Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS BERITA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Matakuliah


Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu: Dr. Mutmainah, M.Si., M.Pdl.

Disusun oleh:

Widia Alifah Fadlianti

180611100014

POGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Tuagas akhir semester ganjil dengan judul “ANALISIS BERITA
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS” tugas ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus semester ganjil.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Mutmainah, M.
Si.,M.PdI. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus, serta semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini penulis berharap
adanya kritik dan saran guna perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bangkalan, 08 Desember 2021

Widia Alifah Fadlianti


A. IDENTITAS ANAK DALAM BERITA
a. Nama Anak : Bima Arung Diokza
b. Kota : Mempawah, Pontianak
c. Nama Ayah/Ibu : Darma(49)/Mila(44)
d. Umur : 13 tahun
e. Kasus berita : ANAKBERKEBUTUHAN KHUSU DI
MEMPAWAH HILANG

B. DIAGNOSA/CIRI-CIRI ANAK ABK


a. Jenis ABK
Dalam berita tersebut dijelaskan oleh penulis berita bahwasannya anak
yang hilang tersebut memiliki berkebutuhan khusus yakni “Autis”
b. Ciri-cirinya
a) Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme
adalah adanya 6 gangguandalam bidang :a.Interaksi sosial
b.Komunikasi (bicara dan bahasa) c.Perilaku-emosi d. Pola
bermain e. Gangguan sensorik – motoric. f. Perkembangan
terlambat atau tidak normal
b) Menurut Depdiknas (2002) mendeskripsikan anak dengan
autisme berdasarkan jenis masalah gangguan yang dialami anak
dengan autisme. Karakteristik dari masing-masing
masalah/gangguan itu di deskripsikan sebagai berikut:
1) Masalah/gangguan di bidang komunikasi dengan
karakteristiknya sebagai berikut:
a. Perkembangan bahasa anak autistic lambat atau
sama sekali tidak ada. Anak tampak seperti tuli, dan
sulit bicara.
b. Kadang-kadang kata-kata yang digunakan tidak
sesuai artinya.
c. Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang, dengan
bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain.
d. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
senang meniru atau membeo (echolalia)
e. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk
melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila
ingin meminta sesuatu.
2) Masalah/gangguan di bidang interaksi sosial dengan
karakteristik berupa:
a. anak autistic lebih suka menyendiri
b. anak tidak melakukan kontak mata dengan orang
lain atau meghindari tatapan muka atau mata orang
lain.
c. Tidak tertarik bermain bersama dengan teman, baik
yang sebaya maupun yang lebih tua.
d. Bila diajak bermain, anak autistik itu tidak mau dan
menjauh.
3) Masalah/gangguan di bidang sensoris degan
karakteristiknya berupa:
a. Anak autistik tidak peka terhadap sentuhan, seperti
tidak suka dipeluk.
b. Anak autistik bila mendengar suara keras langsung
menutup telinga.
c. Anak autistic senang mencium-cium atau menjilat-
jilat mainan atau benda-benda yang ada
disekitarnya.
d. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut
4) Masalah/gangguan di bidang pola bermain
karakteristiknya berupa:
a. Anak autistic tidak bermain seperti anak-anak pada
umumnya.
b. Anak autistik tidak suka bermain dengan teman
sebayanya
c. Anak autistik tidak bermain sesuai dengan fungsi
mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya
diputar.
5) masalah/gangguan di bidang perilaku karakteristiknya
berupa:
a. Anak autistik dapat berperilaku berlebihan atau
terlalu aktif (hiperaktif) dan berperilaku
berkekurangan (hipoaktif).
b. Anak autistik memperlihatkan stimulasi diri atau
merangsang diri sendiri seperti bergoyang-goyang
mengepakan tangan seperti burung.
c. Anak autistik tidak suka kepada perubahan
d. Anak autistik duduk bengong dengan tatapan
kosong
6) Masalah/gangguan di bidang emosi karakteristiknya
berupa:
a. Anak autistic sering marah-marah tanpa alasan yang
jelas, tertawa-tawa dan menangis tanpa alasan
b. Anak autistik kadang agresif dan merusak
c. Anak autistik kadang-kadang menyakiti dirinya
sendiri
d. Anak autistik tidak memiliki empati dan tidak
mengerti perasaan orang lain yang ada di sekitarnya.
C. ANALISIS BERITA
Dalam berita Tribun Pontianak dikabarkan anak tersebut memiliki
berkebutuhan khusus autis dalam berita tersebut dijelakan bahwasannya
anak berusia 13 tahun tersebut bernama bima menghilang ketika sang ayah
hendak membawa istrinya yang sedang sakit ke puskesmas untuk berobat,
namun ketika hendak membawa istrinya melalui pintu belakang yang
terbuka bapak tersebut terheran-heran kaeran pintu depan terkunci dan
istrinya di dalam sedang sakit, saat hendak masuk betapa kagetnya bapak
tersebut kedapati anaknya yang berkebutuhan khusus hilang, sehingga ia
tidak jadi membawa istrinya berobat melainkan mencari anaknya yang
hilang. Saat berselang 5 hari tim gabungan yang mencari anak tersebut
menemukan anak tersebung dalam keadaan tak bernyawa yang
terkelungkup di akar-akar pesisir mangrove. Kedua orang tua bima
tersebut menangis ketika mengetahui bahwasannya anaknya sudah tidak
lagi hidup atau meninggal dunia. Jasadnya ditemukan sekitar pukul 07.30
WIB, sabtu 2 januari 2021.
Seharusnya sebagai orang tua yang sudah mengetahui
bahwasannya anaknya berkebutuhan khusus orang tua tersebut
membuthkan pengawasan dan perhatian yang ekstra. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dan perlu dilakukan oleh para orang tua dalam
menetapkan tatalaksana yang tepat bagi srtiap anak, yaitu orang tua harus
mengenali kelebihan dan kekurangan anak, lengkap dengan ciri autisnya
untuk mengetahui kebutuhan anak, mengenali kemungkinan penanganan
yang dapat diberikan kepada anak, menetapkan beberapa jenis penanganan
sesuai kebutuhan, melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap
perkembangan anak, dan secara berkala kembali kepada langkah pertama,
yaitu mengetahui kelebihan dan kekurangan pada diri anak yang autistik
sesuai dengan proses perkembangan yang terjadi pada diri anak autistik1.
Para orang tua tidak boleh lupa bahwa meskipun anaknya autistik, namun

