LANDASAN TEORI
A. Komitmen Pernikahan
Menurut Karney dan Bradburry (dalam Garcia & Gomez, 2014) berkomitmen
memiliki dua arti: pertama, seseorang menyukai hubungan romantis yang sedang
keadaan yang melibatkan tiga dimensi psikologis yaitu kognitif, afektif dan
konatif. Dimensi kognitif berupa rencana orientasi jangka panjang, dimensi afektif
berupa daya tarik secara psikologis dalam bentuk seksual dan emosional,
sedangkan dimensi konatif berupa sikap persisten dan motivasi untuk melanjutkan
hubungan.
10
pada karakteristik personal dan interdependensi yang terbangun antara kedua
belah pihak. Teori model investasi yaitu individu bergantung pada hubungan
hubungan tersebut.
ikatan yang telah dimulai. Kesepakatan tersebut bermula dari perencanaan jangka
panjang bagi diri sendiri dan hubungan, adanya keinginan untuk mengikat
pasangan, sehingga pasangan tidak ingin berpisah ataupun terpikat pihak lain.
kesatuan yang utuh melainkan terdiri atas tiga bentuk yang berbeda. Tiap-tiap
perilaku yang berbeda satu sama lain. Tiga bentuk tersebut adalah komitmen
dirasakan individu terhadap pasangan atau hubungan saat ini. Kedua, komitmen
moral muncul dari nilai dan kepercayaan yang diyakini masing-masing individu
11
Menurut Stenberg (dalam Santrock, 2011) komitmen meliputi keputusan
untuk tinggal dan bergantung dalam sebuah hubungan serta hal ini menjadi aspek
kognitif untuk menjaga pernikahan dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini
hubungan.
antara satu dengan yang lain serta tidak adanya keinginan untuk menyimpang
terhadap pasangan yang tercipta melalui tiga dimensi psikologis dan terbagi dalam
tiga bentuk yang berbeda, yaitu komitmen personal, komitmen moral dan
komitmen struktural.
12
2. Aspek-aspek Pembentuk Komitmen Pernikahan
pula, yaitu:
1) Daya tarik pasangan, yaitu keinginan individu untuk tetap bertahan dalam
hubungan dari waktu ke waktu dan tidak akan berhenti di tengah jalan
antara lain:
13
1) Adanya pilihan-pilihan, yaitu ketergantungan padasuatu hubungan
2) Tekanan sosial, yaitu timbulnya tekanan dari luar diri individu baik teman
3) Prosedur perpisahan, yaitu adanya suatu prosedur rumit yang harus dilalui
a. Kepercayaan
mengenai motif pasangan dan menghormati satu sama lain dalam situasi yang
berisiko
b. Kejujuran
Berkata apa adanya sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi membuat
c. Ketergantungan
14
d. Kesetiaan
orang lain.
e. Saling berbagi
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dalam penelitian ini mengacu pada
terdiri dari a) Komitmen personal, antara lain daya tarik pasangan, daya tarik
hubungan dan identitas pasangan, b) Komitmen moral, antara lain nilai moralitas,
a. Kepuasan hubungan
psikologis akan menuntun pasangan untuk lebih intim, tidak saling bertengkar
satu sama lain dan memperluas harapan dan visi terhadap kualitas hubungan.
15
b. Kualitas alternatif
komitmen seseorang. Investasi ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak
dilakukan bersama
a. Faktor personal
b. Faktor hubungan,
16
c. Faktor eksternal
Faktor ini merefleksikan tekanan yang didapat dari pihak luar seperti keluarga
yang tepat.
d. Nilai
Adanya keinginan untuk menjadi contoh yang baik bagi keturunannya kelak
B. Keintiman
1. Pengertian Keintiman
komponen perilaku dan emosional. Komponen perilaku terdiri dari aktivitas yang
mengerti secara timbal balik terhadap pasangan melalui self-disclosure dan afeksi
17
Awalnya Olson (dalam Volsky, 1998) berpendapat, bahwa keintiman adalah
proses yang terus berkembang, mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu, berada
pada kondisi yang labil dan telah tertanam pada individu berkomitmen.
lima aspek yaitu aspek emosional, sosial, intelektual, seksual dan rekreasional.
percaya terhadap satu sama lain, berbagi pendapat dan perasaan, serta mengikat
diri sendiri dan responsivitas pasangan. Berdasarkan teori ini, keintiman dapat
harus emosional dan tidak hanya sekedar memberikan informasi atau fakta.
