Anda di halaman 1dari 114

PENULISAN KREATIF

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Dwiva Marietta Sitorus (2181111019)
2. Melda Bonita br. Tarigan (2181111018)
3. Thyra Natashya Aritonang (2183111057)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga penulis masih diberikan kesempatan untuk
dapat menyelesaikan Critical Book Report ini tepat pada waktunya. Critical Book Report ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas
pada mata kuliah Penulisan Kreatif, semoga Critical Book Report ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan bagi penulis dan
pembaca.Dalam penulisan Critical Book Report ini, tentu saja penulis tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu dan rekan-rekan yang telah mendukung saya menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Critical Book Report ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
kedepannya.Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada di dalam Makalah ini dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya bagi para pembaca. Terimakasih

Medan, Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk dibaca dan dipahami. Terkadang kita memilih satu buku namun kurang
memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa ataupun materi yang kurang lengkap. Oleh karena itu, penulis membuat Critical
Book Review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi, terkhusus pada pokok bahasan tentang Penulisan Kreatif.
B. Tujuan Penulisan CBR
Mengkritisi/mereview dua topik materi mata kuliah Sinatksis Bahasa Indonesiadalam dua buku yang berbeda.
C. Manfaat CBR
1. Untuk menambah wawasan tentang Penulisan Kreatif.
2. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam dua buku yang berbeda.
D. Identitas buku yang direview
a. Buku Utama
1. Judul : Hakikat Menulis
2. Pengarang : Dr. Mohamad Yunus, M.A.

b. Buku Pembanding
1. Judul : Penulisan Kreatif
2. Pengarang : Misbah, Eris, dan Zaky
3. Penerbit : UNPAM Press
4. Kota terbit : Tangerang Selatan
5. Tahun Terbit : 2020
6. ISBN : 978-602-5867-95-8
BAB 11 PEMBAHASAN
SIASAT SASTRA
No Judul sub bab Jumlah Analisis paragraf Kesimpulan Keterangan
paragraf/hal
1 Pijakan 14/6-9 Dalam jagad kesusasteraan dikenal Dalam jagad kesusasteraan dikenal istilah: (paragraf 1 )
Mencipta Karya istilah: imajinasi, fiksi, dan ekspresi. imajinasi, fiksi, dan ekspresi. Ketiga istilah Kalimat utama :Dalam jagad
Sastra Ketiga istilah tersebut menyarankan proses tersebut menyarankan proses kesadaran kesusasteraan dikenal istilah:
kesadaran manusia dalam penciptaan karya manusia dalam penciptaan karya sastra. imajinasi, fiksi, dan ekspresi.
sastra. Istilah imajinasi mengandung Kalimat penjelas :Ketiga
pengertian perenungan, penghayatan, Fiksi mengandung pengertian rekaan, istilah tersebut menyarankan
pemikiran, dan perasaan. Di dalam khayalan, sesuatu yang tidak ada dan proses kesadaran manusia
imajinasi itulah, seseorang mengembara ke terjadi sungguh-sungguh sehingga tak dalam penciptaan karya sastra.
ruang kesadaran. Ia mengarungi samudra perlu dicari kebenarannya dalam realitas. Istilah imajinasi mengandung
yang luas tak bertepi dalam jiwanya. pengertian perenungan,
Dalam pengembaraan itu akan ia jumpai Ekspresi mengandung pengertian cara penghayatan, pemikiran, dan
kenangan, ingatan, pengalaman, kilatan mengungkapkan apa yang diimajinasikan perasaan. Di dalam imajinasi
gambar-gambar, yang pernah masuk ke seseorang dengan sarana bahasa. Setiap itulah, seseorang mengembara
dalam alam sadar dan bawah sadarnya. orang memiliki ekspresi yang berbeda- ke ruang kesadaran. Ia
Itulah mengapa imajinasi disebut juga beda. mengarungi samudra yang luas
pembayangan. Bahasalah yang akan tak bertepi dalam jiwanya.
mewadahi hasil imajinasi tersebut ke Adanya penyikapan dan teknik ekspresi Dalam pengembaraan itu akan
dalam kata, frase, kalimat, paragraf, dan itulah menandai adanya penyiasatan dalam ia jumpai kenangan, ingatan,
wacana, yang kemudian disebut sastra. karya sastra. Sebutlah dalam konteks pengalaman, kilatan gambar-
Sedangkan istilah fiksi mengandung pembicaraan ini disebut Siasat Sastra. gambar, yang pernah masuk ke
pengertian rekaan, khayalan, sesuatu yang dalam alam sadar dan bawah
tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh Adanya sikap terhadap obyek yang sadarnya. Itulah mengapa
sehingga tak perlu dicari kebenarannya diungkapkan dan gaya atau teknik terhadap imajinasi disebut juga
dalam realitas. Ia berisi peristiwa, tokoh, bahasa sebagai media, merupakan dua hal pembayangan. Bahasalah yang
dan tempat, yang kemudian ditampung yang menandai siasat sastra. akan mewadahi hasil imajinasi
dalam bahasa naratif dan disebut dengan tersebut ke dalam kata, frase,
sastra (wacana naratif). Itulah mengapa Adanya sikap kreatif dan estetis-imajinatif kalimat, paragraf, dan wacana,
istilah fiksi bertolak belakang dengan itulah, apa yang tidak mungkin dalam yang kemudian disebut sastra.
realitas atau faktual. Kedua istilah itu, realitas, menjadi mungkin dalam karya Paragraf pertama termasuk
imajinasi dan fiksi, merupakan rangkaian sastra. kedalam paragraf deduktif
tak terpisahkan. Pengalaman karena kalimat utama berada
pengembaraan imajinasi seseorang akan Siasat sastra dalam perwujudannya sebagai diawal paragraf.
memunculkan fiksi yang terwadahi dengan sikap pengarang, merupakan wujud
bahasa dan disebut karya sastra. Beberapa intelektualitas dan keyakinan akan suatu (paragraf 2)
ahli sastra menyebutnya dengan cerita kebenaran hidup. Kalimat utama : Sedangkan
rekaan atau prosa fiksi. istilah fiksi mengandung
Sedangkan istilah ekspresi Sebagai pembangun karakter bangsa dan pengertian rekaan, khayalan,
mengandung pengertian cara pengetahuan tentang hidup, karya sastra sesuatu yang tidak ada dan
mengungkapkan apa yang diimajinasikan perlu menyiasati segala bidang kehidupan. terjadi sungguh-sungguh
seseorang dengan sarana bahasa. Setiap sehingga tak perlu dicari
orang memiliki ekspresi yang berbeda- Hak untuk secara kreatif menggunakan dan kebenarannya dalam realitas.
beda. Setiap kreator memiliki gaya menyusun bahasa dalam karya sastra Kalimat penjelas : Ia berisi
masing-masing. Ia bersifat individual. menjadi persoalan yang tak pernah habis peristiwa, tokoh, dan tempat,
Karena bahasa menjadi medianya, maka dibicarakan. yang kemudian ditampung
ekspresi seseorang akan tampak pada dalam bahasa naratif dan
penggunaan kata, frase, kalimat, paragraf, Jika pada tataran penyikapan terhadp disebut dengan sastra (wacana
dan wacana. Bahasa fiksi dengan demikian obyek merupakan substansi isi, maka naratif). Itulah mengapa istilah
merupakan hasil dari pengolahan secara ekspresi menjawab bagimana substansi itu fiksi bertolak belakang dengan
kreatif, imajinatif, dan fiktif. Dari pilihan diungkapkan dengan cara yang indah dan realitas atau faktual. Kedua
kata hingga wacana yang lengkap, akan menarik. istilah itu, imajinasi dan fiksi,
memunculkan cara dan gaya bagaimana merupakan rangkaian tak
seseorang mengungkapkan apa yang Keluasan dan keleluasaan berbahasa yang terpisahkan. Pengalaman
diimajinasikan dan difiksikan. Tak heran dimiliki bahasa itu sendiri dan/atau pengembaraan imajinasi
jika seseorang memiliki teknik, kebiasaan, pengarang, memungkinkan banyak ragam seseorang akan memunculkan
dan pengetahuan untuk itu. siasat sastra dalam bidang ekspresi. fiksi yang terwadahi dengan
Dalam ekspresi ada penyikapan bahasa dan disebut karya
terhadap obyek yang diungkapkan dalam Pilihan kata, penciptaan simbol, imaji, sastra. Beberapa ahli sastra
karya sastra. Penyikapan itu dipengaruhi gaya bahasa, bangunan kalimat, penciptaan menyebutnya dengan cerita
banyak hal, antara lain: tingkat dan penyimpangan makna, bangunan rekaan atau prosa fiksi.
penghayatan, pemikiran, kemampuan, bunyi, struktur cerita (wacana), merupakan Paragraf 2 termasuk kedalam
ideologi, kebiasaan, lingkungan, wilayah yang sangat diperhatikan oleh paragraf dedukti karena
pengalaman, dan sebagainya. Di samping pengarang. kalimat uatamanya berada
itu, dalam ekspresi terdapat juga diawal paragraf.
tekniktentang bagaimana menyusun obyek Psikologi sastra, sosiologi sastra, filsafat
yang diungkapkan melalui unsur-unsur sastra, strukturalisme, postrukturalisme, (paragraf 3)
wacana sastra yang diciptakan. Dalam stilistika, hingga studi budaya sastra, mesti Kalimat utama :Sedangkan
pengetahuan wacana disebut dengan bersentuhan dengan persoalan siasat sastra istilah ekspresi mengandung
strategi pewacanaan. Strategi pewacanaan itu. pengertian cara
merupakan model, skema, dan fokalisasi mengungkapkan apa yang
yang digunakan seseorang dalam diimajinasikan seseorang
menciptakan karya sastra. Adanya dengan sarana bahasa.
penyikapan dan teknik ekspresi itulah Kalimat penjeas :. Setiap orang
menandai adanya penyiasatan dalam karya memiliki ekspresi yang
sastra. Sebutlah dalam konteks berbeda-beda. Setiap kreator
pembicaraan ini disebut Siasat Sastra. memiliki gaya masing-masing.
Ia bersifat individual. Karena
Hal ihwal Siasat Sastra muncul lantaran bahasa menjadi medianya,
adanya kreativitas pengarang dalam maka ekspresi seseorang akan
menciptakan karya sastranya. Adanya tampak pada penggunaan kata,
sikap terhadap obyek yang diungkapkan frase, kalimat, paragraf, dan
dan gaya atau teknik terhadap bahasa wacana. Bahasa fiksi dengan
sebagai media, merupakan dua hal yang demikian merupakan hasil dari
menandai siasat sastra. Sikap pengarang pengolahan secara kreatif,
terhadap obyek yang diungkapkan imajinatif, dan fiktif. Dari
mengandung berbagai kemungkinan yang pilihan kata hingga wacana
luas, seluas samudra imajinasi pengarang yang lengkap, akan
itu.Bahkan lebih luas dari realitas. memunculkan cara dan gaya
Makanya kebenaran dalam imajinasi dan bagaimana seseorang
fiksi berbeda dengan kebenaran dalam mengungkapkan apa yang
realitas. Tak perlu mencari kebenaran diimajinasikan dan difiksikan.
realitas dalam karya sastra. Terdapat jarak Tak heran jika seseorang
antara keduanya; kebenaran imajinatif dan memiliki teknik, kebiasaan,
kebenaran obyektif. Di antara keduanya dan pengetahuan untuk itu.
ada jarak di mana sikap kreatif dan estetis Paragraf ketiga termasuk
berada di dalamnya. kedalam paragraf deduktif
karena kalimat utama terletak
Adanya sikap kreatif dan estetis-imajinatif diawal paragraf.
itulah, apa yang tidak mungkin dalam
realitas, menjadi mungkin dalam karya (paragraf 4)
sastra. Apa yang tidak lumrah dalam Kalimat utama : Dalam
realitas, menjadi lumrah dalam karya ekspresi ada penyikapan
sastra. Apa yang tidak logis dalam realitas, terhadap obyek yang
menjadi logis dalam karya sastra. Begitu diungkapkan dalam karya
sebaliknya. Tak pelak lagi adanya sastra.
kecenderungan munculnya shok psikologis Adanya penyikapan dan teknik
bagi pembacanya ketika membaca karya ekspresi itulah menandai
sastra. Apa yang sudah biasa dialami adanya penyiasatan dalam
dalam realitas, menjadi sesuatu yang tidak karya sastra. Sebutlah dalam
biasa dalam karya sastra. Bisa saja hal itu konteks pembicaraan ini
tidak lazim dalam realitas dan tidak disebut Siasat Sastra.
disadari pembacanya. Pertunjukan Uncle Kalimat penjelas : Penyikapan
Tom Cabin karya Stowe, pada akhirnya itu dipengaruhi banyak hal,
menjadi terapi bagi penontonnya, yang antara lain: tingkat
semuanya kulit putih Amerika, bahwa penghayatan, pemikiran,
perlakuan kulit putih terhadap kulit hitam kemampuan, ideologi,
merupakan perbuatan yang tak adil dan kebiasaan, lingkungan,
tidak sesuai dengan hakikat moral dan pengalaman, dan sebagainya.
kemanusiaan. Jika kemudian, para Di samping itu, dalam ekspresi
penonton merasakan simpati atas apa yang terdapat juga tekniktentang
diceritakan dalam pertunjukan tersebut, bagaimana menyusun obyek
sesungguhnya terdapat kesadaran moral yang diungkapkan melalui
yang selama ini tidak pernah terjadi dalam unsur-unsur wacana sastra
realitas. Ketika rakyat Uni Sovyet yang diciptakan.
dibungkam kebebasan mengeluarkan Paragraf 4 termasuk dalam
pendapatnya, maka novel Boris Pasternak paragraf campuran karena letak
berjudul Doktor Zivago menjadi medianya. kalimat uatama berada di awal
Betapapun pada akhirnya Boris Pasternak dan diakhir paragraf.
harus menerima hukuman mati,
sesungguhnya ia telah mengungkapkan Paragraf 5
sebuah kemungkinan kebenaran yang Kalimat utama :Hal ihwal
diyakininya, yang dalam realitasnya sangat Siasat Sastra muncul lantaran
tabu di negeri itu. Begitu juga adanya kreativitas pengarang
dalam menciptakan karya
ketika tubuh dan organ intim manusia tabu sastranya.
dan vulgar secara etika untuk diungkapkan Kalimat penjelas : Adanya
dalam realitas, para sastrawan wanita, sikap terhadap obyek yang
seperti Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu, diungkapkan dan gaya atau
dan banyak pengarang wanita lainnya, teknik terhadap bahasa sebagai
justru mengungkapkannya dalam karya media, merupakan dua hal
sastra. Begitu juga Abidah El-Khaliqie yang menandai siasat sastra.
dalam novelnya berjudul Perempuan Paragraf 5 termasuk dalam
Berkalung Surban, mengungkapkan hal paragraf deduktif karena
yang tak terungkapkan dalam realitas. Itu kalimat utama berada diawal
menjadi sebuah kemungkinan sebagai paragraf.
kebenaran yang harus diungkapkan. Itu
menjadi sebuah sikap pengarang dalam Paragraf 6
memandang obyek yang diungkapkan Kalimat utama :Adanya sikap
dalam karya sastranya. Dan itu merupakan kreatif dan estetis-imajinatif
siasat sastra yang selalu muncul dalam itulah, apa yang tidak mungkin
jagad kepengarang kesusasteraan dalam realitas, menjadi
mungkin dalam karya sastra.
Siasat sastra dalam perwujudannya sebagai Kalimat penjelas :Apa yang
sikap pengarang, merupakan wujud tidak lumrah dalam realitas,
intelektualitas dan keyakinan akan suatu menjadi lumrah dalam karya
kebenaran hidup. Pada tataran inilah karya sastra. Apa yang tidak logis
sastra bukan sekedar khayalan belaka. dalam realitas, menjadi logis
Bukan sebagai hasil dari lamunan dalam karya sastra. Begitu
pengarang terhadap apa yang diceritakan. sebaliknya. Tak pelak lagi
Tak pelak lagi, sepanjang sejarahnya, adanya kecenderungan
kesusateraan selalu berkaitan dengan munculnya shok psikologis
hakikat dan nilai-nilai kehidupan. bagi pembacanya ketika
Sepanjang sejarahnya, kesusasteraan selalu membaca karya sastra.
menjadi media sosialisasi dan pendidikan Paragraf 5 termasuk dalam
bagi masyarakatnya. Bahkan dalam paragraf deduktif karena
sejarahnya itu, kesusasteraan pernah kalimat utama berada diawal
menjadi media bagi sebuah pembangunan paragraf.
karakter bangsa (character bulding). Di
mata kelompok realisme sosial, yang Paragraf 7
bersumber pada pemikiran marxisme, Kalimat utama :itu merupakan
menjadikan karya sastra sebagai alat siasat sastra yang selalu
propaganda ideologi dan politiknya. Dan muncul dalam jagad
bahkan jauh sebelum itu, ketika kepengarang kesusasteraan.
masyarakat belum mengenal ilmu Kalimat penjelas:Ketika rakyat
pengetahuan yang sedisiplin sekarang, Uni Sovyet dibungkam
karya sastra adalah pengetahuannya. kebebasan mengeluarkan
pendapatnya, maka novel Boris
Sebagai pembangun karakter bangsa dan Pasternak berjudul Doktor
pengetahuan tentang hidup, karya sastra Zivago menjadi medianya.
perlu menyiasati segala bidang kehidupan. Betapapun pada akhirnya Boris
Ia mesti menyiasati bagaimana dan Pasternak harus menerima
sebaiknya dan seharusnya hidup yang lebih hukuman mati, sesungguhnya
baik dan bermoral. Ia menjadi sebuah ia telah mengungkapkan
alternatif cara pandang dan bersikap sebuah kemungkinan
terhadap semua persoalan hidup agar lebih kebenaran yang diyakininya,
bermakna bagi pemiliknya. Banyak yang dalam realitasnya sangat
kemungkinan dan pilihan untuk menjalani tabu di negeri itu. Begitu juga
kehidupan yang penuh intrik ini. Intrik ketika tubuh dan organ intim
kehidupan selalu ada dalam perjalanan manusia tabu dan vulgar secara
hidup manusia. Lika-liku problema etika untuk diungkapkan dalam
kehidupan adalah intrik yang harus realitas, para sastrawan wanita,
dipecahkan agar kehidupan manusia seperti Ayu Utami, Djenar
menjadi harmonis. Manusia untuk itu harus Mahesa Ayu, dan banyak
menyikapi semua hal agar arah perjalanan pengarang wanita lainnya,
kehidupannya menuju kepada justru mengungkapkannya
kemaslahatan. Penyikapan tersebut dalam karya sastra.
merupakan bentuk pemikiran, Paragraf 7 merupakan paragraf
penghayatan, pengalaman, dan induktif karena kalimat
kebijaksanaan hidup. Di situlah siasat utamanya berada di akhir
sastra menempatkan penyikapan terhadap paragraf
obyek yang diceritakan pengarang turut
memberikan sumbangan bagi Paragraf 8
masyarakatnya. Kalimat utama :Siasat sastra
dalam perwujudannya sebagai
Persoalan bahasa sebagai media ekpresi sikap pengarang, merupakan
pengarang juga menjadi siasat sastra. wujud intelektualitas dan
Licensia Poetica menjadi label bagi keyakinan akan suatu
kebebasan pengarang untuk membangun kebenaran hidup.Dan bahkan
bahasanya sebagai perwujudan siasat sastra jauh sebelum itu, ketika
itu. Hak untuk secara kreatif menggunakan masyarakat belum mengenal
dan menyusun bahasa dalam karya sastra ilmu pengetahuan yang
menjadi persoalan yang tak pernah habis sedisiplin sekarang, karya
dibicarakan. Bahkan secara keilmuan sastra adalah pengetahuannya
muncul cabang ilmu bahasa dan sastra Kalimat penjelas :Pada tataran
yang disebut stilistika dan retorika. Kedua inilah karya sastra bukan
cabang ilmu itu menjadi disiplin yang sekedar khayalan belaka.
mencoba menjelaskan kaedah-kaedah Bukan sebagai hasil dari
bagaimana suatu bahasa tampak estetik dan lamunan pengarang terhadap
menarik. Wilayah kajian keduanya akan apa yang diceritakan. Tak
sampai pada suatu proposisi bahwa pelak lagi, sepanjang
terdapat siasat yang dipakai pengarang sejarahnya, kesusateraan selalu
dalam mengekspresikan karyanya. berkaitan dengan hakikat dan
nilai-nilai kehidupan.
Persoalan ekspresi sesungguhnya Paragraf 8 termasuk paragraf
berdasarkan pada hakikat karya sastra campuran karena kalimat
sebagai karya seni yang indah. Jika pada utamanya berada diawal an
tataran penyikapan terhadp obyek diakhir
merupakan substansi isi, maka ekspresi
menjawab bagimana substansi itu Paragraf 9
diungkapkan dengan cara yang indah dan Kalimat utama :Sebagai
menarik. Horatius mengatakan karya sastra pembangun karakter bangsa
memiliki fungsi dulce et utile; mendidik dan pengetahuan tentang
dan menghibur. Bagaimana mengajarkan hidup, karya sastra perlu
suatu kebijaksanaan hidup yang baik menyiasati segala bidang
dengan cara menghibur. Berdasarkan inilah kehidupan.
kualitas karya sastra bisa diukur apakah ia Kalimat penjelas: Ia mesti
tergolong karya sastra yang cukup menjadi menyiasati bagaimana dan
bahan bacaan pengisi waktu luang, sekali sebaiknya dan seharusnya
baca lantas tidur, atau ada sesuatu yang hidup yang lebih baik dan
mesti dipahami, dimengerti, dihayati, dan bermoral. Ia menjadi sebuah
diamalkan dalam kehidupan yang lebih alternatif cara pandang dan
baik. Sebuah apresiasi karya sastradiawali bersikap terhadap semua
pada tingkat hiburan hingga pada aplikasi persoalan hidup agar lebih
ke dalam kehidupan pembacanya. Sarana bermakna bagi pemiliknya.
bahasa jelas menyediakan semua Banyak kemungkinan dan
kebutuhan bagi ekspresi pengarang ketika pilihan untuk menjalani
menciptakan karya sastra. Keluasan dan kehidupan yang penuh intrik
keleluasaan berbahasa yang dimiliki ini.
bahasa itu sendiri dan/atau pengarang, Paragraf 9 merupakan paragraf
memungkinkan banyak ragam siasat sastra deduktif karena kalimat utama
dalam bidang ekspresi. Keluasan dan berada diawal paragraf
keleluasaan berbahasa sejauh keluasan dan
keleluasaan karya sastra yang beraneka Paragraf 10
ragam gaya ekspresinya. Setiap pengarang Kalimat utama :Persoalan
memiliki gaya ekspresi yang berbeda-beda. bahasa sebagai media ekpresi
Setiap karya sastra memiliki penyiasatan pengarang juga menjadi siasat
bahasa yang bermacam-macam. Namun sastra.
demikian, ada prinsip-prinsip dasar yang Kalimat penjelas :Licensia
sama di antara mereka. Prinsip-prinsip Poetica menjadi label bagi
dasar tersebut tampak pada wilayah yang kebebasan pengarang untuk
mana yang menjadikan pengarang dan membangun bahasanya sebagai
karya sastranya menyiasati bahasa sebagai perwujudan siasat sastra itu.
bentuk siasat sastra. Pilihan kata, Hak untuk secara kreatif
penciptaan simbol, imaji, gaya bahasa, menggunakan dan menyusun
bangunan kalimat, penciptaan dan bahasa dalam karya sastra
penyimpangan makna, bangunan bunyi, menjadi persoalan yang tak
struktur cerita (wacana), merupakan pernah habis dibicarakan.
wilayah yang sangat diperhatikan oleh Bahkan secara keilmuan
pengarang. Ia tidak sekedar muncul cabang ilmu bahasa
memperlakukan semua itu dalam konteks dan sastra yang disebut
kebahasaan, tetapi ia olah dan manfaatkan stilistika dan retorika.
untuk tidak saja menampung makna tetapi
juga perasaan. Bahasa dalam karya sastra Paragraf 11
tidak saja mewadahi sebuah pengertian Kalimat utama :Persoalan
sebagaimana dalam sistem yang ekspresi sesungguhnya
mengaturnya, tetapi juga mampu mewadai berdasarkan pada hakikat karya
apa yang ada dalam gejolak jiwa sastra sebagai karya seni yang
pengarangnya. Untuk itu acap kali indah.
pengarang mengadakan penyimpangan, Kalimat penjelas :Jika pada
pembaharuan, dan pendobrakan terhadap tataran penyikapan terhadp
sistem bahasa. Ketidaklaziman bahasa obyek merupakan substansi isi,
sering muncul sebagai bentuk siasat sastra. maka ekspresi menjawab
Semua itu sengaja dilakukan untuk bagimana substansi itu
memunculkan kekhasan gaya ekspresi diungkapkan dengan cara yang
pengarangnya. Semua itu sengaja indah dan menarik.
dilakukan untuk memunculkan efek Paragraf 11 termasuk paragraf
kejiwaan dan suasana dalam karya sastra. deduktif karena letak kalimat
Begitu pentingnya siasat sastra dalam utama berada diawal paragraf.
penciptaan karya sastra, menjadikan ia
sebagai wilayah kajian yang tak mungkin Paragraf 12
dilepaskan dari semua kajian dengan Kalimat utama :Sarana bahasa
pendekatan dan teori apa saja. Psikologi jelas menyediakan semua
sastra, sosiologi sastra, filsafat sastra, kebutuhan bagi ekspresi
strukturalisme, postrukturalisme, stilistika, pengarang ketika menciptakan
hingga studi budaya sastra, mesti karya sastra
bersentuhan dengan persoalan siasat sastra Kalimat penjelas: Keluasan
itu. Oleh karena itu, kehadirannya tidak dan keleluasaan berbahasa
perlu berdiri sendiri sebagai sebuah yang dimiliki bahasa itu sendiri
pendekatan atau teori sastra. Siasat sastra dan/atau pengarang,
sebatas sebagai wacana pemikiran tentang memungkinkan banyak ragam
prinsip-prinsip dasar penciptaan karya siasat sastra dalam bidang
sastra. Ia juga sebagai wacana pemikiran ekspresi. Keluasan dan
tentang bagaimana pembaca memahami keleluasaan berbahasa sejauh
sebuah strategi kewacanaan yang keluasan dan keleluasaan karya
terkandung dalam karya sastra. Dengan sastra yang beraneka ragam
begitu, pembaca dapat mengambil manfaat gaya ekspresinya.
dalam proses pembacaan karya sastra itu. Paragraf 12 termasuk paragraf
deduktif karena kalimat utama
berada di awal paragraf .
Paragraf 13
Kalimat utama :Pilihan kata,
penciptaan simbol, imaji, gaya
bahasa, bangunan kalimat,
penciptaan dan penyimpangan
makna, bangunan bunyi,
struktur cerita (wacana),
merupakan wilayah yang
sangat diperhatikan oleh
pengarang.
Kalimat penjelas :Ia tidak
sekedar memperlakukan semua
itu dalam konteks kebahasaan,
tetapi ia olah dan manfaatkan
untuk tidak saja menampung
makna tetapi juga perasaan.
Bahasa dalam karya sastra
tidak saja mewadahi sebuah
pengertian sebagaimana dalam
sistem yang mengaturnya,
tetapi juga mampu mewadai
apa yang ada dalam gejolak
jiwa pengarangnya.
Paragraf 13 termasuk paragraf
deduktif karena kalimat utama
berada diawal paragraf