1
Hadi, Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus – Autistik. Bandung: Alfabeta
Bandung
anaknya yang autistik tersebut terus mengalami perubahan atau
perkembangan. Karena itu, para orangtua anak autistik harus juga selalu
berkembang dengan cara para orang tua harus selalu berusaha dan belajar
terus menerus untuk mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan
semua aspek kehidupan anak yang autistic.
Setelah para orang tua mengenali keadaan anaknya apa adanya dan
mengetahui ciri autisme yang dimiliki anak serta gejala autisme yang
muncul pada setiap anak yang bersifat sangat individual dan unik, maka
langkah selanjutnya yang perlu dilakukan oleh para orang tua anak autistik
adalah melakukan pendampingan yang intensif. Pendampingan yang
dimaksud adalah memastikan adanya interaksi aktif antara anak dengan
orang tua atau pengasuhnya yang ada disekitar nya. Tujuan kegiatan
pendampingan yang intensif ini ialah untuk membina kontak batin secara
terus menerus dengan anak dan untuk meningkatkan pemahaman anak
yang umumnya cenderung terbatas.2
Hanafi (2002) juga mengemukakan bahwa ada bebrapa hal yang
perlu dilakukan oleh para orang tua anak yang autistik, yaitu bersikap
realistis menerima anaknya dengan segala kelebihan dan kekurangannya,
tidk hanya memindahkan beban dan tanggung jawab pendidikan kepada
lembaga pendidikan autisme, tetapi lebih bersikap proaktif terlibat dalm
proses pendidikan dan pemandirian anak autistik, misalnya mempelajari
metode penanganan autistik yang tepat dan sesuai karakter putra nya, ikut
aktif dalam penyusunan program pendidikan anaknya, melanjutkan dan
menyelaraskan kegiatan dirumah dengan program disekolah. Selain itu,
para orang tua secara bersama-sama dengan lembaga penyelengara
pendidikan untuk anak autisme mempersiapkan dan mengupayakan
kemandirian anak dan orang tua perlu memupuk kerja sama dan
menanamkan pengertian kepada semua anggota keluarga lainnya di dalam

