UNIVERTSITAS PATTIMURA
OLEH :
2018-84-095
PEMBIMBING :
AMBON
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kematian neonatus masih menjadi masalah global yang penting. Setiap tahun
diperkirakan 4 juta bayi meninggal dalam 4 minggu pertama dengan 85% kematian
terjadi dalam 7 hari pertama kehidupan. Terkait masalah ini, World Health
Organization (WHO) menetapkan penurunan angka kematian bayi baru lahir dan
anak di bawah usia 5 tahun (balita), sebagai salah satu sasaran Sustainable
kematian bayi per 1000 kelahiran hidup dan kematian dibawah 5 tahun hingga
setidaknya 25/1000 kelahiran hidup diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030.1,2
Indonesia (SDKI) 2012 masih cukup tinggi dibandingkankan target tersebut, yaitu 34
(23%) setelah infeksi neonatal (36%) dan prematuritas/bayi berat lahir rendah
(BBLR) (27%). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 di Indonesia turut
melaporkan asfiksia sebagai 27% penyebab kematian bayi baru lahir. Selain itu,
asfiksia juga berkaitan dengan morbiditas jangka panjang berupa palsi serebral,
2
retardasi mental, dan gangguan belajar pada kurang lebih 1 juta bayi yang bertahan
hidup. Berbagai morbiditas ini berkaitan dengan gangguan tumbuh kembang dan
Termoregulasi atau pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir (BBL)
merupakan aspek yang sangat penting dan menantang dalam perwataan BBL. Suhu
tubuh normal dihasilkan dari keseimbangan antara produksi dan kehilangan panas
tubuh. Salah satu masalah khusus pada bayi, terutama bayi kurang bulan (BKB)
yang berperan dalam termoregulasi seperti umur, berat badan, luas permukaan tubuh
dan kondiis lingkungan. Bayi tidak seperti orang dewasa dalam beradaptasi dengan
perubahan suhu, oleh karena permukaan tubuh bayi yang lebih luas dibanding orang
dewasa, sehingga saat bayi terpapar dingin akan lebih banyak menggunakan energi
dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah), atau bayi dalam
keadaan basa atau tidak berpakaian. Banyak masalah khusus pada BBL yang terkait
kearah kegawatan dan menjadi salah satu gejala infeksi pada BBL.3
3
kejadian infeksi neonatus meningkat secara bermakna pada bayi dengan BBLR dan
bila ada faktor risiko ibu atau tanda-tanda seperti ketuban pecah dini, demam
intrapartum (37,50C), leukosit ibu (>18.000), pelunakan uterus dan takikardi pada
bayi kembar.5,6
secara global. Insiden bervariasi dalam kisaran 5-170 / 1000 kelahiran hidup, lebih
umum di negara berkembang. Insiden tertinggi pada bayi dengan berat lahir sangat
rendah. Mayoritas infeksi pada bayi baru lahir terjadi di 24 jam pertama kehidupan.5,6
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : By. NR
Umur : 3 Hari
BB/PB : 2900 gr / 48 cm
Anak : Ketiga
2.2 Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang : Bayi laki-laki dilahirkan melalui Secio Sesarea (SC)
pukul 09.30WIT dengan indikasi plasenta previa dari ibu usia 34 tahun dengan
G3P2A0. Setelah bayi lahir bayi tidak menangis dan dilakukan RJP 2 siklus setelah
itu bayi menangis kuat, diberikan pemberian oksigen dan dipindahkan ke ruang
5
Riwayat Penyakit dan Pengobatan Sebelumnya : (-)
Riwayat Kesehatan Keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal
yang sama.
a. Riwayat Kehamilan :
Riw keguguran (-), namun anak pertama meninggal dengan persalinan pervagina,
dan mengalami persalinan macet, anak kedua lahir normal dan sekarang sudah
berumur 8 tahun. Ibu pasien rutin kontrol kehamilan di puskesmas (ANC 2x) dan ke
dr.Sp.Og (ANC 3x), saat kunjungan ketiga kali, dokter menyarankan untuk dilakukan
SC karena terdapat plasenta yang mentupi jalan lahir. Riwayat konsumi obat-obatan
(+), pasien batuk-batuk, dan diberikan obat batuk serta pasien pernah diare dan gatal-
gatal ditangan, dan diberikan obat kemudian sembuh, pasien lupa nama obatnya.
Jamu-jamuan (-), ibu merokok (-), ayah merokok (+), ibu konsumsi alkohol (-).
b. Riwayat Persalinan :
Pasien merupakan anak ke tiga dan dilahirkan secara SC pada tanggal 24 Februari
2021 pukul 09.30 WIT dengan indikasi plasenta previa. Setelah bayi lahir bayi tidak
menangis, APGAR Score 1/3, kemudian bayi hangatkan dan dilakukan suction, serta
6
- 30 detik 2 bayi menangis kuat dengan RR 5x/menit
Setelah itu bayi dipindahkan ke NICU. Berat badan lahir 2900 gram, panjang
badan 48cm. Ibu melahirkan dengan usia kehamilan 40 minggu. Air ketuban hijau
kental/cair/bau.
STATUS GENERALIS
- BB : 2900 gr
- PB : 48 cm
VITAL SIGN
- Pernafasan : 64 x/menit
- Suhu : 350 C
- Tekanan darah :-
PEMERIKSAAN FISIK
7
- Mata : Simetris, pupil isokor +|+, cahaya langsung
- Jantung
o Perkusi : Redup
gallop (-)
- Paru
8
o Palpasi : Krepitasi (-), nyeri tekan (-)
- Abdomen :
Pemeriksaan Neurologi :
- Tanda Rangsangan Meningeal : Kaku kuduk (-), Kernig sign (-), Brudsinki I-
IV (-)
9
Hematokrit 56.5 % 37-43%(W)
Jumlah Leukosit 23.66x103/mm3 5,0-10,0 x103/mm3
Jumlah Trombosit 224x103/mm3 150-400x103/mm3
2.5 Resume
Bayi laki-laki dilahirkan melalui Secio Sesarea (SC) pukul 09.30 WIT dengan
indikasi plasenta previa dari ibu usia 34 tahun dengan G3P2A0. Setelah bayi lahir
bayi tidak menangis dan dilakukan RJP 2 siklus setelah itu bayi menangis kuat, dan
kemudian diberikan oksigen dan dipindahkan ke ruang NICU. Bayi tampak lemas,
sianosis (-), BAB (+). Riwayat kehamilan ibu, anak pertama meninggal, persalinan
pervagina, dan mengalami persalinan macet. Riwayat sakit selama kehamilan (+)
batuk, diare dan gatal-gatal ditangan kemudian sembuh, riw konsumi obat-obatan (+),
obat batuk, obat gatal dan pasien lupa nama obat. Ayah merokok (+). Ibu melahirkan
dengan usia kehamilan 40 minggu. Berat badan lahir 2900 gram, panjang badan 48cm
Air hijau kental/cair/bau. Keadaan umum bayi tampak lemas, tanda-tanda vital nadi
136 x/menit, pernafasan 64 x/menit, suhu: 350 C, saturasi 99% dengan O2, tanpa O2
92%. Pada pemeriksaan fisik didapatkan retraksi subcostal minimal dan ronkhi pada
kedua paru. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hemoglobin 17,8 gr/dl, leukosit
2.6. Diagnosis
- Asfiksia neonatorum
10
- Hipotermia
- Infeksi neonatorum
- Sepsis neonatorum
2.8. Tatalaksana
- Rawat Inkubator
- Termoregulasi
2.9. Anjuran
2.10. Prognosis
11
- Quo Ad vitam: Dubia ad bonam
2.11 Follow up
Hari/Tanggal/
SOA Planning
Tahun
S : Lemas, daya isap lemah, bayi di - Rawat incubator
rawat dalam incubator - IVFD D10% 6 tpm
O : Nadi 121x/menit - CPAP 0,5lpm
Rabu RR 72x/menit - Meropenen 3x100gr/iv (H1)
24/022021 Suhu 38,oC - Sanmol 3x0,3cc/iv
Pukul 18.27 SpO2 99% - Sufor 5-10 cc/2jam/ogt
Lapor dr vivi BB 2900gr (cekresidu)
via WA A:
HP+1 - Asfiksia neonatorum
- Hipertermia
- Infeksi neonatorum
12
BB 2900gr - Sufor 10 cc/2jam/ogt
A: (cekresidu)
- Asfiksia neonatorum - Termoregulasi
- Hipotermia
- Infeksi neonatorum
13
A:
- Asfiksia neonatorum
- Hipotermia
- Infeksi neonatorum
A:
- Asfiksia neonatorum
- Hipotermia
- Infeksi neonatorum
14
S : bayi aktif, kembung (-), daya - Infus dilepas
hisap baik - Pasien Rawat Jalan
O : Nadi 140x/menit
RR 40x/menit
Suhu 36,7 oC
Selasa SpO2 98%
3/03/2021 BB 3150gr
H+8
A:
- Asfiksia neonatorum
- Hipotermia
- Infeksi neonatorum
BAB III
PEMBAHASAN TEORI
15
3.1 ASFIKSIA NEONATORUM
A. Definisi
spontan dan teratur segera setelah lahir. Berdasarkan Standar pelayanan medis ilmu
kesehatan anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI 2004) asfiksia neonatorum
adalah kegagalan bayi bernapas spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
Obstetric and Gynaecology (ACOG) (2004), asfiksia perinatal pada seorang bayi
yaitu pH<7, pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical
3. Manifestasi neurologi pada periode BBL segera, termasuk kejang, koma, atau
B. Epidemiologi
16
pada lokasi, periode, dan kriteria definisi asfiksia yang digunakan. Asfiksia
dilaporkan terjadi pada 1- 4 per 1000 kelahiran hidup di negara maju dan 4 - 9 per
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan, atau sesaat
segera setelah lahir. Beberapa faktor risiko yang diperkirakan meningkatkan risiko
asfiksia meliputi faktor ibu (antepartum atau intrapartum) dan faktor janin (antenatal
atau pascanatal) (Tabel 1). Faktor risiko ini perlu dikenali untuk meningkatkan
17
Hipertensi dalam kehamilan
Anemia
Diabetes mellitus
Perdarahan antepartum
Riwayat kematian bayi sebelumnya
Faktor Janin
Antenatal Malpresentasi (missal sungsang, distosia bahu)
(intrauterine) Prematuritas
Bayi berat lahir rendah (BBLR)
Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
Anomaly kongenital
Pneumonia intrauterine
Aspirasi meconium yang berat
D. Patofisiologi
Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi
mengambil napas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru di absorbsi
oleh jaringan paru. Pada napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli
bertambah banyak dan cairan paru diabsorbsi sehingga kemudian seluruh alveoli
berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis.