Paragraf 14
Kalimat utama : Begitu
pentingnya siasat sastra dalam
penciptaan karya sastra,
menjadikan ia sebagai wilayah
kajian yang tak mungkin
dilepaskan dari semua kajian
dengan pendekatan dan teori
apa saja.
Kalimat penjelas :Psikologi
sastra, sosiologi sastra, filsafat
sastra, strukturalisme,
postrukturalisme, stilistika,
hingga studi budaya sastra,
mesti bersentuhan dengan
persoalan siasat sastra itu. Oleh
karena itu, kehadirannya tidak
perlu berdiri sendiri sebagai
sebuah pendekatan atau teori
sastra. Siasat sastra sebatas
sebagai wacana pemikiran
tentang prinsip-prinsip dasar
penciptaan karya sastra
MANUSIA HERO
2. Obyek 5/10-16 sejak peradaban manusia ada, sastra dan Karya sastra diharapkan menjadi penuntun Paragraf 1
Penciptaan moral-sosial tak dapat dipisahkan. bagaimana menciptakan harmonisasi Kalimat utama : ejak
Karya sastra Pertama, sastra diciptakan untuk antara jagad mikro (sumber penulisan peradaban manusia ada, sastra
memberikan pencerahan bagi pembaca dan karya sastra) dengan jagad makro (sumber dan moral-sosial tak dapat
pendengarnya. Sastra memberikan eksistensi hidup manusia). dipisahkan.
pengajaran mengenai budi pekerti dan Kalimat penjelas :Pertama,
moral yang baik. Nilai-nilai tuntunan Karya sastra mengungkapkan persoalan sastra diciptakan untuk
sangat menonjol tanpa mengabaikan hidup manusia dalam hubungan sarwa memberikan pencerahan bagi
tatanan keindahannya. Kedua, karya sastra (hubungan antara manusia dengan pembaca dan pendengarnya.
lahir dari perenungan, penghayatan, manusia, alam semesta, dan Tuhan). Sastra memberikan pengajaran
pengalaman batin, dan rasa yang dalam mengenai budi pekerti dan
dari pengarangnya. Karya sastra bukan Dalam pemikiran ini, perjuangan manusia moral yang baik. Nilai-nilai
semata sebagai khayalan untuk menghibur. sebagai Hero adalah perjuangan untuk tuntunan sangat menonjol
Lebih dari itu, karya sastra menjadi wujud menyelesaikan persoalan melalui tanpa mengabaikan tatanan
dari sebuah kebijaksanaan tentang hidup hubungan antara dua hal yang berbeda keindahannya. Kedua, karya
yang sempurna dan bermanfaat. Tidak sastra lahir dari perenungan,
heran jika zaman dahulu para sastrawan Ada sumber yang melahirkan persoalan penghayatan, pengalaman
akan menyiapkan mata batinnya yang yang dihadapi manusia. Sumber persoalan batin, dan rasa yang dalam dari
jernih, suci, dan hening sebelum itu dapat bersal dari dirinya sendiri, karena pengarangnya. Karya sastra
menciptakan karya sastra. Karya sastra manusia memiliki nafsu, ambisi, bukan semata sebagai khayalan
diharapkan menjadi penuntun bagaimana keinginan, harapan, cita-cita, kebutuhan, untuk menghibur.
menciptakan harmonisasi antara jagad dan sebagainya. Paragraf 1 termasuk dalam
mikro (sumber penulisan karya sastra) paragraf deduktif karena
dengan jagad makro (sumber eksistensi Dalam kualitas kedalaman intrik itu pula kalimat utama berada di awal
hidup manusia). Karya sastra akan ditemukan suatu sikap dan ideologi apargraf
mengungkapkan persoalan hidup manusia pengarangnya. Keyakinan, kepercayaan,
dalam hubungan sarwa (hubungan antara pandangan hidup terhadap suatu Paragraf 2
manusia dengan manusia, alam semesta, kebenaran, menjadi sebuah ideologi yang Kalimat utama :Karya sastra
dan Tuhan). Hubungan sarwa tersebut tersamarkan dalam karya sastra. mengungkapkan persoalan
selalu melahirkan problema yang menuntut hidup manusia dalam
manusia untuk menyelesaikannya. Akhir Jika manusia hero pada zaman 30-an hubungan sarwa (hubungan
dari persoalan hidup yang diungkapkan ditarik ke dalam wilayah semangat antara manusia dengan
dalam karya sastra itu akan selalu menuju kebangkitan bangsa, pada zaman ini manusia, alam semesta, dan
pada keharmonisan atau manusia hero ditarik ke dalam wllayah Tuhan).
ketidakharmonisan hubungan. Akhir politik praktis. Kalimat penjelas :Hubungan
harmonis menjadi tuntunan positif sarwa tersebut selalu
bagaimana seyogyanya manusia Manusia hero mengalami persoalan hidup melahirkan problema yang
mengambil sikap dalam menyelesaikan dari luar dirinya yang menjajah, membatasi menuntut manusia untuk
persoalan yang menimpanya. Akhir tidak ruang hidupnya. menyelesaikannya. Akhir dari
harmonis menjadi tuntunan negativ, persoalan hidup yang
seharusnya manusia tidak mengambil sikap diungkapkan dalam karya
tertentu agar persoalan hidup yang sastra itu akan selalu menuju
menimpanya tidak berakhir secara tragis pada keharmonisan atau
dan menyedihkan. Keanekaragaman gaya Sutardi mengemukakan karya sastra ketidakharmonisan hubungan.
penceritaan dalam karya sastra memiliki merupakan hasil kesadaran kejiwaan Akhir harmonis menjadi
tujuan yang sama, bagaimana seharusnya masyarakat, sebagai sejarah mentalitas, tuntunan positif bagaimana
bersikap selayaknya untuk menyelesaikan sebagai cermin masyarakat, dokumen seyogyanya manusia
persoalan hidup. sosial budaya, serta sebagai sistem mengambil sikap dalam
Manusia pada dasarnya adalah seorang pemikiran, sistem pengetahuan yang menyelesaikan persoalan yang
Hero. Itulah yang sesungguhnya ingin dihadirkan pengarang dalam menangkap, menimpanya.
diungkapkan sastrawan melalui karya memandang, dan memahami sebuah Paragraf2 termasuk paragraf
sastranya. Hidup adalah sebuah realitas. deduktif karena letak kalimat
perjuangan. Manusia hidup dengan begitu utama berada di awal paragraf
mesti mengalami dan melakukan sebuah Dengan memahami karya sastra dapat
perjuangan. Perjuangan melawan dilihat rekaman peristiwa, psikologi, Paragraf 3
keterbatasan; perjuangan melawan pandangan kolektif, orientasi nilai, Kalimat utama :Manusia pada
kejahatan; perjuangan melawan nafsu; dan ideologi, dan bahasa yang ada dalam dasarnya adalah seorang Hero.
perjuangan melawan persoalan-persolan masyarakat yang melahirkannya Kalimat penjelas :Itulah yang
yang muncul dalam perjalanan hidup dan sesungguhnya ingin
kehidupan manusia. Dalam hukum moral, Fakta sastra tidak langsung difahami diungkapkan sastrawan melalui
Hegel menggambarkan sebuah dialektika; sebagai fakta sosial. Struktur sastra tidak karya sastranya. Hidup adalah
sebuah sistesa dari internalisasi tesa dan lantas diperlakukan sebagai struktur sosial sebuah perjuangan. Manusia
antitesa. Keharmonisan pada dasarnya masyarakat. Fakta dan struktur sastra hidup dengan begitu mesti
tercipta dari keterpaduan suatu hal dengan memang berangkat dari fakta dan struktur mengalami dan melakukan
hal lain. Dalam pemikiran ini, perjuangan sosial. Tetapi kehadirannya ke dalam karya sebuah perjuangan. Perjuangan
manusia sebagai Hero adalah perjuangan sastra melalui proses pengolahan kreatif melawan keterbatasan;
untuk menyelesaikan persoalan melalui dan imajinatif pengarangnya. perjuangan melawan
hubungan antara dua hal yang berbeda. kejahatan; perjuangan
Keberhasilan perjuangan itu tergantung Melepaskan eksistensi dan posisi melawan nafsu; dan
pada bagaimana manusia mampu pengarang dalam pembicaraan tentang perjuangan melawan persoalan
memadukan keduanya secara harmonis. hubungan sastra dan masyarakat sama Paragraf 3 merupakan paragraf
Karya sastra mengungkap manusia sebagai halnya dengan memperlakukan karya deduktif karena letak kalimat
hero dalam misinya untuk sastra sebagai barang mati. utama berada di awal paragraf
mengharmoniskan dirinya dan
lingkungannya. Heroisme manusia dalam Hakikat unsur-unsur karya sastra adalah Paragraf 4
sastra bukannya tanpa intrik. Ada sumber pergulatan pemikiran, imajinasi, dan Kalimat utama :Heroisme
yang melahirkan persoalan yang dihadapi kreatifitas. manusia dalam sastra
manusia. Sumber persoalan itu dapat bersal bukannya tanpa intrik.
dari dirinya sendiri, karena manusia Kalimat penjelas :Ada sumber
memiliki nafsu, ambisi, keinginan, yang melahirkan persoalan
harapan, cita-cita, kebutuhan, dan Manusia rekaan yang dihadirkan untuk yang dihadapi manusia.
sebagainya. Sumber persoalan dapat juga ditafsirkan, difahami, dan kemudian Sumber persoalan itu dapat
berasal dari orang lain, karena faktor yang direnungkan pembacanya. bersal dari dirinya sendiri,
sama. Sumber persoalan tersebut juga bisa karena manusia memiliki
berasal dari sebuah kolektivitas, yaitu nafsu, ambisi, keinginan,
masyarakat dan sistem sosiokulturalnya. harapan, cita-cita, kebutuhan,
Sumber dirinya sendiri, orang lain, atau Problematika Abu adalah problematika dan sebagainya. Sumber
masyarakat, merupakan wujud dari sifat “aku” dalam mitos sebagai ideologi persoalan dapat juga berasal
dinamis manusia. Semuanya serba budaya masyarakat. Fenomena kerja dalam dari orang lain, karena faktor
berubah; semuanya serba berkembang. Tak masyarakat, di mana Abu berkecimpung di yang sama. Sumber persoalan
ada yang tetap, kecuali perubahan dan dalamnya, adalah mitos. tersebut juga bisa berasal dari
perkembangan itu sendiri. Persoalan demi sebuah kolektivitas, yaitu
persoalan selalu muncul. Satu Mitos itu adalah, buruh adalah instrumen masyarakat dan sistem
terselesaikan, yang lain akan muncul. atau alat produksi. Ia adalah bagian dari sosiokulturalnya. Sumber
Beraneka ragam kualitas dan bentuknya. sistem teknis dalam alur kerja yang dirinya sendiri, orang lain, atau
Manusia harus menyadarinya. Lantas, prosedural dan mekanis. masyarakat, merupakan wujud
semua itu menuntut manusia menyikapinya dari sifat dinamis manusia.
dan menyelesaikan agar harmonisasi selalu Jika manusia hero Abu tenggelam dalam Semuanya serba berubah;
tercipta. Persoalan yang menuntut manusia arus keterkungkungannya, Arok menyatu semuanya serba berkembang.
Hero dalam sastra merupakan bola salju. Ia untuk merebut yang mengungkungnya, Tak ada yang tetap, kecuali
akan berjalan semakin besar; semakin maka manusia hero Maya adalah subyek perubahan dan perkembangan
menekan psikologis manusia hero tersebut. yang terbelah. itu sendiri.
Inilah sebuah intrik. Di sinilah konflik Paragraf 4 termasuk dalam
yang melahirkan suspense (baca: paragraf deduktif karena letak
ketegangan) dalam cerita sastra tercipta. Di Mereka membawa suara amsing-masing. kalimat utama berada di awal
situ pula daya tarik secara artistik dan Mereka mencipta manusia hero dengan paragraf
estetis tercipta dalam karya sastra. ideologi masing-masing..
Pembaca akan semakin tenggelam dan Paragraf 5
terlibat dalam intrik manusia Hero sebagai Kalimat utama:Persoalan yang
tokoh utama yang diceritakan. Kedalaman menuntut manusia Hero dalam
intrik itu tergantung pada kedalaman sastra merupakan bola salju.
pimikiran, penghayatan, perenungan, dan Kalimat penjelas Ia akan
pandangan hidup pengarangnya. Di berjalan semakin besar;
samping itu, kedalaman intrik tersebut juga semakin menekan psikologis
tergantung pada keluasan wawasan manusia hero tersebut. Inilah
pengarang dalam memandang persoalan sebuah intrik. Di sinilah
hidup yang diceritakan. Dalam kualitas konflik yang melahirkan
kedalaman intrik itu pula akan ditemukan suspense (baca: ketegangan)
suatu sikap dan ideologi pengarangnya. dalam cerita sastra tercipta. Di
Keyakinan, kepercayaan, pandangan hidup situ pula daya tarik secara
terhadap suatu kebenaran, menjadi sebuah artistik dan estetis tercipta
ideologi yang tersamarkan dalam karya dalam karya sastra. Pembaca
sastra. Manusia hero yang diceritakan, akan semakin tenggelam dan
akan digambarkan berdasarkan keyakinan, terlibat dalam intrik manusia
kepercayaan, pandangan hidup tertentu. Hero sebagai tokoh utama
Analisis kritis terhadap karya sastra akan yang diceritakan. Kedalaman
sampai kepada kedalaman itu. intrik itu tergantung pada
Membaca karya-karya sastra di zaman kedalaman pimikiran,
awal kebangkitan bangsa Indonesia penghayatan, perenungan, dan
misalnya, kita akan menangkap sebuah pandangan hidup
pertarungan ideologi para pengarang- pengarangnya. Di samping itu,
pengarangnya. Sutan Takdir Alisyahbana, kedalaman intrik tersebut juga
Sanusi Pane, Armyn Pane, Mohamad tergantung pada keluasan
Yamin, dan pengarang-pengarang lainnya, wawasan pengarang dalam
sangat inten dan serius menanamkan memandang persoalan hidup
pandangan-pandangan, keyakinan- yang diceritakan.
keyakinan, dan kepercayaan-kepercayaan Paragraf 5 merupakan paragraf
terhadap masa depan bangsa yang deduktif karena letak kalimat
bagaimana seharusnya dibangun. STA utama berada di awal paragraf
yang kebarat-baratan, Armyn Pane yang
ketimur-timuran, danpengarang lain yang :
mengintegrasikan timur-barat, menjadi
tonggak sejarah bagi pemikiran
kebangsaan. Bahkan pertarungan dalam
karya sastra melebar ke wilayah polemik di
media massa; kemudian terkenal dengan
sebutan Polemik Kebudayaan. Manusia
hero yang diceritakan oleh mereka,
berhadapan dengan persoalan hidup yang
ditentukan oleh latar belakang
kehidupannya sendiri dan masyarakatnya.
Akhir cerita manusia hero, pada akhirnya
ditentukan oleh pandangan hidup
pengarangnya. Pembaca akan menangkap
sikap dan pandangan yang diyakini oleh
pengarangnya. Pertarungan ideologi
semakin ramai, bahkan cenderung ke luar
konteks kesasteraan, pada masa 50-an dan
60-an. Jika manusia hero pada zaman 30-
an ditarik ke dalam wilayah semangat
kebangkitan bangsa, pada zaman ini
manusia hero ditarik ke dalam wllayah
politik praktis. Khususnya pada pengarang
yang terhimpun dalam Lembaga
Kebudayaan Rakyat (Lekra), faham
ideologi realisme sosialis yang dianutnya
bersumber pada haluan politik PKI.
Semboyan politik sebagai panglima
menjadikan karya sastra sebagai alat
propaganda politik. Akhirnya, manusia
hero pun diciptakan sebagai cerminan
perjuangan kelas sesuai pandangan
mereka. Oleh karena itu, mereka
mengganyang semua karya sastra dan
pengarang yang tidak sehaluan. Pengarang-
pengarang yang terhimpun dalam Manifes
Kebudayaan menjadi sasaran mereka.
Mereka beranggapan, karya-karya sastra
yang diciptakan pengarang-pengarang
kelompok Manifes Kebudayaan, tidak
memberikan pencerahan bagi masyarakat.
Karya sastra tersebut dianggap picisan, tak
berkualitas, dan sangat perlu dibakar. Bisa
diduga bagaimana manusia hero yang
diceritakan oleh para pengarang Lekra ini.
Pertarungan ideologi terus berlanjut.
Seolah jagad kesusasteraan Indonesia
penuh dengan intrik; sebagaimana intrik
hidup yang dialami manusia hero. Di akhir
pemerintahan Soeharto hingga
kejatuhannya, manusia hero dalam sastra
diceritakan sebagai tokoh yang
termarjinalkan, terjajah, dan mengalami
ketidakmerdekaannya. Manusia hero
mengalami persoalan hidup dari luar
dirinya yang menjajah, membatasi ruang
hidupnya. Hidup manusia hero mengalami
keterkungkungan. Raung hidup yang
seharusnya menjamin kesejahteraan,
kedamaian, dan ketenangan, justru
membelenggu dirinya. Hidup manusia hero
pada akhirnya tidak merdeka, tidak bebas.
Manusia hero mesti melawan. Manusia
hero harus melepaskan dirinya atas
ketidakmerdekaannya itu. Mengapa
manusia hero mengalami kehidupan seperti
itu? Bukan mengada-ada jika pertanyaan
itu mengarah pada jawaban bahwa kondisi
bangsa Indonesia pada saat itu mengalami
represifitas atas rezim kekuasaan Soeharo
dan Orde Barunya. Ada suara ideologi
perlawanan yang mengarahkan perjalanan
hidup manusia hero. Manusia hero menjadi
media untuk menyuarakan ideologi itu.
Dalam sebuah kata pengantar buku Supaat
I. Lathief, Eksistensialisme, Mistisisme
Religius (2008), Sutardi mengemukakan
karya sastra merupakan hasil kesadaran
kejiwaan masyarakat, sebagai sejarah
mentalitas, sebagai cermin masyarakat,
dokumen sosial budaya, serta sebagai
sistem pemikiran, sistem pengetahuan yang
dihadirkan pengarang dalam menangkap,
memandang, dan memahami sebuah
realitas. Keberadaan realitas di mata
seorang pengarangdiolah, diinternalisasi,
dan ditransendensikan melalui
penjelajahan mendalam ke dalam wilayah
pemikiran dan perasaan. Pemikiran di atas
pada dasarnya ingin mengemukakan
bahwa karya sastra tidak hanya dipandang
sebagai dunia fiksional, tetapi juga suatu
reflektif dari keadaan sosial di mana karya
sastra itu lahir. Dari sudut pandang yang
terakhir tersebut, menempatkan karya
sastra sebagai juru bicara bagi situasi dan
semangat zamannya. Dengan memahami
karya sastra dapat dilihat rekaman
peristiwa, psikologi, pandangan kolektif,
orientasi nilai, ideologi, dan bahasa yang
ada dalam masyarakat yang
melahirkannya. Ujung pemahaman
terhadapnya akan sampai pada fenomena
sosial dan sejarah masyarakat. Di situlah
tempat manusia hero dalam sastra
memperoleh eksistensinya dalam konteks
antarhubungan sastra dan masyarakat.
Tetapi hubungan sastra dan masyarakat
bukanlah bersifat langsung. Hubungan
keduanya dimediasi oleh kompetensi
kreatif pengarangnya. Pemikiran,
pandangan, dan ideologi pengarang
sebagai individu dan kolektif merupakan
mediasi yang menjebatani keduanya. Fakta
sastra tidak langsung difahami sebagai
fakta sosial. Struktur sastra tidak lantas
diperlakukan sebagai struktur sosial
masyarakat. Fakta dan struktur sastra
memang berangkat dari fakta dan struktur
sosial. Tetapi kehadirannya ke dalam karya
sastra melalui proses pengolahan kreatif
dan imajinatif pengarangnya. Dengan
demikian, pemahaman terhadap karya
sastra dalam paradigma sosiologi sastra
harus diletakkan pada pola hubungan
sastra, pengarang, dan masyarakat.
Pembicaraan tentang hubungan sastra dan
masyarakat tidak mungkin menafikan
pengarangnya. Justru dalam konteks
pembicaraan itu, eksistensi pengarang
semakin penting. Di satu pihak pengarang
merupakan penghasil karya sastra. Kualitas
karya sastra ditentukan oleh proses
pergulatan kesadaran yang utuh dari
pengarangnya. Di lain pihak, pengaruh
masyarakat terhadap karya sastra melalui
proses internalisasi dan asimilasi dalam
diri sastrawan. Sangat tidak masuk akal
jika pembicaraan tentang hubungan sastra
dan masyarakat tidak berangkat dari
pengarangnya. Melepaskan eksistensi dan
posisi pengarang dalam pembicaraan
tentang hubungan sastra dan masyarakat
sama halnya dengan memperlakukan karya
sastra sebagai barang mati. Pembicaraan
semacam itu menghilangkan esensi karya
sastra sebagai perwujudan dari proses daya
dan vitalitas imajinasi dan inteletualitas.
Karya sastra bukanlah semata-mata
sebagai teks wacana yang bisa diurai
unsur-unsurnya begitu saja. Hakikat unsur-
unsur karya sastra adalah pergulatan
pemikiran, imajinasi, dan kreatifitas. Ia
tidak begitu saja muncul karena ada
konvensi internal (sistem struktur obyektif)
yang mengaturnya sebagai piranti wacana.
Tetapi kehadirannya merupakan suatu
bentuk dinamisasi kesadaran manusia
dalam bermasyarakat. Dalam dinamisasi
kesadaran manusia itulah karya sastra
menjelaskan secara utuh kehadiran fakta
dan struktur sosial masyarakat ke dalam
fakta dan struktur karya sastra.
KONFLIK
3 Titik 2/17-23 akikatnya karya sastra mengungkapkan Hakikatnya karya sastra mengungkapkan Paragraf 1
Kemenarikan konflik yang bersumber dari problema konflik yang bersumber dari problema Kalimat utama :akikatnya
Karya Sastra hidup yang dihadapi tokohnya. Konflik hidup yang dihadapi tokohnya. Konflik karya sastra mengungkapkan
itulah yang menggerakkan alur cerita dari itulah yang menggerakkan alur cerita dari konflik yang bersumber dari
awal hingga akhir. Jika ditarik garis, karya awal hingga akhir. problema hidup yang dihadapi
sastra dari awal hingga akhir ceritanya, tokohnya.
mengetengahkan sosok manusia Garis urutan alur di atas bukanlah garis Kalimat penjelas :Konflik
mendapatkan masalah, masalah itu linear dan lurus, melainkan bergerak ke itulah yang menggerakkan alur
semakin runcing karena kehadiran tokoh atas. Kehadiran konflik yang wajib ada cerita dari awal hingga akhir.
lain, akibatnya timbul pertikaian atau dalam cerita, mengakibatkan gerakan alur Jika ditarik garis, karya sastra
pertarungan, pertikaian dan pertarungan tersebut bergerak memuncak. dari awal hingga akhir
tersebut menuju suatu titik ketegangan ceritanya, mengetengahkan
(suspens), dan kemudian terjadi Konflik merupakan tataran psikologis sosok manusia mendapatkan
penyelesaian. Urutan tersebut membangun manusia yang sedang menghadapi masalah, masalah itu semakin
alur cerita konvensional yang lazim problema hidup. runcing karena kehadiran
diketemukan dalam karya sastra. tokoh lain, akibatnya timbul
Pengembangan dan kronologisnya Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi pertikaian atau pertarungan,
tergantung kreativitas pengarang. Garis untuk menuju ke suatu konflik yang pertikaian dan pertarungan
urutan alur di atas bukanlah garis linear menarik, kompleks, dan penuh ketegangan tersebut menuju suatu titik
dan lurus, melainkan bergerak ke atas. psikologis, baik yang berlangsung dalam ketegangan (suspens), dan
Kehadiran konflik yang wajib ada dalam cerita maupun dalam diri pembaca. kemudian terjadi penyelesaian.
cerita, mengakibatkan gerakan alur Urutan tersebut membangun
tersebut bergerak memuncak. Gerakan alur cerita konvensional yang
itulah yang membangun suasana cerita, Problema 4 menggambarkan problema lazim diketemukan dalam
yang pada gilirannya akan dirasakan hidup yang lebih besar yang dialami oleh karya sastra. Pengembangan
pembaca. Keterlibatan emosional pembaca tokoh. Tokoh perempuan yang diceritakan dan kronologisnya tergantung
terjadi karena mengikuti gerakan itu. Itulah tidak saja mendapatkan tantang dari tokoh kreativitas pengarang.
kenapa kadang-kadang pembaca merasa lain, tetapi juga oleh kekuaran masyarakat Paragraf 1 merupakan paragraf
penasaran, sayang untuk berhenti yang lebih luas. deduktif karena kalimat utama
membacanya, atau timbul ketidaksabaran berada di awal paragraf.
untuk segera menyelesaikan cerita yang Paragraf 2
dibacanya. Tetapi gerakan alur semacam Kalimat utama :Ada beberapa
itu tak akan pernah ada tanpa kehadiran Karya sastra berjudul Kapai-Kapai di atas syarat yang harus dipenuhi
sebuah konflik. Konflik yang mampu merupakan salah satu contoh bagaimana untuk menuju ke suatu konflik
menggerakkan alur di atas tidak sekedar konflik yang menarik bersumber dari yang menarik, kompleks, dan
berupa pertikaian atau pertentangan secara problema hidup yang kompleks dan besar penuh ketegangan psikologis,
fisik, tetapi juga melibatkan psikologis yang dialami oleh tokoh yang diceritakan. baik yang berlangsung dalam
tokoh-tokohnya. Bahkan dapat dikatakan, cerita maupun dalam diri
bahwa konflik merupakan tataran Meskipun daya tarik karya sastra juga pembaca
psikologis manusia yang sedang bersumber dari unsur-unsur lainnya, Kalimat penjelas :Jika kembali
menghadapi problema hidup.menarik, seperti bahasa dan struktur penceritaan, kepada pembicaraan terdahulu,
kompleks, dan penuh ketegangan namun demikian unsur konflik menjadi beberapa syarat tersebut dapat
psikologis, baik yang berlangsung dalam daya tarik utamanya. dikatakan, adanya problema
cerita maupun dalam diri pembaca. Jika hidup yang besar menghadang
kembali kepada pembicaraan terdahulu, manusia hero untuk
beberapa syarat tersebut dapat dikatakan, menyelesaikannya. Problema
adanya problema hidup yang besar hidup yang besar memiliki
menghadang manusia hero untuk pengertian, ia menyangkut
menyelesaikannya. Problema hidup yang suatu perjuangan yang tidak
besar memiliki pengertian, ia menyangkut hanya bertujuan untuk dirinya
suatu perjuangan yang tidak hanya sendiri, tetapi juga orang
bertujuan untuk dirinya sendiri, tetapi juga banyak. Adanya kompleksitas
orang banyak. Adanya kompleksitas permasalahan yang sambung
permasalahan yang sambung menyambung menyambung sehingga
sehingga himpitan yang dirasakan tokoh himpitan yang dirasakan tokoh
berasal dari berbagai sudut. Problema berasal dari berbagai sudut.
semacam itu biasanya berasal dari suatu Problema semacam itu
keadaan masyarakat yang mengancam atau biasanya berasal dari suatu
menghadang tujuan hidup tokoh tersebut. keadaan masyarakat yang
Kebalikan dari itu adalah, tokoh berusaha mengancam atau menghadang
untuk meraih suatu keinginan untuk tujuan hidup tokoh tersebut.
dirinya sendiri dan mendapatkan tantangan Paragraf 2 merupakan paragraf
dari tokoh yang lain. Problema semacam deduktif karena kalimat
itu tidak menuntut tokoh untuk utamanya berada di awal
menyelesaikan himpitan itu secara paragraf
kompleks, melainkan bagaimana
memenangkan pertarungannya dengan
tokoh lain.Meskipun daya tarik karya
sastra juga bersumber dari unsur-unsur
lainnya, seperti bahasa dan struktur
penceritaan, namun demikian unsur konflik
menjadi daya tarik utamanya. Konflik yang
menarik tidak mungkin bersumber dari
problema hidup yang biasa saja, yang
dialami tokoh. Konflik yang menarik
merupakan ketegangan psikologis yang
sangat dalam menekan seorang tokoh, dan
itu tidak mungkin dimunculkan oleh
problema yang sederhana. Itulah mengapa
seorang penulis pemula mesti memahami
bagaimana membangun konflik yang
menarik bagi pembacanya.
IDE PENULISAN
4 Sebuah Premis 3/23-27 emahaman tentang manusia hero sebagai Konflik sebagai titik kemenarikan karya paragraf 1
tentang obyek penciptaan karya sastra, yang telah sastra, telah mengarahkan pada bagaimana kalimat utama :Manusia hero
Problema dibahas pada bab sebelumnya, menciptakan problema hidup sebagai topik dalam menghadapi intrik
Manusia sesungguhnya sudah mengarahkan pada cerita kehidupan yang disikapi dari
penentuan ide penulisan. Demikian juga sudut pandang keyakinan dan
dengan pembahasan tentang konflik pemikiran pengarang
sebagai titik kemenarikan karya sastra, (ideologi), merupakan suatu
