Laporan Ortho Kariem

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
I. IDENTITAS
Operator : Siti Nur Aini ayu ningjanah
No. Mhs : J3A018017
Pembimbing : drg. Widodo Lestari, Sp. Ort.

No. RM : 3211
No. Model : 3211. 19. 0. 20
Nama pasien : Kariematuth Thoyibah
Umur : 20 tahun 1 bulan
Alamat : Karangawen, Demak
Suku : Jawa
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Telp. :-

Rujukan dari :-
Nama Orang Tua : Lilik Daryono (Ayah )
Suku : Jawa
Umur : 56 Tahun
Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta

II. WAKTU PERAWATAN


Pendaftaran : 3 Desember 2019
Pencetakan model studi : 19 Februari 2020
Pencetakan model kerja :-
Pemasangan alat :-
Retainer :-
III. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis) :
1. Keluhan utama :
Pasien datang ke RSGM dengan keluhan gigi depan rahang atas
renggang
2. Riwayat Kesehatan
Kesehatan umum : Pasien tidak pernah menderita penyakit yang
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi
geligi.
3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi geligi
Gigi Desidui : Pasien mengaku giginya rapih sewaktu kecil dan
tidak pernah menambal ke dokter gigi
Gigi Bercampur : Menurut keterangan pasien, pasien belum pernah
melakukan perawatan gigi geraham ke dokter gigi sebelumnya
Gigi Permanen : menurut keterangan pasien, pasien mulai
merasakan keluhan gigi renggang dan pasien mengaku belum pernah datang
ke dokter gigi sebelumnya
4. Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien : Tidak ada
5. Riwayat Keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Ayah : Susunan gigi-geligi rapih, ukuran gigi kecil dan
rahang besar
Ibu : Susunan gigi-geligi rapih, ukuran gigi besar dan
rahang besar
Anak ke-1 (pasien) : Susunan gigi-geligi ada yang berjejal, ukuran gigi
kecil dan rahang besar
Keterangan : Susunan gigi yang terjadi pada pasien mungkin
disebabkan karena faktor keturunan.

B. Pemeriksaan Obyektif
1. Umum
 Jasmani : Baik (pasien cukup sehat untuk menerima perawatan
orthodontik)
 Mental : Baik (pasien mampu bekerjasama dengan operator dalam
menjalani perawatan orthodontik)
 Status Gizi :
Tinggi Badan ( TB ) : 1,63 m
Berat Badan ( BB ) : 52 kg
BB( kg)
Indeks Massa Tubuh : = 19,57
TB ²(m)
Status Gizi : Normal
Kategori : Normal

2. Lokal :
a. Ekstra Oral :
 Kepala : Lebar kepala : 11,5 cm
Panjang kepala : 15,63 cm
Lebar kepala/mm
Indeks Kepala : x 100 = 73,57
Panjang Kepala /mm
Bentuk kepala : Dolikosefalik

 Muka : Jarak N-Gn : 12,46 cm


Lebar Bizygomaticum : 12,78 cm
Jarak N−Gn
Indeks Muka : x 100 = 97,
Lebar Bizygomatikum
49
Bentuk Muka : Hyperleptoprosop
 Profil Muka : Cembung (Convex)
 Garis Simon (bidang orbital) :
Kanan
RA: 1/3 distal caninus
RB: Interdental C – P1
Kiri
RA: 1/3 distal caninus
RB: Interdental C – P1
Keterangan: Garis simon normal
 Sendi Temporo Mandibular : Normal
 Tonus Otot Mastikasi : Normal
 Tonus Otot Bibir : Normal
 Bibir Posisi Istirahat : Tertutup

b. Intra Oral :
 Higiene Mulut : Baik
 Pola Atrisi : Normal
 Lingua : Normal
 Palatum : Normal
 Gingiva : Normal
 Mukosa : Normal
 Frekuensi Karies : Rendah
 Kebersihan Mulut : Baik
 Frenulum : Fren. Labii Superior : Sedang
Fren. Labii Inferior : Sedang
Fren. Lingualis : Rendah
 Tonsila : TAK
 Fase Geligi : Permanen

 Pemeriksaan gigi-gigi :
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
X X X X X X X X X X
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
une o-car une

une o-car o-car une


48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
X X X X X X X X X X
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
Keterangan:
3. Analisa Foto Muka : -

