu preklaamsi.
BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah observational analitik dengan menggunakan desain
cross-sectional yaitu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada satu waktu (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas (independent
variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya
variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
tingkat stres. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah kualitas tidur pada ibu preeklamsi.

4.1 Populasi dan Sampel Penelitian


4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu preekamsi di wilayah kerja
Puskesmas Tempurejo berjumlah 31 ibu preeklamsi.
4.2.2 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel pada penelitian ini berjumlah 31 ibu preeklamsi. Tehnik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability
sampling dengan total sampling, dimana total sampling merupakan pengambilan
sampel dengan jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.

4.2.3 Kriteria Sampel Penelitian


Kriteria sampel penelitian ditentukan oleh peneliti untuk memilih responden
terdiri dari 2 macam yaitu:
a Kriteria inklusi

25
26

Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi
pada penelitian ini adalah:
1) Ibu hamil yang tinggal di Kecamatan Tempurejo
2) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden
b Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria yang tidak dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden
2) Ibu hamil yang memiliki penyakit penyerta

4.3 Lokasi Penelitian


Lokasi Penelitian dilakukan oleh peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas
Tempurejo Kabupaten Jember yang terdiri dari 4 desa yaitu Desa Tempurejo,
Sidodadi, Pondokrejo dan Curah Takir. Pengambilan data dilakukan di rumah
masing-masing ibu yang terpilih menjadi responden

4.4 Waktu Penelitian


Waktu penelitian penyusunan proposal skripsi dimulai pada bulan Februari
2019. Waktu penelitian pada bulan July hingga Agustus sampai dengan Januari
publikasi penelitian.
27

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi operasional

Variabel Definisi Operasional Indikator Alat ukur Skala Hasil Ukur


Variabel Stres merupakan reaksi a. Stres Normal : ibu berada di keadaan Kuesioner Interval Nilai minimal: 0
independen: individu terhadap situasi yang memicu timbulnya stres yang DASS
tingkat stres yang menimbulkan membuat ibu waspada dan masih Nilai maksimal:
tekanan atau ancaman. mampu menangani aktifitas sehari-hari 126
Respon non spesifik dari b. Stres ringan: jika ibu mengalami
tubuh terhadap tuntutan perubahan nafsu makan, mudah marah,
yang harus dilakukan sulit tidur, dan sering sakit kepala.
tubuh. c. Stres sedang : jika ibu mengalami
gejala stres ringan disertai nyeri dada
dan gerakan menjadi lamban
d. Stres berat : jika ibu mengalami gejala
stres ringan dan sedang disertai
hilangnya kesadaran, rasa ingin
melukai diri sendiri dan berhalusinasi
e. Stres Berat sekali: keadaan yang tidak
dapat ditentukan ditandai movivasi
hidup yang cenderung pasrah.
Variabel Ukuran seseorang a. kualitas tidur subyektif Kuesioner Interval Nilai minimal: 0
dependen: mendapatkan kemudahan b. latensi tidur kualitas tidur Nilai maksimal:
kualitas tidur untuk memulai tidur, c. durasi tidur pittsburgh 21
mampu mempertahankan d. efiensi kebiasaan tidur sleep quality
tidur, dan merasa segar index ( PSQI)
e. gangguan tidur
setelah bangun dari tidur.
f. penggunaan obat tidur
g. daytime disfunction
28

4.6 Pengumpulan Data


4.6.1 Sumber Data
Sumber data dari dua variabel penelitian yang diperoleh dari data primer dan
sekunder.
a Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung yang berasal dari subjek penelitian
menggunakan kuesioner (Notoatnodjo, 2012). Data primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari hasil penilaian tingkat stres dengan kualitas tidur pada
ibu preeklamsi menggunakan lembar kuesioner
b Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari literatur lain
(Notoatmodjo, 2012). Data sekunder didapatkan dari kecamatan Tempurejo
kabupaten Jember.

4.6.2 Tehnik Pengumpulan Data


Tehnik pengumpulan data dilakukan agar mengetahui persebaran data dan
cara memperoleh data tersebut dari subjek penelitian. Cara pengumpulan data pada
penelitian ini adalah mengisi kuesioner stres dan mengisi kuesioner kualitas tidur.
Langkah-langkah dalam pengumpulan data, antara lain:
a Tahap persiapan penelitian
Langkah pertama yang dilakukan peneliti setelah melakukan seminar proposal
yaitu mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Instansi Fakultas
Keperawatan Universitas Jember, Lembaga Penelitian dan Pengadian
Masyarakat Universitas Jember, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas Tempurejo.
b Proses skrining
Setelah mendapat izin dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dan
Puskesmas Tempurejo. Setelah berada di Puskesmas Tempurejo,Peneliti
meminta data ibu preeklansi di Wilaya Kerja Puskesmas Tempurejo yang terdiri
dari 4 Desa yaitu desa Tempurejo, Pondokrejo, Sidodadi dan Curah Takir.
Setelah Itu peneliti menghubungi bidan di setiap desa tersebut untuk
menanyakan alamat rumah ibu yang akan peneliti datangi. Bidan memberi tahu
29

ibu kader di setiap desa tersebut agar peneliti menghungi ibu kader untuk
menanyakan rumah responden dan mempermudah untuk pencarian rumah
responden. Peneliti menentukan responden penelitian sesuai kriteria berdasarkan
data. Peneliti melakukan kontrak waktu dan tempat dengan responden mengenai
pengisian kuesioner, setelah itu responden diminta untuk menandatangani
lembar concent. Setelah itu, peneliti meminta mengisi kuesioner kepada
responden dengan alokasi waktu 5-10 menit. Setelah responden mengisi
kuesioner, peneliti mengecek ulang kuesioner apabila dalam kuesioner ada yang
belum terjawab, peneliti segera meminta responden menjawab pertanyaan yang
belum terjawab.

4.6.2 Alat pengumpulan data

Langkah pertama yang dilakukan peneliti setelah melakukan seminar


proposal yaitu mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Instansi Fakultas
Keperawatan Universitas Jember, Lembaga Penelitian dan Pengadian Masyarakat
Universitas Jember, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas Tempurejo. Alat
pengumpulan data dalam penelitian berupa kuesioner DASS dan kuesioner PSQI
yang merupakan daftar pertanyaan yang tersusun baik dimana responden dapat
memberikan jawaban menggunakan tanda tanda tertentu untuk mengukur tingkat
stres dan kualitas tidur responden.

a. Instrumen Karakteristik responden


Instrumen karakteristik responden yang digunakan yaitu kuesioner yang
berisi umur ibu, pendidikan, pekerjaan, tekanan darah, riwayat penyakit, tekanan
darah.
b. Instrumen Stres
Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa kuesioner Depresion
Axiety Stress Scale 42 (DASS 42) dengan 14 pertanyaan pada katagori stres
dengan pilihan nilai 0 = tidak ada, niali 1 = ringan, nilai 2= sedang, nilai 3 =
berat, nilai 4 = berat sekali. Setelah 14 pertanyaan terisi kemudian dijumlah< 14
= tidak ada stres 14-20= stres ringan 21-27 = stres sedang 28-41= stres berat 42-
30

56 = stres berat sekali . Blue Print Kuesioner Stres ditampilkan pada tabel
berikut.