telah mengarahkan pada bagaimana Manusia hero dalam menghadapi intrik ide penulisan.
menciptakan problema hidup sebagai topik kehidupan yang disikapi dari sudut kalimat penjelas :Demikian
cerita. Kedua pembahasan tersebut pandang keyakinan dan pemikiran juga dengan pembahasan
mengarah pada seorang tokoh yang pengarang (ideologi), merupakan suatu ide tentang konflik sebagai titik
mengalami problema hidup dan konflik penulisan. kemenarikan karya sastra, telah
yang ditimbulkannya. Pada bagian ini akan mengarahkan pada bagaimana
dibahas dengan meletakkannya pada Problema yang besar lebih rumit, menciptakan problema hidup
konteks penciptaan dan pemilihan ide kompleks, dan memunculkan konflik yang sebagai topik cerita. Kedua
penulisan. Manusia hero dalam besar pula. pembahasan tersebut mengarah
menghadapi intrik kehidupan yang disikapi pada seorang tokoh yang
dari sudut pandang keyakinan dan mengalami problema hidup
pemikiran pengarang (ideologi), Kemenarikan karya sastra remaja ini dan konflik yang
merupakan suatu ide penulisan. terletak pada kedekatan tematis dengan ditimbulkannya. Pada bagian
Persoalannya adalah, manusia hero yang sasaran pembaca yang hendak ditembak. ini akan dibahas dengan
bagaimana dan intrik kehidupan macam Dan dengan sedikit intrik hidup dunia meletakkannya pada konteks
apa yang akan diungkapkan dalam karya remaja yang berbunga-bunga dan menuntut penciptaan dan pemilihan ide
sastra. Dengan sudut pandang bagaimana suatu kebebasan, sebagaimana sifat usia penulisan.
manusia hero tersebut dapat menyelesaikan remaja, cerita mereka akan mengasyikan Paragraf 1 merupakan paragraf
problema (intrik hidup) yang bagi pembacanya, yang juga remaja. deduktif karena kalimat utama
menghadangnya. Apakah ambisi dan berada di awal paragraf
konspirasi manusia hero sebagaimana Problema hidup yang besar --dengan
dalam novel Arok karya Pramudya Ananta sendirinya menciptakan manusia hero dan Paragraf 2
Toer? Apakah kebodohan manusia hero menuntut pemikiran yang besar pula-- Kalimat utama:Pemikiran dan
sebagaimana dalam drama Kapai-Kapai membutuhkan berbagai sumber inspirasi. penyikapan pengarang akan
karya Arifin C. Noer? Ataukah berpijak pada apa yang
ketidakmerdekaan dan keprihatinan Ide penulisan sesungguhnya sebuah diyakini pengarang sebagai
seorang Maya sebagai manusia hero dalam premis. Premis merupakan kalimat suatu kebenaran. Dengan
novel Cala Ibi karya Nukila Amal? pernyataan yang mengandung problema begitu, manusia hero akan
Semuanya terserah pada pengarang. dan konflik tentang kehidupan manusia. dapat menyelesaikan problema
Bagaimanakah menciptakan ide penulisan hidup yang dihadapinya itu.
semacam itu? Atau tepatnya, bagaimana Kalimat penjelas
menemukan ide penulisan semacam itu? Melalui premis-premis tersebut, ide :Bagaimanakah menciptakan
Sebagaimana dalam realitas, problema penulisan mengandung problema ide penulisan semacam itu?
hidup manusia bisa besar dan rumit atau kehidupan penuh intrik, kompleks, dan Atau tepatnya, bagaimana
sebaliknya, kecil dan tidak banyak rumit. Sudah tentu akan menciptakan menemukan ide penulisan
menguras emosi dan pikiran untuk manusia hero yang besar. semacam itu? Sebagaimana
menyelesaikannya. Problema yang besar dalam realitas, problema hidup
lebih rumit, kompleks, dan memunculkan Premis-premis di atas berasal dari upaya manusia bisa besar dan rumit
konflik yang besar pula. Problema pengarang secara sungguhsungguh atau sebaliknya, kecil dan tidak
semacam itu, tentunya membutuhkan merenungkan, menghayati, dan banyak menguras emosi dan
manusia hero sebagai sosok yang besar dan memikirkan tentang hakikat kehidupan pikiran untuk
menarik. Problema yang dihadapi sosok manusia. menyelesaikannya. Problema
manusia hero semacam itu, jelas yang besar lebih rumit,
memerlukan pemikiran dan penyikapan Menulis dan membaca merupakan kompleks, dan memunculkan
yang besar pula dari pengarangnya. pasangan yang tak mungkin dilepaskan. konflik yang besar pula.
Pemikiran dan penyikapan pengarang akan Minat baca yang tinggi menjadikan Problema semacam itu,
berpijak pada apa yang diyakini pengarang seseorang memiliki kekayaan pengetahuan tentunya membutuhkan
sebagai suatu kebenaran. Dengan begitu, yang tinggi pula. manusia hero sebagai sosok
manusia hero akan dapat menyelesaikan yang besar dan menarik.
problema hidup yang dihadapinya Problema yang dihadapi sosok
itu.Sebaliknya, problema yang kecil atau Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi manusia hero semacam itu,
sederhana akan menciptakan manusia hero sebagaimana berikut ini. jelas memerlukan pemikiran
yang sederhana pula. Konflik dan intrik 1. Mengandung konflik yang kompleks dan penyikapan yang besar
hidup yang dihadapi tak terlalu rumit, dan besar pula dari pengarangnya.
kompleks, dan biasanya tak begitu menarik 2. Menarik dan penuh intrik kehidupan 3. Paragraf 2 merupakan paragraf
perhatian pembacanya. Pengarangnya pun Bermanfaat untuk pencerahan bagi induktif karena kalimat utama
tak perlu menguras pemikiran dan pembaca berada di akhir paragraf
penyikapan yang besar dan dalam. Karya 4. Didasarkan atas logika dan kebenaran
sastra semacam ini dapat menjadi awalan Paragraf 3
bagi penulis pemula yang ingin Kalimat utama:Ide penulisan
berkecimpung di jagad penulisan karya sesungguhnya sebuah premis.
sastra. Karya-karya para remaja misalkan, Premis merupakan kalimat
cenderung berkutat pada persoalan cinta pernyataan yang mengandung
yang biasa terjadi di dunia sekitarnya. problema dan konflik tentang
Bahkan penyelesaian problema cinta acap kehidupan manusia.
kali lazim dijumpai dalam kehidupan. Kalimat penjelas:Belajar dari
Kemenarikan karya sastra remaja ini karya-karya sastra, dari
terletak pada kedekatan tematis dengan sastrawan yang banyak
sasaran pembaca yang hendak ditembak. dibicarakan para kritikus dan
Dan dengan sedikit intrik hidup dunia ahli sastra, dapat dipahami
remaja yang berbunga-bunga dan menuntut betapa karya-karya itu menjadi
suatu kebebasan, sebagaimana sifat usia menarik untuk
remaja, cerita mereka akan mengasyikan diperbincangkan lantaran
bagi pembacanya, yang juga mengungkapkan sebuah premis
remaja.Problema hidup yang besar yang kompleks dan
--dengan sendirinya menciptakan manusia mengandung problematika
hero dan menuntut pemikiran yang besar hidup yang rumit. Betapa
pula-- membutuhkan berbagai sumber karya-karya sastra tersebut
inspirasi. Realitas masyarakat jelas mengangkat problema
menjadi sumber ide yang sangat kaya kehidupan penuh intrik yang
untuk digali. Tetapi tidak cukup, dialami manusia hero sebagai
pengarang mesti menggali juga dari tokohnya.
sumber-sumber lain, seperti: buku, koran,
majalah, TV, internet, biografi, sejarah,
dan sebagainya. Di sinilah seorang
pengarang dituntut memiliki minat baca,
suka mengamati lingkungan, dan
kecerdasan. Tanpa itu, tidak mungkin
tercipta karya sastra beride besar. Ide
penulisan sesungguhnya sebuah premis.
Premis merupakan kalimat pernyataan
yang mengandung problema dan konflik
tentang kehidupan manusia. Belajar dari
karya-karya sastra, dari sastrawan yang
banyak dibicarakan para kritikus dan ahli
sastra, dapat dipahami betapa karya-karya
itu menjadi menarik untuk
diperbincangkan lantaran mengungkapkan
sebuah premis yang kompleks dan
mengandung problematika hidup yang
rumit. Betapa karya-karya sastra tersebut
mengangkat problema kehidupan penuh
intrik yang dialami manusia hero sebagai
tokohnya. Sebagai contoh, berikut ini
beberapa premis yang menjadi ide karya-
karya sastra yang telah banyak menguras
perhatian kritikus sastra, ahli sastra,
pengamat sastra, akademis sastra, dan
peneliti sastra.
KERANGKA PENULISAN
5 Membangun 8/28-30 Mengapa harus membuat kerangka? Peran kerangka penulisan sangat penting Paragraf 1
Aliran Cerita Pertanyaan ini sering kali ditanyakan oleh untuk membentuk cerita yang runtut, jelas, Kalimat utama:Fungsi
yang Menarik penulis pemula, lantaran dia beranggapan dan mengalir secara enak dan menarik bagi kerangka jelas memberikan
bahwa pembuatan kerangka semakin pembaca. pedoman bagaimana seharunya
mempersulit dirinya dalam menulis. Dalam cerita yang sedang ditulis itu
benak mereka hanya terdapat kata menulis, runtut dan jelas.
menulis, dan menulis. Tak perlu berpikir Fungsi kerangka jelas memberikan Kalimat penjelas :Runtut
yang lain. Lepas dari pendapat semacam pedoman bagaimana seharunya cerita yang dalam pengertian ini adalah,
itu, peran kerangka penulisan sangat sedang ditulis itu runtut dan jelas. Runtut terdapat tahapan alur yang utuh
penting untuk membentuk cerita yang dalam pengertian ini adalah, terdapat sehingga pembaca memahami
runtut, jelas, dan mengalir secara enak dan tahapan alur yang utuh sehingga pembaca dari awal sampai akhir sebagai
menarik bagi pembaca. Keruntutan dan memahami dari awal sampai akhir sebagai sebuah aliran cerita yang
kejelasan alur sangat diperlukan agar apa sebuah aliran cerita yang kronologis dan kronologis dan bersebab-
yang diceritakan menarik ketika dibaca. bersebab-akibat. akibat. Sedangkan jelas
Tanpa itu, jangan disalahkan jika karya memiliki pengertian logis atau
yang sudah susah payah dihasilkan tidak Kerangka penulisan merupakan urutan masuk akal apa yang
dibaca secara tuntas oleh pembaca. Fungsi peristiwa demi peristiwa yang diceritakan diceritakan. Meskipun tahapan
kerangka jelas memberikan pedoman dari awal hingga akhir sehingga alur dibolak-balik,
bagaimana seharunya cerita yang sedang membentuk alur. sebagaimana dalam jenis alur
ditulis itu runtut dan jelas. Runtut dalam sorot balik, tetapi masih dapat
pengertian ini adalah, terdapat tahapan alur dikembalikan ke dalam urutan
yang utuh sehingga pembaca memahami Tanpa hubungan sebab-akibat tidak yang runtut (konvensional).
dari awal sampai akhir sebagai sebuah mungkin terjadi alur cerita. Sedangkan Pembolak-balikan tahapan alur
aliran cerita yang kronologis dan bersebab- hubungan waktu lebih mengarah pada hanya sebuah penataan
akibat. Sedangkan jelas memiliki peristiwa yang diceritakan tersebut peristiwa yang diceritakan
pengertian logis atau masuk akal apa yang mengikuti hukum peristiwa sebab lebih sesuai dengan kreativitas
diceritakan. Meskipun tahapan alur dulu terjadi dari pada akibat. Seting atau pengarangnya. Sedangkan
dibolak-balik, sebagaimana dalam jenis latar waktu dan tempat kejadian kejelasan lebih mengarah pada
alur sorot balik, tetapi masih dapat menunjukkan urutan waktu terjadinya adanya logika sebab-akibat
dikembalikan ke dalam urutan yang runtut peristiwa. (kausalitas) dan hubungan
(konvensional). Pembolak-balikan tahapan waktu (kronologis). Betapapun
alur hanya sebuah penataan peristiwa yang Kerangka cerita akan menuntun penulis imajinatifnya karya sastra,
diceritakan sesuai dengan kreativitas setahap demi setahap, dari awal hingga tetap masih mengikuti hukum
pengarangnya. Sedangkan kejelasan lebih akhir, saat menceritakan peristiwa dalam kedua logika tersebut agar
mengarah pada adanya logika sebab-akibat tulisannya. pembaca dapat memahaminya
(kausalitas) dan hubungan waktu dengan kacamata realitas.
(kronologis). Betapapun imajinatifnya Penyempurnaan kerangka penulisan akan Namun demikian, terdapat
karya sastra, tetap masih mengikuti hukum terus berlangsung berdasarkan inspirasi, karya-karya sastra yang tidak
kedua logika tersebut agar pembaca dapat pemikiran ataupun referensi yang mengikuti hukum logika di
memahaminya dengan kacamata realitas. dipelajari penulis. Jika dirasa sudah atas karena terdapat pandangan
Namun demikian, terdapat karya-karya mencapai kematangan, penulis dapat dan pemikiran yang
sastra yang tidak mengikuti hukum logika mengembangkannya dalam bentuk tulisan. melatarbelakangi konsep
di atas karena terdapat pandangan dan penulisan. Salah satu
pemikiran yang melatarbelakangi konsep Tulisan bergenre puisi menampung contohnya adalah karya-karya
penulisan. Salah satu contohnya adalah kilatan-kilatan emotif dan artistik dalam Iwan Simatupang yang
karya-karya Iwan Simatupang yang bentuk kata, frase, atau kalimat, tanpa didorong oleh pemikiran
didorong oleh pemikiran eksistensialisme berpretensi menceritakan suatu urutan eksistensialisme yang
yang melatarbelakanginya. Menghadapi cerita yang beralur melatarbelakanginya.
karya satra tersebut memerlukan proses Menghadapi karya satra
pembacaan yang berbeda dengan Dengan belajar dari karya orang lain, dapat tersebut memerlukan proses
kebanyakan karya-karya sastra yang diserap bagaimana membangun alur cerita pembacaan yang berbeda
cenderung realis. yang logis dan jelas, sehingga pembaca dengan kebanyakan karya-
Kerangka penulisan merupakan urutan tertarik. karya sastra yang cenderung
peristiwa demi peristiwa yang diceritakan realis.
dari awal hingga akhir sehingga Paragraf1 merupakan paragraf
membentuk alur. Secara konvensional, deduktif karena kalimat utama
urutan tersebut menunjukkan tahapan alur berada di awal paragraf
yang terdiri atas: eksposisi, konflik, Rising
action/penanjakan, klimaks, penyelesaian. Paragraf 2
Eksposisimerupakan tahap pengenalan Kalimat utama::Kerangka
tokoh dan latar belakangnya. Dalam tahap penulisan merupakan urutan
ini diceritakan tentang siapakah tokoh itu peristiwa demi peristiwa yang
sesungguhnya. Konflik merupakan tahap diceritakan dari awal hingga
alur di mana tokoh utama mulai akhir sehingga membentuk
mengalami suatu masalah. Masalah itu alur.
semakin kompleks dan menghimpit tokoh Kalimat penjelas :Secara
tersebut dalam tahap rising action atau konvensional, urutan tersebut
penjakan. Pada akhirnya masalah tersebut menunjukkan tahapan alur
menimbulkan klimak yang menegangkan yang terdiri atas: eksposisi,
pada tahap klimak. Di ujung cerita masalah konflik, Rising
tersebut terselesaikan dalam tahap action/penanjakan, klimaks,
penyelesaian. Urutan tersebut disusun penyelesaian. Eksposisi
berdasarkan urutan sebab-akibat dan merupakan tahap pengenalan
urutan waktu. Perlu diingat bahwa alur tokoh dan latar belakangnya.
merupakan rangkaian peristiwa yang Dalam tahap ini diceritakan
memiliki hubungan sebab akibat. Tanpa tentang siapakah tokoh itu
hubungan sebab-akibat tidak mungkin sesungguhnya. Konflik
terjadi alur cerita. Sedangkan hubungan merupakan tahap alur di mana
waktu lebih mengarah pada peristiwa yang tokoh utama mulai mengalami
diceritakan tersebut mengikuti hukum suatu masalah. Masalah itu
peristiwa sebab lebih dulu terjadi dari pada semakin kompleks dan
akibat. Seting atau latar waktu dan tempat menghimpit tokoh tersebut
kejadian menunjukkan urutan waktu dalam tahap rising action atau
terjadinya peristiwa. Cerita tentang penjakan. Pada akhirnya
rangkaian peristiwa tentang seseorang masalah tersebut menimbulkan
yang bangun tidur kesiangan, di sekolah klimak yang menegangkan
mendapatkan masalah karena buku PR-nya pada tahap klimak. Di ujung
tertinggal, dimarahi guru, lantas ia kena cerita masalah tersebut
hukuman membersihkan toilet sekolahan, terselesaikan dalam tahap
jelas menunjukan urutan waktu, sekaligus penyelesaian.
urutan sebab-akibat. Dengan kerangka Paragraf2 merupakan paragraf
penulisan semacam itu, seorang penulis deduktif karena kalimat utama
akan mempedomaninya ketika menuliskan berada di awal paragraf
ceritanya. Kerangka cerita akan menuntun
penulis setahap demi setahap, dari awal Paragraf 3
hingga akhir, saat menceritakan peristiwa Kalimat utama:Urutan tersebut
dalam tulisannya. Dengan begitu, alur akan disusun berdasarkan urutan
terjaga dalam urutan yang logis dan jelas. sebab-akibat dan urutan waktu.
Tetapi dalam prosesnya bisa jadi seorang Kalimat penjelas :Perlu diingat
penulis merubah dan memvariasikan sesuai bahwa alur merupakan
dengan pertimbangan dan kreativitasnya. rangkaian peristiwa yang
Kerangka penulisan memang bukan sebuah memiliki hubungan sebab
pedoman yang kaku dan pasti. Ia tetap akibat. Tanpa hubungan sebab-
akan mengalami perubahan dan perbaikan. akibat tidak mungkin terjadi
Kerangka diperlakukan sebagai garis besar alur cerita. Sedangkan
sehingga acap kali diperlukan penambahan hubungan waktu lebih
detil-detil. Meskipun detil-detil tersebut mengarah pada peristiwa yang
peristiwa yang kecil, pengarang diceritakan tersebut mengikuti
beranggapan sangat penting kehadirannya hukum peristiwa sebab lebih
dalam cerita. Kerangka cerita seyogyanya dulu terjadi dari pada akibat.
ditulis. Tetapi tidak jarang kerangka Seting atau latar waktu dan
penulisan tersebut berada di benak tempat kejadian menunjukkan
pengarang. Pengarang yang satu ini tidak urutan waktu terjadinya
mau repot-repot menuliskannya. Ia cukup peristiwa.
menuliskannya dalam ingatan sambil Paragraf 3 merupakan paragraf
dipikirkan, dihayati, dan direnungkan yang deduktif karena kalimat
kemudian mengalami kematangan di utamanya terletak di awal
otaknya. Baru kemudian penulis paragraf
menuangkannya dalam tulisan. Bisa saja
seperti itu. Tetapi bagi penulis pemula atau Paragraf 4
yang daya ingatnya lemah, sebaiknya Kalimat utama :Kerangka
kerangka penulisan tetap ditulis di kertas. cerita akan menuntun penulis
Setiap saat dibaca dan disempurnakan. setahap demi setahap, dari
Penyempurnaan kerangka penulisan akan awal hingga akhir, saat
terus berlangsung berdasarkan inspirasi, menceritakan peristiwa dalam
pemikiran ataupun referensi yang tulisannya.
dipelajari penulis. Jika dirasa sudah Kalimat penjelas :Dengan
mencapai kematangan, penulis dapat begitu, alur akan terjaga dalam
mengembangkannya dalam bentuk tulisan. urutan yang logis dan jelas.
Kerangka penulisan hanya diperuntukkan Tetapi dalam prosesnya bisa
genre prosa dan drama, sedangkan genre jadi seorang penulis merubah
puisi tidak membutuhkannya. Tulisan dan memvariasikan sesuai
bergenre puisi menampung kilatan-kilatan dengan pertimbangan dan
emotif dan artistik dalam bentuk kata, kreativitasnya. Kerangka
frase, atau kalimat, tanpa berpretensi penulisan memang bukan
menceritakan suatu urutan cerita yang sebuah pedoman yang kaku
beralur. Bahkan dalam bentuk puisi balada, dan pasti. Ia tetap akan
yang cenderung memiliki cerita, genre ini mengalami perubahan dan
tetap mengutamakan imaji-imaji dan perbaikan. Kerangka
sarana puitik yang mampu membangun diperlakukan sebagai garis
suasana emotif dan pengalam imajinatif besar sehingga acap kali
penyairnya. Bentuk puisi ini tidaksemata- diperlukan penambahan detil-
mata ingin menceritakan sebuah kisah atau detil. Meskipun detil-detil
peristiwa, melainkan suasana yang tersebut peristiwa yang kecil,
ditimbulkan oleh kisah atau peristiwa pengarang beranggapan sangat
tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca penting kehadirannya dalam
dalam bab tentang bagaimana puisi itu cerita
tercipta pada bagian buku ini selanjutnya. Paragraf 4merupakan paragraf
Bagi penulis pemula, sekali waktu perlu deduktif karena letak kalimat
belajar dari karya penulis yang sudah utamanya berada di awal
mapan; membacanya, mengurainya kalimat.
menjadi sebuah kerangka penulisan.
Dengan belajar dari karya orang lain, dapat Paragraf 5
diserap bagaimana membangun alur cerita Kalimat utam :Kerangka cerita
yang logis dan jelas, sehingga pembaca seyogyanya ditulis.
tertarik. Penulis pemula tersebut dapat Kalimat penjela s:Tetapi tidak
mengambil karya sastra yang telah banyak jarang kerangka penulisan
dibicarakan para kritikus atau ahli sastra. tersebut berada di benak
Banyaknya pembicaraan tentang suatu pengarang. Pengarang yang
karya menunjukkan pengakuan atas satu ini tidak mau repot-repot
kualitas karya tersebut. Salah satu contoh, menuliskannya. Ia cukup
cerpen karya menuliskannya dalam ingatan
sambil dipikirkan, dihayati,
dan direnungkan yang
kemudian mengalami
kematangan di otaknya. Baru
kemudian penulis
menuangkannya dalam tulisan.
Bisa saja seperti itu. Tetapi
bagi penulis pemula atau yang
daya ingatnya lemah,
sebaiknya kerangka penulisan
tetap ditulis di kertas. Setiap
saat dibaca dan
disempurnakan.
Penyempurnaan kerangka
penulisan akan terus
berlangsung berdasarkan
inspirasi, pemikiran ataupun
referensi yang dipelajari
penulis. Jika dirasa sudah
mencapai kematangan, penulis
dapat mengembangkannya
dalam bentuk tulisan.
Paragraf 5 merupakan paragraf
deduktif karena letak kalimat
utamnya berada di awal
paragraf
Paragraf 6
Kalimat utama:Kerangka
penulisan hanya diperuntukkan
genre prosa dan drama,
sedangkan genre puisi tidak
membutuhkannya.
Kalimat penjelas :Tulisan
bergenre puisi menampung
kilatan-kilatan emotif dan
artistik dalam bentuk kata,
frase, atau kalimat, tanpa
berpretensi menceritakan suatu
urutan cerita yang beralur.
Bahkan dalam bentuk puisi
balada, yang cenderung
memiliki cerita, genre ini tetap
mengutamakan imaji-imaji dan
sarana puitik yang mampu
membangun suasana emotif
dan pengalam imajinatif
penyairnya.
Paragraf 6 merupakan paragraf
deduktif karena letak kalimat
utamnya berad di awal
paragraf
BAGAIMANA PUISI ITU TERCIPTA?
6 Bagaimana puisi 2/30-45 Menulis itu kebiasaan. Orang bisa karena Menulis itu ibarat mengasah pedang, Paragraf 1Menulis itu
tercipta biasa. Jadi, biasakan menulis. Bisa apa saja semakin lama di asah, semakin tajam juga. kebiasaan. Orang bisa karena
dan tentang apa saja. Menulis itu ibarat Yang dibutuhkan menulis adalah biasa. Jadi, biasakan menulis.
mengasah pedang, semakin lama di asah, ketajaman. Kaimat utama :
semakin tajam juga. Yang dibutuhkan Kalimat penjelas :Bisa apa saja
menulis adalah ketajaman. Oleh karena itu Memahami puisi merupakan usaha untuk dan tentang apa saja. Menulis
perlu diasah, seperti mengasah pedang. menangkap makna dan artinya. Sedangkan itu ibarat mengasah pedang,
Semakin lama diasah, semakin tajam. menikmati puisi lebih mengarah pada semakin lama di asah, semakin
Semakin tajam daya menulis seseorang, menangkap kedalaman perasaan, sikap, tajam juga. Yang dibutuhkan
semakin lancar ia mengalirkan pikiran dan nada, dan gaya yang muncul ketika menulis adalah ketajaman.
perasaannya ke dalam bentuk tulisan. membaca puisi. Oleh karena itu perlu diasah,
Proses menulis itu juga ibarat mata air seperti mengasah pedang.
yang mengalir ke sungai. Biarlah ia Puisi berkecenderungan tidak berbicara Semakin lama diasah, semakin
mengalir menjadi sungai dan bermuara ke apa-apa, kecuali perasaan yang dicitrakan tajam. Semakin tajam daya
samudra lepas. Percayalah, orang-orang, melalui bahasa. Apalagi membaca puisi- menulis seseorang, semakin
ikan-ikan, batu-batu, bahkan kotoran puisi yang kental dengan permainan kata lancar ia mengalirkan pikiran
sekalipun memanfaatkannya untuk sebuah dan perasaan. dan perasaannya ke dalam
perjalanan hidupnya. Janganlah ditutupi Ada model puisi yang tidak mementingkan bentuk tulisan.
mata air itu. Janganlah dibendung sungai bahasa. Ia lebih mementingkan pesan yang Paragraf 1 merupakan paragraf
itu. Otak kita adalah sumber mata air. Ia ingin disampaikan penyairnya kepada deduktif karena kalimat uatama
mengalirkan isinya untuk bermuara pembacanya. Kata-kata yang dipilih berad di awal kalimat
menjadi tulisan. Jadi, biasakanlah otak kita sebagaimana kata-kata yang sering
seperti itu. Janganlah Kamu biarkan mata dijumpai dalam bahasa sehari-hari. Paragraf 2
air (otak) itu diam membeku. Salurkanlah Kalimat utama:Proses menulis
menjadi tulisan. Jangan dibiasakan Pertama, kekayaan perbendaharaan kata, itu juga ibarat mata air yang
mendiamkan pikiran dan perasaan ke simbol, imaji, dan metafora. Hal ini dapat mengalir ke sungai.
dalam otak. Paling-paling akan memenuhi diperoleh apabila seseorang sering Kalimat penjelas :Biarlah ia
ruang bawah sadar kita. Tapi jika ia membaca puisi. mengalir menjadi sungai dan
disalurkan ke dalam tulisan, akan bermuara ke samudra lepas.
bermanfaat bagi orang lain. Dapat juga Kedua, kepekaan emosi, pikiran, dan Percayalah, orang-orang, ikan-
kelak menjadi profesi sebagai seorang perasaan terhadap semua hal yang ada di ikan, batu-batu, bahkan
penulis. Profesi sebagai penulis sekarang lingkungan sekitar. kotoran sekalipun
ini, mendatangkan imbalan materi yang memanfaatkannya untuk
lumayam. Ketiga, keseringan di dalam menciptakan sebuah perjalanan hidupnya.
puisi. Pikiran dan perasaan sebagai sumber Janganlah ditutupi mata air itu.
penulisan puisi sesunggungnya merupakan Janganlah dibendung sungai
suatu proses kesadaran. itu. Otak kita adalah sumber
mata air. Ia mengalirkan isinya
Keterpaduan ketiga hal di atas akan untuk bermuara menjadi
membangun kualitas puisi. Teknik menulis tulisan. Jadi, biasakanlah otak
puisi berkisar pada hal-hal di atas. kita seperti itu. Janganlah
Kamu biarkan mata air (otak)
Puisi ditulis bukan semata-mata untuk itu diam membeku.
mengungkapkan suatu perilaku, peristiwa, Salurkanlah menjadi tulisan.
atau suatu ruang dan waktu. Jangan dibiasakan
mendiamkan pikiran dan
perasaan ke dalam otak.
Paling-paling akan memenuhi
ruang bawah sadar kita. Tapi
Bagi penyair, biarlah peristiwa sebagai jika ia disalurkan ke dalam
sebuah fakta menjadi bagian dari sejarah. tulisan, akan bermanfaat bagi
orang lain. Dapat juga kelak
Kalau peristiwa yang diamati dan dialami menjadi profesi sebagai
bersumber dari realitas sebagai fakta seorang penulis. Profesi
empiris (obyektif), tetapi puisi yang sebagai penulis sekarang ini,
terinspirasi dari peristiwa itu bersumber mendatangkan imbalan materi
dari kesadaran penyairnya sebagai fakta yang lumayam.
imajinatif.

