Pernahkah Anda merasa penglihatan berkunang-kunang, konsentrasi berkurang, pucat,
pusing, bahkan pingsan? Bisa jadi itu adalah gejala tekanan darah rendah atau hipotensi.
Tekanan darah dikatakan rendah ketika kurang dari 90 mmHg pada sistolik (bilangan
atas) atau 60 mmHg pada diastolik (bilangan bawah).
Normalnya, orang berusia di bawah 60 tahun memiliki tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg,
dan di bawah 150/90 mmHg untuk usia di atas 60 tahun. ka tekanan darah turun secara tiba-tiba
sebesar 20 mmHg, misalnya sistolik 100 mmHg menjadi 80 mmHg, dapat berbahaya. Anda akan
merasa pusing dan bahkan pingsan karena otak tidak mendapat cukup pasokan darah. Penyebab
dari kondisi ini bisa bermacam-macam.
Hipotensi ortostatik
Hipotensi ortostatik merupakan turunnya tekanan darah ketika Anda berubah posisi, misalnya
tiba-tiba bangun dari posisi duduk atau tidur, ke posisi berdiri. Penurunan tekanan darah
biasanya lebih dari 20/10 mmHg. Kondisi ini ditandai dengan penglihatan yang berkunang-
kunang serta menurunnya keseimbangan tubuh, sehingga berisiko terjatuh dan pingsan.
Umumnya, hipotensi jenis ini dialami orang berusia di atas 65 tahun.
Hipotensi postprandial
Hipotensi postprandial adalah penurunan tekanan darah sekitar 20 mmHg dalam dua jam setelah
makan. Jenis hipotensi ini juga umum dialami orang lanjut usia, terutama mereka yang mengidap
penyakit Parkinson atau kelainan pada sistem saraf otonom. Penyebabnya memang belum dapat
dipastikan, tetapi bisa jadi berkaitan dengan karbohidrat yang tinggi.
Hipotensi vasovagal
Hipotensi jenis ini terjadi ketika seseorang berdiri terlalu lama. Anak-anak lebih sering
mengalami hipotensi jenis ini daripada orang dewasa, misalnya berdiri lama saat upacara. Rasa
sakit juga dapat menjadi penyebabnya. Jika pingsan, penderita hipotensi vasovagal umumnya
akan sadar kembali dalam waktu singkat.
Hipotensi akut
Yaitu hipotensi yang terjadi ketika organ tubuh Anda tidak mendapat pasokan darah dan oksigen
yang cukup secara tiba-tiba. Kondisi ini biasanya berhubungan dengan syok karena berbagai
penyebab, seperti infeksi berat, pendarahan jumlah besar dalam waktu singkat, serangan jantung,
dehidrasi atau reaksi alergi anafilaksis.
Hipotensi kronis
Jenis ini adalah hipotensi yang disebabkan oleh kondisi yang bersifat menahun (kronis), seperti
penyakit Addison dan gagal jantung.
Selain hal-hal di atas, hipotensi juga bisa disebabkan oleh anemia atau kurang darah,
hipotiroidisme, dehidrasi, atau efek samping obat-obatan seperti obat antihipertensi. Selain itu,
kondisi hamil dan gangguan ritme jantung juga bisa menjadi penyebab darah rendah.
Konsumsi makanan yang kaya akan kandungan garam karena sodium bisa menaikkan
tekanan darah. Khusus untuk Anda yang berusia lanjut, konsultasikan dahulu dengan
dokter sebelum menambahkan garam di dalam diet sehari-hari.
Minum air putih lebih banyak untuk meningkatkan volume darah dan mencegah
dehidrasi yang bisa menyebabkan hipotensi.
Tidak mengubah posisi tubuh dengan tiba-tiba, dan tidak berdiri terlalu lama.
Tidur dengan 2-3 bantal agar ketika bangun dan berdiri tidak terjadi penurunan drastis
pada tekanan darah.
Batasi minuman beralkohol.
Mengonsumsi secangkir kopi di pagi hari bisa membantu.
Gunakan stoking kompresi untuk mengurangi terkumpulnya darah di tungkai.
Jika hipotensi menyebabkan gejala-gejala yang cukup mengganggu dan tidak dapat ditangani
dengan cara-cara di atas, maka Anda bisa meminta resep dari dokter untuk meningkatkan
tekanan darah. Contoh obat yang biasa diberikan adalah midodrine dan fludrocortisone.
Segeralah periksakan diri Anda ke dokter apabila mengalami gejala tekanan darah rendah yang
disertai keluhan lain, seperti sakit pada bagian dada, demam, denyut jantung tidak beraturan,
napas pendek, atau pingsan.
Terakhir diperbarui: 26 Februari 2018
Ditinjau oleh: dr. Allert Benedicto Ieuan Noya