PENDAHULUAN
1
Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna adanya
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan alam semesta beserta
isinya. Diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini
ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan
selain-Nya adalah terbatas.
Negara Indonesia yang didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa berkonsekuensi untuk menjamin kepada warga negara dan
penduduknya memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya,
seperti pengertiannya terkandung dalam:
a. Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi :
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa .... “
Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai Ketuhanan.
b. Pasal 29 UUD 1945
1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
Oleh karena itu, di dalam bangsa Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita seharusnya menghindari sikap atau perbuatan yang anti
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama. Untuk itulah sebagai generasi penerus bangsa,
kita wajib mengkaji, memahami, dan menerapkan sila pertama Pancasila.
Diharapkan melalui pembahasan sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini, akan terwujud
generasi-generasi penerus bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan
dan berbudi luhur.
2
1.2 Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke- dan akhiran –
an. Penggunaan awalan ke- dan akhiran –an pada suatu kata dapat merubah makna dari
kata itu dan membentuk makna baru. Penambahan awalan ke- dan akhiran –an dapat
memberi makna perubahan menjadi antara lain: mengalami hal….sifat-sifat…
Kata ketuhanan yang beasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an bermakna
sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau sifat-sifat yang
berhubungan dengan tuhan.
Kata Maha berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali yang bisa berarti mulia atau besar
(bukan dalam pengertian bentuk). Kata Maha bukan berarti sangat. Kata “esa” juga
berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam
jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada pengertian
keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini” (this-Inggris). Sedangkan kata
“satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sansekerta atau bahasa Pali adalah kata
“eka”. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata
yang seharusnya digunakan adalah “eka” bukan kata “esa”.
4
Dari penjelasan yang disampaikan di atas dapat dikesimpulan bahwa arti dari Ketuhanan
Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu
individual yang kita sebut Tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya Ketuhanan
Yang Maha Esa berarti sifat-sifat luhur atau mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi
yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur atau mulia,
bukan Tuhannya.
1) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-maisng menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
2) Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup,
3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing,
4) Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain,
5) Frasa Ketahuan Yang Maha Esa bukan berarti warga Indonesia harus memiliki agama
monoteis namun frasa ini menekankanke-esaan dalam beragama,
6) Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.
7) Menjamin peenduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya,
8) Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan dan iman warga
negara dan mediator ketika terjadi konflik agama, dan
9) Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agama masing-masing.
Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan
oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai hubungan dengan
yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah
Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat
yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama
5
masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan
sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh
Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam alam Pancasila seperti kita
alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama, atau orang memeluk agama dalam
suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat Pancasila dengan
sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan
adanya toleransi beragama.
Jika ditilik secara historis, memang pemahaman kekuatan yang ada di luar diri manusia
dan di luar alam yang ada ini atau adanya sesuatu yang bersifat adikodrati (di atas /di luar
yang kodrat) dan yang transeden (yang mengatasi segala sesuatu) sudah dipahami oleh
bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejak zaman nenek moyang sudah dikenal paham
animisme, dinamisme, sampai paham politheisme. Kekuatan ini terus saja berkembang di
dunia sampai masuknya agama-agama Hindu, Budha, Islam, Nasrani ke Indonesia,
sehingga kesadaran akan monotheisme di masyarakat Indonesia semakin kuat. Oleh
karena itu tepatlah jika rumusan sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Keberadaan Tuhan tidaklah disebabkan oleh keberadaban daripada makhluk hidup dan
siapapun, sedangkan sebaliknya keberadaan dari makhluk dan siapapun justru disebabkan
oleh adanya kehendak Tuhan. Karena itu Tuhan adalah Prima Causa yaitu sebagai
penyebab pertama dan utama atas timbulnya sebab-sebab yang lain. Dengan demikian
Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan diantara makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini adalah manusia. Sebagai
Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas.
Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara
dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:
6
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa….” dari bunyi kalimat ini membuktikan
bahwa Negara Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan
agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau
negara Pancasila.
Oleh karena itu di dalam negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Ketuhanan Yang
Maha Esa, anti agama. Sedangkan sebaliknya dengan paham Ketuhanan Yang Maha Esa
ini hendaknya diwujudkan kerukunan hidup beragama, kehidupan yang penuh toleransi
dalam batas-batas yang diizinkan oleh atau menurut tuntutan agama masing-masing, agar
terwujud ketentraman dan kesejukan di dalam kehidupan beragama .
Di dalam memahami sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya para pemuka agama
senantiasa berperan di depan dalam menganjurkan kepada pemeluk agama masing-
masing untuk menaati norma-norma kehidupan beragama yang dianutnya.