Jika dalam sejarah, suatu peristiwa yang


ditulis oleh banyak orang, akan
menghasilkan laporan yang sama.

Penulisnya memiliki pemahaman


bagaimana ia mesti menuangkan sesuatu
yang dialaminya atau dirasakannya dalam
bentuk puisi, bukan dalam bentuk genre
sastra yang lain.
Jika peristiwa menjadi pendorong
(inspirasi) dan imajinasi menjadi jiwa
puisi, maka bahasa merupakan medianya.
Artinya, imajinasi yang menjadi dasar
penciptaan puisi akan dijilmakan atau
diungkapkan dalam bahasa (kata).

Penataan tersebut dimakusudkan untuk


mewadahi apa yang dipikirkan dan
dirasakan penyairnya ketika menciptakan
puisinya. Setiap penyair akan berbeda,
karena masalah style atau gaya tersebut
bersifat khas.

Pengalaman estetik dan imajinatif yang


dialami penyair ketika puisi dicipta,
merupakan pengalaman yang abstrak.
BAGAIMANA CERPEN ITU TERCIPTA?
7 BAGAIMANA 2/46-65 dan sangat bergantung pada pilihan kata, Paragraf 1 dan 2 merupakan
CERPEN ITU simbol, dan gaya bahasa. Sementara cerpen Puisi jelas lebih padat, singkat, dan sangat paragraf eksposisi karena
TERCIPTA? lebih melebar atau menjabarkan obyek bergantung pada pilihan kata, simbol, dan dalam paragraf 1 dan 2
yang ingin diungkapkan. Kalau puisi gaya bahasa. Sementara cerpen lebih menjelaskan mengenai
menangkap momen puitik berupa kilatan melebar atau menjabarkan obyek yang perbedaan puisi dan cerpen
perasaan, penghayatan, dan perenungan ingin diungkapkan. yang dapat menambah
yang muncul dalam diri penyairnya, maka pengetahuan pembaca
cerpen menangkap satu peristiwa yang Sebagai karya sastra, puisi dan cerpen
unik dan menarik tentang kehidupan suatu sama-sama didorong oleh imajinasi, fiksi,
tokoh menghadapi suatu problema. Karena dan ekspresi.
itulah cerpen lebih bergantung pada
konflik yang dialami tokohnya. Apakah
yang menyamakan puisi dan cerpen?
Sebagai karya sastra, puisi dan cerpen
sama-sama didorong oleh imajinasi, fiksi,
dan ekspresi. Ketiga istilah itulah dikenal Karya sastra (baca: prosa dan drama)
dengan apa yang disebut siasat sastra. Oleh berangkat dari komponen ide penulisan,
karena itu, akan lebih jelas jika penulis obyek yang diceritakan (manusia hero dan
pemula memahami siasat sastra yang telah problematika hidupnya), konflik, dan
dibahas pada awal buku ini, sebagai kerangka penulisan.Ide penulisan
pijakan pengetahuan menciptakan merupakan sebuah premis atau pernyataan
karyanya. Dengan siasat sastra itulah, yang mengandung sebuah problema
pengarang menciptakan karya sastranya. kehidupan yang hendak diberikan kepada
Karena siasat sastra itulah, sebuah karya pembaca melalui karya sastra.
sastra memiliki kualitas.
Semakin ke atas, komponen tersebut
semakin abstrak. Sebaliknya, semakin ke
bawah semakin konkrit.
Pengembangan cerita merupakan tahap
penulisan cerita pendek yang sebenarnya.
Dalam tahap inilah cerpen secara utuh
ditulis.

Pelukisan merupakan gambaran tentang


tokoh, peristiwa yang terjadi, dan tempat
peristiwa itu terjadi. Sedangkan dialog
merupakan apa yang diucapkan oleh tokoh
cerita.

Bahasa sangat penting peranannya dalam


cerita pendek karena melalui bahasa itulah
cerita diwadahi, diekspresikan, dan
dimunculkan keartistikannya.

Pertama, pilihan kata sangatlah penting


untuk diperhatikan. Dalam khazanah kosa
kata bahasa Indonesia sering dijumpai
beberapa kata yang memiliki kesamaan
makna.

Kedua, penggunaan sarana literer juga


perlu diperhatikan dalam mengembangkan
kerangka penulisan menjadi cerita yang
utuh. Sarana literer yang dimaksud adalah
gaya bahasa.

Puisi merupakan genre sastra yang


mengungkapkan makna secara tidak
langsung.

Fungsi gaya bahasa dalam cerita tidak saja


menimbulkan efek estetis, tetapi juga
mengkonkretkan, mengintensitaskan, dan
menampung gagasan yang luas.

Penataan paragraf awal dan penggunaan


gaya bahasa merupakan dua hal yang sangt
penting untuk dipahami dan digunakan
untuk mengembangkan kerangka penulisan
menjadi cerita utuh.

Jangan takut dikritik, karena kritik itu


bersifat membangun. Apa yang kita sangka
bagus, barangkali sebaliknya jika dibaca
orang lain. Bukankah penilaian orang lain
lebih obyektif dari pada kita nilai sendiri?

Otak manusia itu terdiri atas dua belahan,


yaitu otak kanan dan kiri. Kedua belahan
tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda.
Otak kanan lebih menyukai kebebasan,
spontanitas, dan tanpa aturan. Sedangkan
otak kiri cenderung sistematis, runut,
penuh pertimbangan.

Ada dua langkah yang mesti Kau lakukan


untuk menulis spontan. Pertama, mulailah
menulis secara spontan. Apapun yang
muncul di pikiran, langsung ditulis saja.
Bahkan ketika Anda bingung harus
menulis apa, tulis saja kebingungan itu.

Hilangkan semua beban pikiran. Hilangkan


semua ketakutan atau keraguan yang ada.
Tak perlu berpikir apakah tulisan yang
dihasilkan itu salah atau benar, jelek atau
baik, berkualitas atau tidak
Pada tahap inilah pertimbangan dan
pemikiran untuk menjadikan tulisan itu
lebih baik, sistematis, dan teratur,
dilakukan. Hal-hal berikut ini bisa
dilakukan.
Buatlah tulisan tersebut menjadi lebih
bagus.
Bila ada salah ketik, saatnya diperbaiki.
Bila topiknya melebar ke mana-mana,
saatnya difokuskan ke tujuan semula.
Bila Kau merasa tulisannya kurang
menarik, kini saatnya dibuat lebih menarik.

Teknik menulis spontan di atas hanyalah


sebuah metode untuk membantu
menyelesaikan persoalan-persoalan yang
sering terjadi pada seseorang yang baru
belajar menulis.

Teknik menulis spontan juga merupakan


cara untuk memperlancar aliran penalaran
seseorang ke dalam bentuk tulisan.
BAGAIMANA NASKAH DRAMA ITU TERCIPTA
8 BAGAIMANA 5/66-72 rama ditulis untuk tujuan dipentaskan di Drama ditulis untuk tujuan dipentaskan di Paragraf 1
NASKAH atas panggung dalam pertunjukan teater. atas panggung dalam pertunjukan teater. Kalimat utama:rama ditulis
DRAMA ITU Oleh karena itu, drama berbentuk dialog, Drama juga memiliki tujuan untuk dibaca, untuk tujuan dipentaskan di
TERCIPTA yang natinya disampaikan aktor di atas sebagaimana puisi, cerpen, novel, dan atas panggung dalam
panggung. Tetapi bukan berarti drama roman. pertunjukan teater.
hanya semata-mata untuk sebuah Kalimat penjelas :Oleh karena
pementasan. Drama juga memiliki tujuan itu, drama berbentuk dialog,
untuk dibaca, sebagaimana puisi, cerpen, yang natinya disampaikan
novel, dan roman. Hakikat drama adalah aktor di atas panggung. Tetapi
konflik. Konflik tentang seorang tokoh bukan berarti drama hanya
yang mengalami problematika hidup. semata-mata untuk sebuah
Perjalanan hidup seorang manusia yang pementasan. Drama juga
mengalami himpitan dan tekanan memiliki tujuan untuk dibaca,
sehinggan manuntutnya untuk Hakikat drama adalah konflik. Konflik sebagaimana puisi, cerpen,
menyelesaikan problema tersebut. tentang seorang tokoh yang mengalami novel, dan roman.
Himpitan dan tekanan itulah menimbulkan problematika hidup. Paragraf 1 merupakan paragraf
konflik, baik fisik maupun psikologis, yang deduktif karena kalimat
dialami tokoh. Pada tataran inilah drama utamanya berad di awal
dan cerpen memiliki kesamaan. Sebagaimana dijelaskan pada bagian paragraf
Sebagaimana cerpen, drama ditulis terdahulu, ide penulisan berbentuk sebuah
berdasarkan ide penulisan. Sebagaimana premis; kalimat pernyataan yang Paragraf 2
dijelaskan pada bagian terdahulu, ide mengandung problema. Kalimat utama :Hakikat drama
penulisan berbentuk sebuah premis; adalah konflik
kalimat pernyataan yang mengandung Premis merupakan pemikiran, gagasan, Kalimat penjelas :dan roman.
problema. Problema tersebut berupa intrik atau ide yang melandasi seorang penulis Hakikat drama adalah konflik.
kehidupan yang dijalani tokoh. Pada menyusun drama. Premis bisa disebut Konflik tentang seorang tokoh
akhirnya, problema itu menimbulkan dengan gagasan dasar drama yang akan yang mengalami problematika
konflik. Premis merupakan pemikiran, menuntun arah aktor dari awal sampai hidup. Perjalanan hidup
gagasan, atau ide yang melandasi seorang akhir. seorang manusia yang
penulis menyusun drama. Premis bisa Cerita dalam naskah lakon hanyalah mengalami himpitan dan
disebut dengan gagasan dasar drama yang sebuah bahasa simbol yang maknanya tekanan sehinggan
akan menuntun arah aktor dari awal mengarah pada premis tersebut. Bahasa manuntutnya untuk
sampai akhir. Beberapa ahli mengatakan panggung juga sebuah simbol yang menyelesaikan problema
bahwa premis disebut sebagai: tema, ide bermakna pada premis tersebut. tersebut. Himpitan dan tekanan
dasar, tesis, tujuan, ide pokok, subjek, dll. itulah menimbulkan konflik,
Meskipun begitu, semua istilah tersebut baik fisik maupun psikologis,
pada dasarnya sama, yaitu ide dasar yang Ada tigal yang harus diperhatikan untuk yang dialami tokoh. Pada
menjadi landasan dalam menyusun naskah membuat premis, sebagaimana berikut ini. tataran inilah drama dan cerpen
drama. Premis itulah yang pertama kali 1. Mengandung konflik memiliki kesamaan.
harus dipahami penulis drama jika ingin. 2. Menarik dan penuh intrik kehidupan 3. Paragraf 2 merupakan paragraf
Pertanyaan yang mesti diajukan adalah, Bermanfaat untuk pencerahan bagi deduktif karena kalimat
“Ide atau gagasan apakah yang ingin pembaca/penonton utamanya berada di awal
dikemukakan penulis melalui naskah paragraf
tersebut?” Jawaban terhadap pertanyaan Konflik merupakan ketegangan yang
tersebut akan juga memberikan landasan disebabkan oleh problema hidup yang Paragraf 3
pemikiran bagi pekerja teater nantinya menghimpit dan mengungkung tokoh Kalimat utama :ebagaimana
dalam menyuguhkan naskah tersebut di utama. cerpen, drama ditulis
atas panggung. Cerita dalam naskah lakon berdasarkan ide penulisan.
hanyalah sebuah bahasa simbol yang Menulis akan memperoleh kekayaan isinya Kalimat penjelas :Sebagaimana
maknanya mengarah pada premis tersebut. apabila penulis memiliki minat baca yang dijelaskan pada bagian
Bahasa panggung juga sebuah simbol yang tinggi. Hasil proses membaca itulah yang terdahulu, ide penulisan
bermakna pada premis tersebut. Oleh kemudian menjadi bahan pembuatan berbentuk sebuah premis;
karena itu, bahasa panggung yang berupa premis. kalimat pernyataan yang
dialog, seting, idiom, akting, artistik, dan mengandung problema.
sebagainya, yang dihadirkan di atas Penulis mesti mendengar dan melihat apa Problema tersebut berupa
panggung akan difokuskan pada yang terjadi di tengah arus kehidupan intrik kehidupan yang dijalani
pengungkapan premis tersebut.Konflik masyarakat. Penulis juga mesti mendengar tokoh. Pada akhirnya,
merupakan ketegangan yang disebabkan dan melihat bagaimana polah tingkah problema itu menimbulkan
oleh problema hidup yang menghimpit dan manusia dalam menjalani hidup sehari- konflik.
mengungkung tokoh utama. Ketegangan hari. Paragra 3 merupakan paragraf
demi ketegangan yang dialami tokoh itulah deduktif karena letak kalimat
yang kemudian menimbulkan kekuatan Ada sebuah makna dibalik semua hal yang utam berad di awal paragraf
dramatik saat drama dipentaskan di atas telah dibaca, didengar, dan dilihat penulis.
panggung. Konflik semacam itu dapat Makna itulah yang mengarahkan penulis Pargraf 4
diwujudkan apabila terdapat intrik kepada sebuah premis. Kalimat utam :Premis
kehidupan yang kompleks dan rumit yang merupakan pemikiran,
melanda tokoh utama.Drama memiliki Ada dua macam struktur dalam drama, gagasan, atau ide yang
unsur pembangun atau disebut struktur, yaitu struktur tertutup dan struktur terbuka. melandasi seorang penulis
yang berbeda dengan cerpen, novel, atau Struktur tertutup (closed drama) dimana menyusun drama.
roman. Ada dua macam struktur dalam laku plot dari awal sampai akhir Kalimat penjelas :Premis bisa
drama, yaitu struktur tertutup dan struktur menggambarkan resolusi dan kesimpulan disebut dengan gagasan dasar
terbuka. Struktur tertutup (closed drama) dari persoalan yang diungkapkan. drama yang akan menuntun
dimana laku plot dari awal sampai akhir (biasanya untuk lakon konvensional). arah aktor dari awal sampai
menggambarkan resolusi dan kesimpulan akhir. Beberapa ahli
dari persoalan yang diungkapkan. Sedangkan struktur terbuka (open drama) mengatakan bahwa premis
(biasanya untuk lakon konvensional). tidak mengharuskan adanya kaitan waktu, disebut sebagai: tema, ide
Dalam struktur tertutup ini, alur berjalan kejadian, dan peristiwa. dasar, tesis, tujuan, ide pokok,
berdasarkan hubungan sebab-akibat yang subjek, dll. Meskipun begitu,
jelas dan realistis. Sedangkan struktur Dalam konteks penulisan drama, hanya semua istilah tersebut pada
terbuka (open drama) tidak mengharuskan tiga unsur yang dibicarakan, yaitu: dasarnya sama, yaitu ide dasar
adanya kaitan waktu, kejadian, dan penokohan, bahasa, dan gaya atau tipe yang menjadi landasan dalam
peristiwa. Juga tidak mewajibkan laku naskah drama. Tiga hal itulah unsur utama menyusun naskah drama.
lakon mengikuti alur atau plot dari awal yang perlu mendapatkan perhatian utama Paragraf 4 merupakan paragraf
sampai akhir yang menghasilkan dalam menulis naskah drama. deduktif karena kalimat awal
kesimpulan (konklusi). Biasanya struktur berada di awal kalimat
demikian digunakan dalam drama berjenis Menurut perannya tokoh dapat dibedakan
kontemporer, seperti lakon absurd. menjadi:
a. Protagonis: tokoh utama yang
menggerakkan plot dari awal sampai akhir
dan memiliki kehendak tetapi dihalangi
oleh tokoh lain.
b. Antagonis: tokoh yang menentang atau
melawan tokoh protagonis.
c. Deutragonis: tokoh lain yang berada di
pihak protagonis.
d. Foil: tokoh lain yang berada di pihak
antagonis.

Visi yang memberi fondasi pada kata-kata


adalah sesuatu yang dapat dimengerti jika
kita meraihnya ke dalam melalui kata-kata.
Visi lebih mendasar daripada kata-kata.
Visi adalah kekuatan yang menyokong
kata-kata.

Unsur penting dalam naskah drama, yaitu:


a. karakter dibangun dengan bahasa
mereka;
b. peran bahasa dalam membangun adegan
dan suasana peristiwa.

Tipe atau gaya lakon atau naskah akan


menentukan seorang sutradara dalam
membawakan naskah tersebut ke atas
panggung.

Tipe atau gaya lakon atau naskah dapat


disebut juga dengan genre yang
dikemukakan dengan dua tipe, yaitu:
a. genre: Realism: sub genrenya: naturalis,
selective realism, suggestive realism
b. genre: Simbolis

Unsur penokohan, bahasa, dan tipe atau


gaya naskah drama, perlu mendapatkan
prioritas penting dalam mengembangkan
treatmen.

Penokohan meliputi ciri fisik, sosial, dan


psikologis. Dengan katakan lain, penulis
harus memahami persoalan tokoh dan
penokohan yang akan ditulis dalam
dramanya

Fungsinya dalam penulisan adalah, status


dan karakter akan tercermin dalam dialog
yang diucapkan. Naskah drama ditulis
dalam bentuk dialog

BAGAIMANA ESAI ITU TERCIPTA


9 Bagaimana esai 9/78-86 Artinya, esai telah memenuhi syarat untuk Esai ditulis untuk mengungkapkan apa Paragraf 1
itu tercipta disebut sastra. Dari sisi bahasa dan cara yang direnungkan itu. Di sana terdapat Kalimat utama :Di kalangan
pengungkapan, pendapat sebagian ahli bentuk-bentuk proses kesadaran sebagian ahli, esai dimasukkan
tersebut ada benarnya. Tapi dari sisi apa penulisnya, seperti: perasaan, pemikiran, sebagai salah satu genre sastra.
yang diungkapkan dan tujuannya, terdapat penghayatan, pembayangan, pengayalan, Artinya, esai telah memenuhi
perbedaan yang mencolok dibanding genre dan pengargumentasian. syarat untuk disebut sastra
sastra lain, seperti puisi, cerpen, novel, Kalimat penjelas :Dari sisi
roman, dan drama. Namun demikian, Tujuannya, agar esai dapat memberikan bahasa dan cara
apapun pendapat orang, semua akan setuju pencerahan dan penyucian terhadap nafsu- pengungkapan, pendapat
jika dikatakan bahwa esai lebih dekat nafsu, hasrat-hasrat, dan kehendak yang sebagian ahli tersebut ada
dengan ragam sastra dari pada ragam yang cenderung meledak-ledak dalam diri benarnya. Tapi dari sisi apa
lain. Bahkan sangat jauh jarak yang manusia. Maka, esai membangun yang diungkapkan dan
membedakan antara ragam yang digunakan kualitasnya dengan untaian kalimat tujuannya, terdapat perbedaan
dalam esai dengan tulisan ilmiah. Ibarat persuasif dan ekspresif. yang mencolok dibanding
sebuah renungan, esai ditulis untuk genre sastra lain, seperti puisi,
mengungkapkan apa yang direnungkan itu. cerpen, novel, roman, dan
Di sana terdapat bentuk-bentuk proses Esai adalah bentuk ekspresi berbahasa drama. Namun demikian,
kesadaran penulisnya, seperti: perasaan, yang mengungkapkan manusia dan apapun pendapat orang, semua
pemikiran, penghayatan, pembayangan, kemanusiaannya dari perspektif subyektif akan setuju jika dikatakan
pengayalan, dan pengargumentasian. Di dan obyektif berbaur menjadi satu. bahwa esai lebih dekat dengan
sana juga terdapat emosi, nafsu, suasaana ragam sastra dari pada ragam
perasaan (mood), libidinal, dan memori Pertama, esai ditulis dengan yang lain. Bahkan sangat jauh
bawah sadar. Semuanya serba ada dalam memperhatikan style bahasa. Kata, frase, jarak yang membedakan antara
proses penulisan esai. Kalau kemudian esai kalimat, dan paragraf, disusun tidak hanya ragam yang digunakan dalam
dibaca, semua itu seperti anak katak untuk menampung sebuah pengertian, esai dengan tulisan ilmiah.
berloncatan dari balik semak-semak tetapi juga mewadahi perasaan penulisnya.
bernama esei. Bukankah pembaca itu Paragraf 2
seperti orang yang menguak-uak, Kedua, esai mempunyai cara Kalimat utama :Ibarat sebuah
mengibas-ibas, dan menyibak-nyibak pengungkapan yang khas pula. Tidak renungan, esai ditulis untuk
kerimbunan tanaman di belantara bahasa? hanya bahasanya yang khas, tapi juga mengungkapkan apa yang
Ia ingin mengetahui ada apa di dalam bagaimana cara penulis mengungkapkan direnungkan itu.
kerimbunan itu. Dan anak-anak katak apa yang ingin diungkapkan. Kalimat penjelas :
seperti terganggu olehnya dan
berhamburan keluar dari tempat Bahasa yang khas dan cara pengungkapan
persembunyiannya. Pembaca yang tak jijik mengindikatorkan adanya kreativitas dan
pada katak, ia akan melihatnya dengan imajinasi penulisnya. Kreasi dan imajinasi
takjub, senang, dan geli. Sebaliknya yang adalah terminologi dalam jagad
jijik, ia akan marah, mengumpat, bahkan kesusasteraan.
membanting apa yang dibacanya.
Sementara para perempuan yang biasa Esai adalah tulisan argumentasi-obyektif.
berperasaan, merasakan sedih, prihatin, Kebenaran dijunjung tinggi sebagai obyek
terharu, tersenyum, penasaran, dan penuh yang ingin diungkapkan. Semua hal yang
rasa simpati dan empati. ditulis dengan cara dan gaya apapun,
Tapi esai juga seperti argumentasi seorang kebenaran menjadi tujuannya.
profesor senior berambut botak dengan
kaca mata kecil bundar menggantung
sedikit ke bawah matanya. Tak
terbantahkan, lantaran ia berisi proposisi-
prosisi paradigmatis yang kebenarannya
tak perlu diuji lagi selain diterima begitu
saja menjadi cara pandang tentang hakikat
realitas. Kalau hanya omongan seorang
anggota dewan
saja, dilibas. Kalau hanya ceramah dosen
di depan mahasiswa saja, belum ada apa-
apanya. Bahkan omongan presiden,
pengacara pokrol bambu, atau orator ulung
sekalipun, esai tetap berada di jajaran
teratas. Ia kelak akan langgeng dikenang
oleh pembacanya. Bahkan sangat
membekas menjadi sebuah tradisi ilmiah
yang tak ilmiah, karena memang esei
bukan tulisan ilmiah. Esai juga seperti
ajaran kebijakan filosofis tentang hakikat
kehidupan. Ia hasil dari kontemplasi
manusia tentang hakikat kebenaran. Esai
mempertanyakan segala hal ihwal yang ada
dan keadaannya. Yang ada, nampak, dan
nyata, dipertanyakan dalam renungan-
renungan penuh makna. Tujuannya, agar
esai dapat membuka cakrawala pembaca
tentang sesuatu yang masih samar menjadi
nyata; yang nampak menjadi terang, dalam
kenyataan atau ketidaknyataannya.
Tujuannya, agar esai dapat memberikan
pencerahan dan penyucian terhadap nafsu-
nafsu, hasrat-hasrat, dan kehendak yang
cenderung meledak-ledak dalam diri
manusia. Maka, esai membangun
kualitasnya dengan untaian kalimat
persuasif dan ekspresif. Maka, esai
membangun substansinya dengan
kebijakan-kebijakan hidup. Berlebihankah,
mengibaratkan esai seperti anak katak
berloncatan dari balik semak belantara
bahasa? Seperti proposisi seorang profesor
senior? Atau, seperti ajaran filsuf yang
mempertanyakan hakikat hidup ini?
Semuanya serba mungkin. Semuanya bisa
terjadi dalam sebuah esai. Tidak masalah
esei akan seperti apa. Yang penting, esai
adalah bentuk ekspresi berbahasa yang
mengungkapkan manusia dan
kemanusiaannya dari perspektif subyektif
dan obyektif berbaur menjadi satu. Sebuah
strategi pelisanan yang khas, yang berada
di kedua ujung wacana reflektif-subyektif
dan argumentatif-obyektif. Mana ada
ragam tulisan seperti itu, selain esai?
Di ujung yang satu, esai merupakan tulisan
reflektif-subyektif. Itulah kenapa sebagian
ahli memasukkannya dalam genre sastra.
Dua aspek di dalamnya yang menjadikan
esai lebih dekat dengan sastra; bahkan
dikatakan memang jenis sastra. Pertama,
esai ditulis dengan memperhatikan style
bahasa. Kata, frase, kalimat, dan paragraf,
disusun tidak hanya untuk menampung
sebuah pengertian, tetapi juga mewadahi
perasaan penulisnya. Bahasa esai mengalir
seperti alir sungai membawa kesegaran
bagi pembacanya. Bahasa esai juga
menggelora seperti gelegak gunung Merapi
hendak memuntahkan sekian kubik lava
panas. Kesegaran dan kemurkaan,
mengalir dalam untaian bahasa yang
digunakan esai. Karenanya, esai adalah
wacana khas dan individual seperti karya
sastra. Ia berbeda antara satu esei dengan
esai yang lain dari penulis yang berbeda.
Tak ada satu pun gaya bahasa yang sama
di antara sekian juta penulis di dunia.
Bahasa memiliki kekuatan dan
kekayaannya untuk digunakan,
dimodivikasi, digarap, dan di-style-kan,
meski tanpa mengorbankan makna
tuturannya.Kedua, esai mempunyai cara
pengungkapan yang khas pula. Tidak
hanya bahasanya yang khas, tapi juga
bagaimana cara penulis mengungkapkan
apa yang ingin diungkapkan. Ada daya
ekspresi di dalam esai. Ekspresi itu
berkaitan dengan sikap, pandangan, dan
wawasan yang dimiliki penulisnya. Esai
ditulis bukan sekedar untuk menampung
sebuah fakta, seperti wacana sejarah. Esai
bukan sekedar menampung konsep, seperti
wacana pengetahuan. Esei juga bukan
sekedar menampung aturan-aturan untuk
dipedomani, seperti wacana hukum. Tapi
esai ingin mengungkapkan sebuah
persoalan yang direfleksikan dari
kehidupan dengan sudut pandang
kemanusiaan. Itulah mengapa ada sikap,
pandangan, dan keyakinan di dalam esai,
sebentuk ideologi kewacanaan. Ideologi
kewacanaan merupakan wujud
intelektualitas dan keyakinan akan suatu
kebenaran hidup. Bahasa yang khas dan
cara pengungkapan mengindikatorkan
adanya kreativitas dan imajinasi
penulisnya. Kreasi dan imajinasi adalah
terminologi dalam jagad kesusasteraan.
Ketika keduanya masuk ke dalam ranah
esai, ia telah memenuhi syarat sebagai
sebuah karya sastra. Di dalam imajinasi
itulah seseorang mengembara ke ruang
kesadaran. Ia mengarungi samudra yang
luas tak bertepi dalam jiwanya. Dalam
pengembaraan itu akan ia jumpai
kenangan, ingatan, pengalaman, kilatan
gambar-gambar, yang pernah masuk ke
dalam alam sadar dan bawah sadarnya.
Bahasalah yang akan mewadahinya
melalui kata, frase, kalimat, paragraph, dan
wacana, yang kemudian disebut sastra.
Demikian juga dalam esai, penulis
mengembara dalam kesadarannya untuk
mengais-ngais memori, pengalaman,
pemikiran, penghayatan, perenungan,
bahkan khayalan, yang kemudian disebut
imajinasi. Melalui bahasa, hasil
pengembaraan itu menjadi untaian kalimat
yang sarat dengan semua itu.
Di ujung yang lain, esai adalah tulisan
argumentasi-obyektif. Kebenaran
dijunjung tinggi sebagai obyek yang ingin
diungkapkan. Semua hal yang ditulis
dengan cara dan gaya apapun, kebenaran
menjadi tujuannya. Kalau ragam ilmiah
berlandaskan pada kerangka berpikir
teoritis, maka esai menggunakan jalan
refleksi-subyektif untuk mengungkapkan
kebenaran itu. Kalau ragam ilmiah ingin
menjelaskan dan membuktikan sebuah
kebenaran dengan kacamata keilmuan,
maka esai ingin mengritik, menilai,
mendudah, mengungkap, dan
menunjukkan sebuah kebenaran dengan
kacamata refleksi. Kalau ragam ilmiah
berangkat dari asumsi dan hipotesis, maka
esai berpijak pada sebuah keyakinan,
kepercayaan, pandangan, sikap, dan
ideologi. Kalau dalam ragam ilmiah
didukung oleh bukti-bukti, maka dalam
esai didukung oleh metafor, tamsil, ibarat,
adagium, keyakinan, peristiwa, dogma, dan
aksioma-aksioma. Dengan demikian, esei
menggunakan sudut pandang pribadi untuk
menjelaskan hakikat sebuah kebenaran.
Dalam esai ekspresi menjadi impresi,
sedang dalam tulisan ilmiah teoritisasi
menjadi proposisi. Tapi keduanya dengan
cara berlainan, sama-sama
BELAJAR SASTRA
10 Menulis Sastra 2/87-96 Sulit membayangkan seorang penulis Kalau ada teks bacaan yang begitu terbuka,
Mesti Belajar karya sastra tidak belajar mengenai sastra. sehingga bermacam-macam kepentingan
Sastra Katak dalam tempurung. Peribahasa ini dan tujuan orang dapat membacanya, itu
tepat digunakan untuk menggambarkan hal adalah sastra. Dari tukang becak hingga
itu. Dikira tulisannya sudah bagus, tetapi pejabat, dari pelajar SD hingga seorang
ketika di letakkan di tengah-tengah arus profesor, dari pengangguran hingga
perkembangan karya sastra, ternyata penguasaha yang super sibuk, sastra dapat
tulisannya itu jauh dari apa yang disebut dibacanya.
bagus. Mengapa? Karena penulis seperti
itu tak membuka diri terhadap apresiasi Sebagai bahan bacaan, karya sastra bersifat
dan referensi tentang segala hal yang terbuka. Ia mau menerima siapapun dan
berkaitan dengan apa yang ditulisnya. dengan pola pikir apapun sebagai landasan
Belajarlah sastra untuk menulis sastra. berfikir untuk memahami dirinya.
Sebagai pengayaan bagi penulis yang
hendak terjun di dunia penulisan karya
sastra, berikut ini dikemukakan apa dan Sastra merupakan dunia fiktif yang
bagaimana belajar sastra itu. Ingat, menulis memiliki seribu wajah. Banyaknya wajah
dan membaca merupakan pasangan yang yang dimunculkan sastra, sebanyak
tak mungkin dilepaskan satu sama lain. kesadaran (imajinasi) manusia yang
Menulis sastra mesti membaca sastra. membacanya.

