Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah daya yang di perlukan agar darah dapat

mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan

tubuh manusia. Menurut gunawan (2007) dalam suri (2017) istilah “tekanan

darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di

dalam tubuh manusia Darah dengan lancar beredar ke seluruh bagian tubuh

berfungsi sebagai media pengangkut oksigen serta zat lain yang diperlukan

untuk kehidupan sel-sel di dalam tubuh (Alifariki 2019).

Tekanan darah dapat dibedakan antara tekanan darah sistolik dan

diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah ketika menguncup

(kontraksi), sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah ketika

mengendor kembali (rileksasi). Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi.

Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah lebih rendah

dibandingkan usia dewasa (Alifariki, 2019).

Tekanan darah mengalami perubahan setiap saat dalam kurun waktu

24 jam, tekanan dalam pembuluh darah arteri mengalami fluktuasi alami

selama 24 jam (Junaedi, 2013).Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas

fisik, yang mana tekanan darah akan lebih tinggi ketika seseorang melakukan

aktivitas dan lebih rendah ketika sedang beristrirahat (Alifariki, 2019).

Peningkatan tekanan darah tinggi dapat terjadi karena adanya peningkatan

6
7

curah jantung, menurunnya viskositas dan tahanan perifer, berkurangnya

elastisitas pembuluh darah dan volume darah (Noviestari, 2019). Menurut

WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik

dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap

hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg (Pikir, 2015).

2. Hipertensi

Hipertensi secara umum dapat di definisikan sebagai tekanan sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan

darah manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi

menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah

tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah

(termasuk jaringan dan otak) menjadi tegang (Manutung, 2018).

Hipertensi atau darah tinggi merupakan penyakit kelainan jantung dan

dan pembuluh darah yang di tandai dengan peningkatan tekanan darah (Pikir,

2015). Hipertensi timbul karena interaksi berbagai faktor risiko. Risiko relatif

tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari faktor risiko yang dapat

dikontrol seperti stres, obesitas, nutrisi, serta gaya hidup, dan faktor yang

tidak dapat dikontrol seperti genetik, usia, jenis kelamin, dan etnis (Santosa,

2014).

Penyakit ini sering disebut sebagai silent killer karena sebagian besar

kasus tidak memperlihatkan gejala atau tanda-tanda apapun (Junaedi, 2013).

Gejala umum yang terjadi pada penderita hipertensi antara lain jantung

berdebar, penglihatan kabur sakit kepala disertai rasa berat pada tengkuk,
8

kadang disertai dengan mual dan muntah, telinga berdenging, gelisah, rasa

sakit di dada, mudah lelah, muka memerah, serta mimisan (Sari, 2017).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa

hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik meningkat

>140 mmHg, dan tekanan diastolik >90 mmHg yang menyebabkan angka

kesakitan dan kematian.

3. Komplikasi hipertensi

a. Stroke

Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami arterosklerosis yang dapat menjadi lemah,

sehingga mengakibatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

b. Infark miokardium

Dapat juga terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang

mengalami arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat

aliran darah melalui pembuluh tersebut (Ardiansyah, 2012).

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya

glomerulus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron

akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

Dengan rusaknya embran glomerulus, protein akan keluar melalui urin

sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema

yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.


9

d. Ketidakmampuan jantung

Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke

jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan

jaringan lain disebut edema. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan

sesak nafas, timbunan cairan di tungkai menyebabkan kaki bengkak atau

sering dikatakan oedema.

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi

yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan

peningkatan dan mendorong kedalam ruang intertisium diseluruh susuan

saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma

(Triyanto,2014)

4. Penatalaksanaan hipertensi

Terapi non-farmakologi bagi pasien hipertensi adalah :

a. Olahraga teratur

Yaitu olahraga yang dapat tidak mengeluarkan banyak tenaga misalnya

jalan kaki dengan cepat, jogging, dan bersepeda. Dengan melakukan

olahraga yang teratur dan dinamis dapat memperbaiki aliran derah ke

otot-otot dan memperbaiki metabolism otot itu sendiri. Hal ini akan

membantu terjadinya pelebaran pembuluh darah sehingga tensi menjadi

turun.

b. Diet rendah garam

Mengurangi penggunaan garam baik dari garam dapur maupun bahan

adiptif seperti monosodium glutamak, natrium benzonat, dan natrium

bikarbonat dapat mengurangi terjadinya serangan stroke.