Tabel 4.2 Blue Print Kuesioner Stres


No Indikator Nomor Pertanyaan
1 Gejala Fisik 3, 5, 8, 11
2 Gejala Psikologis 7, 9, 10, 12, 14
3 Perilaku 1, 2, 4, 6, 13
Total 14

c. Instrumen PSQI
Kualitas tidur menggunakan kuesioner PSQI, kuesioner PSQI terdiri dari
19 poin pertanyaan yang terdiri dari 7 komponen yaitu kualitas tidur subjektif,
latensi tidur, lama tidur malam, efisiensi tidur, gangguan ketika tidur malam,
menggunakan obat-obat tidur, dan terganggunya aktivitas di siang hari.
Penilaian 7 komponen tersebut dengan jumlai skor 0-21. Dengan nilai minimal=
0 dan nilai maksimal= 21. Blue print kuesioner PSQI terdapat dalam tabel
berikut.

Tabel 4.3 Blue Print Kuesioner PSQI


Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
1. Kualitas tidur subyektif 6 1
2. Latensi tidur 2, 5a 2
3. Durasi tidur 4 1
4. Efiensi kebiasaan tidur 1, 3 2
5. Gangguan tidur 5b-5j 9
6. Penggunaan obat tidur 7 1
7. Daytime dysfunction 8, 9 2
Total 21
31

4.7 Uji Validitas dan Rehabilitas

a. Uji validitas
Digunakan untuk mengukur sahnya suatu kuesioner. Kuesioner dapat
dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut.. Pada peneliti
sebelumya tidak melakukan uji validatas karena pada kuesioner stres yaitu
Depresion Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) sudah teruji validatas secara
internasional yang terdiri dari 14 pertanyaaan pada katagori stres. Pada kuesioner
PSQI peneliti juga tidak melakukan uji validitas karena sudah dinyatakan valid
oleh peneliti sebelumnya.
b. Uji reliabilitas
Adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya. Kuesioner dapat dikatakan reliabel jika jawaban responden terhadap
pertanyaan adalah stabil dari waktu ke waktu. Hasil uji reliabilitas dikatakan
reliabel jika nilai alpha > 0,600 atau mendekati 1.Pada Kuesioner stres peneliti
tidak melakukan uji reliabilitas karena kuesioner sudah berlaku secara
internasional, pada kuesioner stres ini mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,91
yang diolah berdasarkan Cronbach’s alpha. Pada Kuesioner PSQI peneliti
sebelumnya tidak melakukan uji reliabilitas karena sudah dinyatakan reliabel.

4.8 Pengolahan Data


Menurut Notoatmodjo tahun 2012, langkah-langkah pengolahan data sebagai
berikut:
4.8.1 Editing
Merupakan proses data yang dikumpulkan dapat memberi kejelasan,
konsistensi dan mudah dibaca. Peneliti akan melakukan pengecekan kuesioner yang
telah terkumpul dari responden, kemudian peneliti memeriksa kembali
kelengkapan jawaban kuesioner yang diisi oleh responden.
32

Tahap ini meliputi pemeriksaan kembali terkait jawaban dari responden,


meliputi kelengkapan,relevansi, dan kejelasan jawaban. Kemudian dilakukan
penghitungan skor lembar kuesioner dari masing-masing responden dan jumlah
kuesioner keseluruhan sesuai dengan jumlah responden penelitian.

4.8.2 Coding
Merupakan proses penyusunan secara sistematis data mentah (data yang ada
di dalam kuesioner) dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data.
Pengolahan data dan analisa data penelitian yang dilakukan dengan pemberian kode
pada setiap responden. Pemebrian koding pada penelitian ini yaitu:

a. Umur Ibu
< 20 :1
21-35 :2
>35 :3
b. Pendidikan
SD :1
SMP :2
SMA :3
PT :4
Tidak Sekolah :5
c. Pekerjaan
PNS :1
Swasta :2
Wiraswasta :3
Petani :4
Lainnya :5
d. Riwayat Preeklamasi
Mempunyai Riwayat Preeklamsi : 1
Tidak Mempunyai Preeklamsi :2
33

4.8.3 Entry
Memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam alat bantu
pengolah data. Setelah jawaban dari masing-masing responden diubah dalam
bentuk kode, maka langkah selanjutnya yaitu memasukkan data ke dalam aplikasi
pengolahan data yaitu SPSS.

4.8.4 Cleaning
Cleaning bertujuan untuk memastikan bahwa data yang telah dimasukkan ke
dalam alat bantu pengolah data sudah sesuai. Apabila semua data dari setiap setiap
sumber data atau responden selesai dimasukkan ke dalam program aplikasi
pengolahan data, peneliti melakukan pengecekan kembali untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan atau ketidaklengkapan saat memasukkan data.

4.9 Analisa Data


4.9.1 Analisa Univariat
Analisa yang digunakan untuk menganalisis variabel yang ada secara
deskriptif dengan membuat tabel distribusi frekuensi, pada analisa univariat
menjelaskan karakteristik setiap varibel penelitian. Pada analisa univariat
mendeskripsikan distribusi variabel independen yaitu tingkat stres, variabel
dependen yaitu kualitas tidur pada ibu preeklamsi. Analisa univariat pada penelitian
ini bertujuan untuk mendiskripsikan karakteristik setiap variabel yang diukur.
Karakteristik responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan
riwayat preeklamsi yang merupakan data katagorik yang dianalisis untuk
menghitung frekuensi dan presentasi variabel. Karakteristik khusus pada penelitian
ini adalah tingkat stres dan kualitas tidur.

4.9.2 Analisa Bivariat


Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan pada dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Penelitian ini menganalisa hubungan antara variabel
34

independen yaitu tingkat stres dengan variabel dependen yaitu kualitas tidur.
Sebelum melakukan uji statistik, peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu
untuk mengetahui distribusi data penelitian. Uji normalitas ,menggunakan Shapiro-
wilk karena kedua variabel memiliki skala data numerik dan jumlah sampel <50.
Korelasi antarvariabel interval dan interval menggunakan uji spearman. Jika nilai
signifikan < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada hubungan antara variabel
independen dan dependen. Jika nilai signifikan > 0,05 maka Ha ditolak, artinya
tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen.