“Sastra juga merupakan dunia


kemungkinan. Artinya, ketika pembaca
berhadapan dengan karya sastra, maka ia
berhadapan dengan kemungkinan
penafsiran.

“Kualitas dunia sastra bermuara pada


realitas dipandang dari sisi imajinasi;
imajinasi dipandang dari sisi realitas.

Persepsi kita tentang kesenian, termasuk


sastra, mesti berubah, karena di dalam
karya sastra itu kaya akan kemungkinan
dan cara pandang yang lebih manusiawi.”

Kalau karya sastra juga memiliki peranan


dalam membangun masa depan, tentunya
ia memiliki cara untuk menjadikan realitas
menjadi sumber penciptaannya.

Membaca karya sastra dengan landasan


berfikir teori mimesis ini menempatkan
karya sastra itu sebagai produk peniruan
kenyataan, produk dinamis, representasi
kenyataan semesta secara fiksional, dan
produk imajinasi.”

Pertama, karya sastra merupakan ekspresi


pandangan dunia secara imajiner. Kedua,
dalam usahanya mengekspresikan
pandangan dunia itu pengarang
menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-
objek, dan relasi-relasi secara imajiner.

Seorang sosiolog, Karl Manheim


memandang karya seni (termasuk sastra)
menyampaikan maknanya dalam tiga
tingkat: objectif meaning (hubungan sastra
dengan dirinya sendiri), expressif meaning
(hubungan sastra dengan penciptanya), dan
documentary meaning (hubungan sastra
dengan konteks sosialnya).

Belajar sastra adalah proses membaca


karya sastra untuk memahami segala hal
yang berhubungan dengan karya sastra itu.

Belajar sastra dapat dilakukan secara


langsung maupun tak langsung. Secara
langsung, seseorang belajar sastra tanpa
melalui pengetahuan sastra atau kajian-
kajian terhadap karya sastra seperti:
resensi, apresiasi, kritik, dan sebagainya
yang dilakukan orang lain.

Sedangkan belajar sastra secara tak


langsung, seseorang berangkat dari
pengetahuan atau kajian orang lain
terhadap karya sastra.
Pemahaman yang utuh dapat terjadi
apabila proses mempelajari karya sastra
mampu melibatkan semua aspek kesadaran
dan pengalaman hidup seseorang.

Berdasarkan tujuannya, mempelajari karya


sastra dapat digolongkan kedalam: (1)
belajar sastra secara akademis dan ilmiah,
(2) belajar sastra secara kritis,
(3) belajar sastra secara apresiatif, dan (3)
belajar sastra secara alamiah.

ertama, belajar sastra secara akademis dan


ilmiah memiliki metode dan prosedur yang
ketat karena memiliki tujuan agar hasil-
hasilnya dapat bernilai ilmiah dan
akademis.

Kedua, belajar sastra secara kritis


bertujuan untuk memahami kelebihan dan
kekurangan karya sastra yang
dipelajarinya.
Ketiga, seseorang yang memiliki minat
terhadap karya sastra, sesungguhnya
adalah orang yang secara alamiah berusaha
untuk mempelajari dan menggauli karya
sastra sebagaimana orang membaca sastra
sebagai hobi.

Berdasarkan proses atau prosedurnya,


belajar sastra juga dapat digolongkan
kedalam:
(1) belajar sastra secara impresif,
(2) belajar sastra secara teoritis, dan
(3) belajar sastra secara filosofis.

Kalau karya sastra adalah samudra, maka


belajar sastra adalah seorang penyelam
yang merambah ke kedalamannya untuk
menemukan apa yang dicari. Dia bisa saja
ingin menemukan keindahan di dasar
samudra itu.

Karya sastra adalah samudra kreasi


imajinasi dari penciptanya. Karya sastra
juga samudra kehidupan yang diciptakan
pengarangnya.

Psikologi menggambarkan karya sastra


adalah samudra (suatu keadaan) kejiwaan
dan pemikiran pengarang yang berada
dalam situasi setengah sadar setelah
mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke
dalam bentuk tertentu secara sadar.