10

c. Mengurangi kegemukan

Dengan mengurangi berat badan menurunkan tekanan darah dengan jalan

mengurangi asupan kalori dengan makan yang kandungan lemaknya

rendah.

d. Hentikan merokok

Rokok dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah 2-10 menit setelah di

hisap karena merangsang saraf mengeluarkan hormon yang bisa

menyebabkan pengerutan pembuluh darah sehingg tensi menjadi naik dan

meyebabkan faktor resiko terjadi stroke.

e. Menghindari stress

Hal ini dapat dicegah dengan cara berusaha relaksasi dalam menghadapi

masalah melakukan refreshing. Dan dapat juga mendalami agama dan

berusaha menciptakan keluarga yang bahagia (Santosa, 2014).

B. Brisk Walking Exercise

1. Pengertian brisk walking exercise

Brisk walking exercise merupakan salah satu latihan aerobik yang

merupakan bentuk latihan aktivitas sedang pada pasien hipertensi dengan

menggunakan tekhnik jalan cepat selama 20-30 menit dengan rata-rata

kecepatan 4-6 km/jam. Kelebihan latihan ini adalah latihan ini cukup efektif

untuk meningkatkan kapasitas maksimal denyut jantung, merangsang

kontraksi otot, pemecahan glikogen dan peningkatan oksigen jaringan.

Latihan ini juga dapat mengurangi pembentukan plak melalui peningkatan

penggunaan lemak dan peningkatan penggunaan glukosa (Kowalski, 2010).


11

Brisk walking exercise berdampak pada penurunan mortalitas dan

morbiditas penderita hipertensi terjadi melalui mekanisme pembakaran

kalori, mempertahankan berat badan, membantu tubuh rileks dan peningkatan

senyawa beta endhorpin yang dapat menurunkan serta tingkat keamanan

penerapan brisk walking exercise pada semua tingkat umur penderita

hipertensi (kowalski, 2010).

Brisk walking exercise yang dilakukan secara rutin menurunkan

resiko stroke, diabetes, osteoporosis, hipertensi, dan penyakit paru-paru.

Berjalan kaki cepat rata rata bisa menurunkan penyakit menahun sampai

40%. Dengan brisk walking tekanan darah juga turun, kolesterol baik HDL

meningkat, dan darah tidak saling lengkat, sehingga risiko penggumpalan

darah yang berpotensi menyumbat pembuluh darah, menjadi berkurang. Tiga

manfaat ini yang membantu menurunkan angka serangan jantung lebih

separuhnya. Kegiatan brisk walking menjadi bagian dari terapi juga. Begitu

juga bila hipertensi masih ringan, tanpa intervensi obat, brisk walking

mampu mengendalikan tingginya tekanan darah (Nadesul, 2019).

2. Manfaat brisk walking exercise

Manfaat brisk walking exercise adalah sebagai berikut :

a. Merelaksasikan otot-otot dan persendian

b. Menggiatkan kerja pompa jantung

c. Menderaskan aliran darah tubuh

d. Membuka pipa-pipa pembuluh rambut kapiler (collateral) tubuh yang

sedianya menguncup

e. Menambah mekar pengembangan paru-paru


12

f. Menggiatkan semua sistem organ, termasuk sistem kekebalan tubuh

(Nadesul, 2019).

3. Prosedur melakukan Brisk Walking Exercise

Menurut (Nadesul, 2019) brisk walking exercise dapat dilakukan dalam

waktu kurang dari 30 menit, paling kurang dilakukan tiga kali dalam

seminggu.

Berikut ini adalah teknik jalan cepat yang sering digunakan :

a. Posisi tubuh

Saat bergerak maju badannya cenderung lebih condong kedepan atau

kebelakang karenanya untuk mempertahankan badan tetap tegak dan

pundak jangan terangkat waktu lengan mengayun yang berakibat anggota

badan bagian atas terasa cepat lelah.

b. Posisi kepala

Saat gerakan maju, hendaknya posisi kepala tetap menghadap lurus

kedepan. Karena jika kepala ikut bergeleng-geleng, akan mengakibatkan

lebih terkurasnya energi.

c. Kaki waktu melangkah

Kaki melangkah lurus kedepan satu garis bayangan dari badan peserta

jalan. Pada saat menumpu tumit harus mendarat lebih dahulu lalu

bergerak ke arah depan secara teratur.

d. Gerakan lengan dan bahu

Gerakan lengan mengayun dari muka belakang dan sikut ditekuk tidak

kurang dari 90 derajat. Kondisi ini dipertahankan dengan tidak

mengganggu keseimbangan serta mengayun rileks (Avynkaren, 2012).


