Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME PERENCANAAN PAJAK

“PERENCANAAN PAJAK UNTUK WP OP”


Dosen :Herlina Helmy, SE, Ak, M.S.Ak

Oleh :
Yasmin Efendi (18043165)
Zikra Ilhamullah (18043172)

AKUNTANSI
FAKUNLTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
1. Konsep Witholding system
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak (Mardiasmo, 2016).

2. Siapa Saja Pemotong Pph Pasal 21


A. Pemotong
Dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan, kita perlu
mengetahui siapa saja pemotong, siapa yang dipotong, apa saja hak dan
kewajiban pihak pemotong dan yang dipotong, bagaimana mekanisme
pemotongan, serta cara pelaporan PPh Pasal 21/26.
Pemotong PPh Pasal 21/26 terdiri dari:
 Pemberi kerja
 Bendahara dan pemegang kas pemerintah
 Dana pensiun
 Orang pribadi pembayar honorarium
 Penyelenggara kegiatan

B. Non- Pemotong
Non Pemotong PPh Pasal 21 terdiri dari :
 Kantor perwakilan Negara asing.
 Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf c Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, yang
telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 
 organisasi-organisasi internasional yang ketentuan Pajak Penghasilannya
didasarkan pada ketentuan perjanjian internasional dan dalam perjanjian
internasional tersebut mengecualikan kewajiban pemotongan pajak, serta
organisasi-organisasi dimaksud telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
 Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.

3. Pegawai tetap dan Pegawai dan Pegawai Tidak Tetap

 Pegawai Tetap
Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur termasuk anggota dewan komisaris dan
anggota dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk
suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur termasuk PNS Maupun Non-PNS.
 Pegawai tidak tetap

Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan jika bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit pekerjaan
yang dihasilkan, atau menyelesaikan suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh
pemberi kerja.

Istilah yang digunakan bagi penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja
lepas adalah imbalan atau upah harian, mingguan, atau upah borongan.
Meski ketentuan perpajakannya berbeda dengan pegawai tetap, jenis pajak yang
dikenakan sama yakni PPh Pasal 21.

4.
A. Benefit in cash and benefit in kind
 Benefit in cash
Penghasilan yang diberikan dalam bentuk uang tunai
Contoh:
gaji, tunjangan, bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), tantiem gratifikasi, dan
penghasilan lain yang diberikan dalam bentuk uang.

 Benefit in kind
Penghasilan yang diberikan dalam bentuk natura ataukenikmatan (non tunai)
olehWajib Pajak.
Benefit In Kindmenjadi objek PPh Pasal 21 jika diberikan oleh:
- Wajib Pajak yang telah dikenai PPh Final.(Perusahaan konstruksi,
Perusahaan yang bisnis utamanya dalam sewa tanah dan bangunan)
- Wajib Pajak yang dikenai PPh berdasarkan Norma Perhitungan Khusus
(NPK)/deemed profit.
- Bukan Wajib Pajak.

B. Rincian Objek Pajak dan non objek pajak


 Objek pajak
Klasifikasi kode objek PPh pasal 21 dapat dilihat berdasarkan subjek
pemotongnya, yang dibedakan menjadi dua, yaitu:

 Sektor swasta (WP Badan Non Bendaharawan Pemerintah) yang menerbitkan


Formulir 1721 A1 untuk memotong PPh 21 karyawannya (pegawai swasta).
 Sektor pemerintahan (Bendaharawan Pemerintah) yang menerbitkan Formulir
1721 A2 untuk memotong PPh 21 karyawannya (Pegawai Negeri Sipil).
 Non objek pajak
Terdiri dari :
 Bantuan atau sumbangan, termasuk di dalamnya zakat.
 Harta warisan juga tidak termasuk objek pajak penghasilan
 Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh subjek pajak badan
sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari
wajib pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib
pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU Pajak Penghasilan.