18
Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan
tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan tekanan oksigen alveoli
darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai beralih arah yang
Pumonary Hypertension of the Neonate), dengan aliran darah paru yang inadekuat
dan hipoksemia relative. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal napas.3
19
1. Bukti asidosis metabolik atau campuran (pH <7,0) pada pemeriksaan darah
tali pusat
2. Nilai Apgar 0-3 pada menit ke 5
3. Manifestasi neurologis, seperti kejang, hipotonia atau koma (ensefalopati
neonates) dan
4. Disfungsi multiorgan, seperti gangguan kardiovaskualer, gastrointestinal,
hematologi, respirasi, atau renal
Diagnosis asfiksia neonaorum dapat ditegakan apabila minimal 1 dari 4 kriteria
ditemukan pada bayi, namun hal ini sulit dipenuhi pada kondisi berbasis
WHO
WHO dalam ICD-10 menganggap bayi mengalami asfiksia berat apabila nilai
Kriteria ini disadari memiliki spesifisitas dan nilai prediktif kematian serta
dibandingkankan dengan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, WHO juga
20
No Kriteria Standar baku emas di tingkat pelayanan kesehatan
1 Bukti asidemia Analisis gas darah dengan pH <7,0 dan deficit basa 12 mmol/L
metabolic atau dalam 60 menit pertama
campuran (pH <7,0)
dari darah tali pusat
2 Nilai Apgar 0-3 menit Penilaian Apgar menit ke lima
kelima
3 Manifestasi neurologis Tingkat kesadaran, tonus, reflex isap, reflek primitive, reflex
(ensefalopati batang otak, keang, laju pernapasan
neonatus)
4 Disfungsi multiorgan - Sistem saraf : ensefalopati neonates, kelainan gambaran USG
- Sistem cardiovascular : kelainan LJ dan tekanan daran
(gangguan sirkulasi)
- Sistem pernapasan : apnea atau takipnea, kebutuhan suplemen
oksigen, bantuan napas tekanan positif atau ventilator mekanik
- Sistem urogenital : hematuria, oliguria, anuria, peningkatan
kreatinin serum
- Fungsi hati : peningkatan SGOT/SGPT
- Sistem hematologi : trombositopenis, peningaktan jumlah
retikulosit
Sumber : Lincetto O. Birth asphyxia- summary of the previous meeting and protocol overview; 2007. (dengan modifikasi)
terbatas di daerah terpencil dan fasilitas ideal di kota-kota besar. Penetapan konsensus
definisi asfiksia harus dilakukan agar diagnosis dapat ditegakkan sesegera mungkin
agar mencegah keterlambatan tata laksana di Indonesia. Kriteria yang dipakai untuk
neonatorum pada fasilitas terbatas. Suatu studi melaporkan bahwa hitung sel darah
merah berinti (nucleated red blood cell /nRBC) dapat dijadikan penanda terjadinya
asfiksia sebelum persalinan dan selama proses kelahiran. Proses persalinan tanpa
21
dipertimbangkan bila ditemukan hitung nRBC/100 hitung sel darah putih (white
F. Tatalaksana
berdasarkan keadaan klinis. Penilaian awal harus dilakukan pada semua BBL.
22
Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut. Penilaian
Tujuan resusitasi BBL adalah untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung
Persiapan dan anitsipasi sebelum tindakan dan persipan petugas yang terampil
dilatih dalam keterampilan resusitasi BBL. Paling sedikit satu orang bertanggung
jawab untuk setiap satu bayi dan petugas ini tidak merangkap tugas lain bila
maka perlu disipakan petugas terampil resusitasi lebih dari satu orang.2,3
Setiap cairan tubuh harus dianggap sebagai bahan yang berpotensi menyebabkan
infeksi. Petugas harus mencuci tangan, memakai sarung tangan dan alat proteksi
lain seperti kacamata, celemek, dan baju khusus selama prosedur penanganan. 2,3
Kebutuhan resusitasi tidak selalu dapat diperbaiki atau ditebak, tetapi dapat
diantisipasi. Karena itu peralatan dan obat untuk resusitasi yang lengkap harus
tersedia pada pasien setiap persalinan. Peralatan obat tersebut harus diperiksa
23
secara regular. Pada setiap akan berlangsung persalinan, peralatan untuk
resusitasi BBL harus diperiksa, diuji, dan diyakinan baik fungsinya. Demikian
pula obat untuk resusitasi BBL harus disiapkan dengan baik. 2,3
Persiapan keluarga
persalinan resiko tinggi diperlukan komunikasi antara para petugas yang merawat
dan bertanggung jawab terhadap ibu dan bayinya, suami atau keluarga. 2,3
oksigen dan kebutuhan resusitasi. Karena itu, pencegahan kehilangan panas pada
resusitasi tidak diperlukan, bayi dapat diletakan ditubuh ibunya, didada atau
perut dengan cara kontak kulit ibu dengan kulit bayi. Bayi akan tetap hangat
Faktor resiko
24
Menilai faktor risiko bayi sangatlah penting, karena asfiksia dapat terjadi
a. Perlengkapan penghisap
Balon penghisap (Bulb syringe), alat pengisap lender
Penghisap mekanik dengan selangnya
Kateteter pengisap nomor 5F,6F,8F,10F,12F, dan 14F
Pipa lambung nomor 8F dan spoit 20cc
Penghisap meconium/konektor
b. Peralatan balon dan sungkup
Balon resusitasi yang dapat memberikan oksigen sampai kadar 90%-100%
Sungkup dengan ukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan (dianjurkan yang
memiliki bantalan dipinggirnya)
Sumber oksigen dengan pengatur aliran (ukuran sampai 10L/menit) dan selang oksigen
c. Peralatan intubasi
Laringoskop dengan daun lurus no.0 (bayi kurang bulan) dan no.1 (untuk bayi cukup bulan)
Lampu cadangan dan baterai cadangan laringoskop
Pipa endotrakeal no 2,5-3,0,3,5,4,0 mm diameter internal
Stilet (bila tersedia)
Plester atau alat fiksasi endotrakeal
Kapas alcohol
Alat pendeteksi CO2 atau kapnograd
Sungkup laring (LMA) bila tersedia
d. Alat untuk memberikan oabt-obatan
Pipa orogastrik no.5F
Kateter umbilical no 3,5F, 5F
Spoit 1,3,5,10,20,50ml
Jarum ukuran 25,21,18 atau alat penusuk lain tanpa jarum
Sarung tagan steril, scalpel/gunting, larutan yodium, pita/plaster/tape umbilical
e. Lain-lain
Sarung tangan dan alat pelindung lain
Alat pemancar panas atau sumber panas lainnya
Alat resusitasi yang cukup keras
Jam
Kain (yang hangat)
Stetoskop untuk neonates
25
Plester
Monitor jantung dan pulse oksimeter dengan probe serta elektrodanya (bila tersedia)
Oropharingeal airways
f. Untuk bayi kurang bulan (bila tersedia)
Sumber udara bertekanan
Blender oksigen untuk mencampur oksigen dan udara tekan
Pulse oksimeter dan probe oksimeter
Kantung plastik makanan (1galon) atau pembungkus plastic yang dapat ditutup dan
transparan
Alat pemanas kimia
Incubator transport untuk mempertahankan suhu bayi ke ruang perawatan
Sumber : AHA and APP, textbook of Neonatal Resuscitation
Nama Obat
Epinefrin 1 : 10.000 (0,1mg/mL)
Kristaloid isotonic (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) untuk penambah volume
Natrium bikarbonat 4,2% (5mEq/10ml)
Nalokson hidroklorida
Dekstrosa 10%
Larutan NaCl 0,9% untuk bila
Sumber : AHA and APP, textbook of Neonatal Resuscitation
26
Gambar 1. Diagram alur resusitasi neonatus. 4
Penilaian BBL
Penilaian awal
Penilian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian pada semua
bayi dengan cara petugas bertanya pada dirinya sendiri dan harus menjawab segera
27
- Apakah bayi lahir cukup bulan ?