13

4. Efek fisiologi brisk walking exercise

Brisk walking exercise berdampak pada penurunan risiko mortalitas

dan morbiditas pasien hipertensi melalui mekanisme pembakaran kalori,

mempertahankan berat badan, membantu tubuh rileks dan peningkatan

senyawa beta endorphin yang dapat menurunkan stress serta tingkat

keamanan penerapan brisk walking exercise pada semua tingkat umur

penderita hipertensi (Kowalski, 2010).

Penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi terjadi karena

pembuluh darah mengalami pelebaran dan terjadi relaksasi pembuluh darah

yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Dalam hal ini olahraga aerobik

brisk walking exercise yang dilakukan secara rutin dapat mengurangi tahanan

perifer pembuluh darah. Mekanisme penurunan tekanan darah juga

diakibatkan oleh aktivitas pompa jantung yang berkurang. Otot jantung

individu yang berolahraga secara rutin lebih kuat dibandingkan dengan

individu yang jarang berolahraga.

Pada individu yang rutin berolahraga jantungnya berkontraksi lebih

sedikit untuk memompakan darah dengan volume yang sama. Olahraga dapat

menyebabkan penurunan denyut jantung, oleh karena itu olahraga secara

teratur akan menurunkan cardiac output, yang menyebabkan terjadinya

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Peningkatan efisiensi kerja

jantung mengakibatkan penurunan tekanan darah sistolik, sedangkan

penurunan tekananan darah perifer berakibat pada penurunan tekanan darah

diastolik. (Sherwood, 2011).


14

C. Kajian Beberapa Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang akan dilakukan adalah study literature tentang “Tekhnik

Brisk Walking Exercise Rutin Berpengaruh Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Pasien Hipertensi”. Adapun jurnal-jurnal yang dipilih mempunyai kesamaan

tema dan judul penelitian sehingga dapat memberikan inspirasi dan referensi

dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sukarmin, dkk dalam Jurnal Keperawatan

Indonesia, Volume 16 No.1, Maret 2013 berjudul “Penurunan Tekanan Darah

Pada Pasien Hipertensi Melalui Brisk Walking Exercise”.

Penelitian ini adalah eksperimen Randomized Control Trial (RCT)

dengan Pre And Post Control Group Design. Penelitian dilakukan pada 42

responden (21 responden kelompok kontrol dan 21 kelompok intervensi)

dengan pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui adanya pengaruh brisk walking exercise terhadap tekanan

darah pasien hipertensi di unit rawat jalan dua rumah sakit di Kudus.

Hasil uji paired t test perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik

kelompok kontrol sebelum dan setelah brisk walking exercise menunjukkan

perbedaan tekanan darah sistolik dan diastoliknya tidak bermakna (p=0,0091;

a= 0,05 dan p= 0,069; a= 0,05). Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan

tidak ada penurunan tekanan darah yang cukup signifikan pada kelompok

kontrol sebelum dan setelah penerapan brisk walking exercise pada kelompok

intervensi. Sedangkan pada kelompok intervensi menunjukkan perbedaan

tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah intervensi brisk

walking exercise yang bermakna (p= 0,000; 0,000; a= 0,005). Artinya ada
15

penurunan tekanan darah yang cukup bermakna pada kelompok intervensi

sebelum intervensi dan setelah intervensi.

Proses pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan November-

Desmber 2012 di unit rawat jalan penyakit dalam, dalam dua RS di Kudus

dengan 42 responden (21 responden kelompok kontrol dan 21 responden

kelompok intervensi). Brisk walking exercise dilakukan di rumah melalui

tekhnik jalan cepat dengan kecepatan 4-6 km/jam selama 15-30 menit,

dimulai dengan pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan. Latihan selama

2 minggu (4 hari per minggu, istirahat 2 hari kemudian dilanjutkan latihan

lagi). Target heart rate latihan ini 60-80% dari heart rate maksimal. Tekanan

darah diukur sebelum latihan brisk walking dan setelah brisk walking (pada

hari ke-11).

2. Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Widiarto, dkk tahun 2018 berjudul

“Pengaruh Brisk Walking Exercise Terhadap Tekanan Darah Penderita

Hipertensi di Desa Sengon Wilayah Kerja Puskesmas Jabon”.

Penelitian ini Quasy Eksperimental dengan pre post design with

control group. Jumlah populasi 60 pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling, sampel 16 responden setiap grup. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh brisk walking exercise terhadap tekanan

darah.