2
Ibid.
satu rumah tangga untuk terlibat aktif dalam usaha memandirikan anaknya
yang autistik.3

D. LAYANAN DAN PENDIDIKAN YANG SEHARUSNYA


DIPEROLEH ANAK TERSEBUT
Bentuk pelayanan untuk anak autisme adalah melalui pendidikan
yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak. Model layanan
pendidikan anak autisme pada dasarnya terbagi menjadi dua: layanan
pendidikan awal, yang terdiri dari program terapi intervensi dini dan
program terapi penunjang dan layanan pendidikan lanjutan terdiri dari
beberapa tahap: kelas transisi, program pendidikan inklusi,
prograprndidikan terpadu, sekolah khusus autism, program sekolah di
rumah dan panti rehabilitasi autism (Sri Utami sudarsono, 2003:425-432)
Menurut Stainback dan Stainback yang dikutip oleh Sri Ambar
Arum mendefinisikan bahwa: sekolah inklusi adalah sekolah yang
menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan
program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan
yang dapat diberikan oleh para guru agar anak berhasil. Lebih dari itu
sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat di terima,
menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan
teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan
individualnya dapat terpenuhi (Wahyu Sri Ambar Arum, 2005: 100).
Menurut Direktorat Pembinaan SLB Pendidikan Inklusif adalah sistem
layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak
belajar bersama-sama di sekolah umum dengan memperhatikan keragaman
dan kebutuhan individual. Dalam penerapan sekolah inklusi perlu
diperhatikan pula mengenai pengelolaan sumber daya yang dibutuhkan.
Sumbersumber daya tersebut antara lain: (a) kurikulum, (b) proses