Bila semua jawab diata “Ya” berarti bayi baik dan tidak membutuhkan tindakan
rusisitansi. Pada bayi ini segera dilakukan Asuhan Bayi Normal. Bila salah satu atau
lebih jawaban “tidak”, berati bayi memerlukan tindakan resusitasi segera dimulai
Skor Apgar adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk mengetahui
apakah bayi menderita asfiksia atau tidak dan yang dinilai adalah frekuensi jantung
(heart rate), pernafasan (respiratory), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour)
Skor Apgar, merupakan penilaian objektif kondisi bayi baru lahir, namun
tidak digunakan untuk menentukan kebutuhan, langkah, dan waktu resusitasi pada
bayi baru lahir. Nilai Apgar, yang umumnya ditentukan Resuscitation Program
(NRP), ACOG, dan AAP mengemukakan bila pada menit ke-5 nilai Apgar
resusitasi. 2,3
28
Gambar 2. Diagram alur resusitasi neonates.2
- Bila ada satu atau lebih dari 4 penilaian awal dijawab “tidak”, bayi memerlukan
tindakan resusitasi
- Bayi yang lahir kurang bulan mempunyai kecenderungan untuk lebih memerlukan
resusitasi karena beberapa hal berikut. Bayi kurang bulan mudah mengalami
hipotermia karena risiko luas permukaan dan masa tubuhnya relatif besar, lemak
- Bayi yang lahir dengan ketuban bercampur meconium dan tidak bugar (ditandai
Setelah penilaian awal dan tindakan yang perlu sudah dilakukan, penilaian bayi
dilakukan secara berkala selama proses resusitasi. Penilaian berkala selama resusitasi
didasarkan pada pernapasan, frekuensi denyut jantung, tonus otot, dan warna.
29
Evaluasi dan intervensi merupakan proses simultan terutama bila lebih dari seorang
resusitator hadir.2,3
Pernapasan
Setelah beberapa usaha pernapasan awal, bayi akan bernapas secara regular
Bila frekuensi jantung tidak dapat dipertahankan lebih 100 kali/menit, ventilasi
tekanan positif perlu dilakukan. Retraksi atau cekungan didaerah iga bawah dan
paru. Bila ini terjadi, bayi akan lebih baik bila diberi ventilasi tekanan positif atau
Definisi gangguan napas adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernapasan yang
ditandai dengan :
2. Retraksi : cekungan atau tarikan kulit antara iga (intercostal) atau dibawah
30
Nilai Downe dapat membantu penolong resusitasi dalam menilai gawat napas dan
kebutuhan bantuan ventilasi pada bayi baru lahir. Interpretasi nilai Downe dapat
jantung dengan memakai stetoskop, atau meraba pulsasi pada pangkal tali pusat. Bila
pulsasi tidak teraba pada pangkal tali, harus diperiksa dengan menggunakan
berkesinambungan dari frukuensi denyut jantung dalam satu menit setelah lahir. Ini
merupakan bantuan yang berguna pada penilaian dan penangan BBL sakit.2,3
31
Tonus
Seorang bayi dengan tonus yang baik, yaitu terdapat gerakan ekstremitas
dengan postur fleksi, jarang menjadi buruk, sedangkan bayi yang lemas, yaitu tidak
ada gerakan dan postur ekstensi, lebih sering memerlukan resusitasi aktif. 2,3
Warna
Bayi yang normal secara bertahap warna kulit akan menjadi kemerahan
setelah menit-menit pertama kehidupan. Bayi yang diresusitasi secara efektif dengan
oksigen 100% akan menunjukkan warna kemerahan lebih cepat. Sianosis dapat sulit
dikenali. Sianosis dapat ditentukan dengan memeriksa bibir dan gusi. Tangan dan
kaki yang biru adalah keadaan normal ditemukan segera setelah lahir. Oksimeter nadi
yang dipakaikan pada tangan kanan dapat memberikan gambaran yang akurat dan
berkesinambugnan tentang saturasi oksigen pra duktus satu menit setelah lahir. Pucat
yang parah mungkin menunjukan anemia berat, hipovolemia, dan asidosis. Juga hal
ini terjadi pada bayi yang menderita hipotensi karena syok dan luaran (output)
Indikasi
Bila salah satu atau lebih dari penilaian awal mendapat jawaban “tidak” langkah awal
32
Langkah awal resusitasi terdiri dari tindakan berurutan sebagai berikut :
- Memberikan kehangatan
- Memposisikan kembali
- Menilai bayi
Memberikan kehangatan
cara meletakan bayi diatas meja resusitasi dibawah pemancar panas. Tempat ini harus
lender, upaya mencegah kehilangan panas dilanjutkan dengan mengeringkan bayi lalu
menyingkirkan kain basah, dan membungkus bayi dengan kain/selimut yang hangat.
Bayi yang lahir dengan umur gestasi kurang dari 28 minggu dapat dibantu
setelah lahir, tanpa dikeringkan lebih dahulu bayi diletakan atau dibungkus dengan
kantong plastik polietilen yang tembus pandang, kepala bayi diluar kantong dan
ditutupi topi, sedangkan seluruh tubuh dibungkus plastik. Keadaan ini dipertahankan
bayi diletakan ditempat yang sesuai. Cara demikian pada saat ini dianjurkan sebagai
dihindari agar bayi tidak menjadi hipertemia. Pada prinsipnya bayi harus dalam
33
Meletakan bayi pada posisi yang benar
BBL harus diletakan terlentang dengan kepala pada psosisi menghidu atau
sedikitnya ekstensi. Bila usaha pernapasan ada tetapi tidak menghasilkan ventilasi
efektif (frekuensi denyut jantung ridak lebih dari 100kali/menit, jalan napas mungkin
BBL normal tidak membutuhkan penghisapan dari mulut, hidung, atau farings
setelah lahir secara berlebihan. Bayi akan dapat membersihkan jala napasnya dengan
sendirinya secara efektif. Bila terdapat sekresi yang menyumbat jalan napas, secret
dapat dibersihkan dengan kateter pengisap yang mempunyai lubang besar (no.10-
trauma pada jaringan lunak, bradikardia, dan tertundanya pernapasan spontan. Oleh
karena itu, setiap pengisapan faring harus dilakukan hatihati. Bila dilakukan pada
BCB, lama pengisapan harus dibatasi dalam 5 detik dan tidak lebih dari 5 cm
dalamnya dari bibir bayi. Tekanan negative yang digunakan untuk pengisapan tidak
Pengisapan mulut dan faring intrapartum, yaitu setelah kepala lahir sebelum
bahu lahir, tidak membuat perbedaan pada bayi dengan cairan ketuban bercampur
mekonium dan karena itu tidak lagi direkomendasikan sebagai tatalaksana rutin.
Demikian pula intubasi secara rutin pada bayi dengan cairan amnion bercampur
34
mekonium dan bayi tidak bernapas atau mengalami depresi pernapasan dan
penurunan tonus otot, pengisapan meconium dari mulut dan farings harus dilakukan
segera dengan laringoskop langsung dan bila perlu diikuti dengan intubasi dan
pengisapan trakea. 3
Stimulus taktil
resusitasi. Bila bayi gagal mempertahankan pernapasan spontan dan efektif dengan
Tindakan ini akan merangsang sebagain besar BBL untuk bernapas. Melakukan
rangsang taktil terus-menerus pada bayi yang apnea adalah berbahaya dan tidak boleh
dilakukan. Bila bayi tetap tidak bernapas, bantuan ventilasi harus segera dimulai.