Hasil penelitian ini yang diperoleh sebelum dilakukannya brisk

walking exercise pada kelompok kontrol dan perlakuan semuanya

mempunyai hipertensi. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji T-paired

test sistol p value =0,042 dan diastol p value = 0,002 dengan nilai a= 0,05.
16

Sehingga nilai p 0,000 < 0,05, yang berarti ada pengaruh antara brisk walking

exercise terhadap penurunan tekanan darah.

Proses penelitian ini dilakukan selama 8 hari dari tanggal 16 Mei -23

Mei 2018 di desa Sengon, wilayah kerja Jambon. Program brisk walking

exercise dilakukan selama 7 hari dengan frekuensi minimal 3 kali untuk dapat

mengontrol tekanan darah. Tekanan darah tinggi di desa Sengon wilayah

kerja puskesmas Jambon kabupaten Jombang sebagian besar responden

setelah diberikan terapi mengalami penurunan tekanan darah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nirnasari, dkk dalam Jurnal Keperawatan

Vol.10 No.1, Januari 2020 berjudul “Efektifitas Brisk Walking Exercise

Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rumkital Dr.

Midiyanto Suratani Tanjungpinang”.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis

pendekatan Quasy Experiment Design (Eksperimen semu) menggunakan

rancangan Pre-Test and post test group without control. Jumlah sampel

berjumlah 13 orang penderita hipertensi dengan teknik pengambilan sampel

purposive sampling. Tujuan penelitian mengidentifikasi pengaruh efektivitas

brisk walking exercise untuk menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi di Rumkital dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang.

Hasil uji wiloxcon didapatkan nilai sig 0,01 artinya terlihat perbedaan

tekanan darah sebelum dan sesudah dengan uji statistik p value <0,005.

Kesimpulan pada penelitian didapatkan ada pengaruh brisk walking exercise

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumkital

Midiyato Suratani Tanjungpinang.


17

Proses penelitian ini dilakukan selama 14 hari dari tanggal 24

November 2019 hingga 07 Desember 2019 di poli rawat jalan Rumkital

dengan responden berjumlah 13 orang penderita hipertensi. Penelitian ini

dilakukan pengecekan tekanan darah sebelum dan sesudah melaksanaan brisk

walking exercise yaitu sebanyak 12 kali dalam 14 hari. Selama 1 minggu

responden melakukan brisk walking exercise sebanyak 3x dengan jarak

tempuh 1-2 km selama 30 menit, dan dilakukan stretching sebelum dan

sesudah melakukan brisk walking exercise dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang. Pada penelitian ini dilakukan pengecekan tekanan darah

sebelum dan sesudah melaksanakan brisk walking exercise yaitu sebanyak 12

kali dalam 14 hari.

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terkait


Sumber Judul Penulisan Rumusan Hasil penelitisn
Tahun Masalah
Jurnal Penurunan Sukarmin, Bagaimana Hasil uji pooled t test
kepera Tekanan Darah Elly pengaruh brisk menunjukkan perbedaan
watan Pada Pasien Nurachma walking tekanan darah sistolik dan
Indones Hipertensi h, Dewi exrcise diastolik antara kelompok
ia, Vol. Melalui Brisk Gayatri. terhadap kontrol dan kelompok
16 No. Walking 2013 tekanan darah intervensi bermakna (p=
1, Exercise pada pasien 0,000; 0,026; a=0,05). Yang
Maret hipertensi? artinya ada penurunan
2013 tekanan darah yang cukup
bermakna pada kelompok
intervensi sebelum intervensi
dan setelah intervensi brisk
walking exercise.

Jurnal Pengaruh Brisk Ari Bagaimana Hasil uji statistik dengan


Kepera Walking Widiarto, efektivitas menggunakan Uji T-paired
watan Exercise Arif brisk walking test sistol p value = 0,042
Stikes Terhadap Wijaya, exercise untuk dan diastol p value = 0,002
Insan Tekanan Darah Leo menurunkan dengan nilai a= 0,05.
Cendek Penderita Yosdimyat tekanan darah Sehingga nilai 0,000 < 0,05,
ia Hipertensi di i. 2018 pada pasien yang berarti ada pengaruh
Medika Desa Sengon hipertensi ? antara brisk walking exercise
Jomban Wilayah Kerja terhadap penurunan tekanan
g Puskesmas darah.
Jambon
18