Sila ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjadi sumber utama nilai-nilai kehidupan
bangsa Indonesia, yang menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan dan Sila
II sampai dengan Sila V.
C. Pokok - Pokok Yang Terkandung Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
7
1. Pernyataan pengakuan bangsa Indonesia pada adanya dan kekuasaan Tuhan Yang
Maha Esa. Pernyataan ini tidak saja dapat terbaca dalam Pembukaan UUD 1945
dimana perumusan Pancasila itu terdapat tetapi dijabarkan lagi dalam tubuh UUD
1945 itu sendiri pasal 29 ayat 1, yang berbunyi sebagai berikut :
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya (pasal 29 ayat 2 UUD 1945).
8
hal ini berarti bahwa sila pertama memberi pancaran keagamaan, memberi
bimbingan pada pelaksanaan sila-sila yang lain.
3. Sebagai sarana untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa, maka asas
kebebasan memelu agama ini harus diikuti dengan asas toleransi antar pemeluk
agama, saling menghargai dan menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan
pemeluk agama yang lain dalam menjalankan ibadah menurut agama mereka masing-
masing.
1) Kita percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
2) Kita melaksanakan kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.
3) Kita harus membina adanya saling menghormati antar pemeluk agama dan
penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4) Kita harus membina adanya saling kerjasama dan toleransi antara sesame pemeluk
agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5) Kita mengakui bahwa hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai
hak pribadi yang paling hakiki.
6) Kita mengakui tiap warga Negara bebas menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
9
7) Kita tidak memaksakan agama dan kepercayaan kita kepada orang lain.
10
Tindakan kedua yang menyimpang dari sila pertama adalah gerakan kelompok
radikal yang mengatasnamakan kegiatan menyimpang mereka dengan atas nama
agama tertentu. Seperti misalnya saja terorisme yang seringkali mengatasnamakan
agama tertentu.
3. Perusakan tempat ibadah
Yang ketiga adalah perusakan tempat ibadah agama lain hanya karena merasa
terganggu atau karena konflik dan permasalahan lainnya.
Contoh Kasus :
Bom Bali 1 : Contoh kasus penyimpangan pada sila pertama ini adalah aksi
terorisme pada tahun 2002 di Bali. Aksi terorisme yang dijadikan sebagai
peristiwa terorisme terbesar sepanjang sejarah di Indonesia ini terjadi pada 3
peristiwa sekaligus. Membunuh sekitar ratusan orang yang kebanyakan
merupakan warga asing yang sedang berlibur, dan Bom Bali itu didasarkan pada
agama sehingga menyalahi Pancasila.
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Ketuhanan Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta
isinya.
2) Pancasila merupakan sistem filsafat yang sekiranya dapat menjembatani segala
keanekaragaman bangsa Indonesia yang sebenarnya sudah berurat-berakar dalam
hati sanubari, adat-istiadat, dan kebudayaan Nusantara, bahkan jauh sejak masa
Nusantara kuno.
3) Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara hak-
hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada
martabat manusia sebagai mahluk Tuhan.
4) Dari butir-butir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam
kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan.
5) Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka
hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, saling tolong menolong, dan
tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur nilai
moralitas bangsa Indonesia.
6) Toleransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk
dengan ajaran agama lainnya.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa saran untuk meningkatkan
pemahaman tentang nilai pancasila, yaitu sebagai berikut:
12
1) Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap pancasila perlu adanya
peningkatan pengamalan butir-bitir pancasila khususnya sila Ketuhanan yag Maha
Esa. Salah satu caranya adalah dengan saling menghargai antar umat beragama.
2) Untuk menjadi sebuah Negara pancasila yang nyaman bagi rakyatnya diperlukan
adanya jaminan terhadap keamanan dan kesejahteraan setiap masyarakat yang ada
di dalamnya. Khususnya jaminan keamanan dalam melaksanakan kegiatan
beribadah.
DAFTAR PUSTAKA
https://jadipaham.com/30-contoh-pengamalan-sila-ke-1-sila-pertama-pancasila/
https://pancasila.weebly.com/penerapan-sila-dalam-kehidupan.html
http://primordialnature.blogspot.com/2016/02/arti-dan-makna-dari-sila-ketuhanan-yang.html?
m=1
https://oktavianipratama.wordpress.com/matakuliah-umum/kewarganegaraan/arti-dan-
makna-sila-ketuhanan-yang-maha-esa/
https://brainly.co.id/tugas/8291618
https://drive.wps.com/d/ACt_rxfN1bsioqve74udFA
13