5. Perbedaan Objek Pajak PPh 21 dan PPh 23

Objek Pajak PPh 21 :

1. Penghasilan yang diterima karyawan tetap, berupa penghasilan yang bersifat teratur
maupun tidak teratur.
2. Penghasilan yang diterima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau
penghasilan sejenisnya.
3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima sekaligus berupa uang pesangon, uang
pensiun, tunjangan hari tua, dan pembayaran sejenis.
4. Penghasilan karyawan tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
5. Imbalan kepada bukan karyawan, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah, atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

Objek Pajak PPh 23 :

Menurut Peraturan Menteri Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015 telah


menjelaskan terdapar 62 jenis objek PPh 23, yaitu: 

1. Penilai (appraisal);
2. Aktuaris;
3. Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4. Hukum;
5. Arsitektur; dsb
6. Imbalan Jasa Arsitek Wajib Pajak Orang Pribadi

Mengacu pada Peraturan Direktorat Jenderal Pajak PER-16/PJ/2016, arsitek termasuk


dalam bukan pegawai yang termasuk dalam tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas.

arsitek memiliki kewajiban sebagai wajib pajak dalam negeri. Jika usaha yang digeluti
mencapai omzet Rp4,8 miliar dalam satu tahun pajak, maka jasa arsitek wajib untuk
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

besaran tarif PPh Pasal 21 jasa arsitek yang tertera dalam Undang-Undang Perpajakan
No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 1 adalah:

 Penghasilan kena pajak sampai dengan Rp50 juta sebesar 5%.


 Penghasilan kena pajak mulai dari Rp50 juta-Rp250 juta sebesar 15%.
 Penghasilan kena pajak antara Rp250 juta-Rp500 juta sebesar 25%.
 Penghasilan kena pajak di atas Rp500 juta sebesar 30%.

7. Menentukan Saat Pemotongan PPh 21


Menurut adam smith (1776, hal. 718-720), Kapan wajib pajak itu harus membayar
pajak sebaiknya disesuaikan dengan saat saat yang tidak menyulitkan wajib pajak,
misalnya pada saat wajib pajak memperoleh penghasilan.

Pada pasal 15 tertulis bahwa


Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak sebagaimana
(1) dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan dilakukan pada akhir bulan.

      a. terjadinya pembayaran; atau


b. terutangnya penghasilan yang bersangkutan,
     
tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

8. Perlakuan akuntansi untuk PPh Pasal 21

Sesuai dengan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan


(KDPPLK), wajib pajak yang menjadi pemberi kerja dan pemotong PPh 21 akan
mencatat utang PPh pasal 21 jika saat terutang PPh sudah terjadi

9.

A. Perlakuan akuntansi atas cadangan bonus

Bonus yang sudah dicadangkan tersebut dibayarkan senilai cadangan. Sebagian


lainnya dibayarkan lebih rendah karena pertimbangan tertentu dari manajemen
ataupun keputusan RUPS Perusahaan
B. Perlakuan pajak atas cadangan bonus

Jika pencadangan bonus senilai pembayaran bonus, tidak akan muncul isu perpajakan
karena sesuai dengan pasal 15 ayat 1 PP No 94/2010, pemotongan bonus dilakukan pada
saat dicatat sebagai biaya bonus.

10. Menentukan benefit in cash atau benefit in kind untuk pegawai

A. Pada perusahaan yang memperoleh laba dan pengenaan PPh Badannya tidak final,
diupayakan seminimal mungkin pegawai diberikan kesejahteraan dalam bentuk natura
dan kenikmatan (benefit in kind) karena pengeluaran ini non deductible
B. Bagi perusahaan yang masih rugi, pemberian natura dan kenikmatan (fringe benefit)
akan menurunkan PPh pasal 21 sementara PPh Badan tetap nihil

11. Membuat kode unik pada deskripsi jurnal transaksi

Kode unik tersebut misalnya #21. pada saat langkah ekualisasi dilakukan, seluruh akun
buku besar yang terkait objek PPh pasal 21 diunduh. Selanjutnya, seluruh transaksi yang
memiliki kode #21 tersebut dapat diseleksi menggunakan menu filter pada MS Excel. Hal
ini akan mempermudah Proses Ekualisasi

Anda mungkin juga menyukai