ANALISIS BUKU UTAMA HAKIKAT MENULIS


BAB 1 KONSEP MENULIS

1 PENGERTIAN, 15/3-8 Saudara, apakah yang terbayang dalam (1)kata menulis atau mengarang Paragraf (1)
TUJUAN, DAN pikiran Anda ketika mendengar kata merupaka suatu aktivitas Kalimat utama : Saudara, apakah yang
MANFAAT menulis atau mengarang? Ya, suatu menuangkan pikiran secara terbayang dalam pikiran Anda ketika
MENULIS aktivitas menuangkan pikiran secara sistematis ke dalam bentuk tertulis. mendengar kata menulis atau mengarang?
sistematis ke dalam bentuk tertulis. Atau, kegiatan memikirkan, Kalimat penjelas : Ya, suatu aktivitas
Atau, kegiatan memikirkan, menggali, menggali, dan mengembangkan menuangkan pikiran secara sistematis ke
dan mengembangkan suatu ide dan suatu ide dan menuangkannya dalam dalam bentuk tertulis. Atau, kegiatan
menuangkannya dalam bentuk tulisan. bentuk tulisan. memikirkan, menggali, dan
mengembangkan suatu ide dan
Apa pun rumusan pengertian yang Anda (2)menulis merupakan suatu bentuk menuangkannya dalam bentuk tulisan.
kemukakan, menulis merupakan suatu komunikasi berbahasa (verbal) yang Paragraf (1) merupakan paragraf
bentuk komunikasi berbahasa (verbal) menggunakan simbol-simbol tulis deduktif karena kalimat utamanya
yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai mediumnya. Sebagai ragam berada di awal paragraf
sebagai mediumnya. Sebagai sebuah komunikasi menulis memiliki 4
ragam komunikasi, setidaknya terdapat unsur yang terlibat yakni, (1) penulis Paragraf (2)
empat unsur yang terlibat dalam sebagai penyampai pesan, (2) pesan Kalimat utama : menulis merupakan suatu
menulis. Keempat unsur itu adalah (1) atau sesuatu yang disampaikan bentuk komunikasi berbahasa (verbal)
penulis sebagai penyampai pesan, (2) penulis, (3) saluran atau medium yang menggunakan simbol-simbol tulis
pesan atau sesuatu yang disampaikan berupa lambang-lambang bahasa sebagai mediumnya.
penulis, (3) saluran atau medium berupa tulis seperti rangkaian huruf atau Kalimat penjelas : Sebagai ragam
lambang-lambang bahasa tulis seperti kalimat dan tanda baca, serta (4) komunikasi menulis memiliki 4 unsur
rangkaian huruf atau kalimat dan tanda penerima pesan, yaitu pembaca, yang terlibat yakni, (1) penulis sebagai
baca, serta (4) penerima pesan, yaitu sebagai penerima pesan yang penyampai pesan, (2) pesan atau sesuatu
pembaca, sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh penulis. Selain itu yang disampaikan penulis, (3) saluran
disampaikan oleh penulis. Lalu, apakah menulis juga memiliki fungsi serta atau medium berupa lambang-lambang
fungsi dan tujuan menulis? Sebagai tujuan yakni ; Fungsi personal, bahasa tulis seperti rangkaian huruf atau
sebuah kegiatan berbahasa, menulis instrumental (direktif), interaksional, kalimat dan tanda baca, serta (4)
memiliki sejumlah fungsi dan tujuan informatif, heuristik, dan fungsi penerima pesan, yaitu pembaca, sebagai
berikut. estetis. penerima pesan yang disampaikan oleh
1. Fungsi personal, yaitu penulis. Selain itu menulis juga memiliki
mengekspresikan pikiran, sikap, atau fungsi serta tujuan yakni ; Fungsi
perasaan pelakunya, yang diungkapkan personal, instrumental (direktif),
melalui misalnya surat atau buku harian. interaksional, informatif, heuristik, dan
2. Fungsi instrumental (direktif), yaitu fungsi estetis.
mempengaruhi sikap dan pendapat orang Paragraf (2) merupakan paragraf
lain. deduktif karena kalimat utamanya
3. Fungsi interaksional, yaitu menjalin berada di awal paragraf
hubungan sosial.
4. Fungsi informatif, yaitu Paragraf (3)
menyampaikan informasi, termasuk ilmu Kalimat utama :Berbagai fungsi dan
pengetahuan. tujuan tersebut tidak selalu hadir sendiri-
5. Fungsi heuristik, yaitu belajar atau sendiri. Artinya, dalam suatu kegiatan
memperoleh informasi. menulis dapat terkandung lebih dari satu
6. Fungsi estetis, yaitu untuk fungsi
mengungkapkan atau memenuhi rasa Kalimat penjelas : Sebagai contoh, ketika
keindahan. kita menulis sebuah artikel tentang
”Pengaruh donor darah bagi pemeliharaan
kesehatan pendonor”, maka tulisan
Pelbagai fungsi dan tujuan tersebut tidak (3)Fungsi dan tujuan dalam menulis tersebut akan menjelaskan fungsi donor
selalu hadir sendiri-sendiri. Artinya, tersebut tidak selalu hadir sendiri- darah bagi si pendonor (fungsi
dalam suatu kegiatan menulis dapat sendiri .Artinya, dalam suatu informatif), pesan agar mendonorkan
terkandung lebih dari satu fungsi. kegiatan menulis dapat terkandung darah secara rutin (fungsi instrumental),
Sebagai contoh, ketika kita menulis lebih dari satu fungsi serta sikap dan pandangan positif penulis
sebuah artikel tentang ”Pengaruh donor terhadap perilaku donor darah (fungsi
darah bagi pemeliharaan kesehatan personal).
pendonor”, maka tulisan tersebut akan Paragraf (3) merupakan paragraf
menjelaskan fungsi donor darah bagi si deduktif karena kalimat utamanya
pendonor (fungsi informatif), pesan agar berada di awal paragraf
mendonorkan darah secara rutin (fungsi
instrumental), serta sikap dan pandangan Paragraf (4)
positif penulis terhadap perilaku donor Kalimat utama : Saudara, kita semua tahu
darah (fungsi personal). bahwa menulis itu besar manfaatnya.
calon penulis di antaranya memerlukan
Saudara, kita semua tahu bahwa menulis (4)Menulis sangat bermanfaat baik kemauan dan kemampuan: a. mendengar,
itu besar manfaatnya, baik bagi diri bagi diri sendiri maupun orang lain. melihat, dan membaca yang baik; b.
sendiri maupun orang lain yang Adapun Manfaat menulis antara lain; memilah, memilih, mengolah,
membacanya. Graves (1978), salah 1) Menulis Mengembangkan mengorganisasikan, dan menyimpan
seorang tokoh yang banyak melakukan Kecerdasan. informasi yang diperolehnya secara kritis
penelitian tentang pembelajaran menulis, Agar memiliki hasil menulis yang dan sistematis; c. menganalisis sebuah
menyampaikan manfaat menulis sebagai baik maka calon penulis persoalan dari berbagai perspektif; d.
berikut. memerlukan kemauan dan memprediksi karakter dan kemampuan
kemampuan: a. mendengar, pembaca; serta e. menata tulisan secara
1. Menulis Mengembangkan Kecerdasan melihat, dan membaca yang baik; b. logis, runtut, dan mudah dipahami.
Menurut para ahli psikolinguistik, memilah, memilih, mengolah, Kalimat penjelas : baik bagi diri sendiri
menulis merupakan suatu aktivitas mengorganisasikan, dan maupun orang lain yang membacanya.
kompleks. Kompleksitas menulis menyimpan informasi yang Graves (1978), salah seorang tokoh yang
terletak pada tuntutan kemampuan diperolehnya secara kritis dan banyak melakukan penelitian tentang
mengharmoniskan berbagai aspek, sistematis; c. menganalisis sebuah pembelajaran menulis, menyampaikan
seperti pengetahuan tentang topik yang persoalan dari berbagai perspektif; manfaat menulis sebagai berikut.
dituliskan, kebiasaan menata isi tulisan d. memprediksi karakter dan Menulis Mengembangkan Kecerdasan
secara runtut dan mudah dicerna, kemampuan pembaca; serta e. Menurut para ahli psikolinguistik, menulis
wawasan dan keterampilan meracik menata tulisan secara logis, runtut, merupakan suatu aktivitas kompleks.
unsur-unsur bahasa sehingga tulisan dan mudah dipahami. Kompleksitas menulis terletak pada
menjadi dan enak dibaca, serta tuntutan kemampuan mengharmoniskan
kesanggupan menyajikan tulisan yang berbagai aspek, seperti pengetahuan
sesuai dengan konvensi atau kaidah tentang topik yang dituliskan, kebiasaan
penulisan. Untuk dapat menulis seperti menata isi tulisan secara runtut dan mudah
itu, maka seorang calon penulis di dicerna, wawasan dan keterampilan
antaranya memerlukan kemauan dan meracik unsur-unsur bahasa sehingga
kemampuan: a. mendengar, melihat, dan tulisan menjadi dan enak dibaca, serta
membaca yang baik; b. memilah, kesanggupan menyajikan tulisan yang
memilih, mengolah, mengorganisasikan, sesuai dengan konvensi atau kaidah
dan menyimpan informasi yang penulisan.
diperolehnya secara kritis dan sistematis; Paragraf (4) merupakan paragraf
c. menganalisis sebuah persoalan dari campuran karena kalimat utamanya
berbagai perspektif; d. memprediksi berada di awal dan ahkhir paragraf.
karakter dan kemampuan pembaca; serta
e. menata tulisan secara logis, runtut, Paragraf (5)
dan mudah dipahami. Kalimat utama : Tumbuh-kembangnya
kemampuan tersebut sekaligus mengasah
Tumbuh-kembangnya kemampuan (5) . Dalam menulis terdapat pula daya pikir dan kecerdasan seseorang
tersebut sekaligus mengasah pula daya sembilan proses berpikir sebagai yang mau belajar menulis atau mengarang.
pikir dan kecerdasan seseorang yang berikut. a. Mengingat apa yang Tidak heran jika Cunningham, dkk.(1995)
mau belajar menulis atau mengarang. telah dipelajari, dialami, dan secara tegas menyatakan bahwa menulis
Tidak heran jika Cunningham, dkk. diketahui sebelumnya. b. adalah berpikir
(1995) secara tegas menyatakan bahwa Menghubungkan apa yang telah Kalimat penjelas : . Dalam menulis
menulis adalah berpikir. Dalam menulis dipelajari, dialami, dan diketahui terdapat sembilan proses berpikir sebagai
terdapat sembilan proses berpikir sebelumnya. c. Mengorganisasikan berikut. a. Mengingat apa yang telah
sebagai berikut. a. Mengingat apa yang informasi/pengetahuan yang dipelajari, dialami, dan diketahui
telah dipelajari, dialami, dan diketahui dimiliki sehingga mempermudah sebelumnya, yang tersimpan dalam
sebelumnya, yang tersimpan dalam penulis untuk mengingat dan rekaman ingatan seorang penulis
rekaman ingatan seorang penulis menatanya. d. Membayangkan ciri berkenaan dengan apa yang ditulisnya. b.
berkenaan dengan apa yang ditulisnya. atau karakter dari apa yang telah Menghubungkan apa yang telah dipelajari,
b. Menghubungkan apa yang telah diketahui dan dialami sehingga dialami, dan diketahui sebelumnya, yang
dipelajari, dialami, dan diketahui tulisan menjadi lebih hidup. e. berkaitan dengan sesuatu yang ditulis
sebelumnya, yang berkaitan dengan Memprediksi atau meramalkan seseorang, sehingga berbagai informasi itu
sesuatu yang ditulis seseorang, sehingga bagian tulisan selanjutnya, ketika saling terkait satu sama lain dan
berbagai informasi itu saling terkait satu menyusun bagian tulisan membentuk satu keutuhan. Mengingat dan
sama lain dan membentuk satu keutuhan. sebelumnya.f. Memonitor atau menghubungkan merupakan aktivitas
Mengingat dan menghubungkan memantau ketepatan tataan dan berpikir yang tampaknya terjadi secara
merupakan aktivitas berpikir yang kaitan antarsatu bagian tulisan bersamaan. Otak kita biasanya mengingat
tampaknya terjadi secara bersamaan. dengan bagian tulisan lainnya. g. pengetahuan dan pengalaman yang
Otak kita biasanya mengingat Menggeneralisasikan bagian demi dimiliki terlebih dahulu. Baru kemudian
pengetahuan dan pengalaman yang bagian informasi yang ditulis ke menghubungkan pengetahuan dan
dimiliki terlebih dahulu. Baru kemudian dalam sebuah kesimpulan. h. pengalaman baru yang diperoleh dengan
menghubungkan pengetahuan dan Menerapkan informasi atau sebuah pengetahuan dan pengalaman yang sudah
pengalaman baru yang diperoleh dengan kesimpulan yang telah disusun ke ada. c. Mengorganisasikan
pengetahuan dan pengalaman yang dalam konteks yang baru. i. informasi/pengetahuan yang dimiliki
sudah ada. c. Mengorganisasikan Mengevaluasi apakah seluruh sehingga mempermudah penulis untuk
informasi/pengetahuan yang dimiliki informasi yang diperlukan dalam mengingat dan menatanya dalam menulis.
sehingga mempermudah penulis untuk tulisan telah cukup memadai, d. Membayangkan ciri atau karakter dari
mengingat dan menatanya dalam memiliki hubungan yang erat satu apa yang telah diketahui dan dialami
menulis. d. Membayangkan ciri atau sama lain sehingga membentuk satu sehingga tulisan menjadi lebih hidup. e.
karakter dari apa yang telah diketahui kesatuan tulisan yang sistematis Memprediksi atau meramalkan bagian
dan dialami sehingga tulisan menjadi dan logis, serta dikemas dalam tulisan selanjutnya, ketika menyusun
lebih hidup. e. Memprediksi atau penataan dan pembahasaan yang bagian tulisan sebelumnya. Perilaku
meramalkan bagian tulisan selanjutnya, mudah dipahami dan menarik. berpikir ini akan menjadikan tulisan yang
ketika menyusun bagian tulisan dihasilkan mengalir dengan lancar, runtut,
sebelumnya. Perilaku berpikir ini akan dan logis.f. Memonitor atau memantau
menjadikan tulisan yang dihasilkan ketepatan tataan dan kaitan antarsatu
mengalir dengan lancar, runtut, dan bagian tulisan dengan bagian tulisan
logis.f. Memonitor atau memantau lainnya. g. Menggeneralisasikan bagian
ketepatan tataan dan kaitan antarsatu demi bagian informasi yang ditulis ke
bagian tulisan dengan bagian tulisan dalam sebuah kesimpulan. h. Menerapkan
lainnya. g. Menggeneralisasikan bagian informasi atau sebuah kesimpulan yang
demi bagian informasi yang ditulis ke telah disusun ke dalam konteks yang baru.
dalam sebuah kesimpulan. h. i. Mengevaluasi apakah seluruh informasi
Menerapkan informasi atau sebuah yang diperlukan dalam tulisan telah cukup
kesimpulan yang telah disusun ke dalam memadai, memiliki hubungan yang erat
konteks yang baru. i. Mengevaluasi satu sama lain sehingga membentuk satu
apakah seluruh informasi yang kesatuan tulisan yang sistematis dan logis,
diperlukan dalam tulisan telah cukup serta dikemas dalam penataan dan
memadai, memiliki hubungan yang erat pembahasaan yang mudah dipahami dan
satu sama lain sehingga membentuk satu menarik.
kesatuan tulisan yang sistematis dan Paragraf (5) merupakan paragraf
logis, serta dikemas dalam penataan dan deduktif karena kalimat utamanya
pembahasaan yang mudah dipahami dan berada di awal paragraf
menarik.
Paragraf (6)
2. Menulis Mengembangkan Daya (6) Dalam kegiatan membaca, Kalimat utama : Dalam kegiatan
Inisiatif dan Kreativitas seorang pembaca dapat menemukan membaca, seorang pembaca dapat
Dalam kegiatan membaca, seorang segala hal yang diperlukan, yang menemukan segala hal yang diperlukan,
pembaca dapat menemukan segala hal tersedia dalam bacaan. Sebaliknya, yang tersedia dalam bacaan.
yang diperlukan, yang tersedia dalam dalam menulis seseorang mesti Kalimat penjelas :Sebaliknya, dalam
bacaan. Sebaliknya, dalam menulis menyiapkan dan menyuplai sendiri menulis seseorang mesti menyiapkan dan
seseorang mesti menyiapkan dan segala sesuatunya: isi tulisan, menyuplai sendiri segala sesuatunya: isi
menyuplai sendiri segala sesuatunya: isi pertanyaan dan jawaban, ilustrasi, tulisan, pertanyaan dan jawaban, ilustrasi,
tulisan, pertanyaan dan jawaban, pembahasaan, serta penyajian pembahasaan, serta penyajian tulisan.
ilustrasi, pembahasaan, serta penyajian tulisan. Supaya tulisan menarik dan Supaya tulisan menarik dan enak dibaca
tulisan. Supaya tulisan menarik dan enak enak dibaca maka apa yang maka apa yang dituliskan harus ditata
dibaca maka apa yang dituliskan harus dituliskan harus ditata sedemikian sedemikian rupa sehingga logis,
ditata sedemikian rupa sehingga logis, rupa sehingga logis, sistematis, dan sistematis, dan tidak membosankan.
sistematis, dan tidak membosankan. tidak membosankan. Paragraf (6) merupakan paragraf
deduktif karena kalimat utamanya
Untuk dapat menghasilkan tulisan (7)seorang penulis harus memiliki berada di awal paragraf
seperti itu, maka seorang penulis harus daya inisiatif dan kreativitas yang
memiliki daya inisiatif dan kreativitas tinggi. Ia harus mencari, Paragraf (7)
yang tinggi. Ia harus mencari, menemukan, dan menata sendiri Kalimat utama : Untuk dapat
menemukan, dan menata sendiri bahan bahan atau informasi dari berbagai menghasilkan tulisan seperti itu, maka
atau informasi dari berbagai sumber, sumber, yang terkait dengan topik seorang penulis harus memiliki daya
yang terkait dengan topik yang akan yang akan ditulisnya. harus inisiatif dan kreativitas yang tinggi.
ditulisnya. Ia harus mempelajari, mempelajari, membaca, dan Kalimat penjelas : Ia harus mencari,
membaca, dan memilih sumber-sumber memilih sumber serta menemukan, dan menata sendiri bahan
itu, serta menyistematiskan hasil menyistematiskan hasil bacanya. atau informasi dari berbagai sumber, yang
bacanya. Ia harus membuat atau harus membuat atau menemukan terkait dengan topik yang akan ditulisnya.
menemukan contoh dan ilustrasi yang contoh dan ilustrasi yang membuat Ia harus mempelajari, membaca, dan
membuat tulisannya kian jelas dan tulisannya kian jelas dan menarik. memilih sumber-sumber itu, serta
menarik. Ia harus memilih struktur harus memilih struktur bahasa dan menyistematiskan hasil bacanya. Ia harus
bahasa dan kosakata yang paling tepat, kosakata yang paling tepat, sesuai membuat atau menemukan contoh dan
sesuai dengan maksud yang ingin dengan maksud yang ingin ilustrasi yang membuat tulisannya kian
disampaikannya. Ia berulang kali harus disampaikannya. berulang kali jelas dan menarik. Ia harus memilih
mencoba dan menemukan cara untuk harus mencoba dan menemukan struktur bahasa dan kosakata yang paling
memulai dan mengakhiri tulisannya cara untuk memulai dan mengakhiri tepat, sesuai dengan maksud yang ingin
dengan enak. Pelbagai aktivitas itu jika tulisannya dengan enak. Pelbagai disampaikannya. Ia berulang kali harus
terus-menerus dilatih dengan sendirinya aktivitas itu jika terus-menerus mencoba dan menemukan cara untuk
dipastikan akan dapat memicu tumbuh- dilatih dengan sendirinya dipastikan memulai dan mengakhiri tulisannya
kembang daya inisiatif dan kreativitas akan dapat memicu tumbuh- dengan enak. Pelbagai aktivitas itu jika
seorang penulis. kembang daya inisiatif dan terus-menerus dilatih dengan sendirinya
kreativitas seorang penulis. dipastikan akan dapat memicu tumbuh-
kembang daya inisiatif dan kreativitas
3. Menulis Menumbuhkan Kepercayaan (8) Menulis membutuhkan seorang penulis.
Diri dan Keberanian keberanian. Betulkah? Menulis Paragraf (7) merupakan paragraf
Menulis membutuhkan keberanian. ibarat mengemudi kendaraan. Yang deduktif karena kalimat utamanya
Betulkah? Menulis ibarat mengemudi harus mengetahui seluk beluk berada di awal paragraf
kendaraan. Orang yang telah mengetahui mengemudi mobil
seluk beluk mengemudi mobil, bahkan Paragraf (8)
sudah memiliki SIM, tidak serta merta ia Kalimat utama : Menulis membutuhkan
dapat mengemudikan mobil. Ia perlu keberanian. Betulkah? Menulis ibarat
keberanian dan menepis berbagai mengemudi kendaraan.
kekhawatiran, seperti khawatir salah Kalimat penjelas : Orang yang telah
menginjak gas, menyerempet atau mengetahui seluk beluk mengemudi mobil,
menabrak orang atau kendaraan lain bahkan sudah memiliki SIM, tidak serta
mati mesin mendadak di tengah jalan. merta ia dapat mengemudikan mobil. Ia
perlu keberanian dan menepis berbagai
Hal yang sama terjadi dalam menulis. (9) Begitu banyak kekhawatiran dan kekhawatiran, seperti khawatir salah
Begitu banyak kekhawatiran dan bayangan buruk menghinggapi menginjak gas, menyerempet atau
bayangan buruk menghinggapi kepala kepala orang dalam menulis. menabrak orang atau kendaraan lain mati
orang dalam menulis. Misalnya, malu Misalnya, malu jika hasilnya jelek, mesin mendadak di tengah jalan.
jika hasilnya jelek, khawatir salah khawatir salah menyampaikan Paragraf (8) merupakan paragraf
menyampaikan sehingga dapat sehingga dapat menyinggung orang deduktif karena kalimat utamanya
menyinggung orang lain, takut lain, takut tulisannya ditertawakan berada di awal paragraf
tulisannya ditertawakan orang, dan orang, dan berbagai macam
berbagai macam kecemasan lainnya. kecemasan lainnya. Paragraf (9)
(10) seorang penulis harus berani Kalimat utama : Hal yang sama terjadi
Saudara, menulis memerlukan menampilkan pemikirannya, dalam menulis. Begitu banyak
keberanian. Ia harus berani menampilkan termasuk perasaan, cara pikir, dan kekhawatiran dan bayangan buruk
pemikirannya, termasuk perasaan, cara gaya tulis, serta menawarkannya menghinggapi kepala orang dalam menulis
pikir, dan gaya tulis, serta kepada orang lain. Konsekuensinya, Kalimat penjelas : Misalnya, malu jika
menawarkannya kepada orang lain. dia harus memiliki kesiapan dan hasilnya jelek, khawatir salah
Konsekuensinya, dia harus memiliki kesanggupan untuk melihat dengan menyampaikan sehingga dapat
kesiapan dan kesanggupan untuk melihat jernih segenap penilaian dan menyinggung orang lain, takut tulisannya
dengan jernih segenap penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, ditertawakan orang, dan berbagai macam
tanggapan apa pun dari pembacanya, baik baik yang bersifat positif maupun kecemasan lainnya.
yang bersifat positif maupun negatif. negatif. Penilaian atau tanggapan Paragraf (9) merupakan paragraf
Penilaian atau tanggapan dari orang lain dari orang lain justru merupakan deduktif karena kalimat utamanya
justru merupakan masukan atau pupuk masukan atau pupuk bagi penulis berada di awal paragraf
bagi penulis untuk dapat memperbaiki untuk dapat memperbaiki
kemampuannya dalam menulis. kemampuannya dalam menulis. Paragraf (10)
Kalimat utama : Saudara, menulis
4. Menulis Mendorong Kebiasaan serta (11) Hasil pengamatan dan memerlukan keberanian. Ia harus berani
Memupuk Kemampuan dalam pengalaman selama ini menampilkan pemikirannya, termasuk
Menemukan, Mengumpulkan, dan menunjukkan bahwa penyebab perasaan, cara pikir, dan gaya tulis, serta
Mengorganisasikan Informasi orang gagal dalam menulis ialah menawarkannya kepada orang lain.
Hasil pengamatan dan pengalaman karena ia sendiri tidak tahu apa Kalimat penjelas : Konsekuensinya, dia
selama ini menunjukkan bahwa yang akan ditulisnya. Ia tidak harus memiliki kesiapan dan kesanggupan
penyebab orang gagal dalam menulis memiliki informasi yang cukup untuk melihat dengan jernih segenap
ialah karena ia sendiri tidak tahu apa tentang topik yang akan ditulis, penilaian dan tanggapan apa pun dari
yang akan ditulisnya. Ia tidak memiliki serta malas mencari informasi yang pembacanya, baik yang bersifat positif
informasi yang cukup tentang topik yang diperlukannya. Pada awalnya, maupun negatif. Penilaian atau tanggapan
akan ditulis, serta malas mencari seseorang menulis karena ia dari orang lain justru merupakan masukan
informasi yang diperlukannya. Pada memiliki ide, gagasan, pendapat, atau pupuk bagi penulis untuk dapat
awalnya, seseorang menulis karena ia atau sesuatu yang menurut memperbaiki kemampuannya dalam
memiliki ide, gagasan, pendapat, atau pertimbangannya penting untuk menulis.
sesuatu yang menurut pertimbangannya disampaikan dan diketahui oleh Paragraf (10) merupakan paragraf
penting untuk disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, kerap informasi deduktif karena kalimat utamanya
oleh orang lain. Tetapi, kerap informasi yang dimiliki tentang isi tulisan berada di awal paragraf
yang dimiliki tentang isi tulisan tidak tidak dimiliki dengan cukup.
dimiliki dengan cukup. Paragraf (11)
Kalimat utama : penyebab orang gagal
Kondisi tersebut akan mendorong (12) Kondisi tersebut akan dalam menulis ialah karena ia sendiri tidak
seseorang untuk mencari, mendorong seseorang untuk tahu apa yang akan ditulisnya
mengumpulkan, menyerap, dan mencari, mengumpulkan, Kalimat penjelas : Menulis Mendorong
mempelajari informasi yang diperlukan menyerap, dan mempelajari Kebiasaan serta Memupuk Kemampuan
dari berbagai sumber. Yang dimaksud informasi yang diperlukan dari dalam Menemukan, Mengumpulkan, dan
sumber di sini dapat berupa: (a) bacaan berbagai sumber. Yang dimaksud Mengorganisasikan Informasi
(buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, sumber di sini dapat berupa: (a) Hasil pengamatan dan pengalaman selama
data statistik dari media cetak atau bacaan (b) rekaman atau siaran ini menunjukkan bahwa penyebab orang
internet) yang informasinya diperoleh yang informasinya digali melalui gagal dalam menulis ialah karena ia sendiri
melalui kegiatan membaca, (b) rekaman kegiatan melihat dan/atau tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Ia
atau siaran yang informasinya digali menyimak, (c) orang yang tidak memiliki informasi yang cukup
melalui kegiatan melihat dan/atau informasinya dijaring melalui tentang topik yang akan ditulis, serta malas
menyimak, (c) orang yang informasinya diskusi, tanya jawab, atau mencari informasi yang diperlukannya.
dijaring melalui diskusi, tanya jawab, wawancara, serta (d) alam atau Pada awalnya, seseorang menulis karena ia
atau wawancara, serta (d) alam atau lingkungan yang ditangkap melalui memiliki ide, gagasan, pendapat, atau
lingkungan yang ditangkap melalui pengamatan. sesuatu yang menurut pertimbangannya
pengamatan. penting untuk disampaikan dan diketahui
oleh orang lain. Tetapi, kerap informasi
Berdasarkan sumber-sumber itu (13) Berdasarkan sumber-sumber itu yang dimiliki tentang isi tulisan tidak
seseorang akan memperoleh informasi seseorang akan memperoleh dimiliki dengan cukup.
yang diperlukannya dalam menulis. informasi yang diperlukannya dalam Paragraf (11) merupakan paragraf
Lalu, bagaimana menyerap pelbagai menulis. Lalu, bagaimana menyerap deduktif karena kalimat utamanya
informasi yang begitu banyak jumlah pelbagai informasi yang begitu berada di awal paragraf
dan ragamnya? Menyerap informasi banyak jumlah dan ragamnya?
dengan tujuan sekadar dirinya tahu pasti Menyerap informasi dengan tujuan Paragraf (12)
berbeda dengan menyerap informasi sekadar dirinya tahu pasti berbeda Kalimat utama : Kondisi tersebut akan
yang bertujuan untuk diolah dan dengan menyerap informasi yang mendorong seseorang untuk mencari,
disampaikan kembali kepada orang lain. bertujuan untuk diolah dan mengumpulkan, menyerap, dan
Di mana letak perbedaannya? disampaikan kembali kepada orang mempelajari informasi yang diperlukan
lain. Di mana letak perbedaannya? dari berbagai sumber.
Kalimat penjelas : Yang dimaksud sumber
Bagi penulis (juga pembicara), informasi (14) Bagi penulis informasi yang di sini dapat berupa: (a) bacaan (buku,
yang diperoleh tidak sekadar untuk diperoleh tidak sekadar untuk artikel, jurnal, laporan penelitian, data
dipahami, tetapi juga supaya dapat dipahami, tetapi juga supaya dapat statistik dari media cetak atau internet)
diingat dan digunakannya kembali bila diingat dan digunakannya kembali yang informasinya diperoleh melalui
diperlukan dalam menulis atau bila diperlukan dalam menulis atau kegiatan membaca, (b) rekaman atau siaran
mengarang. Implikasinya, dia akan mengarang. Implikasinya, dia akan yang informasinya digali melalui kegiatan
menerapkan pelbagai strategi agar menerapkan pelbagai strategi agar melihat dan/atau menyimak, (c) orang
informasi yang diperoleh terjaga dan informasi yang diperoleh terjaga dan yang informasinya dijaring melalui diskusi,
tertata sedemikian rupa sehingga ketika tertata sedemikian rupa sehingga tanya jawab, atau wawancara, serta (d)
diperlukan mudah dicari dan ketika diperlukan mudah dicari dan alam atau lingkungan yang ditangkap
dimanfaatkan, tanpa harus membaca dimanfaatkan, tanpa harus membaca melalui pengamatan.
ulang semua bacaan yang pernah ulang semua bacaan yang pernah Paragraf (12) merupakan paragraf
dipelajari sebelumnya. Nah, motif dan dipelajari sebelumnya. Nah, motif deduktif karena kalimat utamanya
perilaku seperti itu akan mempengaruhi dan perilaku seperti itu akan berada di awal paragraf
minat, kesungguhan, dan keterampilan mempengaruhi minat, kesungguhan,
seseorang dalam mengumpulkan dan dan keterampilan seseorang dalam Paragraf (13)
mengolah informasi. mengumpulkan dan mengolah Kalimat utama : Berdasarkan sumber-
informasi. sumber itu seseorang akan memperoleh
informasi yang diperlukannya dalam
menulis.
2 MITOS 17/8- 1. Orang Enggan Menulis karena (15) Menulis atau mengarang Kalimat penjelas: Lalu, bagaimana
TENTANG 13 Tidak Tahu untuk Apa Ia Menulis memang memerlukan waktu, energi, menyerap pelbagai informasi yang begitu
MENULIS Menulis atau mengarang memang pikiran, dan perasaan. Cukup banyak banyak jumlah dan ragamnya? Menyerap
memerlukan waktu, energi, pikiran, dan hal yang ”dikorbankan” demi informasi dengan tujuan sekadar dirinya
perasaan. Cukup banyak hal yang membuat sebuah tulisan. Bagi orang tahu pasti berbeda dengan menyerap
”dikorbankan” demi membuat sebuah yang tidak tahu tujuan dia menulis informasi yang bertujuan untuk diolah dan
tulisan. Bagi orang yang tidak tahu pengorbanan itu dianggap terlalu disampaikan kembali kepada orang lain. Di
tujuan dia menulis pengorbanan itu mahal, atau bahkan mungkin sia-sia. mana letak perbedaannya?
dianggap terlalu mahal, atau bahkan Oleh karena itu, wajarlah kalau Paragraf (13) merupakan paragraf
mungkin sia-sia. Oleh karena itu, orang enggan untuk menulis. deduktif karena kalimat utamanya
wajarlah kalau orang enggan untuk berada di awal paragraf
menulis.
Paragraf (14)
Sebenarnya, banyak hal yang dapat (16) banyak hal yang dapat Kalimat utama : Bagi penulis (juga
dilakukan dengan/dan diperoleh dari dilakukan dengan/dan diperoleh dari pembicara), informasi yang diperoleh tidak
menulis. Pada zaman kemerdekaan, menulis. Pada zaman kemerdekaan, sekadar untuk dipahami, tetapi juga supaya
tulisan-tulisan Soekarno dapat tulisan-tulisan Soekarno dapat dapat diingat dan digunakannya kembali
membakar semangat nasionalisme membakar semangat nasionalisme bila diperlukan dalam menulis atau
menentang penjajahan. Pada zaman menentang penjajahan.dll, kita mengarang.
pergolakan pelbagai karya sastrawan banyak belajar dan memperoleh Kalimat penjelas: Implikasinya, dia akan
seperti Rendra, Taufiq Ismail, dan banyak informasi dan ilmu menerapkan pelbagai strategi agar
Goenawan Mohamad, mampu pengetahuan dari berbagai sumber informasi yang diperoleh terjaga dan
membakar dan membangkitkan tulisan tertata sedemikian rupa sehingga ketika
semangat orang untuk menghadapi diperlukan mudah dicari dan dimanfaatkan,
kezaliman penguasa. Kini, kita banyak tanpa harus membaca ulang semua bacaan
belajar dan memperoleh banyak yang pernah dipelajari sebelumnya. Nah,
informasi dan ilmu pengetahuan dari motif dan perilaku seperti itu akan
berbagai sumber tulisan. mempengaruhi minat, kesungguhan, dan
keterampilan seseorang dalam
Saat ini kemampuan menulis pun dapat (17), kemampuan menulis tidak mengumpulkan dan mengolah informasi.
dijadikan lahan nafkah. Kita dapat sekadar dapat mendukung Paragraf (14) merupakan paragraf
melihat begitu banyak orang berprofesi pengembangan diri. Kemampuan itu deduktif karena kalimat utamanya
sebagai penulis. Jurnalis, penulis cerita, dapat berguna di lingkungan kerja, berada di awal paragraf
kolumnis, esais, dan bahkan penulis sebagai lahan nafkah, serta
buku, dapat hidup layak berkat menulis. penyebaran ilmu pengetahuan dan Paragraf (15)
Dengan kata lain, kemampuan menulis informasi Kalimat utama : Orang Enggan Menulis
tidak sekadar dapat mendukung karena Tidak Tahu untuk Apa Ia Menulis
pengembangan diri. Kemampuan itu Kalimat penjelas : Menulis atau mengarang
dapat berguna di lingkungan kerja, memang memerlukan waktu, energi,
sebagai lahan nafkah, serta penyebaran pikiran, dan perasaan. Cukup banyak hal
ilmu pengetahuan dan informasi. yang ”dikorbankan” demi membuat sebuah
tulisan. Bagi orang yang tidak tahu tujuan
2. Orang Enggan Menulis karena (18) Setiap orang pada dasarnya dia menulis pengorbanan itu dianggap
Merasa Tidak Berbakat dalam memiliki potensi untuk dapat terlalu mahal, atau bahkan mungkin sia-sia.
Menulis menulis atau mengarang dengan Oleh karena itu, wajarlah kalau orang
Setiap orang pada dasarnya memiliki baik. Persoalannya, karena menulis enggan untuk menulis.
potensi untuk dapat menulis atau merupakan sebuah kemahiran, maka Paragraf (15) merupakan paragraf
mengarang dengan baik. Persoalannya, penguasaannya memerlukan proses deduktif karena kalimat utamanya
karena menulis merupakan sebuah belajar dan latihan yang sistematis berada di awal paragraf
kemahiran, maka penguasaannya dan terus-menerus. Yang berbakat
memerlukan proses belajar dan latihan menulis pun kalau tidak pernah
yang sistematis dan terus-menerus. Yang dilatih tidak akan memiliki Paragraf (16)
berbakat menulis pun kalau tidak pernah kemampuan menulis yang baik. Kalimat utama : Sebenarnya, banyak hal
dilatih tidak akan memiliki kemampuan yang dapat dilakukan dengan/dan diperoleh
menulis yang baik. Jadi, kesanggupan dari menulis.
seseorang untuk menulis tidak terletak Kalimat penjelas : Pada zaman
pada berbakat atau tidaknya seseorang, kemerdekaan, tulisan-tulisan Soekarno
melainkan pada minat, kemauan, dan dapat membakar semangat nasionalisme
kegigihannya untuk belajar dan berlatih menentang penjajahan. Pada zaman
menulis pergolakan pelbagai karya sastrawan
seperti Rendra, Taufiq Ismail, dan
3. Orang Enggan Menulis karena (19) Orang Enggan Menulis karena Goenawan Mohamad, mampu membakar
Merasa Tidak Tahu Bagaimana Merasa Tidak Tahu Bagaimana dan membangkitkan semangat orang untuk
Menulis Menulis menghadapi kezaliman penguasa. Kini,
Alasan itu sekilas sepertinya mengada- Alasan itu sekilas sepertinya kita banyak belajar dan memperoleh
ada. Siapa pun yang pernah mengenyam mengada-ada. Siapa pun yang pernah banyak informasi dan ilmu pengetahuan
pendidikan formal pasti pernah mengenyam pendidikan formal pasti dari berbagai sumber tulisan.
mendapatkan pelajaran tulismenulis atau pernah mendapatkan pelajaran Paragraf (16) merupakan paragraf
mengarang. Dia pasti pernah belajar tulismenulis atau mengarang deduktif karena kalimat utamanya
tentang memilih tema dan topik berada di awal paragraf
karangan, ejaan dan tanda baca,
mengembangkan kerangka karangan,
memilih kata dan menempatkannya
dalam struktur berbahasa, menyusun Paragraf (17)
kalimat dan alinea, serta kaidah-kaidah Kalimat utama : Saat ini kemampuan
tulis menulis lainnya. menulis pun dapat dijadikan lahan nafkah.
Kalimat penjelas : Kita dapat melihat
Namun demikian, alasan tersebut (20) Siswa dibekali begitu banyak begitu banyak orang berprofesi sebagai
sebenarnya dapat dipahami apabila tentang pengetahuan penulis. Jurnalis, penulis cerita, kolumnis,
mengingat pembelajaran menulis di karangmengarang, tetapi proses esais, dan bahkan penulis buku, dapat
sekolah kerap berhenti sebatas teori atau belajar yang dialaminya kurang hidup layak berkat menulis. Dengan kata
pengetahuan. Siswa dibekali begitu memicu minat dan memberinya lain, kemampuan menulis tidak sekadar
banyak tentang pengetahuan pengalaman yang bermakna untuk dapat mendukung pengembangan diri.
karangmengarang, tetapi proses belajar menulis secara kreatif berbagai corak Kemampuan itu dapat berguna di
yang dialaminya kurang memicu minat karangan. Kondisi ini diperparah lagi lingkungan kerja, sebagai lahan nafkah,
dan memberinya pengalaman yang dengan kurangnya masukan atau serta penyebaran ilmu pengetahuan dan
bermakna untuk menulis secara kreatif balikan yang memadai dari sang informasi.
berbagai corak karangan. Kondisi ini guru atas karangan yang telah Paragraf (117) merupakan paragraf
diperparah lagi dengan kurangnya dibuatnya. deduktif karena kalimat utamanya
masukan atau balikan yang memadai berada di awal paragraf
dari sang guru atas karangan yang telah
dibuatnya.
Paragraf (18)
Pengalaman belajar tersebut sangat (21) Pengalaman belajar tersebut Kalimat utama : Orang Enggan Menulis
mempengaruhi tumbuh-kembangnya sangat mempengaruhi tumbuh- karena Merasa Tidak Berbakat dalam
pandangan, dorongan, minat, dan kembangnya pandangan, dorongan, Menulis
kemampuan anak dalam menulis. Smith minat, dan kemampuan anak dalam Kalimat penjelas : Setiap orang pada
(1981) menegaskan bahwa pengalaman menulis. Smith (1981) menegaskan dasarnya memiliki potensi untuk dapat
belajar menulis yang dialami anak di bahwa pengalaman belajar menulis menulis atau mengarang dengan baik.
sekolah tidak dapat dilepaskan dari yang dialami anak di sekolah tidak Persoalannya, karena menulis merupakan
kondisi gurunya sendiri. Wawasan, dapat dilepaskan dari kondisi sebuah kemahiran, maka penguasaannya
sikap, perilaku, dan kemampuan guru gurunya sendiri. memerlukan proses belajar dan latihan
dalam mengajarkan menulis pada yang sistematis dan terus-menerus. Yang
akhirnya dapat mendorong terciptanya berbakat menulis pun kalau tidak pernah
mitos atau pendapat yang keliru tentang dilatih tidak akan memiliki kemampuan
menulis dan pengajarannya. Sejumlah menulis yang baik. Jadi, kesanggupan
mitos yang kerap muncul dalam kegiatan seseorang untuk menulis tidak terletak
menulis atau mengarang di antaranya pada berbakat atau tidaknya seseorang,
sebagai berikut. melainkan pada minat, kemauan, dan
kegigihannya untuk belajar dan berlatih
a. Menulis itu mudah Kata sebagian (22) mengarang bukan semata teori. menulis
orang, menulis itu mudah. Memang Mengarang adalah akumulasi Paragraf (18) merupakan paragraf
betul gampang jika sekadar pengetahuan kemampuan yang terdiri dari deduktif karena kalimat utamanya
atau teori tentang menulis. Tetapi, berbagai daya (daya pikir, daya berada di awal paragraf
mengarang bukan semata teori. nalar, daya rasa) yang berkaitan
Mengarang adalah akumulasi dengan penguasaan persoalan
kemampuan yang terdiri dari berbagai kebahasaan, psikososial, tata tulis, Paragraf (19)
daya (daya pikir, daya nalar, daya rasa) dan pengetahuan tentang isi tulisan. Kalimat utama : Orang Enggan Menulis
yang berkaitan dengan penguasaan Teori mengarang hanyalah alat agar karena Merasa Tidak Tahu Bagaimana
persoalan kebahasaan, psikososial, tata orang dapat menata tulisan dengan Menulis
tulis, dan pengetahuan tentang isi baik sehingga dapat dipahami dan Kalimat penejlas : Alasan itu sekilas
tulisan. Teori mengarang hanyalah alat dinikmati oleh pembacanya. sepertinya mengada-ada. Siapa pun yang
agar orang dapat menata tulisan dengan pernah mengenyam pendidikan formal
baik sehingga dapat dipahami dan pasti pernah mendapatkan pelajaran
dinikmati oleh pembacanya. tulismenulis atau mengarang. Dia pasti
pernah belajar tentang memilih tema dan
Mengarang juga merupakan sebuah (23) Mengarang juga merupakan topik karangan, ejaan dan tanda baca,
kemahiran. Layaknya sebuah sebuah kemahiran. Layaknya sebuah mengembangkan kerangka karangan,
keterampilan, ia hanya akan dapat keterampilan, ia hanya akan dapat memilih kata dan menempatkannya dalam
dikuasai melalui kegiatan belajar dan dikuasai melalui kegiatan belajar dan struktur berbahasa, menyusun kalimat dan
berlatih secara sungguh-sungguh, serta berlatih secara sungguh-sungguh, alinea, serta kaidah-kaidah tulis menulis
mendapatkan masukan dari orang lain serta mendapatkan masukan dari lainnya.
yang digunakan untuk memperbaiki cara orang lain yang digunakan untuk Paragraf (19) merupakan paragraf
dan kemampuan seorang penulis. memperbaiki cara dan kemampuan deduktif karena kalimat utamanya
seorang penulis. berada di awal paragraf
b. Kemampuan menggunakan unsur
mekanik bahasa merupakan inti dari (24) Kemampuan menggunakan
menulis Mengarang memang unsur mekanik bahasa merupakan Paragraf (20)
memerlukan kemampuan untuk inti dari menulis Mengarang Kalimat uatama : Namun demikian, alasan
menggunakan dan menata unsur-unsur memang memerlukan kemampuan tersebut sebenarnya dapat dipahami apabila
bahasa dengan cermat. Seorang penulis untuk menggunakan dan menata mengingat pembelajaran menulis di
membutuhkan kesanggupan untuk unsur-unsur bahasa dengan cermat. sekolah kerap berhenti sebatas teori atau
memilih dan menggunakan kata dengan pengetahuan. Kalimat penjelas : Siswa
tepat, menata kalimat dan alinea dengan dibekali begitu banyak tentang
baik, menempatkan ejaan tanda baca dan pengetahuan karangmengarang, tetapi
ejaan dengan tepat, serta memilih corak proses belajar yang dialaminya kurang
wacana yang sesuai. memicu minat dan memberinya
pengalaman yang bermakna untuk menulis
Tetapi, lagi-lagi menulis tak sebatas itu. secara kreatif berbagai corak karangan.
Sebuah karangan mesti memiliki isi atau (25) Sebuah karangan mesti Kondisi ini diperparah lagi dengan
pesan yang akan disampaikan kepada memiliki isi atau pesan yang akan kurangnya masukan atau balikan yang
pembaca. Isi karangan itu berupa ide, disampaikan kepada pembaca. Isi memadai dari sang guru atas karangan
pikiran, perasaan, atau informasi karangan itu berupa ide, pikiran, yang telah dibuatnya.
mengenai sesuatu yang ditulis. Dalam perasaan, atau informasi mengenai Paragraf (20) merupakan paragraf
konteks ini, unsur-unsur mekanik sesuatu yang ditulis. deduktif karena kalimat utamanya
menulis dan kebahasaan hanyalah berada di awal paragraf
sekadar alat yang digunakan untuk
mengemas dan menyajikan isi karangan Paragraf (21)
sehingga pembaca mudah Kalimat utama : Pengalaman belajar
memahaminya. tersebut sangat mempengaruhi tumbuh-
kembangnya pandangan, dorongan, minat,
Jadi, dalam menulis penguasaan unsur- dan kemampuan anak dalam menulis.
unsur bahasa dan isi tulisan sama (26) dalam menulis penguasaan Kalimat [enjelas : Smith (1981)
pentingnya. Mengapa? Jika seseorang unsur-unsur bahasa dan isi tulisan menegaskan bahwa pengalaman belajar
menulis hanya karena ia memiliki sama pentingnya. menulis yang dialami anak di sekolah tidak
penguasaan yang hebat tentang unsur- dapat dilepaskan dari kondisi gurunya
unsur kebahasaan, tetapi tidak memiliki sendiri. Wawasan, sikap, perilaku, dan
penguasaan yang baik tentang isi tulisan, kemampuan guru dalam mengajarkan
maka tulisannya akan dangkal dan menulis pada akhirnya dapat mendorong
kurang bermakna. Sebaliknya, seseorang terciptanya mitos atau pendapat yang
yang begitu banyak menguasai informasi keliru tentang menulis dan pengajarannya.
tentang sesuatu hal, tetapi ia sangat Sejumlah mitos yang kerap muncul dalam
lemah dalam penggunaan unsur-unsur kegiatan menulis atau mengarang di
bahasa dan tata tulis, maka tulisannya antaranya sebagai berikut.
akan sulit dipahami dan tidak menarik Paragraf (21) merupakan paragraf
bagi pembacanya. deduktif karena kalimat utamanya
berada di awal paragraf
c. Menulis itu harus sekali jadi Untuk
memahami mitos tersebut marilah kita Paragraf (22) kalimat utama :
ikuti tingkah Jehan yang baru pertama (27) Menulis itu harus sekali jadi Menulis itu mudah Kata sebagian orang,
kali harus menulis makalah tugas kuliah Untuk memahami mitos tersebut menulis itu mudah. Memang betul
pada semester pertamanya di perguruan marilah kita ikuti tingkah Jehan yang gampang jika sekadar pengetahuan atau
tinggi. baru pertama kali harus menulis teori tentang menulis.
”Jehan mendapat tugas untuk membuat makalah tugas kuliah pada semester Kalimat penjelas : Tetapi, mengarang
makalah mata kuliah Manusia dan pertamanya di perguruan tinggi bukan semata teori. Mengarang adalah
Kebudayaan. Ia memilih topik tentang akumulasi kemampuan yang terdiri dari
pengaruh sistem matrilineal terhadap berbagai daya (daya pikir, daya nalar, daya
perilaku wanita Sumatra Barat. Berbagai rasa) yang berkaitan dengan penguasaan
referensi yang terkait dengan topik itu persoalan kebahasaan, psikososial, tata
telah dikumpulkan dan dibacanya. Ia pun tulis, dan pengetahuan tentang isi tulisan.
mulai menuangkan pikirannya ke dalam Teori mengarang hanyalah alat agar orang
komputer. Satu alinea selesai ditulisnya. dapat menata tulisan dengan baik sehingga
Tetapi, ketika dibaca, ia merasa tidak dapat dipahami dan dinikmati oleh
cocok. Akhirnya, ia hapus lagi. Ia mulai pembacanya.
menyusun kembali alinea pertama Paragraf (22) merupakan paragraf
tulisannya. Lalu, dibacanya kembali. deduktif karena kalimat utamanya
Tetapi ia pun tidak merasa puas. berada di awal paragraf
Akhirnya, ia hapus kembali. Begitulah
seterusnya. Setelah lima kali, ternyata Paragraf (23)
alinea yang ditulis masih tidak sesuai kalimat uatama :Mengarang juga
dengan keinginannya. Ia marah sendiri. merupakan sebuah kemahiran.
Komputernya lantas dimatikan. Ia Kalimat penjelas : Layaknya sebuah
tinggal pergi. Dan tidur.” keterampilan, ia hanya akan dapat dikuasai
Saudara, apakah Anda pernah melalui kegiatan belajar dan berlatih secara
memperoleh pengalaman seperti Jehan? sungguh-sungguh, serta mendapatkan
Disadari atau tidak, perilaku Jehan masukan dari orang lain yang digunakan
mencerminkan mitos tersebut. Ia ingin untuk memperbaiki cara dan kemampuan
menulis sekali jadi dan hasilnya seorang penulis.
langsung bagus. Mitos itu akhirnya Paragraf (23) merupakan paragraf
menjadi bumerang untuk Jehan. Ia deduktif karena kalimat utamanya
frustrasi. berada di awal paragraf

