Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sudah bertahun-tahun Pancasila ditetapkan sebagai dasar Negara Kesatuan RI,
pandangan hidup Bangsa Indonesia, filsafat bangsa dan sendi kehidupan Bangsa
Indonesia. Oleh karena itu tidak diragukan lagi peran Pancasila di negara kita ini yaitu
Indonesia. Untuk itu penerapan sila-sila dalam Pancasila suatu hal yang wajib dilakukan
bagi tiap-tiap warga negara.
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu Bangsa
Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan
Negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas
keberadaan Bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat
istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak
harus dipersatukan.
            Pancasila sebagai dasar Negara memang sudah final. Menggugat Pancasila hanya
akan membawa ketidakpastian baru. Bukan tidak mungkin akan timbul chaos(kesalahan)
yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan. Akhirnya Indonesia akan tercecer
menjadi negara-negara kecil yang berbasis agama dan suku. Untuk menghindarinya maka
penerapan hukum-hukum agama (juga hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara
menjadi penting untuk diterapkan. Pancasila yang diperjuangkan untuk mengikat agama-
agama dan suku-suku itu harus tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap
agama dan suku.
Namun, saat ini penerapan Pancasila hanya menjadi teori di kampus bahkan
masyarakat pun hanya mengetahui bunyi butir pancasila tanpa mengetahui makna yang
terkandung didalamnya. Pancasila hanya dijadikan suatu simbol tanpa ada tindakan nyata
bagi terciptanya masyarakat yang berbangsa dan bernegara. Mahasiswa yang
merupakan pejuang perubahan pengamalan pancasila yang lebih baik yang seharusnya
menggerakkan penerapan, pancasila kini mulai hilang semangatnya.
Atas ilustrasi tersebut, dalam pembahasan tentang pancasila ini diharapkan dapat
menemukan atau memberikan contoh apasaja sikap yang dapat kita lakukan sesuai nilai
pancasila terlebih khusus sila pertama yang ingin kami bahas pada kesempatan ini.

1
Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna adanya
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan alam semesta beserta
isinya. Diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini
ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan
selain-Nya adalah terbatas.
Negara Indonesia yang didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa berkonsekuensi untuk menjamin kepada warga negara dan
penduduknya  memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya,
seperti pengertiannya terkandung dalam:
a. Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi :
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa .... “
Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai Ketuhanan.
b. Pasal 29 UUD 1945
1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya


masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya.

            Oleh karena itu, di dalam bangsa Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita seharusnya menghindari sikap atau perbuatan yang anti
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama. Untuk itulah sebagai generasi penerus bangsa,
kita wajib mengkaji,  memahami, dan menerapkan sila pertama Pancasila.
Diharapkan  melalui pembahasan sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini, akan terwujud
generasi-generasi penerus bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan
dan berbudi luhur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Ketuhanan Yang Maha Esa?
2. Bagaimana pengamalan sila ke-1 Pancasila dalam kehidupan di masyarakat?
3. Apa saja yang termasuk pelanggaran – pelanggaran dalam sila ke-1 Pancasila di
kehidupan masyarakat?

2
1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui arti Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Untuk mengetahui apa saja pengamalan sila ke-1 dalam kehidupan di masyarakat
3. Untuk mengetahui apa saja pelanggaran - pelanggaran dalam sila ke-1 di
kehidupan masyarakat

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ketuhanan Yang Maha Esa

 ARTI DAN MAKNA SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

A. Arti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Sila pertama dari Pancasila Dasar Negara NKRI adalah Ketahuan Yang Maha Esa.
Kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa Sansekerta
ataupun bahasa Pali. Banyak diantara kita yang salah paham mengartikan makna dari sila
pertama ini. Baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum kita diajarkan
bahwa arti dari Ketahuan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Satu, atau Tuhan yang
jumlahnya satu. Jika kita membahasnya dalam bahasa Sansekerta ataupun Pali, Ketahuan
Yang Maha Esa bukanlah Tuhan yang bermakna satu.