Tabel 4.4 Interpretasi hasil uji hipotesis Korelatif


No Parameter Nilai Interpretasi
1. Kekuatan 0,00-0,199 Sangat lemah
korelasi 0,20-0,399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
2. Nilai p p<0,05 Ada korelasi antarvariabel
p>0,05 Tidak ada korelasi antarvariabel
3. Arah korelasi + [positif] Searah, semakin besar nilai satu variabel,
semakin besar nilai variabel lainnya
- [negatif] Berlawanan arah, semakin besar nilai
satu variabel, semakin kecil variabel
lainnya
Sumber: Dahlan (2014)

4.10 Etika Penelitian


4.10.1 Lembar persetujuan peneliti (Informed Consent)
Penelitian ini telah mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan,
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Jember. Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember, dan Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo yang telah
dilakukan uji etik pada komisi etik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
dengan nomor etik No.448/UN25.B/KEPK/DL/2019 dan dinyatakan penelitian ini
35

dapat dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip tertentu dalam etika


penelitian. Sebelum melakukan penelitian, lembar persetujuan (informed consent)
diberikan kepada calon responden. Peneliti akan mempertimbangkan hak-hak
responden untuk memperoleh informasi terkait tujuan penelitian dan tidak akan
memaksa. Dalam penelitian ini peneliti harus menghormati harkat dan martabat
masing-masing individu. Pada informed consent ini responden dapat menolak
menjadi responden jika tidak setuju (Notoatmodjo, 2012).

4.10.2 Kerahasiaan
Peneliti menjaga kerahasiaan informasi responden dan tidak boleh
menyampaikan informasi kepada orang lain. Kerahasiaan bertujuan untuk
menghindari pembicaraan masalah seseorang kepada pihak lain secara tidak
langsung (Notoatmodjo, 2012). Peneliti tidak menyebarluaskan data dan informasi
dari hasil penelitian. Nama responden dirahasiakan dan digunakan kode responden
yang dibuat peneliti untuk memudahkan dalam pengolahan data.

4.10.3 Keadilan (Justice)


Peneliti memperlakukan masing-masing responden sama. Peneliti harus
menghindari perlakuan berbeda, hal ini menghindari agar responden tidak ingin
atau keluar dari penelitian (Nursalam, 2015). Peneliti tidak memberikan perlakuan
berbeda kepada responden dalam pandangan peneliti adalah sama dan setara.
Reponden juga berhak untuk mendapatkan penjelasan mengenai prosedur
penelitian dan segala hal dalam penelitian, tidak ada yang dirahasiakan oleh
peneliti.

4.10.4 Kemanfaatan
Penelitian yang dilakukan cdengan tujuan untuk memberikan Manfaat bagi
responden dan tidak menyakiti atau membahayakan responden. Responden dalam
36

penelitian ini mendapatkan manfaat yaitu berupa pengetahuan mengenai hubungan


tingkat stres dengan kualitas tidur pada ibu preeklamsi.
37

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Ibu Preeklamsi

Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari data kategorik yang
terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, riwayat preeklamsi. Berikut adalah
pemaparan hasil penelitian karakteristik responden dalam bentuk tabel 5.1 sebagai
berikut.

Tabel 5.1 Distribusi ibu preeklamsi menurut umur, pendidikan, pekerjaan, riwayat
preeklamsi pada ibu preeklamsi (Agustus, 2019; n = 31)
Variabel Frekuensi (orang) Persentase (%)
Umur
<20 tahun 5 16,1
21-35 tahun 24 77,4
>35 tahun 2 6,5
Total 31 100
Pendidikan
SD 8 25,8
SMP 10 32,3
SMA 11 35,5
PT 2 6,4
Total 31 100
Pekerjaan
PNS 1 3,2
Swasta 8 25,8
Wiraswasta 7 22,6
Ibu Rumah Tangga 15 48,4
Total 31 100
Riwayat Preeklamsi
Memiliki Riwayat Preeklamsi 10 32,3
Tidak Memiliki Riwayat Preeklamsi 21 67,7
Total 31 100
Sumber : Data Primer Peneliti, Agustus 2019

Berdasarkan tabel 5.1 menjelaskan bawah jumlah responden sebanyak 31


responden dari bulan juli hingga agustus 2019. Sebagian besar responden berumur
20-35 tahun sebanyak 24 responden (77,4 %). Tingkat pendidikan responden
didapatkan presentase paling besar yaitu SMA sebanyak 11 (35,5%). Sebagian
38

besar responden merupakan seorang ibu rumah tangga yaitu sebanyak 15 (48,4%).
Jumlah responden yang tidak memiliki riwayat preeklaamsi sebanyak 21 (67,7%).

5.1.2 Tingkat Stres Ibu Preeklamsi di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo

Variabel tingkat stres dalam penelitian ini diukur menggunakan kusioner


DASS 42 yang terdiri dari item depresi, ansietas dan stres, namun dalam penelitian
ini hanya diambil yang digunakan untuk mengukur item stres. Hasil penelitian stres
dibagi menjadi 5 yaitu normal, stres ringan, stres sedang, stres berat, dan stres berat
sekali. Distribusi pada varibel stres dapat dilihat pada tabel tabel 5.2 sebagai
berikut:

Tabel 5.2 Distribusi tingkat stres di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo


(Agustus, 2019; n = 31)
No. Kategori Frekuensi (orang) Persentase
1. Normal 1 3,2
2. Stres Ringan 19 61,3
3. Stres Sedang 8 25,8
4. Stres Berat 3 9,7
Total 31 100
Sumber : Data Primer Peneliti, Agustus 2019

Tabel 5.2 diketahui bahwa hasil tertinggi tingkat stres yaitu mengalami stres
ringan dengan hasil 19 (61,3%) dan jumlah terendah yaitu 1 orang (9,7%)
mengalami stres berat.

5.1.3 Kualitas Tidur pada Ibu Preeklamsi di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo

Variabel kualitas tidur pada ibu preeklamsi di Wilayah Kerja Puskesmas


Tempurejo alat ukur PSQI . Kuisioner ini berisi 19 poin yang terdiri dari 7
komponen dengan nilai ≤ 5 kualitas tidur baik sedangkan ≥ 5 kualitas tidur buruk .
Hasil dari penelitian yang dilakukan disajikan dalam bentuk tabel 5.3 sebagai
berikut.
39

Tabel 5.3 Distribusi Kualitas tidur pada ibu preeklamsi di Wilayah Kerja
Puskesmas Tempurejo (Agustus, 2019; n = 31)
Variabel Frekuensi Persentase
Kategori (Orang) (%)
Kualitas Tidur 1. Baik 5 16,1
2. Buruk 26 83,9
Total 31 100
Sumber : Data Primer Peneliti, Agustus 2019

Tabel 5.3 mengambarkan bahwa mayoritas ibu preeklasmi mengalami


kualitas tidur yang buruk 26 (83,9%) responden.