Tidak banyak orang yang dapat menulis 28) Menulis atau mengarang adalah Paragraf (24)
sekali jadi. Bahkan seorang profesional sebuah proses, yang terdiri dari Kalimat uatama : Kemampuan
sekalipun. Apalagi, kita sebagai pemula serangkaian tahapan, yaitu tahap pra- menggunakan unsur mekanik bahasa
yang baru belajar mengarang. Menulis penulisan, penulisan, serta merupakan inti dari menulis
atau mengarang adalah sebuah proses, penyuntingan dan perbaikan. Dalam Kalimat penejelas : Mengarang memang
yang terdiri dari serangkaian tahapan, proses menulis, tahapan-tahapan itu memerlukan kemampuan untuk
yaitu tahap pra-penulisan, penulisan, tidak bersifat linear melainkan menggunakan dan menata unsur-unsur
serta penyuntingan dan perbaikan. sirkuler dan interaktif bahasa dengan cermat. Seorang penulis
Dalam proses menulis, tahapan-tahapan membutuhkan kesanggupan untuk memilih
itu tidak bersifat linear melainkan dan menggunakan kata dengan tepat,
sirkuler dan interaktif, sebagaimana akan menata kalimat dan alinea dengan baik,
kita bahas pada Kegiatan Belajar 2 menempatkan ejaan tanda baca dan ejaan
modul ini. dengan tepat, serta memilih corak wacana
yang sesuai.
d. Siapa pun dapat mengajarkan menulis (29 Siapa pun dapat mengajarkan Paragraf (24) merupakan paragraf
Menurut Anda, apakah orang yang takut menulis deduktif karena kalimat utamanya
dan tidak pernah mengemudikan mobil berada di awal paragraf
dapat mengajarkan mengemudi
kendaraan kepada orang lain dengan Paragraf (25)
baik? Kalau hanya sekadar teori Kalimat uatama : Tetapi, lagi-lagi menulis
mengemudi, mungkin saja. Tetapi, tak sebatas itu. Sebuah karangan mesti
mengemudi kendaraan bukan hanya memiliki isi atau pesan yang akan
teori. Seseorang dapat dikatakan mampu disampaikan kepada pembaca.
mengemudi kendaraan jika dia sudah Kalimat penjelas: Isi karangan itu berupa
dapat menjalankan mobil itu di jalan ide, pikiran, perasaan, atau informasi
raya dengan baik. Ia bisa menghidupkan mengenai sesuatu yang ditulis. Dalam
mesin, menjalankan mobil, dan konteks ini, unsur-unsur mekanik menulis
mengatur jalannya mobil agar tidak dan kebahasaan hanyalah sekadar alat yang
bersenggolan atau bertabrakan dengan digunakan untuk mengemas dan
pengendara lainnya. menyajikan isi karangan sehingga pembaca
mudah memahaminya.
Tidak jauh berbeda dengan menulis, (30) Seorang guru menulis yang baik Paragraf (25) merupakan paragraf
bukan! Seorang guru menulis yang baik tidak hanya menguasai teori menulis. deduktif karena kalimat utamanya
tidak hanya menguasai teori menulis. Tetapi juga, ia memiliki kesukaan berada di awal paragraf
Tetapi juga, ia memiliki kesukaan dan dan pengalaman dalam menulis.
pengalaman dalam menulis. Sebab jika Sebab jika tidak, bagaimana Paragraf (26)
tidak, bagaimana mungkin ia dapat mungkin ia dapat menularkan Kalimat utama : Jadi, dalam menulis
menularkan semangat dan minatnya semangat dan minatnya kepada penguasaan unsur-unsur bahasa dan isi
kepada siswa? Bagaimana mungkin ia siswa tulisan sama pentingnya. Mengapa? Jika
dapat menceritakan kenikmatan dan seseorang menulis hanya karena ia
kemanfaatan menulis? Bagaimana memiliki penguasaan yang hebat tentang
mungkin ia dapat memberikan solusi unsur-unsur kebahasaan,
terhadap pelbagai kesulitan dalam Kalimat pejelas : tetapi tidak memiliki
menulis? Bagaimana mungkin ia dapat penguasaan yang baik tentang isi tulisan,
menjadi model atau contoh menulis yang maka tulisannya akan dangkal dan kurang
baik bagi siswanya? (Rijlaarsdam, van bermakna. Sebaliknya, seseorang yang
den Bergh, dan Couzijn, Ed., 2005). begitu banyak menguasai informasi
tentang sesuatu hal, tetapi ia sangat lemah
dalam penggunaan unsur-unsur bahasa dan
tata tulis, maka tulisannya akan sulit
dipahami dan tidak menarik bagi
Saudara definisi tentang karangan (31) pada dasarnya karangan ilmiah pembacanya.
3 BENTUK 1/13- (karya) ilmiah dan karangan (karya) (scientific paper) dapat didefinisikan Paragraf (26) merupakan paragraf
KARANGAN 17 sastra sangat beragam. Namun demikian, sebagai tulisan atau karangan yang deduktif karena kalimat utamanya
pada dasarnya karangan ilmiah menyajikan hasil riset atau berada di awal paragraf
(scientific paper) dapat didefinisikan pemikiran keilmuan (Derntl, 2009).
sebagai tulisan atau karangan yang Dengan demikian, karangan ilmiah Paragraf (27)
menyajikan hasil riset atau pemikiran berisi sajian tentang gagasan atau Kalimat utama : Menulis itu harus sekali
keilmuan (Derntl, 2009). Dengan pemikiran yang didasarkan pada jadi Untuk memahami mitos tersebut
demikian, karangan ilmiah berisi sajian bukti-bukti empirik atau kajian marilah kita ikuti tingkah Jehan yang baru
tentang gagasan atau pemikiran yang teoretis yang dapat dilacak dan/atau pertama kali harus menulis makalah tugas
didasarkan pada bukti-bukti empirik atau dibuktikan kebenarannya kuliah pada semester pertamanya di
kajian teoretis yang dapat dilacak perguruan tinggi.
dan/atau dibuktikan kebenarannya. Kalimat penjelas : ”Jehan mendapat tugas
untuk membuat makalah mata kuliah
Manusia dan Kebudayaan. Ia memilih
topik tentang pengaruh sistem matrilineal
terhadap perilaku wanita Sumatra Barat.
Berbagai referensi yang terkait dengan
topik itu telah dikumpulkan dan dibacanya.
Ia pun mulai menuangkan pikirannya ke
dalam komputer. Satu alinea selesai
ditulisnya. Tetapi, ketika dibaca, ia merasa
tidak cocok. Akhirnya, ia hapus lagi. Ia
mulai menyusun kembali alinea pertama
tulisannya. Lalu, dibacanya kembali.
Tetapi ia pun tidak merasa puas. Akhirnya,
ia hapus kembali. Begitulah seterusnya.
Setelah lima kali, ternyata alinea yang
ditulis masih tidak sesuai dengan
keinginannya. Ia marah sendiri.
Komputernya lantas dimatikan. Ia tinggal
pergi. Dan tidur.”
Saudara, apakah Anda pernah memperoleh
pengalaman seperti Jehan? Disadari atau
tidak, perilaku Jehan mencerminkan mitos
tersebut. Ia ingin menulis sekali jadi dan
hasilnya langsung bagus. Mitos itu
akhirnya menjadi bumerang untuk Jehan.
Ia frustrasi.
Paragraf (27) merupakan paragraf
deduktif karena kalimat utamanya
berada di awal paragraf
Paragraf (28)
Kalimat utama : Tidak banyak orang yang
dapat menulis sekali jadi. Bahkan seorang
profesional sekalipun.
Kalimat penjelas : Apalagi, kita sebagai
pemula yang baru belajar mengarang.
Menulis atau mengarang adalah sebuah
proses, yang terdiri dari serangkaian
tahapan, yaitu tahap pra-penulisan,
penulisan, serta penyuntingan dan
perbaikan. Dalam proses menulis, tahapan-
tahapan itu tidak bersifat linear melainkan
sirkuler dan interaktif, sebagaimana akan
kita bahas pada Kegiatan Belajar 2 modul
ini.
Paragraf (28) merupakan paragraf
deduktif karena kalimat utamanya
berada di awal paragraf

Paragraf (29)
Kalimat uatama: Siapa pun dapat
mengajarkan menulis
Kalimat penjelas : Menurut Anda, apakah
orang yang takut dan tidak pernah
mengemudikan mobil dapat mengajarkan
mengemudi kendaraan kepada orang lain
dengan baik? Kalau hanya sekadar teori
mengemudi, mungkin saja. Tetapi,
mengemudi kendaraan bukan hanya teori.
Seseorang dapat dikatakan mampu
mengemudi kendaraan jika dia sudah dapat
menjalankan mobil itu di jalan raya dengan
baik. Ia bisa menghidupkan mesin,
menjalankan mobil, dan mengatur jalannya
mobil agar tidak bersenggolan atau
bertabrakan dengan pengendara lainnya.
Paragraf (29) merupakan paragraf
deduktif karena kalimat utamanya
berada di awal paragraf

Paragraf (30) kalimat uatama : Tidak jauh


berbeda dengan menulis, bukan! Seorang
guru menulis yang baik tidak hanya
menguasai teori menulis.
Kalimat penjelas : Tetapi juga, ia memiliki
kesukaan dan pengalaman dalam menulis.
Sebab jika tidak, bagaimana mungkin ia
dapat menularkan semangat dan minatnya
kepada siswa? Bagaimana mungkin ia
dapat menceritakan kenikmatan dan
kemanfaatan menulis? Bagaimana
mungkin ia dapat memberikan solusi
terhadap pelbagai kesulitan dalam
menulis? Bagaimana mungkin ia dapat
menjadi model atau contoh menulis yang
baik bagi siswanya? (Rijlaarsdam, van den
Bergh, dan Couzijn, Ed., 2005).
Paragraf (30) merupakan paragraf
deduktif karena kalimat utamanya
berada di awal paragraf

Paragraf (31)
Kalimat utama : Saudara definisi tentang
karangan (karya) ilmiah dan karangan
(karya) sastra sangat beragam.
Kalimat penejals : Namun demikian, pada
dasarnya karangan ilmiah (scientific paper)
dapat didefinisikan sebagai tulisan atau
karangan yang menyajikan hasil riset atau
pemikiran keilmuan (Derntl, 2009).
Dengan demikian, karangan ilmiah berisi
sajian tentang gagasan atau pemikiran yang
didasarkan pada bukti-bukti empirik atau
kajian teoretis yang dapat dilacak dan/atau
dibuktikan kebenarannya.
Paragraf (31) merupakan paragraf
deduktif karena kalimat utamanya
berada di awal paragraf