Ketuhanan berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke- dan akhiran –
an. Penggunaan awalan ke- dan akhiran –an pada suatu kata dapat merubah makna dari
kata itu dan membentuk makna baru. Penambahan awalan ke- dan akhiran –an dapat
memberi makna perubahan menjadi antara lain: mengalami hal….sifat-sifat…

Kata ketuhanan yang beasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an bermakna
sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau sifat-sifat yang
berhubungan dengan tuhan.

Kata Maha berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali yang bisa berarti mulia atau besar
(bukan dalam pengertian bentuk). Kata Maha bukan berarti sangat. Kata “esa” juga
berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam
jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada pengertian
keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini” (this-Inggris). Sedangkan kata
“satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sansekerta atau bahasa Pali adalah kata
“eka”. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata
yang seharusnya digunakan adalah “eka” bukan kata “esa”.

4
Dari penjelasan yang disampaikan di atas dapat dikesimpulan bahwa arti dari Ketuhanan
Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu
individual yang kita sebut Tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya Ketuhanan
Yang Maha Esa berarti sifat-sifat luhur atau mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi
yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur atau mulia,
bukan Tuhannya.

B. Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Makna sila ini adalah :

1) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-maisng menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
2) Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup,
3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing,
4) Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain,
5) Frasa Ketahuan Yang Maha Esa bukan berarti warga Indonesia harus memiliki agama
monoteis namun frasa ini menekankanke-esaan dalam beragama,
6) Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.
7) Menjamin peenduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya,
8) Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan dan iman warga
negara dan mediator ketika terjadi konflik agama, dan
9) Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agama masing-masing.

Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan
oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai hubungan dengan
yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah
Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat
yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama

5
masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan
sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh
Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam alam Pancasila seperti kita
alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama, atau orang memeluk agama dalam
suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat Pancasila dengan
sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan
adanya toleransi beragama.

Jika ditilik secara historis, memang pemahaman kekuatan yang ada di luar diri manusia
dan di luar alam yang ada ini atau adanya sesuatu yang bersifat adikodrati (di atas /di luar
yang kodrat) dan yang transeden (yang mengatasi segala sesuatu) sudah dipahami oleh
bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejak zaman nenek moyang sudah dikenal paham
animisme, dinamisme, sampai paham politheisme. Kekuatan ini terus saja berkembang di
dunia sampai masuknya agama-agama Hindu, Budha, Islam, Nasrani ke Indonesia,
sehingga kesadaran akan monotheisme di masyarakat Indonesia semakin kuat. Oleh
karena itu tepatlah jika rumusan sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa.

Keberadaan Tuhan tidaklah disebabkan oleh keberadaban daripada makhluk hidup dan
siapapun, sedangkan sebaliknya keberadaan dari makhluk dan siapapun justru disebabkan
oleh adanya kehendak Tuhan. Karena itu Tuhan adalah Prima Causa yaitu sebagai
penyebab pertama dan utama atas timbulnya sebab-sebab yang lain. Dengan demikian
Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan diantara makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini adalah manusia. Sebagai
Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas.

Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara
dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:

1. Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi:

6
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa….” dari bunyi kalimat ini membuktikan
bahwa Negara Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan
agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau
negara Pancasila.

2. Pasal 29 UUD 1945


1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya

Oleh karena itu di dalam negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Ketuhanan Yang
Maha Esa, anti agama. Sedangkan sebaliknya dengan paham Ketuhanan Yang Maha Esa
ini hendaknya diwujudkan kerukunan hidup beragama, kehidupan yang penuh toleransi
dalam batas-batas yang diizinkan oleh atau menurut tuntutan agama masing-masing, agar
terwujud ketentraman dan kesejukan di dalam kehidupan beragama .

Untuk senantiasa memelihara dan mewujudkan 3 model hidup yang meliputi:


1. Kerukunan hidup antar umat seagama
2. Kerukunan hidup antar umat beragama
3. Kerukunan hidup antar umat beragama dan Pemerintah
Tri kerukunan hidup tersebut merupakan salah satu faktor perekat kesatuan bangsa.