Penilaian
Setelah langkah awal selesai dilakukan dan bayi sudah diposisikan kembali,
lakukan penilaian pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit. Bila bayi apneu atau
positif. Bila pernapasan dan frekuensi jantung bayi memadai tetapi bayi sianosis
(sentral), berikan aliran oksigen aliran bebas. Oksigen aliran bebas dapat diberikan
dengan cara meletakkan sungkup oksigen melekat pada wajah bayi dengan pipa
oksigen diletakan didekat wajah bayi, atau dengan sungkup balon tidak mengembang
35
Penggunaan Oksigen
sedangkan pada anak dan dewasa 95-100%. Penelitian obsevasional pada BCB
setelah persalinan tanpa komplikasi dan inisiasi bernapas, menunjukan secara normal
kebutuhan waktu beberapa menit, sampai lebih dari 10 menit, untuk mencapai
diberikan saat awal untuk waktu yang tidak lama. Bila resusitasi dilakukan dengan
menggunakan oksigen kadar kurang dari 100%, oksigen perlu dinaikan kadarnya
dapat sampai 100% bila tetap tidak ada perbaikan setelah 90 detik. Penggunaan
Kompresi dada
Indikasi
36
Indikasi kompresi dada adalah LJ kurang dari 60 kali per menit (melalui
auskultasi atau palpasi pada pangkal tali pusat) setelah pemberian 30 detik VTP
yang adekuat.
Tujuan
1. Perlu dua orang yang bekerja sama untuk melakukan kompresi dada efektif, satu
menekan dada dan yang lain melanjutkan ventilasi. Orang yang melakukan
ventilasi mengambil posisi di kepala bayi agar sungkup wajah daapt ditempatkan
secara efektif atau untuk menstabilkan pipa endotrakeal dan memantau gerakan
Kompresi dada dilakukan dengan meletakkan jari pada sepertiga bawah sternum,
a. Teknik dua ibu jari (two thumb-encircling hands technique) dengan jari-
jari tangan lain melingkari dada dan menyanggah tulang belakang. Teknik
dua ibu jari lebih dianjurkan karena teknik ini dapat memberikan tekanan
puncak sistolik dan perfusi koroner yang lebih baik pada bayi baru lahir.
Bila bayi bradikardia (LJ 60 kali per menit. setelah 90 detik resusitasi
37
menggunakan oksigen konsentrasi rendah, konsentrasi oksigen dapat
Pada teknik dua jari, ujung jari tengah dan telunjuk atau jari manis dari
satu tangan digunakan untuk menekan. Kedua jari tegak lurus didindiing
dada dan penekanan dengan ujung jari. Tangan lain harus digunakan untuk
Kompresi dada dan ventilasi harus dilakukan secara sinkron dengan rasio 3:1
yaitu 90 kompresi dan 30 inflasi untuk mencapai 120 kegiatan tiap satu menit.
Kompresi dan inflasi harus terkoordinasi secara sinkron. Dada harus berkembang
penuh diantara dua kompresi. Satu kompresi terdiri dari satu tekanan ke bawah dan
satu pelepasn. Lananya tekanan ke bawah harus lebih pendek dari lamanya pelepasan
untuk memebrikan curah jantung yang maksimal. Ibu jari atau ujung jari jangan
diangkat dari dinding dada, tetapi harus tetap memberikan pengembangan dada
optimal.2,3
38
Gambar 3. Lokasi dan cara memberikan kompresi dada.2
3. Komplikasi
Kompresi dada data menyebabkan trauma pada bayi. Organ vital dibawah tulang
iga adalah jantung, paru, dan sebagian hati. Tulang rusuk juga rapuh dan mudah
patah. Kompresi harus dilakukan dengan hati-hati seupaya tidak merusak organ
dibawahnya.3
1. Vena umbilical. Cara tercepat untuk memberikan cairan dan dapat digunakan
3. Vena perifer. Pemasangan vena perifer dapat sulit pada BBL yang syok dan
39
5. Akses intaosesous. Umummnya jalur intraosesous tidak digunakan pada BBL
karena lebih cepat mengakses vena umbilicus, fragilitas tulang-tulang kecil, dan
kecilnya ruang intraoseus terutama bayi premature. Jalan ini dapat dipakai
1. Epinefrin
Indikasi
Indikasi pemeberian epinefrin ialah bila frekuensi jantung kurang dari 60x/menit
setelah melakukan ventilasi tekanan positif secara efektif selama 30 detik dan
dilanjutkan ventilasi tekanan positif serta kompresi dada secara terkoordinasi selama
30 detik.
- Waktu yang digunakan untuk pemberian epinefrin lebih baik digunakan untuk
- Epinefrin akan meningkatkan beban dan konsumsi oksigen otot jantung, sehingga
40
Epinferin larutan 1:10.000 direkomendasikan untuk BBL, diberikan secara
intravena. Pemberian melalui pipa endotrakeal lebih cepat, tetapi cara ini
mengakibatkan kadar dalam darah lebih rendah dan tidak dapat diprediksi sehingga
mungkin tidak efektif. Beberapa klinis mungkin memilih cara melalui pipa
Dosis epinefrin ialah 0,1-0,3 ml/kg berat badan (setara dengan 0,01-0,03
mg/kg berat badan) larutkan 1:10.000. perkirakan berat lahir. Bila diputuskan untuk
operator menggunakan kateter agar obat masuk lebih dalam kedalam pipa. Beberapa
diabsorbsi. Bila obar diberikan secara intravena melalui kateter, harus diikuti dengan
pemberian 0,5-1,0 ml garam fisiologis untuk membilas obat dan memastikan dapat
dari 60 kali/menit dalam waktu 30 detik setelah pemberian epinefrin. Bila dengan
dosis ini tidak terjadi peningkatan, epinefrin dapat diulang tiap 3-5 menit. Dosis
ulangan ini diberikan secara intravena, bila memungkinkan, dan pastikan bahwa
Indikasi
41
Bila bayi terlihat pucat, ada bukti kehilangan darah dan respon resusitasi baik,
tanda-tanda syok tanpa bukti kehilangan darah yang berarti. Bayi yang mengalami
syok akan tampak pucat, pengisian kembali kapiler (CRT) melambat dan nadi lemah.
Dapat terjadi takikardia atau bradikardia persisten dan sering keadaan sirkulasi tidak
membaik. Cairan yang dianjurkan untuk mengobati hipovolemia akut adalah cairan
kristaloid isotonik, yaitu larutan garam fisiologis, larutan RL, atau darah O negatif.3
Dosis awal 10mg/kg dengan kecepatan 5-10 menit scara intravena. Bila bayi
3. Nalokson
Indikasi
Indikasi pemberian nalokson ialah bila bayi tetap mengalami depresi napas
setelah frekuensi jantung dan warna kulit menjadi normal dan ibu mendapat obat
sebagai bagian dari resusitasi awal BBL dengan depresi pernapasan diruang bersalin.
Nalokson tidak boleh diberikan pada bayi dari ibu yang diduga menggunakan
42
Dosis dan cara pemberian.
Setiap bayi yang diberikan nalokson karena depresi napas karena narkotik harus
4. Natrium bikarbonat
Indikasi
yang menghasilkan CO2 dari natrium bikarbonat dapat merusak fungsi miokardial dan
serebral. Obat ini hanya diberikan bila ventilasi dan kompresi dada adekuat tidak
efektif dalam memperbaiki sirkulasi. Penggunaan lebih dari satu dosis natrium
mengandung 1mmol/L (1mEq/ml). cairan ini hyperosmolar dan perlu diencerkan 1:1
dengan air steril untuk membuat 4,2% (0,5mmol/L). larutan inipun masih
hyperosmolar. Dosis 1-2 mEq/kg diberikan secara intravena setelah ventilasi dan
43
Resusitasi pada BBL pada beberapa kondisi khusus
merekomendasikan CPAP melalui sungkup atau nasal progs. Ahli lain lagi
semua bayi kurang dari 30-31 minggu, setelah langkah awal resusitasi dilakukan
secara berhasil. Ini kemudian dilanjutkan dengan ekstubasi dini digantikan dengan
CPAP. Kadar oksigen untuk bayi kurang bulan harus dilakukan secara lebih hati-
Efusi pleura dan sites saat lahir berhubungan dengan adanya ekspansi paru.