5.1.4 Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Preeklamsi di
Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember.
Hasil analisisa hubungan antara 2 variabel dalam penelitian yang digunakan
oleh peneliti yakni tingkat stres dan kualitas tidur pada ibu preeklamsi di Wilayah
Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember disajikan dalam Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada ibu preeklamsi di
Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember (Agustus,
2019; n = 31)
Variabel R p Value
Tingkat Stres
0,894 0,001
Kualitas Tidur
Sumber : Data Primer Peneliti, Agustus 2019

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa hasil analisa data menggunakan uji statistik
spearmen didapatkan p value 0,001 kurang dari nilai significant 0,05 yang artinya
terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur atau Ha gagal ditolak.
Nilai r = 0,894 mengartikan bahwa korelasi antara tingkat stres dengan kualitas
tidur pada ibu preeklamsi memiliki arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi
sangat kuat. Arah korelasi positif menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai tingkat
stres maka kualitas tidur yang dialami semakin buruk.
40

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Ibu Preeklamsi

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu preeklamsi di


Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo berusia 20-35 tahun. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ibu berada pada usia reproduktif. Pada usia reproduktif
merupakan usia yang baik untuk hamil, dimana pada usia reproduktif ini alat
reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara maksimal. Sebaliknya,
pada usia <20 tahun reproduksi wanita pada masa itu belum sepenuhnya matang
dan pada usia >35 tahun terjadi penurunan fungsi alat reproduksi, usia tersebut
kurang baik untuk hamil karena kehamilan pada usia tersebut memiliki resiko tinggi
(Khatarina dan Lit, 2015). Berdasarkan hasil yang didapatkan pada penelitian ini
bahwa usia ibu lebih banyak pada usia reproduktif yaitu 20-35 tahun, hal ini
dikarenakan populasi ibu preeklamsi lebih banyak berada pada usia 20-35 tahun.

Hasil dari penelitian menunjukkan kurang dari setengah ibu preeklamsi di


Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo berpendidikan SMA. Pendidikan ibu yang
tinggi didapat seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta adanya program
pemerintah yang mewajibkan sekolah 9 tahun. Seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi cenderung mempunyai pemikiran yang baik karena semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin bertambah pula pengetahuan yang di dapat (Purwantini,2017).
Hasil penelitian ini sesuai dengan populasi di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo
dimana ibu sudah banyak menempuh tingkat pendidikan yang tinggi.

Pada karakteristik pekerjaan hampir dari setengah responden adalah ibu


rumah tangga, dimana ibu banyak menghabiskan waktu aktifitas sehari-hari di
rumah. Ibu rumah tangga memiliki resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan ibu
yang bekerja,karena selain bekerja ibu juga mempunyai tanggung jawab pekerjaan
rumah tangganya, sehingga ibu yang bekerja mempunyai resiko komplikasi yang
meningkat dengan tingkat stres yang tinggi. Dalam jangka pendek, tingkat stres
akan menyebabkan gejala rasa lemas, kurang tidur, perasaan cemas berlebihan,
41

nafsu makan terganggu. Fakta dilapangan ibu lebih banyak melakukan aktifitas di
rumah karena ibu sudah bergantung pada suami yang mencari nafkah.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan lebih dari setengah jumlah responden


yang diteliti sebagian besar responden tidak memiliki riwayat preeklamsi
dibandingan dengan responden yang memiliki riwayat preeklamsi, namun yang
memiliki riwayat preeklamsi juga banyak 10 dari 31 ibu mempunyai riwayat
preeklamasi. Ibu hamil akan yang memiliki risiko lebih besar mengalami
preeklamsi pada ibu yang pernah mengalami preeklamsi pada kehamilan
sebelumnya (Cunningham, 2013). Pernyataan tersebut sejalan dengan Radjamuda
dan Montolalu tahun 2014 bahwa ibu yang pernah mengalami preeklamsi
sebelumnya akan meningkat mendapatkan preeklamsi pada kehamilan berikutnya.
Kejadian preeklamsi akan meningkat pada kehamilan kedua bila ada kehamilan
dengan jarak anak yang terlalu jauh. Jika ibu memiliki Riwayat preeklamsi
kemungkinan primigravida akan meningkat empat kali. Hipertensi kronis memiliki
resiko 10-25% mengalami preeklamsi dibandingkan dengan populasi umum.
Resiko ini meningkat menjadi 31% pada wanita dengan durasi hipertensi yang lebih
lama minimal empat tahun atau lebih dengan kondisi hipertensi berat.

5.2.2 Tingkat Stres pada Ibu Preeklamsi di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo
Kabupaten Jember

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa 30 dari 31 ibu preeklamsi mengalami


stres yang dikategorikan pada stres ringan, stres sedang, dan stres berat dan yang
paling banyak mengalami stres yaitu pada kategori stres ringan dan stres sedang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khayati dan Veftisia tahun 2018 bahwa
stres yang terjadi dapat dipengaruhi oleh gaya hidup ibu yang tidak sehat, di mana
ibu hamil tidak memperhatikan kondisi kehamilannya yang menyebabkan kondisi
tidak sehat seperti preeklamsi. Stres merupakan suatu kondisi yang terjadi karena
adanya perubahan lingkungan yang dianggap sebagai suatu hal yang mengancam
atau merusak keseimbangan mental seseorang.
42

Hal tersebut sesuai dengan keadaan pada saat peneliti melakukan penelitian,
ibu terlihat mimik wajah begitu tegang pada saat peneliti memberikan kuesioner.
Keadaan ibu dapat dilihat dari bagaimana reaksi terhadap hal-hal yang dianggap
menggangu atau memberatkan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Taslim, dkk tahun 2016 yang menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi grade 1 dan grade 2. Secara
psikologis juga ada beberapa yang menyebabkan stres yaitu ibu yang belum terbiasa
dengan keadaannya yang membuat hormon kortisol meningkat sehingga ibu merasa
kesal atau sedih. Selain itu ibu juga akan mengalami morning sickness yang akan
mengakibatkan stres dan biasanya ibu dengan preeklamsi pada trimester 3 stresnya
semakin meningkat dikarenakan ibu mudah merasa lelah dan posisi tidur yang
kurang nyaman juga semakin dekatnya waktu persalinan yang dapat membuat
tingkat stres ibu semakin tinggi.