Di dalam memahami sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya para pemuka agama
senantiasa berperan di depan dalam menganjurkan kepada pemeluk agama masing-
masing untuk menaati norma-norma kehidupan beragama yang dianutnya.

Sila ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjadi sumber utama nilai-nilai kehidupan
bangsa Indonesia, yang menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan dan Sila
II sampai dengan Sila V.

C. Pokok - Pokok Yang Terkandung Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

7
1. Pernyataan pengakuan bangsa Indonesia pada adanya dan kekuasaan Tuhan Yang
Maha Esa. Pernyataan ini tidak saja dapat terbaca dalam Pembukaan UUD 1945
dimana perumusan Pancasila itu terdapat tetapi dijabarkan lagi dalam tubuh UUD
1945 itu sendiri pasal 29 ayat 1, yang berbunyi sebagai berikut :

“ Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa ”


Adanya pernyataan pengakuan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa secara yuridis
constitutional ini, mewajibkan pemerintah/aparat Negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur.
Dengan demikian dasar ini merupakan kunci dari keberhasilan bangsa Indonesia
untuk menuju pada apa yang benarm baik dan adil. Dasar ini merupakan pengikat
moril bagi pemerintah dalam menyelenggarakan tugas-tugas Negara, seperti
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social.

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya (pasal 29 ayat 2 UUD 1945).

Jaminan kemerdekaan beragama yang secara yuridis constitutional ini membawa


konsekuensi pemerintah sebagai berikut:

- Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan


keagamaan yang sehat.
- Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran
agama, baik penyebaran agama dalam arti kwalitatif maupun kwantitatif.
- Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama.
- Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama.
- Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama bangsa
Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu
kehidupan beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa, harus
dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradap, harus dapat
menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat
Indonesia menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam

8
hal ini berarti bahwa sila pertama memberi pancaran keagamaan, memberi
bimbingan pada pelaksanaan sila-sila yang lain.

3. Sebagai sarana untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa, maka asas
kebebasan memelu agama ini harus diikuti dengan asas toleransi antar pemeluk
agama, saling menghargai dan menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan
pemeluk agama yang lain dalam menjalankan ibadah menurut agama mereka masing-
masing.

4. Kehidupan beragama tidak bisa dipisahkan sama sekali dari kehidupan


duniawi/kemasyarakatan. Dua-duanya merupakan satu system sebagaimana satunya
jiwa dan raga dalam kehidupan manusia. Agama sebagai alat untuk mengatur
kehidupan di dunia, sehingga dapat mencapai kehidupan akhirat yang baik.
Kehidupan beragama tidak bisa lepas dari pembangunan masyarakat itu sendiri,
Bangsa dan Negara demi terwujudnya keadilan dan kemakmuran materiil maupun
spiritual bagi rakyat Indonesia. Semakin kuat keyakinan dalam agama, semakin besar
kesadaran tanggung jawabnya kepada Tuhan, Bangsa dan Negara, semakin besar pula
kemungkinan terwujudnya kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi bangsa itu
sendiri.

D. Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

1) Kita percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
2) Kita melaksanakan kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.
3) Kita harus membina adanya saling menghormati antar pemeluk agama dan
penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4) Kita harus membina adanya saling kerjasama dan toleransi antara sesame pemeluk
agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5) Kita mengakui bahwa hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai
hak pribadi yang paling hakiki.
6) Kita mengakui tiap warga Negara bebas menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.

9
7) Kita tidak memaksakan agama dan kepercayaan kita kepada orang lain.