Ventilasi hamper sellalu dapat dicapai dengan tekanan lebih tinggi. Torakosintesis
lebih baik dilakukan setelah foto rontgen toraks dan atau pemeriksaan USG di
- Pneumonia/sepsis
buruk, dan membutuhkan tekanan ventilasi tinggi pada resusitasi untuk membuka
3.2 HIPOTERMIA
44
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan anatara produksi
panas dan hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh dalam keadaan normal,
kemampuan ini sanglah terbatas pada BBL. Berdasarkan (AAP, ACOG, 1997), dan
(WHO, 2003) suhu tubuh normal (axila) adalah antara 36,5oC – 37,5oC. 8
A. Definisi
Berdasarkan WHO, hipotermia pada bayi BBL adalah suhu dibawah 36,5oC,
yang terbagi atas hipotermia ringan-sedang yaitu suhu antara 32-36,4oC, dan
B. Faktor resiko
Bayi yang mempunyai risiko untuk terjadinya gangguan termoregulasi antara lain :3,8
- Bayi preterm dan bayi-bayi kecil lainnya yang dihubungkan dengan tingginya
- Bayi dengan kelainan bawaan khususnya dengan penutupan kulit yang tidak
- BBL dengan gangguan saraf sentral, seperti pada perdarahan intracranial, obat-
obatan, asfiksia
45
- Bayi dengan tindakan resusitasi yang lama
- Bayi IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) atau janin tumbuh lambat
dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas.3,8
Hal ini disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan
a. Konduksi
Yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara
kedua obyek. Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara
kulit BBL dengan permukaan yang dingin. Sumber kehilangan panas terjadi
pada BBL yang berada pada permukaan/alas yang dingin, seperti pada waktu
proses penimbangan.
b. Konveksi
Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara permukaan
kulit bayi dan aliran udara yang dingin dipermukaan tubuh bayi. Sumber
46
kehilangan panas disini dapat berupa : inkubator dengan jendela yang
c. Evaporasi
respiratorius. Sumber kehilangan panas dapat berupa BBL yang basah setelah
d. Radiasi
Perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin, misalnya dari
bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih dingin,
misalnya dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan
yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan
47
Gambar 5. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir.8
3. Kegagalan termoregulasi
D. Patofisiologi
panas. Bila kehilangan panas dalam tubuh besar dari pada laju pembentukan panas
maka akan terjadi penurunan suhu tubuh. Begitu juga sebaliknya bila pembentukan
panas dalam tubuh lebih besar daripada kehilangan panas, timbul panas didalam
suhu tubuh berubah, menajdi tidak normal. Apabila terjadi paparan dingin, secara
1. Shivering thermoregulation/ST
48
Merupakan mekansime tubuh mengigil atau gemetar secara involunter akibat dari
3. Vasokontriksi perifer
Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistem saraf simpatis, kemudian sistem daraf
perifer akan memicu oot sekitar arteriol kulit untuk berkontraksi sehingga terjadi
vasokontriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit
Pada orang dewasa, pengaturan suhu tubuh untuk melawan kehilangan panas
dicapai oleh suatu sistem yang kompleks yaitu hipotalamus, sadangkan pada byi,
respon fisiologi terhadap paparan dingin adalah dengan proses oksidasi dari lemak
coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST (proses oksidasi lemak
coklat) adalah jalur yang utama dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat,
sebagai reaksi atas paparan dingin. Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST
Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan
trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh
49
syaraf simpatik yang berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan pada
yang unik disini adalah proteinnya terdiri dari protein yang tidak berpasangan yang
mana akan membatasi enzim dalam proses produksi panas. Dengan demikian, akibat
adanya aktifitas dari protein ini, maka apabila lemak coklat dioksidasi akan terjadi
produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan fosfat seperti pada jaringan
lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses lipolisis dan aktivitas dari protein tak
Meskipun paparan dingin telah terbukti merupakan salah satu keadaan yang
penelitian dilaporkan bahwa paparan dingin dapat digunakan untuk mengurangi risiko
iskemik hipoksik, tetapi disisi lain paparan dingin yang berkepanjangan harus
dihindarkan oleh karena dapat menimbulkan efek samping serta gangguan gangguan
metabolic yang berat. Segera setelah lahir, tanpa penangann yang baik, suhu tubuh
bayirata-rata akan turun 0,1-0,3oC setiap menitnya, WHO menyebutkan bahwa BBL
yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat, suhunya akan turun 2-4 oC dalam 10-
50
metabolisme sel terjadi saat bayi baru lahir mencoba untuk tetap hangat, yang
menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen, yang membuat bayi baru lahir berisiko
mengalami hipoksia, komplikasi kardiorespirasi, dan asidosis. Bayi baru lahir ini juga
gangguan pembekuan, dan bahkan kematian dapat terjadi jika hipotermia yang tidak
diobati berlanjut. Mengobati hipotermia pada bayi baru lahir adalah penting untuk
51
F. Tanda dan Gejala
Hipotermi ditandai dengan akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang aktif,
sirkulasi fetal persisten, gagal ginjal akut, enterokolitis nekrotikan, dan pada keadaan
G. Diagnosis
bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu
penyakit, dan pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit.
Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang dianjurkan, oleh
karena mudah, sederhana dan aman, tetapi pengukuran melalui rektal sangat
dianjurkan untuk dilakukan pertama kali pada semua BBL, oleh karena sekaligus
sebagai tes skrining untuk kemungkinan adanya anus omperforatus. Pengukuran suhu
rektal tidak dilakukan sebagai prosedur pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-
bayi sakit.3
52
Tabel 7. Klasifikasi suhu tubuh abnormal.3
53
H. Penatalaksanaan
usahanya dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh. Untuk itu, BBL haruslah
1. Hipotermia berat
Ganti baju yang dingin dan basa bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai
Hindari paparan panas yang berlebihan dan psosisi bayi sering diubah
Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih darii 60 atau kurang
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus
Priksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dl
Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak
sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu
Ambil sample darah dan beri antibiotic sesuai dengan yang disebutkan dalam
54
Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap :
- Bila bayi tidak dapat menyusui, beri ASI peras dengan menggunakan
- Bila bayi tidak menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 oC/jam,
Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan
setiap jam
Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi
tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah
lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan
nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama dirumah
2. Hipotermia sedang
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai
55
Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan mealkukan
kontak kulit dengan kulit atau perwatan bayi lekat (PMK : Perwatan Metode
Kanguru)
- Periksa suhu alat penghangat dan suhu rungan, beri ASI peras dengan
pengatur suhu
- Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu,
berikan ASI peras menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum
kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut)
Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani gangguan
napasnya
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5 oC/jam, berarti
Bila suhu tidak naik terlalu peran kurang 0,5oC/jam, berarti usaha
Bila suhu tidak naik atau terlalu pelan, kurang 0,5 oC /jam, cari tanda sepsis
56
Setelah suhu normal
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta
tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat
1. Closed incubator.
Biasanya digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari 1800 gram.
Kerugian pemakaian alat ini adalah kita sulit untuk mengamati dan melakukan
tindakan terhadap bayi. Perubahan suhu yang berhubungan dengan sepsis bisa kabur
karena alat ini. Bayi dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh dapat bertahan pada
suhu lingkungan lebih dari 30oC (biasanya sewaktu tubuh telah mencapai kira-kira
1800 gram). Inkubator ini biasanya memakai alat-alat berikut: Pengatur suhu sendiri,
57
yang ditaruh di atas perut bayi. Bila suhu tubuh bayi turun, panas akan dihasilkan
sesuai target dan alat akan mati secara otomatis. Kerugiannya adalah bila sensornya
lepas atau rusak dapat terjadi panas yang berlebihan. Air temperatur control device.9
2. Radiant warmer
Khusus dipakai pada bayi yang tidak stabil atau yang sedang mengalami
pemeriksaan. Temperatur dapat diatur dengan memakai skin probe atau manual
mode. Pengaturan suhu tubuh pada bayi cukup bulan yang normal (> 2500 gram)
antara lain tempatkan bayi di bawah pemanas segera setelah bayi lahir, keringkan
seluruh tubuh untuk mencegah kehilangan panas dengan cara penguapan, tutup
kepala dengan cap, bungkus bayi dengan selimut, masukkan dalam tempat tidur bayi.9
Pengaturan suhu tubuh bayi cukup bulan yang sakit, prosedurnya sama dengan
bayi cukup bulan yang sehat, kecuali radiant warmer-nya dengan pengatur suhu
sendiri. Pengaturan panas pada bayi prematur (1000-2500 gr) yaitu untuk berat bayi
1800-2500 gram, tanpa masalah medis, digunakan tempat tidur bayi, cap, dan selimut
biasanya sudah cukup. Juga dapat digunakan cara skin-to-skin (kangaroo). Untuk bayi
dengan pengatur suhu sendiri. Sedangkan untuk bayi yang sakit ditempatkan di
58
(a) (b)
Gambar 7. (a) closed incubator dan (b) radiant warmer
Pengaturan panas terhadap bayi berat badan sangat rendah (<1000 gr)
1. Closed incubator
suhunya 35-36 oC. Untuk proteksi, panas dapat diatur antara 35-36 oC.