Keintiman tidak hanya dipandang sebagai sebuah aktivitas seksual antara dua
individu, namun lebih ditekankan pada keterbukaan pasangan dan tindakan yang
diberikan sebagai bentuk respon. Seseorang dapat memberikan respon yang jujur
18
Prager dan Roberts (dalam Price, 2014) memandang hubungan intim yang
komponen:
(Lloyd, 2011. Sejalan dengan proses perkembangan keintiman, Mills dan Turnbull
peka dan sadar terhadap psikologis satu sama lain dan kebutuhan pasangan dalam
Berbagai kedekatan dan pengalaman intim antara satu dengan yang lain
membentuk rasa toleransi dan sikap mengerti terhadap emosi yang ditampilkan
oleh tiap-tiap individu. Hal ini membuat proses keterbukaan antara satu dengan
19
yang lain diiringi dengan kepekaan dan kesadaran terhadap emosi yang
Fife dan Weeks (2009) menjelaskan keintiman terdiri dari perasaan kedekatan
serta memberi dan menerima dukungan secara timbal balik. Keintiman dibangun
asosiasi tertutup antara dua belah pihak yang meliputi kehangatan informal,
terus berkembang, mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu, berada pada kondisi
berbeda untuk laki-laki dan wanita. Prager (dalam Volsky, 1998) berpendapat
sebagai berikut:
20
a. Keintiman emosional
Kedekatan yang terjalin melalui saling berbagi perasaan. Wanita lebih mudah
b. Keintiman seksual
kepuasan dan dinikmati oleh kedua belah pihak termasuk pula pembicaraan
major strength for happily marriage couples is the quality of the sexual
seksualitas.
a. Keintiman emosional
menimbulkan rasa dekat, terhubung dan terikat dengan orang lain tanpa
merasa terbebani.
b. Keintiman sosial
Muncul ketika berada dalam lingkungan pekerjaan dan sosial yang sama.
21
c. Keintiman seksual
d. Keintiman intelektual
e. Keintiman rekreasional
ini mengacu padaaspek-aspek keintiman yang dikemukakan oleh Schafer & Olson
a. Rasa aman
terdapatrasa takut yang menyelimuti, bebas dari bahaya maupun rasa takut.
22
Merasa aman berarti terdapat kepastian terhadap kesejahteraan diri sendiri
b. Komitmen
membuat keintiman tiap orang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan
kedekatan emosional dan seksual dalam hubungan pernikahan (Fife & Weeks,
sebagai berikut:
23
kedekatan interpersonal, perasaan terhubung terhadap pasangan. Lingkungan
hubungan.
b. Kepercayaan
pernikahan
c. Komunikasi
Menurut Reis dan Shaver (dalam Laurenceau dkk., 2005) keintiman tercipta
a. Pengungkapan diri
24
(Sprecher & Hendrick, 2004). Keterbukaan terdiri dari keterbukaan faktual
informasi personal.
b. Responsivitas pasangan
sebuah komunikasi, kebutuhan, harapan dan aksi dari interaksi (Miller &
c. Keterbukaan pasangan
Perubahan nilai peran sosial wanita dan pria padamasa kini membuat model
egaliter yaitu salah satu model keluarga yang memiliki dua sumber pendapatan
keluarga. Peran wanita tidak lagi terbatas padaurusan keluarga dan rumah tangga,
dan pria tidak lagi menjadi sumber utama pendapatan. Pasangan dalam model
25
keluarga egaliter disebut dengan pasangan dual karir keluarga (Abele dan Volmer,
2011). Menurut Saraceno (2007), pasangan dual karir didefinisikan dengan kedua
belah pihak, suami dan istri, memiliki kualitas individu yang tinggi dan mengejar
kepuasan keluarga.
Neault dan Pickerel (2005) mendefinisikan pasangan dual karir sebagai dua
karir masing-masing individu dan tidak berperan sebagai pendukung karir salah
satu pihak. Sejalan dengan Dalimunte (2013), pasangan dual karir dicirikan
sebagai pasangan suami istri yang memiliki karir masing-masing dan mencoba
Pasangan dual karir yaitu pasangan suami istri yang berperan aktif mengejar
karir dan kehidupan keluarga secara bersamaan (dalam Adelina dan Andromeda,
komunikasi seperti waktu yang kurang fleksibel dan minim kesempatan untuk
dual karir adalah pasangan suami istri yang berperan aktif dalam mengejar karir
Abele dan Volmer (2011) mengemukakan, beberapa ciri pasangan dual karir
26
a. Pasangan dual karir adalah pasangan yang memiliki latar pendidikan tinggi,
b. Memiliki jam kerja secara penuh dalam sehari dan memiliki jabatan yang
menantang
c. Telah hidup bersama dan berperan sebagai suami istri yang bekerja minimal 5
tahun
b. pasangan dual karir tidak harus memiliki latar pendidikan yang tinggi,
pasangan suami istri disebut dengan pasangan dual karir apabila keduanya
perguruan tinggi
c. Pasangan dual karir yang memiliki anak memiliki tanggung jawab yang lebih
besar
Pasangan dual karir memiliki konsekuensi positif dan negatif dalam ikatan
27
b. Konsekuensi negatif, antara lain sulitnya mengatur urusan pekerjaan dan
Banyak konsekuensi yang harus ditanggung individu yang berperan sebagai suami
jawab untuk mengurus rumah tangga, keinginan yang lebih besar terhadap
berkualitas
karir antara suami dan istri dan risiko pekerjaan yang menuntut pasangan
berpengaruh padainteraksi interpersonal antara suami dan istri. Suami dan istri
28
yang bekerja berpotensi terhadap keluarga, kesejahteraan pribadi dan pekerjaan
menimbulkan kerenggangan dalam interaksi intim antara suami dan istri. Berbagai
penelitian menemukan bahwa risiko menjadi pasangan dual karir adalah waktu
bertemu yang jarang dan tuntutan pekerjaan yang menyita waktu (dalam Adelina,
2014). Hal ini membuat interaksi intim antara suami dan istri tidak terjalin secara
intensif.