Stres juga dapat disebabkan karena adanya perubahan hormon yang


berdampak mempengaruhi mood ibu sehingga ibu merasa kesal, jenuh atau sedih.
Stres dapat memicu kejadian preeklamsi melalui beberapa mekanisme yaitu, stres
akan mengaktifkan hipotalamus, kemudian melepaskan rantai peristiwa biokimia
yang mengakibatkan desakan adrenalin dan non adrenalin ke dalam sistem dan
diikuti oleh peningkatan hormon kortisol dan CRH sehingga akan menyebabkan
ketengangan otot hingga terjadi vasokontriksi atau kontraksi pada dinding otot yang
akan menyumbat aliran darah. Maka tekanan darah akan meningkat denyut jantung
meningkat dan sirkulasi darah pada utero plasenta menurun yang mengakibatkan
hipoksia plasenta dan disfungsi endotel hingga terjadilah hipertensi, edema,
peningkatan proteinuria pada ibu yang merupakan tanda-tanda dari preeklamsi.

Menurut taksonomi diagnosa keperawatan pada buku North American


Nursing Diagnosis Association International (NANDA) pada tahun 2015 diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan permasalahan yang ada adalah Ansietas, diagnosa
tersebut terdapat pada domain 9 mengenai Koping/Toleransi stres pada kelas 2
mengenai respon kopingdan memiliki kode diagnosa 00146. Ansietas adalah
perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom
43

(sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Menurut buku
Nursing Outcome Classification (NOC) 2013 batasan karakteristik yaitu tingkat
rasa takut yang meliputi distres, kesulitan berkonsentrasi, kelhawatiran berlebihan
tentang peristiwa kehidupan, peningkatan tekanan darah, wajah tegang,
kelelahan,ketakutan dan kepanikan. Sehingga berdasarkan buku Nursing
Intervention Classification pada tahun 2013 perawat dalam hal ini dapat
memberikan intervensi terapi rileksasi seperti konseling,hipnosis, terapi musik,
relaksasi otot progresif serta dukungan emosional. Mendengarkan musik
merupakan tehnik yang efektif untuk mengalihkan perhatian seseorang terhadap
stres yang berlebih. Hipnosis bermanfaat untuk memotivasi diri, mengatasi
berbagai gangguan emosional, meningkatkan kualitas diri, mebantu proses
penyembuhan dan dalam dunia medis sangat berguna bagi penanganan klien.

5.2.3 Kualitas Tidur pada Ibu Preeklamsi di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo
Kabupaten Jember

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas tidur pada ibu
preeklamsi dominan memiliki kualitas tidur buruk. Berdasarkan hasil penelitian
dapat diketahui bahwa total nilai kualitas tidur dengan menggunakan kuesioner
PSQI pada ibu preeklamsi sebagian besar responden mengalami kualitas tidur yang
buruk. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Sitohang tahun 2016 sebanyak
16 (72,3%) ibu preeklamsi mempunyai kualitas tidur yang buruk. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kualitas tidur yaitu faktor fisiologis, psikologis, lingkungan
dan gaya hidup. Dari faktor fisiologis mengakibatkan aktivitas sehari-hari menurun,
rasa lemah, lelah, daya tahan tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda tanda vital,
sedangkan dari faktor psikologis berdampak depresi, cemas, dan sulit untuk
konsentrasi (Potter dan Perry, 2010).
Kualitas tidur merupakan ukuran seseorang mendapatkan kemudahan untuk
memulai tidur, mampu mempertahankan tidur, dan merasa segar setelah bangun
44

dari tidur. Keaadaan saat penelitian banyak ibu mengalami kualitas tidur yang
buruk keluhan yang muncul seperti ibu sulit masuk tidur atau kesulitan
mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu, sehingga menimbulkan
gangguan dalam berbagai fungsi sosial, pekerjaan, ataupun fungsi-fungsi
kehidupan lainnya. Ibu juga banyak yang mengeluh tidurnya terganggu karena
sering bangun di malam hari untuk buang air kecil. Pada saat dilakukan penelitian
ibu terlihat mimik wajah kantung mata menghitam, kelopak mata bengkak, dan ibu
malas bebicara. Menurut Sitohang, dkk tahun 2016 kualitas tidur yang buruk akan
memicu peningkatan homeostasis. Seseorang yang menglamai kualitas tidur yang
buruk dapat disebabkan oleh stres situsional seperti masalah keluarga, kerja atau
sekolah, kekhawatiran.
Pernyataan mengenai keluhan yang dialami oleh ibu tersebut menunjukkan
bahwa kualitas tidur ibu buruk dan kurang puas dengan kedaan tidurnya. Seseorang
yang mengalami ketidakpuasan dalam tidurnya menurut taksonomi diagnosa
keperawatan yang sesusai dengan permasalahan yang ada adalah gangguan pola
tidur. Diagnosa tersebut terdapat pada domain 4 mengenai aktivitas/ istirahat pada
kelas 1 mengenai tidur / istirahat dengan kode diagnosa 000198. Gangguan pola
tidur adalah gangguan pada jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal.
Menurut Nursing Outcome Classification (NOC) tahun 2013 batasan karakteristik
tidur berkualitas, tidak mengalami kelelahan atau efek lain yang mengganggu.
Berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC) tahun 2013 dapat dilakukan
intervensi seperti terapi relaksasi, peningkatan tidur berupa Relaksasi Otot
Progresif. Relaksasi otot progresif adalah latihan relaksasi yang didahului dengan
menegangkan tubuh secara sistematis dan kemudian merelaksasikan semua otot
tubuh. Dilakukan relaksasi otot progresif bertujuan untuk meningkatkan rasa
nyaman, memberikan rasa rileks,mengurangi rasa nyeri. Relaksasi otot progresif
mampu meningkatkan kualitas tidur ibu selain itu juga menurunkan sistolik ibu
sehingga membuat rasa nyeri berkurangdan meningkat hormon endorfin pada
tubuh. Dengan dilakukannya Relaksasi Otot Progresif guna meningkat kualitas
tidur yang baik pada ibu preeklamsi.
45