59
- Jika suhu tubuh sulit dipertahankan, coba dengan meningkatkan humidity
level.
2. Radiant warmer
- Gunakan pengatur suhu sendiri dengan set temperatur kulit perut 37oC.
seharusnya 40--50%.
sekitar 35-38oC. Jika bayi hipotermi, dapat dinaikkan menjadi 37-38oC. Jika
60
I. Pencegahan
dilakukan pada BBL, dengan tujuan untuk emnghindari terjadinya stress hipotermi
maupun hipertermi, serta menjaga suhu tubuh bayi tetap berada dalam keadaan
Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan, harus cukup hangat dengan
suhu ruangan antara 25 oC-28 oC serta bebas aliran arus udara melalui jendela,
pintu ataupun kipas angina. Selain itu sarana resusitasi lengkap yang diperlukan
untuk pertolongan BBL sudah disipakan, serta harus dihadiri paling tidak 1 orang
tenaga terlatih dalam resusitasi BBL sebagai penanggung jawab pada perawatan
BBL.3,8
Segera setelah lahir, bayi dikeringkan kepala dan tubuhnya, dan segera
menganggti kain yang basah dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian
diletakan dipermukaan yang hangat seperti pada dada atau perut ibunya atau
segerra dibungkus dengan pakaian yang hangat. Kesalahan yang sering dilakukan
paparan dingin yang kemungkinan besar terjadi segera setelah abyi dilahirkan. 3,8
61
Langkah ke 3 : Kontak kulit dengan kulit
Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah
hilangnya panas pada BBL, baik pada bayi aterm maupun preterm. Dada atau
perut ibu, merupakan tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk mendapatkan
lingkungan suhu yang tepat. Apabila oleh karena sesuatu hal meletakan BBL ke
dada atau perut ibunya tidak dimungkinkan, maka bayi yang telah dibungkus
3,8
dengan kain hangat, dapat diletakkan dalam dekapan lengan ibunya. Metode
dianjurkan khususnya untuk bayi-bayi kecil, oleh karena dari beberapa penelitian
bayi-bayi kecil.
kehidupan BBL. Pemebrian ASI dini dan dalam jumlah mencukupi akan sangat
BBL.3,8
Memandikan bayi dapat dilakukan beberapa jam kemudian (paling tidak setelah 6
jam) yaitu setelah keadaan stabil. Oleh karena tindakan memandikan abyi segera
62
bayi dapat ditunda beberapa saat kemudian, timbangan yang digunakan diberi alas
Secara umum BBL memerlukan beberapa lapis pakaian dan selimur lebih banyak
daripada orang dewasa. Pakian dalam hal ini juga meliputi topi, karena sebagaian
besar (kurang lebih 25%) kehilangan panas dapat terjadi melalui kepala bayi.
lapisan udara diantara permukaannya sebagai penyangga panas tubuh yang cukup
risiko terjadinya pneumonia dan penyakit infeksi saluran nafas lainnya, karena
tidak memungkinkan paru bayi mengembang sempurna pada waktu bernapas. 3,8
Pada perawatan BKB selain dengan cara perawatan bayi lekat, pakaian dan
selimur hangat, penggunaan plastic sebagai selilmut pelapis, atau meletakkan bayi
proses kehilangan panas. Dalam hal ini temperature harus selalu dimonitor dengan
ketat, untuk menghindarkan terjandinya hipertermi. Bayi yang lahir dari ibu
63
Bayi-bayi yang dilahirkan dirumah ataupun yang dilahirkan di rumah sakit,
seyogyanya dijadikan satu, dalam tempat tidur yang sama dengan ibunya, salama
24 jam penuh dalam ruangan yang cukup hangat (minmal 25 oC). hal ini akan
Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit, atau kebagian lain dilingkungan
rumah sakit seperti diruang rawat bayi atau NICU, sangat penting untuk selalu
adalaha merubjuk bayi bersamaan dengan ibunya dalam perawatan bayi lekat, oleh
Pada waktu melakukan resusitasi, perlu menjaga agar tubuh bayi tetap hangat. Hal
ini sangat penting oleh karena bayi-bayi yang mengalami asfiksia, tubuhnya tidak
dapat menghasilkan panas yang cukup efiseien sehingga mempunyai risiko tinggi
memberikan lingkungan yang hangat dan kering dengan meletakan bayi dibawah
alat pemancar panas, merupakan salah satu dari rangkain prosedur standar
64
Semua pihak yang terlibat dalam proses kelahiran serta perawatan bayi (dokter,
bidan, perawta, dukun bayi dan lain-lain), perlu dilatih dan diberikan pemahaman
tentang prinsip-prinsip serta prosedur yang benar tentang rantai hangat. Keluarga
pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya menajga agar bayinya selalu tetap
hangat. 3,8
A. Definisi
neonatal.5,6
B. Klasifikasi
65
Neonatus, terutama yang lahir prematur, berisiko tinggi terkena infeksi. Infeksi
Oleh ibu saat dalam kandungan (sejumlah organisme bisa menyeberang plasenta
neonatal dari lingkungan rumah sakit atau di komunitas. Infeksi yang didapat di
rumah sakit sangat umum di unit perawatan intensif neonatal dan menimbulkan
66
Beberapa patogen dapat menginfeksi wanita hamil dan menyebabkan beberapa
dan infeksi kongenital. Bayi mungkin bergejala di awal kehidupan, atau gejala dan
tanda-tanda lainnya mungkin tidak terlihat sampai di kemudian hari. Manifestasi ini
tergantung pada jenis organisme yang menginfeksi, waktu terjadinya infeksi dalam
a. Patogenesis
Agen infeksi dapat mempengaruhi janin yang sedang berkembang dalam beberapa
cara :10,11,12
b. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari infeksi kongenital bervariasi. Infeksi selama tahap awal
janin, malformasi kongenital atau IUGR. Infeksi di kemudian hari selama kehamilan
dapat menyebabkan bayi tanpa gejala saat lahir, yang mana mungkin tetap
67
asimtomatik atau berkembang menjadi tanda-tanda infeksi pada tahap selanjutnya.