BAB 2 MENULIS SEBAGAI PROSES

1 PELBAGAI 17/24-35 1.Pendekatan frekuensi yang menyatakan (32)1.Pendekatan frekuensi yang Paragraf (32)
PENDEKATA bahwa banyaknya latihan menulis atau menyatakan bahwa banyaknya latihan kalimat uatama :Pendekatan
N DALAM mengarang, sekalipun tidak dikoreksi, akan menulis atau mengarang, sekalipun tidak frekuensi yang menyatakan bahwa
MENULIS mempertinggi keterampilan menulis dikoreksi, akan mempertinggi banyaknya latihan menulis atau
seseorang. 2. Pendekatan gramatikal yang keterampilan menulis seseorang. 2. mengarang, sekalipun tidak
berpendapat bahwa pengetahuan atau Pendekatan gramatikal yang berpendapat dikoreksi, akan mempertinggi
penguasaan seseorang akan struktur bahasa bahwa pengetahuan atau penguasaan keterampilan menulis seseorang. 2.
akan mempercepat kemahirannya dalam seseorang akan struktur bahasa akan Pendekatan gramatikal yang
menulis. 3. Pendekatan koreksi yang mempercepat kemahirannya dalam berpendapat bahwa pengetahuan
berkeyakinan bahwa banyaknya koreksi menulis. 3. Pendekatan koreksi yang atau penguasaan seseorang akan
atau masukan yang diperoleh seseorang berkeyakinan bahwa banyaknya koreksi struktur bahasa akan mempercepat
akan tulisannya dapat mempercepat atau masukan yang diperoleh seseorang kemahirannya dalam menulis. 3.
penguasaan kemampuannya dalam akan tulisannya dapat mempercepat Pendekatan koreksi yang
menulis. 4. Pendekatan formal yang penguasaan kemampuannya dalam berkeyakinan bahwa banyaknya
mengungkapkan bahwa perolehan menulis. 4. Pendekatan formal yang koreksi atau masukan yang
keterampilan menulis terjadi bila mengungkapkan bahwa perolehan diperoleh seseorang
pengetahuan bahasa, pengalineaan, keterampilan menulis terjadi bila akan tulisannya dapat mempercepat
pewacanaan, serta konvensi atau aturan pengetahuan bahasa, pengalineaan, penguasaan kemampuannya dalam
penulisan dikuasai dengan baik (Proett dan pewacanaan, serta konvensi atau aturan menulis. 4. Pendekatan formal yang
Gill, 1986). penulisan dikuasai dengan baik (Proett mengungkapkan bahwa perolehan
dan Gill, 1986). keterampilan menulis terjadi bila
pengetahuan bahasa, pengalineaan,
Pendekatan lain dalam menulis di (33) Pendekatan Menulis sebagai Proses. pewacanaan, serta konvensi atau
antaranya adalah Pendekatan Menulis Pendekatan ini memandang bahwa aturan penulisan dikuasai dengan
sebagai Proses. Pendekatan ini memandang kemampuan dan kegiatan menulis atau baik (Proett dan Gill, 1986).
bahwa kemampuan dan kegiatan menulis mengarang merupakan sebuah proses. Paragraf (32) merupakan
atau mengarang merupakan sebuah proses. Sebagai sebuah proses, kemampuan paragraf campuran karena
Sebagai sebuah proses, kemampuan menulis berkembang dan diperoleh secara kalimat utamanya berada di awal
menulis berkembang dan diperoleh secara bertahap melalui belajar, berlatih, serta dan juga akhir paragraf paragraf
bertahap melalui belajar, berlatih, serta pemberian balikan, yang terus menerus.
pemberian balikan, yang terus menerus. Sebagai sebuah aktivitas, menulis terdiri Paragraf (33)
Sebagai sebuah aktivitas, menulis terdiri serangkaian kegiatan utuh yang memiliki Kalimat uatama : Pendekatan lain
serangkaian kegiatan utuh yang memiliki hubungan yang interaktif. Rangkaian dalam menulis di antaranya adalah
hubungan yang interaktif. Rangkaian kegiatan itu terdiri atas fase: (a) Pendekatan Menulis sebagai Proses.
kegiatan itu terdiri atas fase: (a) prapenulisan, persiapan, atau perancangan Kalimat penjelas : Pendekatan ini
prapenulisan, persiapan, atau perancangan penulisan, (b) penulisan, serta (c) memandang bahwa kemampuan dan
penulisan, (b) penulisan, serta (c) pascapenulisan berupa penyuntingan dan kegiatan menulis atau mengarang
pascapenulisan berupa penyuntingan dan perbaikan. merupakan sebuah proses. Sebagai
perbaikan. sebuah proses, kemampuan menulis
berkembang dan diperoleh secara
Ketiga fase menulis tersebut hendaknya (34) . Dalam praktiknya, urutan dan batas bertahap melalui belajar, berlatih,
tidak dipahami sebagai langkahlangkah antarfase tersebut sangatlah luwes, serta pemberian balikan, yang terus
yang sekuensial, berurut, dan kaku dengan tumpang tindih, dan bahkan ketiga fase menerus. Sebagai sebuah aktivitas,
batas yang sangat tegas. Melainkan harus itu dilakukan secara bersamaan. Sebagai menulis terdiri serangkaian kegiatan
lebih dipahami sebagai komponen yang contoh, ketika seorang penulis sedang utuh yang memiliki hubungan yang
ada, yang dilalui oleh seorang penulis menyelesaikan satu bagian tulisannya interaktif. Rangkaian kegiatan itu
dalam sebuah kegiatan menulis. Dalam (fase penulisan), dibacanya terlebih terdiri atas fase: (a) prapenulisan,
praktiknya, urutan dan batas antarfase dahulu apa yang ia tulis (fase pasca persiapan, atau perancangan
tersebut sangatlah luwes, tumpang tindih, penulisan: penyuntingan). Ketika penulisan, (b) penulisan, serta (c)
dan bahkan ketiga fase itu dilakukan secara dirasakan tulisannya ada yang tidak pascapenulisan berupa
bersamaan. Sebagai contoh, ketika seorang nyaman, ia memperbaikinya terlebih penyuntingan dan perbaikan.
penulis sedang menyelesaikan satu bagian dahulu sebelum melanjutkan kegiatan Paragraf (33) merupakan
tulisannya (fase penulisan), dibacanya menulisnya (fase pasca penulisan: paragraf deduktif karena pada
terlebih dahulu apa yang ia tulis (fase perbaikan). Atau, ketika dilihat ternyata bagian kalimat utama berada di
pasca penulisan: penyuntingan). Ketika kerangka karangannya kurang baik, ia awal paragraf nya
dirasakan tulisannya ada yang tidak memperbaiki dulu kerangka karangannya
nyaman, ia memperbaikinya terlebih tersebut (fase perencanaan). Karena sifat Paragraf (34)
dahulu sebelum melanjutkan kegiatan proses menulis seperti itu, maka disebut Kalimat utama: Ketiga fase menulis
menulisnya (fase pasca penulisan: pula bahwa hubungan antarfase itu tersebut hendaknya tidak dipahami
perbaikan). Atau, ketika dilihat ternyata bersifat sirkuler. sebagai langkahlangkah yang
kerangka karangannya kurang baik, ia sekuensial, berurut, dan kaku
memperbaiki dulu kerangka karangannya dengan batas yang sangat tegas.
tersebut (fase perencanaan). Karena sifat Kalimat penjelas : Melainkan harus
proses menulis seperti itu, maka disebut lebih dipahami sebagai komponen
pula bahwa hubungan antarfase itu bersifat yang ada, yang dilalui oleh seorang
sirkuler. penulis dalam sebuah kegiatan
menulis. Dalam praktiknya, urutan
Konsekuensi dari pandangan menulis (35) Konsekuensi dari pandangan menulis dan batas antarfase tersebut
sebagai sebuah proses ialah bahwa untuk sebagai sebuah proses ialah bahwa untuk sangatlah luwes, tumpang tindih,
menghasilkan tulisan yang baik menghasilkan tulisan yang baik dan bahkan ketiga fase itu
kebanyakan orang melakukannya berkali- kebanyakan orang melakukannya berkali- dilakukan secara bersamaan.
kali. Merancang, menulis, menyunting, kali. Merancang, menulis, menyunting, Sebagai contoh, ketika seorang
memperbaiki, menulis lagi, membaca memperbaiki, menulis lagi, membaca penulis sedang menyelesaikan satu
ulang, dan memperbaiki lagi, hingga ulang, dan memperbaiki lagi, hingga bagian tulisannya (fase penulisan),
tulisan yang dihasilkan dianggap layak dan tulisan yang dihasilkan dianggap layak dibacanya terlebih dahulu apa yang
final. Saudara, sangat sedikit orang yang dan final. ia tulis (fase pasca penulisan:
dapat menghasilkan sebuah karangan yang penyuntingan). Ketika dirasakan
benar-benar memuaskan dengan hanya tulisannya ada yang tidak nyaman,
sekali tulis. Anda mengalaminya, bukan? ia memperbaikinya terlebih dahulu
Penelitian terhadap para penulis pemula sebelum melanjutkan kegiatan
dan penulis profesional membuktikan menulisnya (fase pasca penulisan:
kebenaran hal itu. Bahkan, seorang penulis perbaikan). Atau, ketika dilihat
dunia, Ernest Hemingway, menyatakan, ternyata kerangka karangannya
”Saya menulis halaman terakhir buku kurang baik, ia memperbaiki dulu
Farewell to Arms sebanyak 39 kali hingga kerangka karangannya tersebut
saya benar-benar puas” (Barr, 1983). (fase perencanaan). Karena sifat
proses menulis seperti itu, maka
disebut pula bahwa hubungan
Bagi guru yang mengajarkan menulis 36) Bagi guru yang mengajarkan menulis antarfase itu bersifat sirkuler.
maupun bagi yang belajar menulis, maupun bagi yang belajar menulis, Paragraf (34) merupakan
pendekatan menulis sebagai proses dapat pendekatan menulis sebagai proses dapat paragraf deduktif karena pada
memberinya pemahaman dan sikap yang memberinya pemahaman dan sikap yang bagian kalimat utama berada di
luwes dalam menyikapi perolehan luwes dalam menyikapi perolehan awal paragraf nya
kemampuan dan kegiatan menulis. Mereka kemampuan dan kegiatan menulis.
tidak akan cepat frustrasi karena memang Paragraf (35)
proses menulis itu diperoleh secara Kalimat utama :
bertahap. Mereka tidak cepat putus asa Kalimat penjelas : Konsekuensi dari
karena memang sebuah tulisan yang baik pandangan menulis sebagai sebuah
tidak dapat dihasilkan dengan sekali tulis. proses ialah bahwa untuk
Pendekatan ini pun mudah dipelajari dan menghasilkan tulisan yang baik
diikuti dan oleh para penulis, terutama kebanyakan orang melakukannya
penulis pemula. Mereka akan dapat berkali-kali. Merancang, menulis,
memahami dengan baik apa yang harus menyunting, memperbaiki, menulis
dipersiapkan sebelum menulis, apa yang lagi, membaca ulang, dan
harus dilakukan ketika menulis, dan apa memperbaiki lagi, hingga tulisan
pula yang harus diperbuat setengah buram yang dihasilkan dianggap layak dan
(draft) tulisannya selesai. final. Saudara, sangat sedikit orang
yang dapat menghasilkan sebuah
Tahap Prapenulisan 37) Tahap Prapenulisan karangan yang benar-benar
Menurut Proett dan Gill (1986), tahap Menurut Proett dan Gill (1986), tahap memuaskan dengan hanya sekali
persiapan ini merupakan fase mencari, persiapan ini merupakan fase mencari, tulis. Anda mengalaminya, bukan?
menemukan, dan mengingat kembali menemukan, dan mengingat kembali Penelitian terhadap para penulis
pengetahuan atau pengalaman yang pengetahuan atau pengalaman yang pemula dan penulis profesional
diperoleh dan diperlukan penulis. diperoleh dan diperlukan penulis membuktikan kebenaran hal itu.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan Bahkan, seorang penulis dunia,
isi serta mencari kemungkinan- Ernest Hemingway, menyatakan,
kemungkinan lain dalam menulis sehingga ”Saya menulis halaman terakhir
apa yang akan dituliskan dapat disajikan buku Farewell to Arms sebanyak 39
dengan baik. Dengan demikian, tulisan kali hingga saya benar-benar puas”
yang dihasilkan pun akan lebih mengena, (Barr, 1983).
sesuai dengan yang diharapkan. Paragraf (35) merupakan
paragraf deduktif karena pada
bagian kalimat utama berada di
Kegiatan pada fase prapenulisan itu 38) induktif awal paragraf nya
tampaknya sepele. Padahal, tanpa Fase prapenulisan terdiri dari sejumlah
persiapan yang baik, proses menulis akan kegiatan seperti berikut. Menentukan Paragraf (36)
sangat tidak efisien. Kegiatan menulis topik Kalimat uatama : Bagi guru yang
sudah mulai dilakukan, tetapi kita masih Topik adalah pokok persoalan atau inti mengajarkan menulis maupun bagi
bolak-balik memperbaiki rancangan tulisan permasalahan yang menjiwai seluruh yang belajar menulis, kalimat
termasuk kerangka karangan, serta mencari karangan. Untuk mencari topik karangan penjelas : pendekatan menulis
referensi. Lalu, kapan jadinya itu tulisan. biasanya kita mengajukan pertanyaan sebagai proses dapat memberinya
Keadaan ini pula yang kerap menyeret seperti, ”Saya mau menulis tentang apa? pemahaman dan sikap yang luwes
penulis pemula pada kefrustrasian. Fase Apakah yang akan saya tulis?” Nah, dalam menyikapi perolehan
prapenulisan terdiri dari sejumlah kegiatan jawaban atas pertanyaan itu merupakan kemampuan dan kegiatan menulis.
seperti berikut. Menentukan topik topik karangan. Bagi sebagian orang yang Mereka tidak akan cepat frustrasi
Topik adalah pokok persoalan atau inti sudah terbiasa menulis, memilih dan karena memang proses menulis itu
permasalahan yang menjiwai seluruh menentukan topik mungkin bukan hal diperoleh secara bertahap. Mereka
karangan. Untuk mencari topik karangan yang sulit. Tetapi, bagi para penulis tidak cepat putus asa karena
biasanya kita mengajukan pertanyaan pemula, hal itu merupakan persoalan memang sebuah tulisan yang baik
seperti, ”Saya mau menulis tentang apa? tersendiri. tidak dapat dihasilkan dengan sekali
Apakah yang akan saya tulis?” Nah, tulis. Pendekatan ini pun mudah
jawaban atas pertanyaan itu merupakan dipelajari dan diikuti dan oleh para
topik karangan. Bagi sebagian orang yang penulis, terutama penulis pemula.
sudah terbiasa menulis, memilih dan Mereka akan dapat memahami
menentukan topik mungkin bukan hal yang dengan baik apa yang harus
sulit. Tetapi, bagi para penulis pemula, hal dipersiapkan sebelum menulis, apa
itu merupakan persoalan tersendiri. yang harus dilakukan ketika
menulis, dan apa pula yang harus
Menentukan tujuan menulis 39) Dalam Menentukan tujuan menulis diperbuat setengah buram (draft)
Hati-hati, dalam merumuskan tujuan Hati-hati, dalam merumuskan tujuan tulisannya selesai.
menulis. Jangan sampai tertukar dengan menulis. Jangan sampai tertukar dengan Paragraf (36) merupakan
harapan kita sebagai penulis atau manfaat harapan kita sebagai penulis atau manfaat paragraf deduktif karena pada
yang akan diperoleh pembaca dari tulisan yang akan diperoleh pembaca dari tulisan bagian kalimat utama berada di
kita. Contoh, Dany, seorang mahasiswa, kita. awal paragraf nya
akan mengarang dengan topik dampak
negatif sajian televisi terhadap Paragraf (37)
perkembangan anak. Topik karangan itu Kalimat uatama : Tahap
lahir dari kerisauannya melihat tayangan Prapenulisan
televisi yang bebas ditonton oleh siapa Menurut Proett dan Gill (1986),
pun, tanpa memperhatikan usia. Lalu, tahap persiapan ini merupakan fase
melalui tulisannya itu Dany ingin mencari, menemukan, dan
mengingatkan kepada orang tua akan ekses mengingat kembali pengetahuan
negatif televisi bagi anak-anaknya. Akan atau pengalaman yang diperoleh
tetapi, ketika ditanya tentang tujuan dan diperlukan penulis.
menulis karangan dengan topik tersebut, Kalimat penjelas :Tujuannya adalah
Dany menjawab, ”Agar anak-anak untuk mengembangkan isi serta
terhindar dari efek negatif tayangan mencari kemungkinan-
televisi.” Coba Anda cermati jawaban kemungkinan lain dalam menulis
Dany. Ada yang janggal? Ya, mustahil sehingga apa yang akan dituliskan
sebuah tulisan dapat menghindarkan anak dapat disajikan dengan baik.
dari dampak negatif sajian televisi. Dengan demikian, tulisan yang
Jawaban tersebut adalah harapan kita dihasilkan pun akan lebih mengena,
sebagai penulis. Apabila tulisan kita dibaca sesuai dengan yang diharapkan.
dan dipahami oleh pembaca, diharapkan Paragraf (37) merupakan
mereka dapat mengatur tontonan televisi paragraf deduktif karena pada
bagi anak-anaknya. bagian kalimat utama berada di
awal paragraf nya
Memperhatikan sasaran karangan 40) Britton menyatakan bahwa
Britton menyatakan bahwa keberhasilan keberhasilan menulis dipengaruhi oleh
menulis dipengaruhi oleh ketepatan ketepatan pemahaman penulis terhadap Paragraf (38)
pemahaman penulis terhadap pembacanya pembacanya (Britton, 1975). Pemahaman Kalimat uatama : Bagi sebagian
(Britton, 1975). Pemahaman itu akan itu akan membantu penulis untuk memilih orang yang sudah terbiasa menulis,
membantu penulis untuk memilih informasi serta cara penyajian yang sesuai memilih dan menentukan topik
informasi serta cara penyajian yang sesuai dengan pembacanya. Alasan ini pulalah mungkin bukan hal yang sulit.
dengan pembacanya. Alasan ini pulalah yang membuat kita harus berulang-ulang Tetapi, bagi para penulis pemula,
yang membuat kita harus berulang-ulang membaca apa yang telah kita tulis. hal itu merupakan persoalan
membaca apa yang telah kita tulis. Kadang Kadang kalau membaca sendiri rasanya tersendiri.
kalau membaca sendiri rasanya tulisan kita tulisan kita sudah runtut dan mudah
sudah runtut dan mudah dipahami. dipahami. Kalimat penjelas : Kegiatan pada
Padahal, belum tentu jika dibaca orang fase prapenulisan itu tampaknya
lain. Hal itu pulalah yang mendorong kita sepele.
untuk meminta orang lain membaca tulisan Padahal, tanpa persiapan yang baik,
yang telah kita buat. proses menulis akan sangat tidak
efisien. Kegiatan menulis sudah
Mengumpulkan informasi pendukung 41) Tanpa informasi yang memadai, maka mulai dilakukan, tetapi kita masih
Tanpa informasi yang memadai, maka tulisan yang dihasilkan akan dangkal dan bolak-balik memperbaiki rancangan
tulisan yang dihasilkan akan dangkal dan tidak bermakna. Isi tulisan mungkin tulisan termasuk kerangka
tidak bermakna. Isi tulisan mungkin terlalu terlalu umum atau usang karena karangan, serta mencari referensi.
umum atau usang karena umumnya umumnya pembaca telah mengetahuinya, Lalu, kapan jadinya itu tulisan.
pembaca telah mengetahuinya, bahkan bahkan lebih baik dari apa yang tersaji Keadaan ini pula yang kerap
lebih baik dari apa yang tersaji dalam dalam tulisan yang kita buat. Karena menyeret penulis pemula pada
tulisan yang kita buat. Karena itulah, itulah, penelusuran, pengumpulan, dan kefrustrasian. Fase prapenulisan
penelusuran, pengumpulan, dan pengkajian pengkajian informasi sebagai bahan terdiri dari sejumlah kegiatan
informasi sebagai bahan tulisan sangat tulisan sangat diperlukan. Lalu, kapan seperti berikut. Menentukan topik
diperlukan. Lalu, kapan informasi itu informasi itu dikumpulkan? Hal itu Topik adalah pokok persoalan atau
dikumpulkan? Hal itu dilakukan sebelum, dilakukan sebelum, sewaktu, dan setelah inti permasalahan yang menjiwai
sewaktu, dan setelah kegiatan menulis atau kegiatan menulis atau mengarang. seluruh karangan. Untuk mencari
mengarang. Namun demikian, akan sangat topik karangan biasanya kita
baik apabila informasi yang relevan mengajukan pertanyaan seperti,
dengan topik karangan dapat dicari, ”Saya mau menulis tentang apa?
dipelajari, dan dipahami sebelum fase Apakah yang akan saya tulis?” Nah,
penulisan. Ini dimaksudkan agar proses jawaban atas pertanyaan itu
penulisan tidak banyak terganggu. merupakan topik karangan.
Paragraf (38) merupakan
paragraf induktif karena pada
Mengorganisasikan ide dan informasi 42) Sebelum mengarang, biasanya para bagian kalimat utama berada di
Sebelum mengarang, biasanya para penulis penulis membuat rancangan karangan, akhir paragraf nya
membuat rancangan karangan, yang kerap yang kerap disebut dengan kerangka
disebut dengan kerangka karangan atau karangan atau ragangan (outline). Yang Paragraf (39)
ragangan (outline). Yang dimaksud dengan dimaksud dengan kerangka karangan Kalimat utama:
kerangka karangan ialah suatu rencana ialah suatu rencana tulisan yang memuat Menentukan tujuan menulis
tulisan yang memuat garisgaris besar isi garisgaris besar isi sebuah karangan. Hati-hati, dalam merumuskan
sebuah karangan. Penyusunan kerangka Penyusunan kerangka karangan dilakukan tujuan menulis.
karangan dilakukan karena umumnya kita karena umumnya kita tidak dapat secara Kalimat penjelas : Jangan sampai
tidak dapat secara langsung menuangkan langsung menuangkan isi pikiran secara tertukar dengan harapan kita
isi pikiran secara teratur, terperinci, rapi, teratur, terperinci, rapi, dan sempurna.Hal sebagai penulis atau manfaat yang
dan sempurna.Hal yang perlu kita ingat, yang perlu kita ingat, menyusun kerangka akan diperoleh pembaca dari tulisan
menyusun kerangka karangan pun tidak karangan pun tidak selalu sekali jadi kita. Contoh, Dany, seorang
selalu sekali jadi. Disusun, dilihat ulang, mahasiswa, akan mengarang
diperbaiki, dikaji lagi, diperbaiki, dan dengan topik dampak negatif sajian
begitu seterusnya hingga kerangka televisi terhadap perkembangan
karangan dianggap baik. Bahkan, tidak anak. Topik karangan itu lahir dari
tertutup kemungkinan ketika sedang kerisauannya melihat tayangan
menulis kita menemukan ide yang lebih televisi yang bebas ditonton oleh
baik sehingga dilakukan penambahan atau siapa pun, tanpa memperhatikan
perbaikan ide tersebut dalam kerangka usia. Lalu, melalui tulisannya itu
karangan yang telah tersusun. Dany ingin mengingatkan kepada
orang tua akan ekses negatif televisi
Tahap Penulisan 43)Tahap Penulisan bagi anak-anaknya. Akan tetapi,
Sebagaimana kita ketahui, struktur Sebagaimana kita ketahui, struktur ketika ditanya tentang tujuan
karangan itu terdiri dari bagian awal, isi, karangan itu terdiri dari bagian awal, isi, menulis karangan dengan topik
dan akhir atau penutup. Bagian awal dan akhir atau penutup. Bagian awal tersebut, Dany menjawab, ”Agar
karangan berfungsi untuk karangan berfungsi untuk anak-anak terhindar dari efek
memperkenalkan, memberikan gambaran, memperkenalkan, memberikan gambaran, negatif tayangan televisi.” Coba
dan sekaligus menggiring pembaca akan dan sekaligus menggiring pembaca akan Anda cermati jawaban Dany. Ada
tulisan kita. Bagian ini sangat menentukan tulisan kita. Bagian ini sangat menentukan yang janggal? Ya, mustahil sebuah
pembaca apakah dia akan menghentikan pembaca apakah dia akan menghentikan tulisan dapat menghindarkan anak
atau melanjutkan kegiatan bacanya. Oleh atau melanjutkan kegiatan bacanya dari dampak negatif sajian televisi.
karena itu, banyak penulis, terutama Jawaban tersebut adalah harapan
penulis pemula, menemui kesulitan dalam kita sebagai penulis. Apabila tulisan
menulis bagian awal ini. kita dibaca dan dipahami oleh
pembaca, diharapkan mereka dapat
Bagian isi menyajikan bahasan tentang inti 44) Bagian isi menyajikan bahasan mengatur tontonan televisi bagi
karangan. Di dalamnya dikupas pelbagai tentang inti karangan. Di dalamnya anak-anaknya.
pokok pikiran karangan berikut hal-hal dikupas pelbagai pokok pikiran karangan Paragraf (39) merupakan
yang memperjelas atau mendukungnya, berikut hal-hal yang memperjelas atau paragraf deduktif karena pada
seperti penjelasan, contoh, ilustrasi, dan mendukungnya, seperti penjelasan, bagian kalimat utama berada di
data. Bagian akhir karangan biasanya contoh, ilustrasi, dan data. Bagian akhir awal paragraf nya
digunakan untuk memberikan penekanan karangan biasanya digunakan untuk
secara ringkas atas ide-ide penting yang memberikan penekanan secara ringkas Paragraf (40)
tersaji dalam isi karangan. Bagian ini berisi atas ide-ide penting yang tersaji dalam isi Kalimat utama : Memperhatikan
simpulan, dan kadang disertai dengan karangan. sasaran karangan
rekomendasi atau tindak lanjut yang Kalimat penjelas : Britton
diperlukan. menyatakan bahwa keberhasilan
menulis dipengaruhi oleh ketepatan
Tahap Pascapenulisan (45) Pada fase ini dilakukan kegiatan pemahaman penulis terhadap
Fase pascapenulisan merupakan tahap penyuntingan dan perbaikan. pembacanya (Britton, 1975).
penghalusan dan penyempurnaan Penyuntingan mengacu pada aktivitas Pemahaman itu akan membantu
karangan. Pada fase ini dilakukan kegiatan membaca ulang, memeriksa, dan menilai penulis untuk memilih informasi
penyuntingan dan perbaikan. Penyuntingan ketepatan isi, penyajian, maupun bahasa serta cara penyajian yang sesuai
mengacu pada aktivitas membaca ulang, sebuah buram (draft) karangan. dengan pembacanya. Alasan ini
memeriksa, dan menilai ketepatan isi, Tujuannya ialah untuk menemukan pulalah yang membuat kita harus
penyajian, maupun bahasa sebuah buram informasi mengenai unsurunsur karangan berulang-ulang membaca apa yang
(draft) karangan. Tujuannya ialah untuk yang masih memerlukan perbaikan. telah kita tulis. Kadang kalau
menemukan informasi mengenai Sementara itu, perbaikan (revisi) membaca sendiri rasanya tulisan
unsurunsur karangan yang masih dilakukan berdasarkan hasil kita sudah runtut dan mudah
memerlukan perbaikan. Sementara itu, penyuntingan. Kegiatan perbaikan dapat dipahami. Padahal, belum tentu jika
perbaikan (revisi) dilakukan berdasarkan berupa penambahan, penggantian, dibaca orang lain. Hal itu pulalah
hasil penyuntingan. Kegiatan perbaikan penghilangan, pengubahan, atau yang mendorong kita untuk
dapat berupa penambahan, penggantian, penyusunan kembali unsur-unsur meminta orang lain membaca
penghilangan, pengubahan, atau karangan. tulisan yang telah kita buat.
penyusunan kembali unsur-unsur Paragraf (40) merupakan
karangan. paragraf deduktif karena pada
bagian kalimat utama berada di
Tingkat perbaikan yang dilakukan penulis (46) Tingkat perbaikan yang dilakukan awal paragraf nya
bervariasi. Bisa perbaikan berat, sedang, penulis bervariasi. Bisa perbaikan berat,
atau ringan. Revisi ringan biasanya sedang, atau ringan. Revisi ringan Paragraf (41)
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan biasanya disebabkan oleh kesalahan- Kalimat utama :Mengumpulkan
mekanik bahasa, seperti persoalan ejaan kesalahan mekanik bahasa, seperti informasi pendukung
dan pungtuasi. Kegiatan perbaikan persoalan ejaan dan pungtuasi. Kegiatan Kalimat penjelas : Tanpa informasi
biasanya dilakukan bersamaan dengan perbaikan biasanya dilakukan bersamaan yang memadai, maka tulisan yang
penyuntingan. Revisi sedang biasanya dengan penyuntingan. Revisi sedang dihasilkan akan dangkal dan tidak
tidak hanya disebabkan oleh mekanika biasanya tidak hanya disebabkan oleh bermakna. Isi tulisan mungkin
bahasa, tetapi juga pengalimatan atau mekanika bahasa, tetapi juga terlalu umum atau usang karena
pengalineaan yang tidak pas, peletakan pengalimatan atau pengalineaan yang umumnya pembaca telah
uraian yang kurang sesuai, ilustrasi dan tidak pas, peletakan uraian yang kurang mengetahuinya, bahkan lebih baik
penjelasan yang keliru, atau kekurangan sesuai, ilustrasi dan penjelasan yang dari apa yang tersaji dalam tulisan
substansi. Kegiatan perbaikan dapat keliru, atau kekurangan substansi. yang kita buat. Karena itulah,
dilakukan bersamaan dengan penyuntingan Kegiatan perbaikan dapat dilakukan penelusuran, pengumpulan, dan
atau setelah penyuntingan selesai. bersamaan dengan penyuntingan atau pengkajian informasi sebagai bahan
Sementara itu, revisi berat biasanya setelah penyuntingan selesai. tulisan sangat diperlukan. Lalu,
berkaitan dengan adanya kekurangan atau kapan informasi itu dikumpulkan?
kesalahan yang parah pada berbagai Hal itu dilakukan sebelum, sewaktu,
elemen karangan. Perbaikan yang dan setelah kegiatan menulis atau
diperlukan bersifat mendasar dan mengarang. Namun demikian, akan
menyeluruh. Kegiatan revisi seperti ini sangat baik apabila informasi yang
biasanya dilakukan dengan penulisan relevan dengan topik karangan
kembali karangan (rewrite). dapat dicari, dipelajari, dan
dipahami sebelum fase penulisan.
Lalu, bagaimana melakukan kegiatan (47) Langkah-langkah yang perlu Ini dimaksudkan agar proses
penyuntingan dan perbaikan? Langkah- dilakukan ialah: a. membaca keseluruhan penulisan tidak banyak terganggu.
langkah yang perlu dilakukan ialah: a. karangan; b. menandai hal-hal yang perlu Paragraf (41) merupakan
membaca keseluruhan karangan; b. diperbaiki; c. memberikan catatan bila ada paragraf deduktif karena pada
menandai hal-hal yang perlu diperbaiki; c. hal-hal yang harus diubah, diganti, bagian kalimat utama berada di
memberikan catatan bila ada hal-hal yang ditambahkan, atau disempurnakan; serta awal paragraf nya
harus diubah, diganti, ditambahkan, atau d. melakukan perbaikan sesuai dengan
disempurnakan; serta d. melakukan temuan ketika penyuntingan dilakukan. Paragraf (42)
perbaikan sesuai dengan temuan ketika Kalimat utama: Mengorganisasikan
penyuntingan dilakukan. Setelah selesai ide dan informasi
disunting dan diperbaiki, apakah itu berarti Kalimat penjelas : Sebelum
karangan telah benar-benar jadi? mengarang, biasanya para penulis
Tergantung penilaian Anda! Tetapi, membuat rancangan karangan, yang
biasanya penyuntingan dan perbaikan itu kerap disebut dengan kerangka
lebih dari satu kali. Penulis perlu melihat karangan atau ragangan (outline).
sekali lagi, apakah perbaikan yang Yang dimaksud dengan kerangka
dilakukan telah membuat karangan itu karangan ialah suatu rencana tulisan
menjadi lebih baik. Jika tidak, maka Anda yang memuat garisgaris besar isi
harus menyunting dan memperbaiki lagi, sebuah karangan. Penyusunan
sampai benar-benar sesuai dengan harapan kerangka karangan dilakukan
Anda. Atau, Anda dapat meminta orang karena umumnya kita tidak dapat
lain untuk membaca dan memberikan secara langsung menuangkan isi
masukan atas karangan Anda. pikiran secara teratur, terperinci,
rapi, dan sempurna.Hal yang perlu
kita ingat, menyusun kerangka
karangan pun tidak selalu sekali
jadi. Disusun, dilihat ulang,
diperbaiki, dikaji lagi, diperbaiki,
dan begitu seterusnya hingga
kerangka karangan dianggap baik.
Bahkan, tidak tertutup
kemungkinan ketika sedang menulis
kita menemukan ide yang lebih baik
sehingga dilakukan penambahan
atau perbaikan ide tersebut dalam
kerangka karangan yang telah
tersusun.
Paragraf (42) merupakan
paragraf deduktif karena pada
bagian kalimat utama berada di
awal paragraf nya

Paragraf (43)
kalimat utama :Tahap Penulisan
Sebagaimana kita ketahui, struktur
karangan itu terdiri dari bagian
awal, isi, dan akhir atau penutup.
Kalimat penjela : Bagian awal
karangan berfungsi untuk
memperkenalkan, memberikan
gambaran, dan sekaligus
menggiring pembaca akan tulisan
kita. Bagian ini sangat menentukan
pembaca apakah dia akan
menghentikan atau melanjutkan
kegiatan bacanya. Oleh karena itu,
banyak penulis, terutama penulis
pemula, menemui kesulitan dalam
menulis bagian awal ini.
Paragraf (43) merupakan
paragraf deduktif karena pada
bagian kalimat utama berada di
awal paragraf nya

Paragraf (44)
Kalimat utama: Bagian isi
menyajikan bahasan tentang inti
karangan.
Kalimat penjelas : Di dalamnya
dikupas pelbagai pokok pikiran
karangan berikut hal-hal yang
memperjelas atau mendukungnya,
seperti penjelasan, contoh, ilustrasi,
dan data. Bagian akhir karangan
biasanya digunakan untuk
memberikan penekanan secara
ringkas atas ide-ide penting yang
tersaji dalam isi karangan. Bagian
ini berisi simpulan, dan kadang
disertai dengan rekomendasi atau
tindak lanjut yang diperlukan.
Paragraf (44) merupakan
paragraf deduktif karena pada
bagian kalimat utama berada di
awal paragraf nya

Paragraf (45)
kalimat utama :Tahap
Pascapenulisan
Fase pascapenulisan merupakan
tahap penghalusan dan
penyempurnaan karangan.
Kalimat penjelas: Pada fase ini
dilakukan kegiatan penyuntingan
dan perbaikan. Penyuntingan
mengacu pada aktivitas membaca
ulang, memeriksa, dan menilai
ketepatan isi, penyajian, maupun
bahasa sebuah buram (draft)
karangan. Tujuannya ialah untuk
menemukan informasi mengenai
unsurunsur karangan yang masih
memerlukan perbaikan. Sementara
itu, perbaikan (revisi) dilakukan
berdasarkan hasil penyuntingan.
Kegiatan perbaikan dapat berupa
penambahan, penggantian,
penghilangan, pengubahan, atau
penyusunan kembali unsur-unsur
karangan.
Paragraf (45) merupakan
paragraf deduktif karena pada
bagian kalimat utama berada di
awal paragraf nya

Paragraf (46)
Kalimat utma:Tingkat perbaikan
yang dilakukan penulis bervariasi.
Bisa perbaikan berat, sedang, atau
ringan.
Kalimat penjelas :Revisi ringan
biasanya disebabkan oleh
kesalahan-kesalahan mekanik
bahasa, seperti persoalan ejaan dan
pungtuasi. Kegiatan perbaikan
biasanya dilakukan bersamaan
dengan penyuntingan. Revisi
sedang biasanya tidak hanya
disebabkan oleh mekanika bahasa,
tetapi juga pengalimatan atau
pengalineaan yang tidak pas,
peletakan uraian yang kurang
sesuai, ilustrasi dan penjelasan yang
keliru, atau kekurangan substansi.
Kegiatan perbaikan dapat dilakukan
bersamaan dengan penyuntingan
atau setelah penyuntingan selesai.
Sementara itu, revisi berat biasanya
berkaitan dengan adanya
kekurangan atau kesalahan yang
parah pada berbagai elemen
karangan. Perbaikan yang
diperlukan bersifat mendasar dan
menyeluruh. Kegiatan revisi seperti
ini biasanya dilakukan dengan
penulisan kembali karangan
(rewrite).
Paragraf (46) merupakan
paragraf deduktif karena pada
bagian kalimat utama berada di
awal paragraf nya

Paragraf (47)
Kalimat uatama: Lalu, bagaimana
melakukan kegiatan penyuntingan
dan perbaikan?
Kalimat penjelas :Langkah-langkah
yang perlu dilakukan ialah: a.
membaca keseluruhan karangan; b.
menandai hal-hal yang perlu
diperbaiki; c. memberikan catatan
bila ada hal-hal yang harus diubah,
diganti, ditambahkan, atau
disempurnakan; serta d. melakukan
perbaikan sesuai dengan temuan
ketika penyuntingan dilakukan.
Setelah selesai disunting dan
diperbaiki, apakah itu berarti
karangan telah benar-benar jadi?
Tergantung penilaian Anda! Tetapi,
biasanya penyuntingan dan
perbaikan itu lebih dari satu kali.
Penulis perlu melihat sekali lagi,
apakah perbaikan yang dilakukan
telah membuat karangan itu
menjadi lebih baik. Jika tidak, maka
Anda harus menyunting dan
memperbaiki lagi, sampai benar-
benar sesuai dengan harapan Anda.
Atau, Anda dapat meminta orang
lain untuk membaca dan
memberikan masukan atas karangan
Anda.
Paragraf (47) merupakan
paragraf deduktif karena pada
bagian kalimat utama berada di
awal paragraf nya

BAB I11 PENUTUP

A. Simpulan
Baik buku utama maupun buku pembanding sama – sama mempunyai kelebihan dan kekurangan. Baik itu di dalam pemaparan materi
maupun didalam kelengkapan buku itu sendiri. Namun secara umum kedua buku ini sangatlah bermanfaat bila kita ingin mengkaji tentang
Menulis Kreatif.

B. Saran

Kepada mahasiswa ataupun pembaca yang ingin membahas tentang Menulis Kreatif, sebaiknya memilki kedua buku ini sebagai bahan
tambahan bacaan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Misbah, Eris, dan Zaky. 2020. Penulisan Kreatif. Tangerang: UNPAM Press Dan Hakikat menulis., Mohamad Yunus.

Anda mungkin juga menyukai