5.2.4 Hubungan antara Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur pada Ibu Preeklamsi
Analisis hubungan pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yaitu sebanyak 19 (61%) mengalami stres ringan, 8 (25,8%) mengalami
stres sedang dan 3 (9,7%) mengalami stres berat dari hasil penelitian yang
mengalami stres mempunyai kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 26 (83,9%)
dan sisanya kualitas tidur baik. Korelasi menggunakan uji Spearman yang
menunjukkan bahwa p value 0,001 kurang dari nilai significant 0,05 yang artinya
terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur atau Ha diterima dan
kedua variabel tersebut memiliki arah korelasi yang positif dengan korelasi sangat
kuat. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres
dengan kualitas tidur pada ibu preeklamsi di Wilayah Kerja Puskesmas Temourejo
Kabupaten Jember. Saat penelitian didapatkan 30 dari 31 ibu mengalami Stres, dan
yang paling banyak yaitu pada stres ringan dan stres sedang. Ibu yang mengalami
stres ringan dan sedang, kualitas tidurnya buruk.
Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian Kasenda dkk tahun 2017
bahwa ada hubungan antara stres dengan kejadian insomnia. Ibu yang mengalami
stres kualitas tidurnya akan terganggu, stres yang dialami oleh ibu berhubungan
dengan faktor fisologis seperti perubahan fisiologis saat kehamilan, peningkatan
urinari, proses kelahiran yang semakin dekat serta bebagai faktor yang
menyebabkan kualitas tidur ibu buruk serta berbagai faktor lain pun dapat
mengakibatkan ibu mengalami stres sehingga kualitas tidur ibu menjadi terganggu
sehingga kesehatan juga terganggu (Kasenda, dkk, 2017).
Ketika Stres proses hemostasis yang berperan dalam pengaturan
keseimbangan tekanan darah pada ibu hamil. Istirahat yang cukup dapat
menghindari ibu hamil dari kondisi stres, karena saat stres produksi hormon
adrenalin meningkat sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh darah
(vasokonstriksi) dan peningkatan inflamasi tubuh (Sitohang dkk, 2016). Kualitas
tidur yang buruk dapat disebabkan oleh stres situsional seperti masalah keluarga,
kerja atau sekolah, penyakit atau kehilangan orang yang dicintai. Keadaan stres
dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk tidur yang cukup yang mungkin
46

disebabkan oleh kekhawatiran, stres, dan kecemasan. Fakta di lapangan ibu banyak
mengeluh ketakutan akan persalinan, faktor biaya persalinan dan adapula yang
trauma karena persalinan yang sebelumnya mengalami tekanan darah tinggi serta
ibu sering mengalami gangguan tidur seperti terbangun karena sering buang air
kecil, durasi tidur kurang baik sehingga terdapat kantung mata akibat kurang tidur.
Stres tidak hanya dialami pada wanita hamil yang resiko tinggi saja, stres juga dapat
dialami oleh ibu hamil yang normal, namun ibu hamil yang mengalami resiko tinggi
seperti preeklamsi akan mengalami stres sehingga dapat menyebabkan kualitas
tidur ibu menjadi buruk yang dapat muncul tanda gejala seperti sakit kepala,
ketegangan otot, nyeri leher atau punggung dan kesulitan untuk tidur.
Menurut taksonomi diagnosa keperawatan pada buku North American
Nursing Diagnosis International (NANDA) tahun 2015 diagnosa keperawatan yang
sesuai dengan permasalahan yang adalah gangguan rasa nyaman. Diagnosa tersebut
ada ada pada domain 12 mengenai kenyamanan, pada kelas 1 mengenai
kenyamanan fisik dengan kode 00214. Gangguan rasa nyaman adalah merasa
kurang nyaman, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan,
budaya dan sosial.
Menurut Nursing Outcome Classification tahun 2013 batasan karakteristik
ibu preeklamsi yang mengalami gangguan rasa nyaman adalah faktor-faktor yang
mengganggu tingkat stres dan tidur. Pada batasan karakteristik tingkat stres
meliputi peningkatan tekanan darah, gangguan tidur, mudah marah, kecemasan,
ketidakmampuan berkonsentrasi, sering buang urin. Pada batasan karakteristik tidur
meliputi jam tidur, pola tidur, kualitas tidur, efisiensi tidur, mudah bangun pada saat
yang tepat, tidur dari awal sampai habis di malam hari secara konsisten, tidur rutin.
Sehingga Berdasarkan Nursing Intervention Classification tahun 2013 intervensi
yang dapat diberikan pada ibu preeklamsi mengenai gangguan rasa nyaman adalah
Manajemen lingkungan; Kenyamanan seperti terapi rileksasi. Contoh terapi
rileksasi yang dapat dilakukan pada ibu yaitu senam yoga. Terapi rileksasi dapat
dilakukan dengan cara menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk ibu,
relaksasi nafas dalam, relaksasi otot progresif,dan terapi musik. Relakasasi otot
progresif adalah relaksasi yang dilakukan dengan cara melakukan peregangan otot
47

dan mengistirahatkan kembali secara bertahap dan teratur sehingga memberikan


keseimbangan emosi dan ketenangan pikiran atau biasa disbut senam yoga.

5.3 Keterbatasan Penelitian


Pada saat penelitian, peneliti menyadari bahwa penyelesaian saat penelitian
memiliki keterbatasan yaitu saat melakukan pengambilan data pada responden.
Pada penelitian terdapat beberapa responden yang kurang paham maksud dari
pertanyaan di kuesioner yang diberikan, tetapi peneliti dapat meminimalisir
keterbatasan tersebut dengan memberikan penjelasan kepada responden dengan
menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami.
48

BAB 6. PENUTUP

6.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Berdasarkan penelitian pada data karakterisik responden sebagian besar
responden ibu preeklamsi berada pada usia produktif yaitu berumur 20-35
tahun. Ibu preeklamsi paling banyak berpendidikan SMA. Ibu preeklamsi
sebagian besar status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan lebih dari
setengah responden tidak mempunyai riwayat preeklamsi dibandingkan
dengan responden yang memiliki riwayat preeklamsi.
b. Berdasarkan penelitian mayoritas responden ibu preeklamsi mengalami stres
pada kategori stres ringan.
c. Sebanyak 26 responden ibu preeklamsi dominan mengalami kualitas tidur
buruk.
d. Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur ibu preeklamsi di
Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember dengan nilai p value
0,001

6.2 Saran
6.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan intervensi yang dapat
mengurangi tingkat stres dengan kualitas tidur pada ibu preeklamsi sehingga dapat
mengurangi faktor-faktor preeklamsi. Diharapkan peneliti dapat mengembangkan
penelitian ini terkait pemberian intervensi pada ibu preeklamsi misalnya pemberian
intervensi hipnobirthing untuk membantu memberikan teknik relaksasi pada ibu
agar merasa siap menjalani proses kehamilan atau persalinan serta mengurangi
persepsi akan ketakutan, kecemasan atau tegang dan rasa sakit saat persalinan.
49

6.2.2 Bagi Tenaga Keperawatan


Perawat memiliki peran penting dalam melakukan pencegahan penyakit
salah satunya adalah preeklamsi. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perawat
untuk memberikan intervensi atau asuhan keperawatan mengenai aspek tingkat
stres dan kualitas tidur pada saat kehamilan serta dapat bekerja sama dengan bidan
puskesmas dalam melakukan konseling kesehatan agar dapat meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan pada ibu hamil.

6.3 Bagi Masyarkat


Pada penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang
bagaimana stres dapat mengakibatkan kualitas tidur buruk kepada masyarakat
khususnya kepada ibu hamil agar ibu hamil dapat lebih menjaga kesehatan agar
tidak mudah stres saat kehamilan dan melakukan konsultasi terhadap perawat dan
tenaga kesehatan lainnya.
50

DAFTAR PUSTAKA

Achdiat, A. (2003). Teori & Manajemen Stres, Malang: Torada.