pernikahan yang sehat. Pernikahan yang sehat menuntut adanya rasa percaya,
terbuka, dan saling berbagi antara satu dengan yang lain. Berbagai interaksi intim
mengerti satu dengan yang lain (Volsky, 1998). Keterbukaan antara satu dengan
yang lain didukung oleh faktor keamanan, kepercayaan, dan komunikasi yang
gagasan ataupun pendapat terhadap pasangan baik berupa saran ataupun kritik
yang diharapkan mampu memberikan manfaat bagi kedua belah pihak (Zerach
memberikan timbal balik terhadap gagasan yang dikemukan tanpa melukai dan
yang membangun keterikatan antara suami dan istri. Mengetahui harapan dan
tujuan hidup antara satu dengan yang lain, saling melengkapi rencana hidup
membuat seseorang bermanfaat bagi individu yang lain. Hal inilah yang membuat
29
seseorang menjaga hubungan demi tercapainya tujuan dan harapan hidup
(McMahon, 2007)
belah pihak secara aktif (Zerach dkk., 2013). Saling bercerita mengenai masa lalu
yang dilalui bersama mampu untuk membuat seseorang melihat kembali alasan-
alasan-alasan bertahan dalam pernikahan berubah, sehingga hal ini mampu untuk
dalam kehidupan. Introspeksi pribadi mengenai masa lalu yang dilalui bersama
Keintiman sosial menciptakan toleransi yang setara antara suami dan istri, hal
ini dikarenakan antara suami dan istri telah mengetahui latar belakang sosial
pasangan. Berdasarkan penelitian Larson dkk. (1998) kesetaraan dan status sosial
yang sama antara suami dan istri adalah faktor yang penting dalam keintiman.
Saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain mampu meningkatkan
padaikatan pernikahan saja, hal ini dikarenakan interaksi intim merupakan usaha
yang perlu dibangun dan ikatan pernikahan adalah kewajiban bersama (Price,
30
Hal ini membuat wanita lebih mendalami makna pernikahan yang dijalaninya dan
preferensi seseorang dalam membentuk interaksi intim dengan orang lain dan
seperti pengungkapan diri dan investasi struktural seperti hak kepemilikan yang
terjadi dalam pernikahan dilakukan dan dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat
ataupun sumpah pernikahan adalah orang yang memiliki komitmen moral dan
31
menghindari perceraian, namun tidak menjamin kebahagiaan pernikahan. Hal
solusi. Orang yang memiliki keduanya tetapi tidak memiliki komitmen personal
akan mengeluhkan pernikahan yang “kering”. Pernikahan seperti ini lebih rawan
akan konflik ditambah dengan tidak adanya rasa tertarik terhadap hubungan dan
Kehilangan minat dan tidak adanya rasa tertarik merupakan salah satu
terjalin secara efektif. Hal ini membuat seseorang mengikat dirinya dalam
pernikahan, namun tidak menjamin munculnya pihak luar untuk bergabung dalam
pihak, namun nilai konsistensi untuk setia terhadap satu orang rendah (Johnson,
1999). Adanya pihak luar tersebut membuat kesetiaan seseorang terbagi sehingga
yaitu komitmen personal, moral dan struktural dipengaruhi oleh perilaku dan
32
tingkat afeksi interaksi intim antarpasangan. Semakin intim tingkat interaksi intim
antar pasangan, maka komitmen pernikahan yang berbentuk juga semakin dalam
dan kuat.
E. Kerangka Pemikiran
Keintiman Komitmen
Pernikahan
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Keintiman dengan Komitmen
Pernikahan pada Suami Istri yang Bekerja
F. Hipotesis
pada suami istri yang bekerja. Semakin tinggi tingkat keintiman hubungan antara
suami dan istri, maka semakin kuat tingkat komitmen antara suami dan istri, dan
semakin rendah tingkat keintiman hubungan antara suami dan istri, maka semakin
33