2.2 Pengamalan dalam Teori Sila ke-1 di Kehidupan Masyarakat


1) Membina Kerukunan Hidup Diantara Sesama Umat Beragama & Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia selain merupakan mahluk ciptaan
Tuhan juga merupakan mahluk sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan
pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan
anggota masyarakat lainnya.
2) Saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun
diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan maupun
berbeda adat istiadat.
3) Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya bersikap
merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara
langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar
agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas.
4) Tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur
nilai moralitas bangsa Indonesia. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan
antar agama.
 Implementasi di masyarakat
1) Pengadaan pengajian secara berkala dan berkesinambungan
2) Memberikan kebebasan setiap orang memeluk agama sesuai kepercayaannya

2.3 Pelanggaran - Pelanggaran Sila ke-1


1. Tidak ada sikap toleransi kepada sesama
Seperti yang sudah tersirat pada sila pertama jika Indonesia sendiri memiliki
berbagai macam agama. Salah satu contoh penyimpangannya adalah tidak adanya
sikap toleransi kepada agama lainnya. Sikap ini biasaya didasari karena keegoisan.
2. Gerakan radikal kelompok yang mengatasnamakan agama

10
Tindakan kedua yang menyimpang dari sila pertama adalah gerakan kelompok
radikal yang mengatasnamakan kegiatan menyimpang mereka dengan atas nama
agama tertentu. Seperti misalnya saja terorisme yang seringkali mengatasnamakan
agama tertentu.
3. Perusakan tempat ibadah
Yang ketiga adalah perusakan tempat ibadah agama lain hanya karena merasa
terganggu atau karena konflik dan permasalahan lainnya.

4. Fanatisme yang anarki


Tidak hanya itu saja, namun sikap fanatisme pada agama yang sifatnya bisa anarki
dan merugikan orang lain maka masuk ke dalam pelanggaran Pancasila.

Contoh Kasus :
Bom Bali 1 : Contoh kasus penyimpangan pada sila pertama ini adalah aksi
terorisme pada tahun 2002 di Bali. Aksi terorisme yang dijadikan sebagai
peristiwa terorisme terbesar sepanjang sejarah di Indonesia ini terjadi pada 3
peristiwa sekaligus. Membunuh sekitar ratusan orang yang kebanyakan
merupakan warga asing yang sedang berlibur, dan Bom Bali itu didasarkan pada
agama sehingga menyalahi Pancasila.

11
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Ketuhanan Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta
isinya.
2) Pancasila merupakan sistem filsafat yang sekiranya dapat menjembatani segala
keanekaragaman bangsa Indonesia yang sebenarnya sudah berurat-berakar dalam
hati sanubari, adat-istiadat, dan kebudayaan Nusantara, bahkan jauh sejak masa
Nusantara kuno.
3) Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara hak-
hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada
martabat manusia sebagai mahluk Tuhan.
4) Dari butir-butir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam
kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan.
5) Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka
hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, saling tolong menolong, dan
tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur nilai
moralitas bangsa Indonesia.
6) Toleransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk
dengan ajaran agama lainnya.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa saran untuk meningkatkan
pemahaman tentang nilai pancasila, yaitu sebagai berikut:

12
1) Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap pancasila perlu adanya
peningkatan pengamalan butir-bitir pancasila khususnya sila Ketuhanan yag Maha
Esa. Salah satu caranya adalah dengan saling menghargai antar umat beragama.
2) Untuk menjadi sebuah Negara pancasila yang nyaman bagi rakyatnya diperlukan
adanya jaminan terhadap keamanan dan kesejahteraan setiap masyarakat yang ada
di dalamnya. Khususnya jaminan keamanan dalam melaksanakan kegiatan
beribadah.

DAFTAR PUSTAKA

https://jadipaham.com/30-contoh-pengamalan-sila-ke-1-sila-pertama-pancasila/

https://pancasila.weebly.com/penerapan-sila-dalam-kehidupan.html

http://primordialnature.blogspot.com/2016/02/arti-dan-makna-dari-sila-ketuhanan-yang.html?
m=1

https://oktavianipratama.wordpress.com/matakuliah-umum/kewarganegaraan/arti-dan-
makna-sila-ketuhanan-yang-maha-esa/

https://brainly.co.id/tugas/8291618

https://drive.wps.com/d/ACt_rxfN1bsioqve74udFA

13

Anda mungkin juga menyukai