Becker, N.B, Jesus, S.N, Marguilho, R, Viseu, J, Rio, K.A, dan Buela-Casal,G.
2015. Sleep Quality and Stress : A Literature Review. Advanced Research
in Health, Education and Social Sciences: Towards a better practice. 53-
61.
Bihari, S, dkk. 2012. Factors Affecting Sleep Quality of Patients in Intensive Care
Unit. Journal of Clinical Sleep Medicine. 8(3): 301-7.
Cunningham, F.G. 2013. Hipertensi Dalam Kehamilan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Chang, C., dkk. 2016. Factors Responsible for Poor Sleep Quality in Patients with
Chronic Obstructive Pulmonary Disease. BMC Pulmonary Medicine.
(16):1–8.
Dinas Kesehatan Provinsi Jatim. 2015. Profi l Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2014. Surabaya.
Desi Imung. 2018. Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Preeklamsia di
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Field, T, dkk. 2007. Sleep Disturbances in Depressed Pregnant Woman and Their
Newborns. www.sciencedirect.com.
Irwin MR. 2014. Why sleep is important for health: a psychoneuroimmunology
perspective. Annual Review of Psychology. 1-30
Istiqomah, F.N. 2017. Hubungan Pola Makan dan Stres dengan Kejadian Hipertensi
Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara. Skripsi. Kendari: Politeknik Kesehatan
Kendari.
Hayase, M., Shimada, M., dan Hiroyuki, S. 2014. Sleep Quality and Stress in
Women with Pregnancy-Induced Hypertension and Gestational Diabetes
Mellitus. Australian Collage of Midwives. 340:6.
51

Hidayat., A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku I. Jakarta: Salemba


Medika.
Kasenda, P., Wongouw H., dam Jill Lolong. 2017. Hubungan Stres dengan
Kejadian Insomnia pada Ibu Hamil di Puskesmas Bahu Kota Manado. E-
Journal Keperawatan . 5:1.
Khatarina, Telly dan K. Lit. 2016. Hubungan Karakteristik Ibu hamil dengan
Kejadian Preeklamsia di Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak Tahun 2015.
Jurnal Kesehatan. Vol 6 (1): 51-57
Khayati, Y.N dan Veftisia, V. 2018. Hubungan Stres dan Pekerjaan dengan
Preeklampsia di Wilayah Kabupaten Semarang. Indonesia Journal of
Midwivery. 1:1
Khuzaiyah, S., Anies, Wahyuni, S. 2016. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil
Preeklamsia. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK). Vol IX, No. 2
Kim, M., Chun, C., dan Han, J. 2015. Indoor and Built a Study on Bedroom.
Environment and Sleep Quality in Korea. Indoor and Built Environment.
1(19):1238.
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Diunduh tanggal 27
Juni 2019 dari http://www.depkes.go.id /resources/download/pusdatin/lain-
lain/Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016.
Lalenoh, D.C. 2018. Preeklampsia Berat dan Eklampsia: Tatalaksana Anestesia
Perioperatif. Yogyakarta: Deepublish.
Lemma S, Gelaye B, Berhane Y, Worku A, dan Williams MA. 2012. Sleep quality
and its psychological correlates among university students in ethiopia: a
cross-sectional study. BioMed Cental Psychiatry. 12(1):1-7.
Lesmana, R.D. 2018. Gambaran Faktor Risiko Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Tempurejo. Skripsi. Jember: Universitas Jember.
Madrid-Valero, J.J., Martinez-Selva, J.M, Couto, B.R, Sanchez-Romera, J.F., dan
Ordonana, J.R. 2016. Age and Gender Effects on The Prevalence of Poor
Sleep Quality in The Adult Population. Gaceta Sanitaria.
Molloy, A. 2010. Get A life! Sukses di Tempat Kerja, Harmonis di Rumah.
Jakarta:Raih Asa Sukses
52

Nilamastuti., M.T. 2016. Hubungan Tingkat Spiritual dengan Tingkat Stres pada
Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Kabupaten Jember.
Skripsi. Jember: Universitas Jember.
Nursalam. 2015. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: Medika
Salemba.
Notoatmodjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Oktara., S.P.D. 2013. Pengaruh Terapi Musik Murotal Al-Qur’an terhadap Kualitas
Tidur pada Lansia. Skripsi. Purwokerto: Universitas Jenderal Suderman.
Pinel, J.P.J. 2009. Stres dan Kesehatan Dalam: Biopsikologi Edisi ke-7.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pitault, F.B., dkk. 2015. Sleep Pattern During Pregnancy and Maternal Depression:
Study of Aube Cohort. Sleep Disorders Management. 1:1
Purwantini, D. 2018. Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur pada Ibu
Preeklamsi di RSUD Caruban di Kabupaten Madiun. Skripsi. Jombang:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika.
Puspita, E. 2014. Aktifitas fisik dan Gaya Hidup dengan kualitas tidur pada Ibu
Hamil TM III. Jurnal Kebidanan. 3(3).
Putri., A.V. 2018. Pengaruh Kualitas Tidur pada Ibu Hamil terhadap Kejadian
Hipertensi dalam Kehamilan Di Rumah Sakit Umum Daerah DR.H.Abdul
Moeloek Bandar Lampung. Skripsi.Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
Pehlivan, S., Karadakovan, A., Pehlivan,Y., dan Onat, A.M. 2016. Sleep Quality
and Factors Affecting Sleep in Elderly Patients with Rheumatoid Arthritis
in Turkey. Turkish Journal of Medical Sciences. 46:1114-21..
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 7. Jakarta : EGC.
Pradita, I.D.E. 2018. Hubungan Usia Ibu Hamil Dengan Kejadian Preeklampsia Di
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Riyadi, S dan Widuri, H. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Istirahat
Diagnosa Nanda. Jatirejo Sendangadi Yogyakarta: Gosyen Publishing.
53

Rufaidah, A. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Aisyiyah
Rukiyah, A. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patology Kebidanan). Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Saam, Z., dan Wahyuni. 2012. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Safriani, I. 2017. Pengaruh Senam Yoga Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil
Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Plandaan Jombang. Skripsi.
Jombang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika.
Salmah, dkk. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Cetakan. Ke-1. Jakarta. EGC.
Shinta, L.E, dkk. 2016. Pengaruh Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian
Preeklamsia.. Journal of Midwifery. 1:1 . 35-44.
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sistem. Edisi ke-6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sukarni, I.K dan Wahyu P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Venugopal, L., Rajendran, P., dan Parghavi. 2018. A Study on Assesment of Sleep
Quality in South Indian Pregnant Woman. International Journal of
Research in Medical Sciences .3197-3201.
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: PT. Revika Aditama.
Wang, X dan Youngstedt, S.D. 2014. Sleep Quality Improved Following a Single
Session of Moderate-Intensity Aerobic Exercise in Older women : Results
from a Pilot Study. Journal of Sport and Health Science. 9-13.
WHO. 2014. Maternal Mortality. Diunduh tanggal 27 Juni 2019 dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality
Wirakusuma. 2005. Obstetri Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
54