Gambar 10. Penyebab, gejala klinis dan tatalaksana pada infeksi kongenital.5
68
Neonatus mengalami gangguan kekebalan karena sejumlah alasan: kulit dan
selaput lendir mereka tipis dan relatif terjangkau sebagai penghalang yang buruk
terhadap infeksi, dan sistem kekebalan mereka belum matang. Neonatus yang lahir
prematur berisiko lebih tinggi terkena infeksi sebagai tambahan mereka mungkin
kurang terlindungi antibodi turunan secara maternal. Bagian transplasental dari IgG
ibu terjadi sebagian besar pada trimester terakhir kehamilan dan akuisisi IgA ibu
melalui ASI seringkali tidak memungkinkan karena keadaan klinis dapat membatasi
kemampuan neonatus untuk disusui atau menerima ASI. Apalagi mereka akan sering
Infeksi neonatal menyebabkan sekitar 1 juta kematian neonatal per tahun secara
global. Insiden bervariasi dalam kisaran 5-170 / 1000 kelahiran hidup, lebih umum di
negara berkembang. Di Inggris, Eropa Barat, AS, dan Australia, insidensinya adalah
dilaporkan antara 2 dan 30 per 1000 kelahiran hidup bergantung pada apakah itu
termasuk kemungkinan sepsis serta dibuktikan dengan kultur. Insiden tertinggi pada
bayi dengan berat lahir sangat rendah. Mayoritas infeksi pada bayi baru lahir terjadi
Infeksi yang terjadi dalam 2-3 hari pertama setelah lahir diklasifikasikan
sebagai onset dini (EO), dan sebagian besar transmisi patogen dari jalan lahir selama
atau hanya sebelum lahir. Insiden infeksi EO bervariasi antara lebih sedikit dari 1-10
69
per 1000 kelahiran hidup tergantung pada apakah termasuk dicurigai (kultur-negatif,
klinis) infeksi juga infeksi yang terbukti secara kultur. Infeksi EO paling sering
terjadi pada bayi cukup bulan. Patogen paling umum yang menyebabkan infeksi EO
di negara maju adalah Streptokokus Grup B (GBS) dan Escherichia coli, diikuti oleh
Sejumlah faktor saat melahirkan telah dikaitkan dengan risiko tertular infeksi
pecah (lebih dari 18-24 jam), ketuban pecah dini, infeksi saluran kemih maternal,
pertumbuhan GBS dari vagina atau rektal saat usap pada trimester terakhir
kehamilan, bayi sebelumnya dengan penyakit SGB atau kembar dengan GBS. 5,6,7
spesifik. Pneumonia adalah kejadian langka dan harus dibedakan dengan sindrom
aspirasi mekonium, sindrom gangguan pernapasan, dan takipnea transien pada bayi
baru lahir. Meskipun tanda-tanda umum ini tidak spesifik, patologi lain seperti
Smelly liquor
Low APGAR Score
70
Mendapatkan resusitasi neonates
Apneu atau takipneu
Grunting
Nasal flaring
Retraksi sub dan intercostal
Temperatur tidak stabil atau hipotermia
Letargi
Penurunan tonus
Bulging frontanelle
Poor feeding
Kejang
Skin rash
Jaundice
Hypotension and shock
Umbilical cord flare
Asidosis metabolik
C-reactive protein (CRP), elektrolit, tes fungsi hati, dan kultur darah. Pungsi lumbal,
pada pilihan antibiotik, durasi dan hasil. Sebuah tes PCR untuk GBS telah
71
d. Tatalaksana
yang paling tepat harus diperhitungkan untuk patogen umum dan profil kerentanan
e. Pencegahan
universal diikuti di semua wanita hamil pada usia kehamilan 35-37 minggu dengan
persalinan untuk mencegah penularan GSB. Skrining berbasis swab ini lebih efektif
Late-onset infection adalah infeksi yang terjadi setelah usia 48-72 jam dan
bervariasi dalam kisaran 20-30 per 1000. Di masyarakat, infeksi yang timbul lambat
sebagian besar disebabkan oleh GBS, E. coli dan virus. Infeksi yang didapat di rumah
sakit (infeksi nosokomial) lebih sering terjadi di unit perawatan intensif neonatal
lingkungan rumah sakit dan defisiensi imun. Sejauh ini organisme yang paling umum
72
menyebabkan infeksi nosokomial adalah stafilokokus koagulase-negatif (CoNS),
b. Tatalaksana
perlindungan yang baik untuk yang patogen paling umum. Sefalosporin sering
digunakan sebagai agen tunggal, tetapi dapat meningkatkan resistensi bakteri Gram-
negatif membuat obat ini kurang efektif. Sefalosporin generasi ketiga memiliki peran
penting dalam pengobatan meningitis bakteri. Meskipun CoNS adalah bakteri yang
paling sering diisolasi dari kultur darah, penggunaan vankomisin harus dibatasi untuk
bayi yang telah terbukti infeksi; ini tidak boleh digunakan secara empiris selain pada
bayi risiko tinggi. Perawatan antibiotik harus disesuaikan dengan organisme terisolasi
ketika hasil kultur tersedia. Neonatus yang dirawat di rumah sakit dari komunitas
sering diobati dengan sefalosporin generasi ketiga bersama dengan penisilin, untuk
c. Pencegahan
73
Tindakan higienis, seperti mencuci tangan dan menggunakan secara konsisten
Gambar 11. Bakteri dan jamur yang sering menyebabkan infeksi neonatal.5
b. Infeksi virus
komunitas, dapat menyerang semua usia termasuk neonatus. Pada neonatus mungkin
ada tanda-tanda infeksi yang kurang khas dan bahkan mungkin gejalanya mirip
bakteri sepsis. Virus pernapasan juga berpotensi menjadi penyebab wabah pada
neonatus yang dirawat di rumah sakit dan dapat memiliki konsekuensi yang parah,
74
atau PCR pada aspirasi nasofaring dan lavage broncho-alveolar. Pengobatannya
hanya suportif saja dikarenakan infeksi virus. Enterovirus dan parechovirus, dan lebih
ensefalitis dan meningitis pada neonatus, dengan tanda-tanda yang mungkin tidak
penggunaan virus IF / PCR secara tepat, kemungkinan dari beberapa spesimen klinis
seperti darah, CSF, tenggorokan, usap rektal dan tinja. Epidemiologi kurang
dipelajari dibandingkan infeksi bakteri karena teknik PCR tidak secara rutin
c. Diagnosis
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Rutin
hitung jenis, serta trombosit. Pada umumnya terdapat neutropeni PMN < 1800/μl,
muda meningkat >1500/μl, rasio neutrofil imatur (IT ratio): total > 0,2. Rasio IT
75
perubahan abnormal pada rasio IT adalah asfiksia perinatal, hipertensi maternal,
dilakukan oleh Hornik et al. menunjukkan bahwa jumlah leukosit yang rendah,
absolut neutrophil count (ANC) rendah dan IT ratio tinggi dikaitkan dengan
semua penanda ini memiliki spesifisitas tinggi dan negative predictive value
(NPV) dan sensitivitas rendah. Murphy dkk. menunjukkan bahwa dua rasio IT
normal dan kultur darah steril memiliki NPV 100% untuk diagnosis sepsis
b. C-Reactive Protein
didapat, dan merupakan tes laboratorium yang paling umum digunakan dalam
merupakan protein reaktan fase akut. Sumber CRP adalah hepatosit dan
sintesisnya dirangsang oleh sitokin, dengan sitokin stimulasi penting adalah IL6,
IL1, dan tumor necroting factor-α. Waktu paruh CRP adalah 24 hingga 48 jam
tidak dapat diandalkan untuk diagnosis dini sepsis neonatal (sensitivitas rendah).
76
CRP serial juga digunakan dalam memantau respons terhadap pengobatan pada
neonatus yang terinfeksi, yang menjalani pengobatan antibiotik untuk hal yang
sama. Nilai normal CRP serial merupakan indikator kuat tidak adanya sepsis
neonatal (99% NPV) dan dapat digunakan sebagai pedoman untuk menghentikan
Batas normal yang diterima untuk kadar CRP yang signifikan adalah >
sepsis neonatal. Uji hs-CRP memiliki nilai cut off yang lebih rendah
dibandingkan dengan uji CRP konvensional, dengan nilai hs-CRP < 1 mg/l
d. Prokalsitonin (PCT)
prohormon peptida dari kalsitonin. PCT terdiri dari 116 asam amino dengan berat
molekul 14-kDa dan dikodekan oleh gen Calc-I bersama dengan kalsitonin dan
katacalcin. Kadar PCT tidak dipengaruhi oleh kadar kalsitonin dan sumber PCT
adalah makrofag dan hepatosit. PCT telah terbukti terkait dengan imunomodulasi
dan respons vaskular yang terkait dengan sindrom respons inflamasi sistemik
peningkatan yang cepat pada kadarl PCT dalam 2-4 jam setelah paparan
endotoksin bakteri dan kadar puncak dicapai pada 6-8 jam dan tetap meningkat
77
selama 24 jam berikutnya. Waktu paruh PCT adalah 24- 30 jam. 10,11,13
dan sumber utama SAA adalah hepatosit. Sumber SAA lainnya adalah sel
endotel, monosit, dan sel otot polos. Sintesis SAA diatur oleh IL1, IL6 dan TNFα
dan SAA dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi dan cedera. Tingkat SAA
berubah seiring bertambahnya usia oleh karena itu interpretasi hasil harus
pada darah umbilikalis dengan kadar tertinggi ditemukan pada pasien usia lanjut.
SAA berperan dalam inflamasi dan merangsang sekresi IL- 8 dari neutrofil.10,11,13
2. Pemeriksaan Radiologi
dilakukan atas indikasi. Pemeriksaan plasenta dan selaput janin dapat menunjukkan
neonatus.10,11,13
d. Tatalaksana Spesifik
1. Penisilin atau derivat biasanya ampisilin 100 mg/kg/24 jam intravena tiap 12
jam, apabila terjadi meningitis untuk umur 0-7 hari 100-200mg/kg/ 24jam
78
2. Ampisilin sodium/Sulbaktam sodium (Unasyn), dosis sama dengan ampisilin
> 2kg umur > 7 hari: 15 mg/kg/kali tiap 8 jam + aminoglikosid atau
diindikasikan pada infeksi berat oleh kuman gram negatif yang resisten terhadap
antibiotik turunan penisilin dan sefalosporin generasi ketiga serta resisten terhadap
meningitis yang disebabkan oleh Pseusomonas sp. Efek samping diare, mual,
muntah, ruam kulit, kejang, hipotensi. Sediaan yang tersedia di Indonesia, dengan
79
` Terapi antimikroba empiris dapat ditargetkan ketika hasil kultur tersedia. Di
negara maju, semua isolat GBS sensitif terhadap penisilin, ampisilin dan vankomisin.