IV. ANALISIS FUNGSIONAL


1. Free Way Space : 3,7 mm (65,1 mm – 61,4 mm = 3,7, mm)
2. Path of closure : Normal
3. TMJ
Luas pergerakan : 35 mm (Normal)
Nyeri tekan pada TMJ : Tidak ada
Suara : Tidak ada
Locking : Tidak ada
Dislokasi : Tidak ada
4. Pola atrisi : Tidak ada

V. ANALISIS MODEL STUDI


1. Bentuk lengkung gigi
Rahang Atas : Parabola
Rahang Bawah : Parabola
2. Malposisi gigi individual
11 : labioversi 24 : distobuko torsiversi
13 : mesiolabio torsiversi 31 : mesiolinguo torsiversi
14 : distobuko torsiversi 33 : distolabio torsiversi
15 : mesiopalato torsiversi 35 : linguoversi
21 : labioversi 41 : mesiolinguo torsiversi
22 : distobuko torsiversi 45 : distolinguo torsiversi
23 : labioversi 46 : distolinguo torsiversi

3. Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik:


Overjet : 2,4 mm ( gigi 11 terhadap
41)
Overbite : 3,1 mm
Palatal bite : Tidak ada
Deep bite : Tidak Ada
Open Bite : Tidak Ada
Edge to edge bite : Tidak Ada
Cross bite : Tidak Ada
Posterior
Cross bite : Tidak Ada
Open bite : Tidak Ada
Scissor bite : Tidak Ada
Cups to cups bite : Tidak Ada
Relasi Molar pertama kanan : Relasi molar klas I
Angle.
Relasi Molar pertama kiri : Relasi molar klas I
Angle.
Relasi kaninus kiri : Relasi kaninus klas I

Relasi kaninus kanan : Relasi kaninus kiri klas I


Garis tengah RB terhadap RA : Tidak terdapat
pergeseran midline 2 mm
kiri
4. Kurva Spee : Positif
5. Lebar Mesiodistal gigi-gigi (mm)
Rahang Atas Rahang Bawah
No Kanan Kiri Normal Ket Kanan Kiri Normal Ket
.
1. 8,6 8,5 7,40-9,75 N-N 5,7 6,1 4,97-6,60 N-N
2. 6,6 6,5 6,05-8,10 N-N 6,2 6,1 5,45-6,85 N-N
3. 8,6 8,0 7,05-9,32 N-N 7,2 7,0 6,15-8,15 N-N
4. 8,7 8,4 6,75-9,00 N-N 8,3 8,3 6,35-8,75 N-N
5. 6,9 7,4 6,00-8,10 N-N 7,5 7,5 6,80-9,55 N-N
6. 11,1 10,6 9,95-12,10 N-N 11,0 11,5 10,62-13,05 N-N
7. 11,1 10,7 8,75-10,87 N-N 10,0 9,3 8,90-11,3 N-N
61,3 60,4 55,9 55,8

Kesimpulan : Ukuran gigi-geligi dalam kisaran ukuran normal


VI. SKEMA GIGI-GIGI DARI OKLUSAL
1. Rahang Atas

11 11
12 12
13 13
14 14
15 15

16 16

17 17

2. Rahang Bawah

37
47
36
46
35
45
34
44
33
43
42 32
41 31

VII. PERHITUNGAN-PERHITUNGAN
1. Metode Pont:
Jumlah mesio distal 12, 11, 21, 22 : 30,2 mm
Jarak P1 – P1 pengukuran : 40,5 mm
Jarak P1-P1 perhitungan :
∑ I x 100
80
: 37,75 mm
Diskrepansi : 2,74 mm  distraksi derajat ringan
Jarak M1 – M1 pengukuran : 56,1 mm

Jarak M1 – M1 perhitungan :
∑ I x 100
64
: 47,18 mm
Diskrepansi : 8,92 mm  distraksi derajat ringan
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi P1-P1
mengalami kontraksi ringan sebesar 0,8 mm, dan lengkung
gigi M1-M1 mengalami kontraksi ringan sebesar 2,1 mm.
2. Metode Korkhaus
Tabel Korkhaus : 17,8 mm
Jarak I –(P1- P1) pengukuran : 19,6 mm
Diskrepansi : 1,8 mm (protraksi)
Keterangan: Protraksi ringan sebesar 1,8 mm.
3. Metode Howes
Jumlah lebar mesiodistal M1 – M1 : 99,6 mm
Jarak P1 – P1 tonjol : 48,1 mm
jarak P 1−P 1
Indeks P x 100 : 48,2 %
md M 1−M 1
Lengkung gigi untuk menampung gigi – gigi : lebih karena lebih dari 43 %
Jarak interfossa canina : 46,4 mm
jarak FC
Indeks FC x 100 : 47,17 %
md M 1−M 1
Keterangan: Lengkung gigi dan lengkung basal dapat menampung gigi
dalam keadaan ideal dan stabil karena lebih dari 44 %.