LAMPIRAN
55

Lampiran A. Lembar Informed

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Dyan Ayu Pusparini
NIM : 152310101258
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jalan Kalimantan X
Bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat
Stres Dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Preeklamsi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada ibu
preeklamsi. Prosedur penelitian membutuhkan waktu 15-30 menit untuk
pengisian kuesioner. Pada penelitian ini, peneliti memberikan lembar
kuesioner stres dan kualitas tidur.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya mohon kesediaan anda


untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak akan
menimbulkan akibat yang merugikan bagi anda sebagai responden. Segala
informasi akan dijaga kerahasiaannya dan dipergunakan untuk kepentingan
penelitian. Jika anda tidak bersedia menjadi responden penelitian, maka
tidak ada ancaman bagi anda maupun keluarga. Jika anda bersedia menjadi
responden, maka saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar
persetujuan yang saya lampirkan dan menjawab semua pernyataan-
pernyataan yang saya sertakan. Atas perhatian dan kesediaan menjadi
reponden saya ucapakan terimakasih.

Hormat Saya,

Dyan Ayu Pusparini


NIM 152310101258
56
KODE RESPONDEN:

Lampiran B. Lembar Consent


KODE RESPONDEN:

PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : ..........................................

Usia : ..........................................

Alamat : ..........................................

No telepon : ..........................................

Menyatakan bersedia menjadi responden :

Nama : Dyan Ayu Pusparini

NIM : 15231010258

Fakultas : Keperawatan Universitas Jember

Judul : Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur Pada Ibu


Preeklmasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo
Kabupaten Jember

Setelah saya membaca dan telah menerima penjelasan terkait penelitian serta
diberikan informasi yang jelas, maka saya telah memahami bahwa prosedur
penelitian ini tidak akan memberikan dampak risiko apapun ada penelitian.
Kerahasiaan akan dijamin sepenuhnya oleh peneliti.

Dengan ini saya menyatakan secara sadar dan sukarela bersedia untuk ikut
menjadi responden penelitian serta bersedia menjawab semua pertanyaan dengan
sebenar-benarnya dalam penelitian ini, persetujuan ini saya buat dalam keadaaan
sadar dan tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Jember, ...............2019

( .......................................)
57

Lampiran C : Kuesioner Demografi

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN


KUALITAS TIDUR PADA IBU PREEKLAMSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TEMPUREJO DI KABUPATEN JEMBER

Petunjuk Pengisisan:

1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap bagian pernyataan dalam


kuesioner ini.
2. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut ibu paling sesuai dengan
kondisi yang dialami oleh ibu dengan cara memberikan check list (√ )
pada pilihan jawaban yang dipilih.

A. Karakteristik Responden
1. Nama :

2. Umur Ibu :
 <20 tahun

 20-35 tahun

 >35 tahun

3. Pendidikan :

 SD
 SMP
 SMA
 PT
 Tidak sekolah

4. Pekerjaan :

 PNS
 Swasta
58

 Wiraswasta
 Petani
 Lainnya :………

5. Tekanan darah : ………mmHg


6. Riwayat Preeklamsi :
7. Riwayat Penyakit lainya :

Lampiran D : Kuesioner DASS 42


KUESIONER TINGKAT STRES
Keterangan

0: tak ada atau tidak pernah


1: sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu / kadang
kadang
2: sering
3: sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap
saat
No. Aspek Penilaian 0 1 2 3

1. Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele

2. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi

3. Kesulitan untuk relaksasi/bersantai

4. Mudah merasa kesal

5. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas

6. Tidak sabaran

7. Mudah tersinggung

8. Sulit untuk beristirahat

9. Mudah marah

Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang


10.
mengganggu
59

Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal


11.
yang sedang dilakukan

12. Berada pada keadaan tegang

Tidak dapat memaklumi hal apapun yang


13. menghalangi anda untuk menyelesaikan hal yang
sedang Anda lakukan

14. Mudah gelisah


KODE RESPONDEN: 60

Lampiran E: Kuesioner PSQI

Kuisioner Kualitas Tidur

Berilah tanda check list ( √ ) pada kolom sesuai tanggapan Anda


dan isi jawaban sesuai pendapat Anda.

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

1. Jam berapa biasanya


anda mulai tidur
malam?
2. Berapa lama anda < 15 16-30 31-60 >60 menit
biasanya baru bisa Menit Menit menit
tertidur tiap malam?

3. Jam berapa anda


biasanya bangun
pagi?
4. Berapa lama anda >7 6-7 jam 5-6 jam <5 jam
tidur dimalam hari? Jam

5. Seberapa sering Tidak 1x 2x ≥ 3 x seminggu


masalah -masalah Pernah seminggu seminggu
dibawah ini
mengganggu tidur
anda?

a. Tidak mampu
tertidur selama 30
menit sejak
berbaring
b. Terbangun
ditengah malam
atau terlalu dini
c. Terbangun untuk
ke kamar mandi
d. Tidak mampu
bernafas dengan
leluasa
61

e. Batuk atau
mengorok

f. Kedinginan
dimalam
Hari

g. Kepanasan
dimalam hari
h. Mimpi buruk

i. Terasa nyeri

j. Alasan lain
………

6. Seberapa sering
anda menggunakan
obat tidur
7. Seberapa sering
anda mengantuk
ketika melakukan
aktifitas disiang hari
8. Seberapa besar Tidak Kecil Sedang Besar
antusias anda ingin Antusia
menyelesaikan s
masalah yang anda
hadapi

9. Bagaimana kualitas Sangat Baik kurang Sangat kurang


tidur anda selama Baik
sebulan yang lalu
62

Lampiran F. Lembar Studi Literatur


63

Lampiran G. Lembar Konsul


64
65
66
67

Lampiran H. Surat Keterangan Uji Etik


68

Lampiran I. Surat Ijin Melakukan Penelitian dari Fakultas


69

Lampiran J. Surat Ijin Melakukan Penelitian dari LP2M


70

Lampiran K. Surat Ijin Penelitian dari Bangkesbangpol


71

Lampiran L. Surat ijin melakukan penelitian dari Dinas Kesehatan


72

Lampiran M. Surat keterangaan selesai penelitian dari Puskesmas Tempurejo


73

Lampiran N. Foto Dokumentasi


74

Anda mungkin juga menyukai