Sembilan puluh enam persen isolat E. coli sensitif terhadap gentamisin atau
sefalosporin, dan 78% isolat E. coli resisten terhadap ampisilin. Dalam kombinasi, ~
94% isolat EOS (GBS, CoNS, streptokokus non-piogenik, dan E. coli) sensitif
terhadap kombinasi penisilin ditambah gentamisin, dan 100% organisme ini sensitif
Meskipun terapi empiris untuk EOS harus dilakukan secara individual per rumah
sakit atau wilayah, rejimen empiris yang diterima secara luas adalah kombinasi
terapi empiris jika telah diberikan sebagai profilaksis jamur. Amfoterisin B adalah
80
Amikasin adalah antibiotik aminoglikosida semi-sintetik yang digunakan pada
terapi infeksi gram negatif yang resisten terhadap gentamisin. Umumnya digunakan
sebagai kombinasi dengan penisilin atau sefalosporin. Indikasi ISK, bakteremia dan
sepsis, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi intra abdomen, luka bakar, infeksi
pasca operatif, infeksi saluran nafas, infeksi nosokomial. Dosis. Cara pemberian
suntikan IM sigle dose atau IV melalui infus selama 1-2 jam untuk bayi dan 30-60
menit untuk anak. Dosis anak 15 mg/kgBB/hari dibagi dengan interval 8-12 jam,
dosis neonatus 7,5 mg/kgBB/kali. Sediaan yang ada di Indonesia vial untuk injeksi
BAB IV
DISKUSI KASUS
81
Pada kasus diatas setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik serta
hipotermi dan infeksi neonatorum. Asfiksia neonatorum pada kasus ini ditegakan
berdasarkan anamnesis yaitu mencari faktor resiko, dimana didapatkan pada kasus
risiko antepartum yaitu infeksi saat kehamilan berupa ISPA dan gatal-gatal, yang
mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri ataupun jamur. Selain itu faktor risiko
intrapartum yang ditemukan pada bayi terdapatnya plasenta previa. Saat dilakukan
pemeriksaan fisik untuk tanda-tanda vital juga didapatkan adanya distress pernapasan
yaitu takipneu dan retraksi substernal minimal, selain itu APGAR score 1/3 pada
menit 1 dan menit ke 5, serta bayi masih membutuhkan bantuan ventilasi selama >10
menit. Pemeriksaan penunjang belum dapat dilakukan yaitu analasis gas darah,
oksigen menggunakan CPAP 0,5lpm dan dirawat inkubator. Pada kasus ini sulit
untuk menilai Score Dwonenya karna bayi sudah berumur 3 hari saat diberikan kasus.
dikatakan hipotermi bila pada pemeriksaan suhu axila <36,5 oC. Pada pasien temukan
suhu axila 35 oC, dan termasuk dalam hipotermia ringan-sedang. Faktor resiko yang
menyebakan terjadinya hipotermia pada bayi ini yaitu karena terjadinya asfiksia.
dari Brown Fat) sehingga menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen. Bayi baru
lahir ini juga berisiko mengalami hipoglikemia karena peningkatan konsumsi glukosa
yang diperlukan untuk produksi panas. Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan gejala
82
hipotermia berupa daya hisap yang lemah, pasien tampak lemas, serta napas yang
cepat. Tatalaksana pada pasien ini yaitu pakiannya diganti dengan pakaian yang
hangat, diselimuti. Karena ibu pasien dirawat terpisah sehingga pasien, tidak dapat
yaitu inkubator. Selain itu pemberian minum juga tetap dilanjutkan. Pada kasus ini
juga diberikan terapi D10% yang dimana untuk mengatasi kondisi hipoglikemik yang
GDSnya. Untuk evaluasi peningkatan suhunya sebaiknya dilakukan setiap jam dan
dievaluasi tiap 2 jam. Dalam pemantauan suhu, didapatkan juga adanya peningkatan
suhu pada hari perawatan I, hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu infeksi
yang terjadi pada bayi tersebut. Namun setelah diterapi suhu bayi kembali stabil dan
pada hari perawatan ke 7 bayi dapat dipulangkan dan tetap memberikan nasihat pagi
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis pasien, kita dapat
faktor resiko berapa adanya demam maternal dengan leukosit ibu 15.690x103/mm3.
Pada pemeriksaan fisik pasien mengalami peningkatan suhu 38 oC, adanya ronki (+),
dan retraksi subkostal minimal. Pemeriksaan penunjang pada pasien ini juga
proses infeksi yang terjadi dan IT rasio sebesar 0,07 menunjukan bahwa pasien belum
83
masuk pada keadaan sepsis, menurut kepustakaan apabila IT rasio >2.0 maka akan
onset infection yang berarti infeksi terjadi sebelum 72 jam dan biasanya diperoleh
dari sebagian besar transmisi patogen dari jalan lahir selama atau hanya sebelum
lahir. Infeksi juga infeksi yang terbukti secara kultur. Infeksi EO paling sering terjadi
pada bayi cukup bulan. Patogen paling umum yang menyebabkan infeksi EO adalah
Streptokokus Grup B (GBS) dan Escherichia coli, diikuti oleh Staphylococcus aureus
suhu, dan takikardia. Selain itu ditemukan beberapa tanda yang mengarah pada
neonatus, apneu atau takipneu, adanya retraksi subcostal minimal, temperature tidak
stabil.
Untuk tatalaksana pada pasien ini diberikan ampisilin 2 x 150 mg/ IV dan
diberikan pada bayi ini sesuai dengan teori tentang pemberian antimikroba empiris
yang direkomendasikan untuk dugaan sepsis awal yaitu penisilin atau derivatnya 100
intravena diberikan tiap 24 jam pada bayi usia 0-4 minggu. Dapat juga diberikan
ampisilin, dan golongan aminogikosida yang diberikan pada kasus ini yaitu
84
gentamisin dan kemudian dilanjutkan dengan amikasin 2x25 mg/IV selama 5 hari.
efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan negatif. 13 Pada perwatan hari ke 6,
badan). Ruam ini diduga diakibatkan adanya suatu efek samping dari obat
meropenen. Seperti pada kepustakaan dimana efek samping pada meropenem dapat
menyebabkan diare, mual, muntah, ruam kulit, kejang, hipotensi, namun saya juga
mendiferensial diagnosis dengan adanya suatu alergi susu sapi sebab dari anamnesis,
bayi ini mengkonsumsi susu formula, dan pada pemeriksaan fisik ditemui adanya
skin rash berupa makulapapul dengan dasar eritema yang muncul pada wajah, dan
badan pasien, namun pada pasien tidak ditemui adanya diare. Bila dikaitkan dengan
alergi susu sapi, maka alergi susu sapi merupakan penyebab alergi makanan pada
anak yang paling sering, dan pada bayi sekitar 1%-7% bayi pada umumnya menderita
alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Gejala yang terjadi pada alergi
usapi adalah ruam kulit, gangguan saluran cerna. Diagnosis alergi susu sapi
didiagnosis klinis berupa anmnesis yang cermat dan pemriksaan fisik. Baku emas
diagnosis alergi susu sapi yaitu menggunakan provokasi makanan (Double Blid
Placebo Control Food Chalenge) dengan melihat hasil IgE spesifik.selain itu juga Uji
temple alergi (Patch Test) dapat dilakukan. 18 Berdasarkan kondisi bayi diatas
disarankan untuk diganti susu formulanya dengan susu soya atau hidrosilat.18
85
sehingga diberikan Interlac 1x5 tetes/oral. Interlac yang mengandung (Lactobacillus
reuteri Protectis) ini merupakan probiotik. bukti saat ini menunjukan bahwa
didapatkan terutama pada bayi yang lahir secara SC. Probiotik ini mencegah EKN
kembung pasien dan ruam mulai berkurang, dan pada hari perawatan ke 8 pasien
DAFTAR PUSTAKA
86
1. WHO (World Health Organization). Asfiksia. 2021
https://fk.ui.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Buku-PKB-Jaya-XIII-Nov-
2016.pdf
Jun 2013.
10. Pusponegoro TS. Sepsis Pada Neonatus (Sepsis Neonatal). Jakarta: Badan
Sepsis: A Literature Review. San Diego: Public Library of San Diego, 2017;
10(80): 1-38.
87
12. Cote A, et al. Pierre robin sequence: review of diagnostic and treatment
13. Coetzee M, Mbowane NT, de Witt TW. Neonatal sepsis: Highlighting the
14. Hayatullah MK, Tjipta GS, Sianturi P, Azlin E, Libis BM, et al. Terapi
15. Savitri TE, Hidajat S. Pengaruh Lactobacilus reuteri DSM 1798 terhadap kadar
17. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Faramkologi dan terapi. 5 Ed.
2012
18. Safri M. Alergi Susu Sapi. Jurnal kedokteran Syiah Kuala. 2008 Apr 1:8: 47-55
88