Sumber Judul Penulisan Rumusan Hasil penelitisn


Tahun Masalah
Jurnal Efektifitas Brisk Meily Bagaimana Hasil Uji Wilcoxon,
Kepera Walking Nirrnasari, Pengaruh didapatkan nilai sig 0,01
watn Exercise Untuk Liza Wati, brisk walking artinya terlibat perbedaan
Vol. 10 Menurunkan Sri exercise tekanan darah sebelum dan
No. 1, Tekanan Darah Setiawati. terhadap sesudah dengan uji statistik p
Januari Pada Pasien 2020 tekanan darah value < 0,0005. Kesimpulan
2020 Hipertensi Di ? pada penelitian didapatkan
Rumkital Dr. ada pengaruh brisk walking
Suratani exercise terhadap penurunan
Tanjungpinang tekanan darah pada pasien
hipertensi di Rumkital
Midiyato Suratani
Tanjungpinang.

D. Kerangka Teori

Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih

dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah

manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi

masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut

membuat system sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk

jaringan dan otak) menjadi tegang (Manutung, 2018). Beberapa faktor yang

diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti : faktor

genetik, jenis kelamin, usia, diet, obesitas, serta gaya hidup merokok dan

mengkonsumsi alkohol (Ardiansyah, 2012). Selain itu tekanan darah menjadi

tinggi apabila ditemukan ada kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar

tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldoteronisme) atau reaksi

terhadap obat tertentu misalnya pil KB (Manutung, 2018)

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi farmakologi

dan non farmakologi. Terapi farmakologi dengan menggunakan obat-obatan yang

mengandung antihipertensive. Sedangkan terapi non-farmakologi berupa

perubahan gaya hidup yang dapat menurunkan tekanan darah. Beberapa


19

penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah bisa diturunkan dengan

mengatur gaya hidup dan nutrisi seperti membatasi asupan garam, berhenti

merokok, menurunkan berat badan, pembatasan konsumsi alkohol, serta

melakukan olahraga rutin. (Pikir, 2015).

Brisk walking exercise yang berdampak pada penurunan mortalitas dan

morbiditas penderita hipertensi yang terjadi melalui mekanisme pembakaran

kalori, mempertahankan berat badan, membantu tubuh rileks dan peningkatan

senyawa beta endhorpin yang dapat menurunkan serta tingkat keamanan

penerapan brisk walking exercise pada semua tingkat umur penderita hipertensi

(kowalski, 2010).

Penatalaksanaan : Faktor penyebab :


Faktor genetik, jenis kelamin,
usia, diet, obesitas, merokok dan
Non Farmakologi : mengkonsumsi alkohol.

a. Diet rendah garam

b. Mengurangi kegemukan
TEKANAN DARAH

c. Mengurangi stress

d. Berhenti merokok

HIPERTENSI
e. Olahraga jalan cepat
(Brisk walking exercise)

Gambar 2.1 Kerangka konsep Penelitian Brisk Walking Exercise Rutin


Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
(Ardiansyah, 2012).
20

E. Kerangka Konsep Penelitian

Menurut Notoadmojo (2010) kerangka konsep merupakan formulasi atau

simplikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian, maka

dari rumusan masalah dapat disusun kerangka konsep penelitian berikut ini.

Diet rendah garam

Mengurangi kegemukan

Mengurangi strees

Berhenti merokok

Brisk Walking Exercise (X) Penurunan Tekanan


Darah (Y)

Keterangan :

: Variabel yang tidak diteliti

: Penghubung variable yang diteliti

: Variable yang diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Brik Walking Exercise Terhadap


Penurunan Tekanan Darah

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada perumusn masalah, kerangka pemikiran dan asumsi

yang dikemukakan di atas, penulis dapat menyusun suatu hipotesis sebagai

berikut : ”Teknik Brisk Walking Exercise Rutin Berpengaruh Terhadap Tekanan

Darah Pada Pada Pasien Hipertensi”.


21

Hipotesis ini disusun berdasarkan asumsi dan hasil penelitian terdahulu

yaitu :

1. Sukarmin (2013), brisk walking exercise efektif menurunkan tekanan pada

pasien hipertensi di unit rawat jalan dua rumah sakit di Kudus.

2. Ari (2018), adanya pengaruh brisk walking exercise terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi di desa Sengon, wilayah kerja

puskesmas Jambon.

3. Meily (2020), adanya efektitivitas brisk walking exercise terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumkital Dr. Midiyato Suratani

Tanjungpinang.

Anda mungkin juga menyukai