3
Hanafi. 2002. Autisme : konsep yang sedang berkembang. Jurnal Kedokteran Trisakti, Vol. 22.
No.1.
pembelajaran, (c) penilaian, (d) pendidik dan tenaga pendidik, (e) sarana
dan prasarana (James McLeskey, 2000: 14).
Pendidikan dapat dilakukan dengan tanpa mengenal batas usia,
ruang dan waktu. Setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan
pendidikan dan pemerintah wajib untuk menyediakan sarana dan prasarana
pendidikan yang menunjang keberlangsungan proses pendidikan. Hal ini
sesuai dengan apa yang digariskan pada Undang – undang Dasar tahun
1945 pasal 31 ayat (1) dan (2). Anak dengan gangguan autisme memang
harus mendapatkan penanganan khusus, tetapi bukan berarti harus
dipisahkan dengan anak-anak seusianya.Anak dengan gangguan autisme
berhak berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang di lingkungan
sekitarnya.Kenyataan yang ada dilapangan, pendidikan bagi anak dengan
gangguan autisme disediakan di Sekolah Luar Biasa.Sekolah Luar Biasa
(SLB) memang tempat yang sangat baik dalam memberikan pelayanan
untuk anak autisme, Sekolah Luar Biasa memiliki kurikulum, metode
pembelajaran, sarana pembelajaran dan tenaga pengajar yang ahli
dibidangnya.Dalam segi pengelolaannya, sekolah luar biasa memang
menguntungkan, namun dari sudut pandang siswa, sekolah luar biasa
merugikan karena anak tidak tumbuh dalam lingkungan masyarakat
umum.Seperti yang dijelaskan oleh Lembaga Pers Mahasiswa DIANNS
dalam website bahwa model segregasi tidak menjamin kesempatan anak
berkelainan untuk mengembangkan potensi secara optimal, karena
kurikulum dirancang berbeda dengan kurikulum sekolah biasa. Dalam
perkembangannya, pemerintah sudah mulai membuka mata bahwa anak
berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama seperti anak pada
umumnya. Pemerintah mulai merancang sekolahsekolah umum untuk
menjadi sekolah inklusif, di mana sekolah umum harus bisa menerima
anak berkebutuhan khusus.Upaya tersebut tidak terlepas dari berubahnya
pandangan tentang anak berkebutuhan khusus atas dasar humanistik.
Pendekatan ini sangat menghargai manusia sebagai manusia yang
sama dan memiliki kesempatan yang sama besarnya dengan manusia
lainnya untuk mendapatkan pendidikan. Anak dengan gangguan autisme
memiliki hak yang sama seperti anak lain seusianya. Menurut Sutandi,
anak autisme ialah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat
yang antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan
berhubungan dengan orang lain. Dengan adanya gangguan perkembangan
pada anak autisme menyebabkan anak autisme sulit berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain dengan lingkungannya (Abdul Hadis, 2006:
43).
Menurut Depdiknas pada tahun 2002, autisme adalah suatu
perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial,
dan aktivitas imajinasi.Anak autisme ialah anak yang mempunyai masalah
atau gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, gangguan
sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi. Penyebab yang pasti dari
autisme tidak diketahui, yang pasti hal ini bukan disebabkan oleh pola
asuh yang salah. Penelitian terbaru menitikberatkan pada kelainan biologis
dan neurologis di otak, termasuk ketidakseimbangan biokimia, faktor
genetika dan gangguan kekebalan. Beberapa kasus mungkin berhubungan
dengan infeksi virus (rubella kongenital atau cytomegalic inclusion
disease), femilketonuria (suatu kekurangan enzim yang sifatnya
diturunkan. Sindroma X yang rapuh (kelainan kromosom (Handojo. 2003:
14).
Salah satu bentuk pelayanan untuk anak autisme adalah melalui
pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak. Model
layanan pendidikan anak autisme pada dasarnya terbagi menjadi dua:
layanan pendidikan awal, yang terdiri dari program terapi intervensi dini
dan program terapi penunjang dan layanan pendidikan lanjutan terdiri dari
beberapa tahap: kelas transisi, program pendidikan inklusi,
prograprndidikan terpadu, sekolah khusus autism, program sekolah di
rumah dan panti rehabilitasi autism (Sri Utami sudarsono, 2003:425-432)
Menurut Stainback dan Stainback yang dikutip oleh Sri Ambar
Arum mendefinisikan bahwa: sekolah inklusi adalah sekolah yang
menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan
program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan
yang dapat diberikan oleh para guru agar anak berhasil. Lebih dari itu
sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat di terima,
menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan
teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan
individualnya dapat terpenuhi (Wahyu Sri Ambar Arum, 2005: 100).
Menurut Direktorat Pembinaan SLB Pendidikan Inklusif adalah
sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua
anak belajar bersama-sama di sekolah umum dengan memperhatikan
keragaman dan kebutuhan individual. Dalam penerapan sekolah inklusi
perlu diperhatikan pula mengenai pengelolaan sumber daya yang
dibutuhkan. Sumbersumber daya tersebut antara lain : (a) kurikulum, (b)
proses pembelajaran, (c) penilaian, (d) pendidik dan tenaga pendidik, (e)
sarana dan prasarana (James McLeskey, 2000: 14).

E. LINK BERITA
http://share.babe.news/s/ewdUmYYQvR
http://share.babe.news/s/ThTZxYYQvR

(Keduanya sama namun berbeda karena karena berita 1 dan 2 satu topik
dan beirita yang sama dan berkelanjutan )

Anda mungkin juga menyukai