VIII. DATA PENUNJANG


1) Pemeriksaan Ronsen Panoramik : -
2) Analisis Sefalometri (Steiner)
Analisis Skeletal
No. Pengukuran Normal Pasien Keterangan
1. SNA 820 87,50 N
2. SNB 800 860 >N
3. ANB 20 1,50 <N
4. SN-Bidang oklusal 140 290 >N
5. Go Gn-Sn 320 130 <N

Keterangan:
1. SNA dalam angka normal, berarti posisi maksila normal.
2. SNB lebih dari normal, berarti posisi mandibula terhadap kranium
protrusif.
3. ANB kurang dari normal, berarti hubungan maksila terhadap mandibula
menunjukkan relasi skeletal klas III.
4. Bidang oklusal-SN lebih besar dari normal, berarti posisi gigi dalam oklusi
terhadap kranium lebih jauh dari normal (long face atau pertumbuhan
wajah secara vertikal).
5. Go Gn-SN kurang dari normal : posisi mandibula terhadap kranium lebih
dekat dari normal, pertumbuhan mandibular ke arah horizontal (ke arah
depan dan atas).
Analisis Dental
No. Pengukuran Normal Pasien Keterangan
1. I - NA (mm) 4 mm 12 mm >N
2. Sudut I - NA 220 390 >N
3. I - NB (mm) 4 mm 8 mm >N
4. Sudut I-NB 250 390 >N
5. Sudut Interincicivus 1310 1020 <N
bawah
6. NB-Pog 4 mm 1,2 mm <N
7. IMPA 930 1030 >N

Keterangan:
1. I - NA (mm) lebih dari normal : Insisivus rahang atas protrusif
2. Sudut I – NA lebih dari normal : Insisivus rahang atas proklinasi
3. I – NB (mm) lebih dari normal : Insisivus rahang bawah protrusif
4. Sudut I – NB lebih dari normal : Insisivus rahang bawah proklinasi
5. Sudut I – I kurang dari normal : Insisivus rahang atas dan bawah
proklinasi
6. Jarak NB-Pog kurang dari normal : menunjukkan bahwa tidak perlu
dikoreksi secara skeletal (cukup dikoreksi secara dental)
7. IMPA lebih besar dari normal berarti inklinasi gigi rahang bawah
terhadap basis gigi protrusif.
3) Analisis Jaringan Lunak
a) Bibir atas : tepat pada garis S
b) Bibir bawah : 1,4 mm di depan garis S
c) Pada pasien posisi bibir bawah lebih ke depan daripada S-line berarti bibir
bawah protrusif
Kesimpulan Analisis Steiner: Hubungan skeletal klas III dengan
mandibula protrusif dan bidental protrusif

IX. ARCH LENGTH DEFICIENCY (DETERMINASI LENGKUNG GIGI)


Hasil penapakan :
Keterangan:
Over jet awal : 4,7 mm
FIS awal : 102°
Retraksi RA : 4,0
mm
FIS akhir :-
IMPA awal : 103°
Retraksi RB : 3,5 mm
IMPA akhir :-
Overjet akhir : 2,0 mm
RA (M1-M1)
Lebar mes-dis : 99,6 mm
Kanan: 50,2 mm Kiri: 49,4 mm
Keterangan : Pjg lengkung ideal : 101,4 mm
RA Kanan: 51,8 mm Kiri: 49,6 mm
: Lengkung awal RA Diskrepansi :
: Lengkung awal RB Kanan: - 1,6 mm Kiri: - 0,2 mm
RB
: Lengkung ideal RA RB (M1-M1)
: Lengkung ideal RB Lebar mes-dis : 92,4 mm
Kanan: 45,9 mm Kiri: 46,5 mm
Pjg lengkung ideal : 93,0 mm
Kanan: 46,4 mm Kiri: 46,6 mm
Diskrepansi :
Kanan: - 0,5 mm Kiri: -0,1
mm
Metode Carey : -

Anda mungkin juga menyukai